Anda di halaman 1dari 15

Dapus Punya Kimi

Soraya. Diagnosa Malaria. [Online]. Tersedia:http://www.rp2u.unsyiah.ac.id/


index.php/welcome/prosesDownload/3443/5 [2 Maret 2017]

Wijaya A. M. (2010). Pengukuran Masalah Malaria. [Online]. Tersedia:


https://www.infodokterku.com/index.php/en/82-daftar-isi-content/data/data/85-
pengukuran-masalah-malaria

Menteri Kesehatan RI. (2007). Pedoman Surveilans Malaria. Jakarta: Menteri


Kesehatan RI.

5. Metode Penegakan Diagnosis Penyakit Malaria

a. Diagnosa Penyakit Malaria pada Manusia


Diagnosis malaria dapat dilakukan secara mikroskopik dan non
mikroskopik. Pemeriksaan mikroskopik dapat dilihat secara langsung
dibawah mikroskop, seperti pemeriksaan sediaan darah, Quantitative Buffy
Coat (QBC) yang memakai Acridine Orange (AO). Sedangkan pemeriksaan
non mikroskopik berguna untuk mengidentifikasi antigen parasit atau
antibodi antiplasmodial atau produksi metabolik parasit, seperti pemeriksaan
Polymerase Chain Reaction (PCR), Rapid Diagnostic Test (RDT). Hingga
saat ini pemeriksaan mikroskopik (gold standard) dan RDT yang lebih sering
digunakan (Rahmad A dan Purnomo, 2011).
Pemeriksaan mutakhir untuk mendeteksi parasit malaria yang dapat dilakukan
antara lain adalah :
1 Nucleic acid probe dan immunofluoresence untuk mendeteksi
Plasmodium yang ada di dalam erotrosit.
2 Gel diffusion, Counter-immunoelectrophoresis, Radio immunoassay
dan
3 Enzym immunoassay untuk mendeteksi antigen mlaria di dalam cairan
tubuh (body fluid)
4 Hemagglutination test, Indirect immunofluoresence, Enzym
immunoassay, Immunochromatography dan Western bloting untuk
mendeteksi antibodi anti - Plasmodium di dalam serum.
Pemeriksaan - pemeriksaan mutakhir tersebut pada saat ini penggunaannya
masih terbatas untuk penelitian, untuk mengkonfirmasi retrograde malaria,
skrining pada transfusi darah dan investigasi infeksi dapatan pada darah
transfusi (Soedarto, 2011b)

1) Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan sediaan darah tebal dan
darah tipis untuk menentukan :
a) Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif)
b) Spesies dan stadium Plasmodium
c) Kepadatan parasit
(1) Semi kuantitatif
Metode semi kuantitatif adalah menghitung parasit dalam lapangan
pandang besar (LPB), yaitu :
(-) : negatif (tidak ditemukan parasit dalam 100 LPB)
(+) : positif 1 (ditemukan 1-10 parasit dalam 100 LPB)
(++) : positif 2 (ditemukan 11-100 parasit dalam 100 LPB)
(+++) : positif 3 (ditemukan 1-10 parasit dalam 1 LPB)
(++++) : positif 4 (ditemukan >10 parasit dalam 1
LPB)

(2) Kuantitatif
Jumlah parasit dihitung per mikro liter darah pada sediaan darah
tebal (menghitung jumlah parasit per 200 leukosit) atau sediaan darah
tipis (penghitungan jumlah parasit per 1000 eritrosit).
Sediaan darah tebal berguna untuk mengkonsentrasikan parasit
di dalam bidang sediaan, jadi untuk menegakkan diagnosis malaria
harus menggunakan sediaan darah tebal. Pada sediaan darah tebal
tidak terlihat sel darah merah (karena lisis). Walaupun demikian
parasit malaria tetap terlihat, meskipun ukurannya lebih kecil
dibandingkan pada sediaan darah tipis (Kemenkes, 2011). Sediaan
darah tipis berguna untuk melihat morfologi parasit sekaligus
menentukan spesies parasit. Petunjuk yang paling sederhana untuk
membedakan keempat spesies malaria adalah perubahan yang terlihat
pada sel darah merah yang terinfeksi (Riskesdas, 2010).

Gambar 6. Plasmodium falciparum Pada Sediaan Darah Tipis A (Young trophozoites) ;


B (Old trophozoites) ; C (Pigment in Polymorphonuclear cells and trophozoites) (Sumber :
http// : www.malariasite.com)

Pada Pemeriksaan darah penderita tersangka malaria berat harus


diperhatikan yaitu jika hasil pemeriksaan darah pertama negatif, darah harus
diperiksa ulang setiap 6 jam sampai 3 hari berturut - turut dan jika
pemeriksaan darah tebal negatif selama 3 hari berturut - turut, maka diagnosis
malaria baru disingkirkan (Soedarto, 2011 ; Harijanto PN, 2012). Kelebihan
dari pemeriksaan mikroskopik dengan pewarnaan Giemsa ini adalah biaya
relatif murah. Meskipun demikian pemeriksaan mikroskopik memiliki
beberapa kendala dan sejumlah keterbatasan (Widoyono, 2012 ; Ditjen PP &
PL, 2008). Diantaranya pemeriksaan ini memerlukan mikroskop berkualitas
dan sumber listrik serta seorang mikroskopis yang ahli dan berpengalaman
agar mencegah hasil positif palsu oleh karena artefak sering keliru saat
pemeriksaan, termasuk juga bakteri, jamur, noda curah hujan, dan kotoran
serta komponen darah normal seperti trombosit juga membingungkan
diagnosis (Elahi R, et al., 2013). Pemeriksaan ini juga menghabiskan waktu,
antara 20 - 60 menit dan membutuhkan upaya yang intensif untuk
menghindari hasil negatif palsu, terutama bila parasit sedikit atau tidak
dijumpai di dalam darah pada saat pemeriksaan. Kualitas sediaan darah dan
pewarnaan juga mempengaruhi hasil pemeriksaan (Rahmad A dan Purnomo,
2011).

2) QBC (Quantitative Buffy Coat)


Metode ini merupakan cara tes diagnostik cepat untuk deteksi parasit malaria
dengan cara stratifikasi sentrifugal, darah yang diambil pada tabung kapiler
akan membentuk stratifikasi (lapisan) yang disebut Buffy Coat dan parasit
malaria terkonsentrasi pada lapisan ini. Pemeriksaan ini berdasar pada
Deoxyribonucleic Acid (DNA) dan Ribonucleic Acid (RNA) parasit dengan
pengecatan Acridine Orange kemudian dilihat dengan mikroskop
fluorescence dimana nucleus terlihat hijau dan sitoplasma terlihat merah.
Metode ini menggunakan fasilitas laboratorium yang lebih lengkap oleh
karena harus ada centrifuge dan mikroskop fluorescence serta peralatan listrik
QBC yang kebanyakan tidak didapatkan pada laboratorium daerah (Soedarto,
2011 ; Putu S, 2004)
3) PCR (Polymerase Chain Reaction)
Metode ini menggunakan teknik biologi molekuler dan dapat mendeteksi
DNA malaria melalui reaksi berantai polymerase dan visualisasinya
menggunakan elektroforesis serta pembacaannya di bawah iluminasi sinar
ultra violet, metode ini menggunakan peralatan (thermal cycler) dan reagens
yang mahal dengan waktu yang dibutuhkan sekitar 4 jam dan memerlukan
ketrampilan yang memadai sehingga dapat mendeteksi parasitemia yang
rendah dan identifikasi semua spesies malaria (Sutanto I, et al., 2008 ; Sekar
T, 2010)
4) RDT (Rapid Diagnostic Test )
RDT menggunakan metode Immunochromatography Test (ICT). Metode ini
menggunakan antibodi monoklonal atau poliklonal yang langsung terhadap
antigen parasit. Untuk setiap antigen parasit digunakan dua set antibodi
monoklonal atau poliklonal, satu sebagai antibodi penangkap, dan satu
sebagai antibodi deteksi (WHO, 2013b ; Murray C.K, et al., 2008). Antibodi
monoklonal bersifat lebih spesifik tapi kurang sensitif bila dibandingkan
dengan antibodi poliklonal. Prinsip uji imunokromatografi adalah mendeteksi
antigen yang dikeluarkan oleh Plasmodium dan selanjutnya akan terjadi
reaksi kompleks antigen - antibodi pada permukaan membran nitroselulosa,
dimana kompleks tersebut diberi Monoklonal antibodi (Mab) yang berlabel
zat warna (Coloidal gold) sebagai penanda, sehingga muncul tanda berupa
garis yang menyatakan hasil positif untuk P. falciparum, infeksi campuran
atau negatif (Wongsrichanalai C, 2007 ; Abba K, et al, 2011).

b. Diagnosa Penyakit Malaria pada suatu Daerah/Wilayah tertentu


Penyakit malaria masih endemis di indonesia namun tidak seluruh
provinsi dan kabupaten memiliki masalah malaria. masyarakat yang sering
berpergian/ melancong perlu mengetahui apakah wilayah akan dikunjunginya
merupakan daerah berisiko/ endemis malaria atau tidak, untuk itu dapat diliat
pada daftar daerah resiko malaria.bagi para Akademisi dan Petugas Kesehatan
yang akan melakukanintervensi di suatu daerah malaria, dengan mengetahui
tingkat resiko saja mungkin belum cukup, perlu diketahui juga seberapa besar
masalah malaria di wilayah tersebut, untuk dapat mengetahui ukuran
besarnya masalah malaria yang terdapat padasekelompok manusia (populasi)
disuatu wilayah dengan tepat, ada 2 hal pokok yang harus dilakukan yaitu:
menemukan penyakit malaria (disubut juga penemuan penderita) di
masyarakat dan melakukan pengukuran atas penyakit tersebut.
1) Penemuan Penderia Malaria di Masyarakat
Penemuan penderiata adalah suatu upaya untuk menemukan penderita
malaria secara dini agar dapat segera di obati secara tepat. Untuk
menemukan penderia malaria di Masyarakat, ada 3 jenis kegiuatan yang
dapat dilakukan yaitu : Active Case Detection(ACD), Pasive Case
Detection (PCD), dan survei malaria. Mari kita bahas satu persatu.
1) Active Case Detection(ACD)
Penemuan penderita malaria secara aktif melalui kunjungan ke
rumah rumah penduduk yang menderita malaria klinis(tersangka
malaria) oleh petugas terlatih, dengan cara pengambilaan sediaan
darah tebal (untuk diperiksa di Puskesmas) dan memberikan
pengobatan kepada penderita malaria yang ditemukan.
2) Pasive Case Detection (PCD)
Penemuan penderita malaria secara Pasif dengan cara menunggu
kunjungan penderita di unit Pelayanan Kesehatan.
3) Survei Malaria
Kegitan survei malaria terdiri dari :
(1) Malariaometric Survey (MS)
Malaria survey adalah suatu kegiatan pemeriksaan sediaan
darah jari dan limpa pada penduduk kelompok pada usia 0-
9 tahun untuk melihat tingakat endemisitas dan prevalensi
malaria di suatu wilayah pada wilayah tertentu.
Ada dua macam MS sesuai dengan tujuan, yaitu:
(a) Survei Malariomerik Dasar (SMD)
Suatu MS yang dilakukan untuk mengukur tingkat
endemisitas disuatu daerah dengan caramemeriksa
pembesaran limpa pada populasi anak golongan umur 0-9
tahun dan mengetahui Prevalensi malaria dengan cara
memeriksa sediaan darah pada anak golongan umur 0-9
tahun.
(b) Survei Malariumerik Evaluasi (SME)
Suatu MS yang dilakukan untuk mengukur tingkat
Prevalens imarlaria pada suatu daerah dengan cara
memeriksa sediaan darah pada populasi anak golongan
umur 0-9 tahun.
(2) Mass Fever Survey (MES)
Merupakan salah satu upaya penemuan penderita malaria
melalui survei yang ditunjukan pada seluruh penduduk di suatu
wilayah yang memiliki gejala demam.
(3) Mass Blood Survey (MBS)
Suatu kegiatan penemuan penderitaan dalam waktu yang
singkat, dilakukan melalui pemeriksa sediaan darah terhadap
semuapenduduk di desa/dusun endemis malaria tinggi yang
penduduknya tidak menunjukan gejala malaria klinis yang
nyata, pengobatan dilakukan secara radikal diberikan kepada
seluruh penderita positif malaria yang ditemukan.
Parameter yang dikumpulkan pada survei malariometrik
adalah:
(a) Parasite Rate (PR)
Parasite Rate adalah persentase penduduk kelompok usia 0-9
tahun yang darahnya mengandung parasit malaria pada saat
tertentu. PR untuk kelompok usia (0-1 tahun) disebut Infant
Parasite Rate (IPR). Bila IPR bernilai nol selama 3 tahun
bertutut-turut, dapat dianggap tidak adanya tranmisi lokal
asalkan survei dilakukan setiap tahun dan cukup banyak
sediaan darah yang diambildan diperiksa.
(b) Spleen Rate (PR)
Spleen rate adalah persentasae penduduk kelompk usia 0-9
tahun yang limpanya teraba membesar. Besarnya limpa
dinyatakan berdasarkan klasifikasi hacket sebagai berikut:
i. H-0 : limpa tidak teraba pada inspirasi (menarik napas)
maksimal.
ii. H-1 : limpa teraba pada inspirasi maksimal
iii. H-2 : limpa teraba tetapi proyeksinya tidak melebihi
garis horizontal yang diterik melalui pertengahan arcus
costae (lengkung tulang iga) dan umbilicus (pusar) pada
garis mamilaris (garis yang melalui puting susu) kiri.
iv. H-3 : limpa teraba dibawah garis horizontal melalui
umbilicus
v. H-4 : limpa teraba digaris bwah horizontal pertengahan
antara umbilicus dan symphisis pubis (tulang kemaluan).
vi. H-5 : limpa teraba dibawah garis H-4.

2) Ukuran Penyakit Malaria


Ada beberapa macam ukuran yang dapat digunakan untuk
menggambarkan besarnya masalah malaria ( endemisitas) pada suatu
daerah, yang sering digunakan di Indonesia adalah : Annual Malaria
Incidence (AMI) dan Annual Parasite Incidence (API). Sebelum tahu
2007, AMI sebagai ukuran tingkat kesakitan malaria masih banyak dipakai
diluar pulau jawa dan diluar pulau jawadan dibali pada daerah-daerah yang
tidak memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium ditingkat puskesmas,
sehingga msih mengandalkan gejala klinos dalam mendiagnosis penyakit
malaria. Pada masa kini, yang dipakai adalah ukuran API karena pada
umumnya dipuskesma sudah memiliki fasilitas pemeriksaan laboratorium
malaria.
a) AMI (Annual Malaria Incidence)

AMI adalah angka kesakitan malaria (malaria berdasarkan gejala klinis)


per 1000 penduduk dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam permil ().
Rumus : Jumlah penderita malaria klinis x 1000 %
Jumlah penduduk
Keterangan : yang dimaksud jumlah penderita malaria klinis adalah
jumlah kasus malaria klinis yang ditemukan melalui kegiatan ACD dan
PCD disuatu wilayah ( Kecamatan, Kabupaten, Provinsi) selama satu
tahun. Yang dimaksud jumlah penduduk adalah jumlah penduduk
(seluruh kelompok umur) yangtertinggal di wilayah tersebut pada
pertengahan tahun (bulan juni).

b) API (Annual Parasite Incidence)


API adalah angka kesakitan maalaria (berdasarkanhasilpemeriksaaan
laboratorium per 1000 penduduk dalam 1 tahun dinyatakan dalam permil
()
Rumus : Jumlah penderita positif malaria x 1000 %
Jumlah penduduk
Keterangan : yang dimaksud jumlah penderita positif malaria adalah
jumlah kasus malaria yang dikonfirmasi positif melalui pemeriksaan
lboratorium mikroskopis (sediaan darah manusia) maupun tes diagnostik
cepat /Rapid Diagnostik Test (RDT) yang ditemukan melalui kegiatan
ACD dan PCD di suatu wilayah ( Kecamatan, Kabupaten, Provinsi)
selama satu tahun. Yang dimaksud jumlah penduduk adalah jumlah
penduduk (seluruh kelompok umur) yangtertinggal di wilayah tersebut
pada pertengahan tahun (bulan juni).

c) Annual Blood ExaminationRate (ABER)


ABER adalah jumlah rata-rata pemeriksaan sediaan darahmalaria
dibandingkan dengan jumlah penduduk dalam 1 tahun yang dinyatakan
dalam persen (%)
Rumus : Jumlah sediaan darah malaria yang diperiksa x 100%
Jumlah penduduk
Keterangan : yang dimaksud jumlah sediaan darah malaria yang diperiksa
adalah sediaan darah (slide) malaria yang diambil dan diperiksa yang
ditemukan melalui kegiatan ACD dan PCD di suatu wilayah ( Kecamatan,
Kabupaten, Provinsi) selama satu tahun. Yang dimaksud jumlah penduduk
adalah jumlah penduduk (seluruh kelompok umur) yangtertinggal di
wilayah tersebut pada pertengahan tahun (bulan juni).

4) Slide Positivity Rate (SPR)


SPR adalah persentase sediaan darah (slide) malaria yang dikonfirmasi positif
dibandingkan jumlah seluruh slide yang diperiksa disuatu daerah yang
dinyatakan dalam persen (%).
Rumus : Jumlah malaria positif x 100%
Jumlah malaria klinis yg diperiksa SD
Keterangan : yang dimaksud jumlah slide malaria positif adalah jumlah
sediaan darah (slide) malaria yang dikonfirmasi positif yang ditemukan
melalui kegiatan ACD dan PCD disuatu wilayah (Kecamatan, Kabupaten,
Provinsi) selama 1 tahun atau 1 bulan. Yang dimaksud slide malaria yang
diperiksa adalah jumlah seluruh slide malaria yang diambil dan diperiksa dari
penduduk yang ditemukan ditemukan melalui kegiatan ACD dan PCD
disuatu wilayah (Kecamatan, Kabupaten, Provinsi) selama 1 tahun atau 1
bulan.

5) Parasite Formula (PF)


Parasite formula adalah proporsi setaiap parasite malaria di suatu daerah.
Ada empat jenis spesies parasit malaria didunia yang dapat menginfeksi
sel darah merah manusia dan menyebabkan jenis penyakit malaria yang
berbeda, yaitu : palsmodium falciparum, plasmodium vivax, plasmodium
ovale, dan plasmodium malariae.

6) Endemisitas Malaria
Besarnya masalah dan tingkat transmisi malaria diberbagai daerha di
Indonesia snagata bervariasi. Untuk membedakan besarnya tingkat transisi
malaria di sutau wilayah ( misal : provinsi , kabupaten/kota, puskesmasn,
desa ) ditanah air, dibuat pembagian berdasarkan besarnya API atau AMI
daerah tersebut:
(1) 1). Daerah endemis rendah: daerah dengan angka API <1 atau AMI
<25
(2) 2). Daerah endemis sedang: daerah dengan angka API 1-5 atau
AMI 25-50
(3) 3). Daerah endemis tinggi : daerah dengan angka API >5 atau AMI
>50

6. Pedoman Surveilans Malaria menurut Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor : 275/Menkes/SK/III/2007

a. Pengertian Surveilans Malaria


Surveilans malaria dapat diartikan sebagai kegiatan yang terus menerus,
teratur dan sistematis dalam pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi data malaria untuk menghasilkan informasi yang akurat yang
dapat disebarluaskan dan digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
tindakan penanggulangan yang cepat dan tepat disesuaikan dengan kondisi
setempat.
b. Tujuan Surveilans
Surveilans dalam program pemberantasan malaria bertujuan :
1) Melakukan pengamatan dini (SKD) malaria di Puskesmas dan unit
pelayanan kesehatan lainnya dalam rangka mencegah KLB malaria.
2) Menghasilkan informasi yang cepat dan akurat
3) Penanggulangan KLB malaria secara dini.
4) Mendapatkan trend penyakit malaria dari waktu ke waktu.
5) Mendapatkan gambaran distribusi penyakit malaria menurut orang,
tempat dan waktu.
c. Sasaran
1) Tersangka penderita malaria (klinis) dan positif malaria, populasi
dan wilayah yang terkena resiko penularan (sumber dan wilayah
penularan).
2) Waktu atau periode penularan.

d. Kebijaksanaan
1) Pengumpulan, pengolahan, interpretasi data malaria dilakukan
pada semua tingkat administratif mulai dari Puskesmas Pembantu,
Puskesmas, Rumah Sakit Kabupaten/Propinsi/Pusat, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Propinsi dan Pusat (Departemen Kesehatan).
2) Meningkatkan kemitraan dalam jaringan informasi malaria diantara
sektor-sektor terkait
3) Upaya pemberantasan malaria yang tepat dan cepat yang
berpedoman "evidence base" (fakta).

e. Kegiatan Surveilans Malaria


1) Surveilans Periode Peringatan Dini (PPD)
Surveilans PPD adalah Adalah suatu kegiatan untuk memantau
secara teratur perkembangan penyakit malaria di suatu wilayah dan
mengambil tindakan pendahuluan untuk mencegah timbulnya
Kejadian Luar Biasa (KLB).
Kegiatan surveilans Periode Peringatan Dini:
(a) Pengumpulan data kasus di masing-masing jenjang
Jenis Data kasus malaria yang dikumpulkan di setiap jenjang
baik di tingkat Puskesmas, Kabupaten, Propinsi dan Pusat
merupakan data situasi malaria yang secara umum dapat dibagi
menjadi beberapa periode, yaitu : Periode Peringatan Dini (PPD)
dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).
(1) Kegiatan di tingkat Puskesmas
Data dikumpulkan/dianalisa :
(a) Data kasus:
i. Data kematian per desa/dusun per minggu
ii. Pengamatan kasus malaria klinis per desa per minggu
iii. Pengamatan kasus malaria positif dan spesiesnya per
desa per minggu
iv. Kelompok umur penderita (bayi, balita, anak sekolah dan
dewasa) per desa per minggu
v. Penyelidikan epidemiologi pada semua penderita malaria
positif
vi. Penderita malaria diobati klinis dan radikal
vii. Penderita yang masih positif setelah diberi pengobatan
Data tersebut dapat diperoleh dari buku registrasi Pustu, buku
registrasi dan pemeriksaan laboratorium Puskesmas, laporan
Juru Malaria Desa (JMD), pencatatan Kader malaria serta
pencatatan penderita yang memperoleh pengobatan.

(b) Data upaya pemberantasan vektor


Data tersebut adalah data temporer dimana dilaporkan jika
dilakukan suatu upaya pemberantasan, misal :
Penyemprotan rumah, Pemolesan kelambu larviciding,
Biological Control, pembersihan lumut dl.
(c) Data vektor
Pengamatan jentik per-bulan, kepadatan nyamuk dewasa
(dilakukan asisten entomologi kabupaten dibantu Co. Ass.
Entomologi Puskesmas)
(d) Data logistik
Stok obat anti malaria (Artesunate+Amodiaquin,
Klorokuin, primakuin, sufadoksin+pirimetamin, kina
tablet dan kina injeksi), bahan laboratorium, peralatan.
(e) Data demografi
Jumlah penduduk per desa/dusun, penduduk menurut
golongan umur, pekerjaan dan lain-lain.
(f) Data lingkungan
i. Stratifikasi daerah persawahan, hutan, pantai dll.
ii. Data curah hujan
(2) Kabupaten
(a) Data kematian di Puskesmas, Rumah Sakit
(b) Data kasus per desa per bulan
(c) Data cakupan pengobatan
(d) Data upaya pemberantasan vektor
(e) Data vektor
(f) Data laboratorium
(g) Data demograpi
(h) Data logistik
(i) Data lingkungan (curah hujan, luas tempat perindukan)
(j) Data sosial & budaya
(3) Provinsi
(a) Data kematian di Puskesmas, Rumah Sakit
(b) Data kasus per Puskesmas per bulan
(c) Data cakupan pengobatan
(d) Data vektor
(e) Data demograpi
(f) Data logistik
(4) Pusat
(a) Data kematian per kabupaten per bulan (Puskemas, RS)
(b) Data kasus per kabupaten per bulan
(c) Data vektor
(d) Data logistik
(e) Data demograpi
2) Pengolahan/analisa
Data kasus malaria dan yang berhubungan dengan kasus
tersebut diolah dan dianalisa dengan memperhatikan variabel-variabel
sebagai berikut

a) Indikasi situasi malaria:


(1) Situasi Malaria di Puskesmas yang sudah mampu memeriksa
spesimen darah secara laboratorium :
(a) Jumlah malaria positif mingguan per desa meliputi :

i. Jumlah kasus malaria yang positif


ii. Penderita yang memperoleh infeksi setempat
(indigenous)
iii. Malaria positif per 1000 penduduk per bulan (
Monthly Parasite Incidence / MoPI )

(b) Jumlah / Proporsi P.falciparum


(c) Jumlah kematian karena malaria atau dengan gejala
malaria

(2) Situasi Malaria di Puskesmas yang belum mampu melakukan


pemeriksaan spesimen secara laboratorium :
(a) Jumlah malaria klinis per desa per minggu
(b) Malaria klinis per 1000 penduduk per bulan (Monthly
Malaria Incidence/ MoMI )
(c) Jumlah kematian diduga karena malaria (dengan gejala
malaria)

b) Indikasi Perubahan Lingkungan


Perubahan perobahan lingkungan atau perobahan curah hujan yang
mengakibatkan kecenderungan perkembangbiakan vektor malaria
dan perpindahan penduduk rentan ke daerah malaria, sebagai
contoh:
(1) Adanya pembukaan daerah baru (transmigrasi)

(2) Adanya penebangan hutan


(3) Adanya pembukaan tambang tradisional
(4) Adanya penebangan/peremajaan hutan bakau
(5) Adanya tambak udang/ikan yang terbengkalai
(6) Lagun yang mulai tertutup pada musim kemarau

3) Tingkat reseptivitas daerah


Untuk melengkapi kegiatan Peringatan Dini perlu dilakukan
pemantauan dan pemetaan terhadap daerah yang masih memiliki
tempat perindukan vektor potensial (reseptif) serta tingkat
endemisitasnya.

4) Situasi Lingkungan

(1) Daftar lokasi dan waktu penempatan transmigrasi


(2) Daftar lokasi peremajaan / penebangan hutan
(3) Daftar lokasi tambak udang / perikanan
(4) Daftar daerah malaria

5) Visualisasi

Untuk memudahkan pengamatan, maka semua data disajikan atau


divisualisasikan dalam bentuk yang mudah dipahami yaitu diubah
dalam bentuk : Tabel, Grafik, Peta dan sebagainya.

6) Tindak lanjut

Bila terjadi kecenderungan peningkatan penderita malaria, dilakukan


upaya penanggulangan sebagai berikut :

a) Mass Fever Survey (MFS)

(1) Pemeriksaan spesimen darah tersangka malaria pada


semua penderita demam dan dilakukan pengobatan
klinis atau pengobatan radikal terhadap semua penderita
malaria positif.
(2) Penyelidikan Epidemiologi (PE) dilakukan untuk
mengetahui apakah kasus yang terjadi indegenous atau
import serta untuk mengetahui sampai sejauh mana
penyebaran kasus. PE dilakukan pada semua kasus
malaria positif.
b) Pengamatan vektor
Dilakukan pengamatan vektor untuk mengetahui jenis vektor
yang sudah dikonfirmasi maupun suspek vektor, dan perilaku
vektor.
c) Pemberantasan vektor

Untuk menekan penularan malaria, dilakukan upaya


pemberantasan vektor dengan berbagai metoda yang disesuaikan
dengan kondisi setempat.

7) Periode KLB
Kegiatan surveilans yang dilakukan dalam Periode dimana
kasus malaria menunjukkan proporsi kenaikan dua kali atau lebih dari
biasanya/sebelumnya dan terjadi peningkatan yang bermakna baik
penderita malaria klinis maupun penderita malaria positif atau
dijumpai keadaan penderita P.falciparum dominan atau ada kasus bayi
positif baik disertai ada kematian karena atau diduga malaria dan
adanya keresahan masyarakat karena malaria.

Kegiatan yang dilakukan yaitu:

a) Konfirmasi KLB, termasuk:


(1) Pengumpulan data demografi
(2) Mass Blood Survey
(3) Penyelidikan Epidemiologi, baik berdasarkan aspek tempat,
waktu dan orang juga jenis vektor
b) Analisa Data, termasuk:
(1) Proporsi kasus (pola kasus maksimum minimum)
(2) Ada tidaknya kematian
(3) Ada keresahan di masyarakat
(4) Membuat rencana penanggulangan
(5) Penanggulangan KLB
(6) Penyusunan laporan penanggulangan yang sudah
dilaksanakan.
8) Paska KLB

Kegiatan sama seperti pada periode Peringatan Dini. Monitoring


dilakukan dengan cara pengamatan rutin atau melakukan survei secara
periodik pada lokasi KLB (MFS atau MS), juga melakukan survei
vektor dan lingkungan .

Anda mungkin juga menyukai