Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dewasa ini dunia bisnis bergerak dalam waktu yang sangat cepat. Segala sesuatu

yang menjadi kebutuhan dalam suatu bisnis atau pun suatu perusahaan diharapkan dapat

terpenuhi dengan cara yang aman dan tepat waktu. Setiap perusahaan yang terdaftar di

BEI memiliki kesempatan yang sama untuk mempublikasikan kondisi / posisi keuangan

perusahaan mereka dengan tujuan untuk dapat menarik minat para investor dalam

menanamkan modal pada perusahaannya.

Informasi yang tepat sangat dibutuhkan, mengingat harga saham yang terus

berfluktuasi dari waktu ke waktu. Salah satu informasi aman yang dapat diperoleh

adalah informasi yang berasal dari internal perusahaan, yakni melalui kinerja

perusahaan. Saham yang berkinerja baik sangat menarik minat para pemodal. Ukuran

kinerja suatu perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangannya. Laporan keuangan

merupakan sasaran yang penting bagi investor dan kreditor untuk mengetahui

perkembangan perusahaan secara periodik.

Pentingnya laporan keuangan untuk memberikan informasi tentang perusahaan

dapat dilihat melalui pernyataan IAI (2009: 1.2) atas tujuan laporan keuangan dalam

memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang

bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pemakai lapuran dalam rangka membuat

keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship)

manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.


Pada umumnya, perusahaan bisnis akan mengeluarkan laporan keuangan tahun

fiskal penuh. Laporan keuangan akan memberikan gambaran mengenai kinerja

perusahaan selama satu periode. Kinerja perusahaan dapat dinilai melalui besarnya laba

akuntansi perusahaan. Laba perusahaan juga akan memengaruhi harga saham

perusahaan.

Beberapa perusahaan mengeluarkan laporan keuangan periode interim sebagai

bagian dari laporan keuangan tahunan karena sistem, output dan tujuan laporan interim

sama dengan laporan tahunan. Oleh karena itu, laporan keuangan interim dikembangkan

sebagai bagian integral dari laporan keuangan tahunan. Secara konseptual, laporan

keuangan interim (interim report) menyediakan informasi yang lebih tepat waktu, tetapi

kurang lengkap dibandingkan dengan laporan keuangan tahunan (annual report).

Laporan keuangan interim menunjukkan adanya trade-off antara ketepatan waktu dan

kehandalan data-data keuangan, karena memerlukan adanya estimasi untuk melakukan

review piutang, utang dagang/usaha, persediaan, dan informasi lainnya yang

mendukung pengukuran yang disajikan dalam laporan keuangan tahunan.

Kewajiban pelaporan interim terdapat dalam PSAK NO. 3. Laporan Interim

adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan

sehingga laporan interim ini disebut juga sebagai integral dari laporan keuangan

tahunan. Namun, karena sifat jangka pendek dari laporan ini, terdapat banyak

kontroversi mengenai pendekatan umum yang harus digunakan. Satu kelompok

berpendapat bahwa setiap periode interim harus diperlakukan sebagai periode akuntansi

yang terpisah, deferral dan akrual mengikuti prinsip yang digunakan untuk laporan

tahunan. Transaksi dilaporkan pada saat terjadi dan pengakuan beban tidak berubah

dengan periode waktu yang tercakup. Kelompok lain berpendapat bahwa laporan
interim adalah bagian yang terpadu dari laporan tahunan dan bahwa untuk federal dan

akrual harus diperhitungkan apa yang akan terjadi pada keseluruhan tahun.

Laporan keuangan interim menyediakan informasi tentang posisi keuangan suatu

perusahaan yang tentunya bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan

ekonomi serta menunjukkan kinerja yang telah dilakukan manajemen atas penggunaan

sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya (IAI 2009). Maka dapat dikatakan

bahawa laporan keuangan interim secara telaah pustaka dapat membantu para investor,

karyawan, pemberi pinjaman, pemasok, kreditor usaha lainnya, pelanggan, pemerintah

dan masyarakat dalam menetapkan keputusan ekonomi para prinsipal dan pelaku pasar

lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, tujuan penulisan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengertian laporan keuangan interim.


2. Untuk mengetahui pelaporan emiten yang berproses IPO.
3. Untuk mengetahui laporan yang harus disiapkan untuk IPO.
4. Untuk mengetahui peraturan Bapepam untuk IPO.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Laporan Keuangan Interim (PSAK No. 3)

2.1.1. Tujuan Laporan Keuangan Interim

Salah satu karakteristik kualitatif informasi keuangan adalah tepat waktu.

Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk dapat digunakan sebagai salah satu

dasar pengambilan keputusan ekonomi dan untuk menghindari kelambatan pengambilan

keputusan tersebut.

Dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang menjual surat berharga di pasar

modal, laporan keuangan interim menjadi semakin diperlukan. Pemakai laporan

keuangan membutuhkan laporan keuangan perusahaan secepat mungkin untuk

memberikan gambaran tentang kegiatan perusahaan.

2.1.2. Ruang Lingkup PSAK No. 3

Pernyataan ini berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan

laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya pasar

modal, dan lain-lain. Untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan

industri yang bersangkutan secara khusus, misalnya perbankan, maka harus mengikuti

standar khusus tersebut.

2.1.3. Definisi Laporan Keuangan Interim


Menurut PSAK No. 3 laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang

diterbitkan di antara dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim harus

dipandang sebagai bagian yang integral dari periode tahunan. Laporan keuangan interim

dapat disusun secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari setahun dan

mencakupi seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan.

2.1.4. Pandangan Sehubungan dengan Laporan Keuangan Interim

Terdapat dua pandangan sehubungan dengan laporan keuangan interim menurut

PSAK No. 3, yaitu sebagai berikut :

a. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai dasar periode akuntansi dan

menyimpulkan bahwa hasil operasi tiap periode ditentukan dengan cara yang sama

seperti pada periode tahunan.

b. Pandangan yang menganggap periode interim sebagai bagian yang integral dengan

periode tahunan.

2.1.5. Pelaporan dan Pengungkapan

Unsur yang sama antara pelaporan keuangan interim dengan pelaporan

keuangan tahunan adalah:

a. Dasar pengakuan pendapatan.


b. Kebijakan akuntansi dasar pelaporan pada periode interim, kecuaii jika ada

perubahan dalam standar akuntansi.


c. Penyajian penggolongan aktiva sebagai lancar dan tidak lancar, dan kewajiban

sebagai jangka pendek dan jangka panjang.


2.1.6. Biaya dan Beban
Pelaporan biaya dan beban diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu:
a. Beban yang dapat dihubungkan dengan pendapatan ditentukan atas dasar yang

samadengan dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tahunan

kecuali untuk persediaan dengan modifikasi sebagai berikut :

Perusahaan yang dalam periode interim menggunakan estimasi laba kotor dalam

menentukan nilai persediaan atau metode lain yang berbeda dengan metode yang

digunakan dalam penilaian persediaan akhir tahun, harus mengungkapkan hal

tersebut dalam laporan keuangan interim.

Perusahaan yang melakukan penilaian persediaan berdasarkan biaya standar tidak

perlu melaporkan penyimpangan atau selisih dengan biaya aktual yang terjadi,

jika selisih biaya tersebut tidak material atau diharapkan bisa diselesaikan pada

akhir tahun. Pengaruh dari penyimpangan yang tidak direncanakan dan tidak

diperkirakan harus dilaporkan pada akhir periode interim dengan prosedur yang

sama seperti yang digunakan pada akhir tahun.

Kerugian yang disebabkan penurunan harga pasar tidak boleh ditangguhkan untuk

dibebankan ke periode di luar periode penurunan harga tersebut. Pemulihan harga

yang sama boleh diakui sebagai keuntungan pada periode interim selanjutnya,

keuntungan yang diakui tidak boleh melebihi kerugian yang telah dibebankan

pada periode sebelumnya.

b. Biaya dan beban lain-lain

2.1.7. Pendapatan dan Beban Musiman


Laporan keuangan interim memberi gambaran pendapatan dan beban periode

interim tersebut. Laporan keuangan interim tertentu diperbandingkan dengan periode

sebelumnya memberi manfaat yang lebih besar bagi para pemakai laporan dalam contoh

kondisi-kondisi sebagai berikut :

a. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan interim

periode sebelumnya, untuk mengetahui kecenderungan (trend) posisi keuangan

dan kinerja.

b. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan interim yang sama dalam

periode akuntansi yang lalu untuk mengetahui kecenderungan berulang

(cyclical) musiman dari kegiatan usaha.

c. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan kumulatif

dari awal tahun buku sampai dengan tanggal laporan keuangan interim untuk

mengetahui kontribusi atau pengaruh periode interim yang dilaporkan pada

periode berjalan.

d. Laporan keuangan interim diperbandingkan dengan laporan keuangan tahun

buku yang lalu, untuk mendapat gambaran pengaruh dan kinerja interim tersebut

terhadap posisi keuangan, kinerja dan arus kas periode akuntansi yang lalu.

2.1.8. Penyisihan Pajak Penghasilan

Pada akhir tiap periode interim, perusahaan harus membuat taksiran pajak

penghasilan untuk dibebankan pada periode interim. Perhitungan pajak penghasilan

periode interim harus sesuai dengan kebijakan akuntansi tentang pajak penghasilan yang

dianut pada akhir tahun.


Penghapusan segmen usaha, penggabungan usaha, pos luar biasa, dan kejadian

yang tidak biasa dan tidak sering terjadi harus dibebankan pada periode interim saat

terjadinya dan tidak boleh dibebankan pada periode lain. Pos luar biasa harus

diungkapkan secara terpisah dan dimasukkan dalam laporan laba rugi periode interim

saat pos luar biasa terjadi. Dalam menentukan materialitas, pos luar biasa harus

dihubungkan langsung dengan estimasi pendapatan tahunan.

Peristiwa atau kejadian yang tidak biasa dan tidak sering terjadi dan berpengaruh

material terhadap hasil operasi tetapi tidak dapat dikelompokkan dalam pos luar biasa

juga harus dilaporkan dan diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi periode

interim.

Kewajiban kontinjen dan ketidakpastian lain yang diperkirakan dapat

mempengaruhi kewajaran penyajian data keuangan pada tanggal neraca harus

diungkapkan dalam laporan keuangan interim dengan cara yang sama seperti dalam

laporan keuangan tahunan. Pengungkapan tersebut harus diulang dalam laporan

keuangan interim berikutnya dan dalam laporan keuangan tahunan sampai kewajiban

kontinjen itu terselesaikan.

2.1.9. Perubahan Akuntansi

Perubahan akuntansi dalam periode interim yang memerlukan penyesuaian harus

dtilaporkan dalam periode interim saat perubahan itu terjadi dengan cara yang sama

seperti yang dilaporkan dalam laporan keuangan tahunan sebagaimana yang diatur

dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No.25 tentang Laba atau Rugi Bersih

untuk Periode Berjalan, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi.


Perusahaan berkewajiban mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

bila mengetahui akan ada perubahan akuntansi dalam periode laporan keuangan interim

berikutnya.

Laporan keuangan interim harus menunjukkan perubahan akuntansi :

a. yang terjadi pada periode interim yang dilaporkan,

b. yang terjadi pada periode interim sebelumnya dalam tahun buku yang sama, bila

berpengaruh material pada periode interim yang dilaporkan.

Bila dimungkinkan, perusahaan sebaiknya melakukan perubahan akuntansi

dalam periode interim pertama dari suatu tahun buku. Perubahan akuntansi yang

dilakukan setelah periode interim pertama dalam satu tahun buku cenderung

mengaburkan hasil usaha dan menyulitkan pengungkapan informasi keuangan.

Dalam menentukan materialitas pelaporan pengaruh kumulatif dari perubahan

akuntansi atau koreksi kesalahan, jumlah yang ada harus dihubungkan dengan estimasi

pendapatan setahun penuh dan kecenderungan laba pada periode interim berikutnya

dalam tahun buku yang sama. Perubahan yang material bila dikaitkan dengan suatu

periode interim tetapi tidak material bila dikaitkan dengan estimasi pendapatan setahun

penuh atau dengan kecenderungan laba harus diungkapkan secara tersendiri dalam

periode interim tersebut.

2.1.10. Penyajian Laporan Keuangan Interim

Pernyataan ini berlaku untuk perusahaan yang diwajibkan untuk menyajikan

laporan keuangan interim oleh peraturan perundangan yang berlaku, misalnya pasar

modal, dan lain-lain. Untuk industri yang telah diatur dalam standar akuntansi keuangan
industri yang bersangkutan secara khusus, misalnya perbankan, maka harus mengikuti

standar khusus tersebut.

Laporan keuangan interim meliputi neraca, laporan laba rugi dan saldo laba

interim, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan interim

harus disajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perhitungan laba-rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai

dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date).

Laporan keuangan interim harus menggolongkan aktiva sebagai kelompok

lancar dan tidak lancar, dan kewajiban sebagai kelompok jangka pendek dan jangka

panjang sesuai laporan keuangan tahunan. Kalau suatu aktiva dan kewajiban dapat atau

harus direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal neraca interim, maka

aktiva tersebut digolongkan sebagai lancar; atau kewajiban tersebut digolongkan

sebagai jangka pendek; kalau tidak aktiva tersebut digolongkan sebagai tidak lancar

atau kewajiban tersebut digolongkan sebagai jangka panjang.

Khusus untuk perusahaan tertentu seperti bank dan asuransi yang mempunyai

metode khusus dalam penggolongan aktiva, maka penggolongan aktiva harus dilakukan

sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku.

2.1.11. Pengungkapan Ringkasan Data Keuangan Interim

Apabila perusahaan melaporkan ringkasan informasi keuangan pada tanggal

laporan keuangan interim, data berikut merupakan data minimum yang harus

dilaporkan:
a. pendapatan atau penjualan kotor, beban, estimasi pajak penghasilan, pos luar

biasa (termasuk pengaruh terhadap pajak penghasilan yang terkait), pengaruh

kumulatif perubahan akuntansi, perubahan akuntansi dan laba bersih;

b. data laba bersih per saham untuk setiap periode interim yang disajikan;

c. pendapatan dan beban musiman;

d. perubahan yang penting dalam taksiran pajak penghasilan;

e. pelepasan suatu segmen usaha, pos luar biasa, transaksi tidak biasa dan tidak

sering terjadi;

f. kewajiban kontinjen;

g. perubahan akuntansi; dan

h. perubahan yang material pada unsur laporan arus kas.


Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus diterapkan secara retrospektif

dengan melaporkan jumlah setiap penyesuaian yang terjadi yang berhubungan dengan

periode sebelumnya sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode (retained

earnings), kecuali jika jumlah tersebut tidak dapat ditentukan secara wajar. Informasi

komparatif harus dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap

tidak praktis.

Laporan keuangan interim terakhir, misalnya triwulan keempat tidak perlu

disusun karena pada dasarnya laporan keuangan tersebut dapat digantikan dengan

laporan keuangan tahunan. Dalam hal laporan keuangan interim triwulan keempat

hendak diterbitkan, maka penerbitannya dilakukan bersamaan dengan penerbitan

laporan keuangan tahunan. Di samping itu, isi dari laporan keuangan interim triwulan

keempat harus merupakan selisih dari laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan

interim sebelumnya tahun yang bersangkutan.


2.2. Pelaporan Emitem Beproses IPO dan Laporan yang Harus Disiapkan

Untuk IPO

2.2.1 Pengertian Initial Public Offering (IPO)

Penawaran umum perdana atau Initial Public Offering (IPO) merupakan salah

satu tahapan terpenting dalam proses perusahaan untuk menuju pasar modal atau go

public. IPO merupakan Pasar Perdana bagi suatu perusahaan untuk menawarkan

efeknya (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) kepada publik. Bagi suatu

perusahaan (Eminten) IPO secara financial merupakan sarana untuk memproleh modal

untuk pengembangan bisnis perusahaan dan sarana lainnya sebagai parameter bahwa

perusahaan tersebut telah menjalankan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan

perusahaan yang dampaknya dapat memperoleh citra perusahaan. Pengaturan IPO

sendiri diatur dalam Undang-Undang No. 25 tahun 2007 mengenai Penanaman Modal

yang ditetapkan pada tanggal 26 April 2007 (Sebagai pengganti Undang-Undang No. 8

tahun 1985 tentang Pasar Modal) dan Keputusan Menteri Keuangan serta peraturan-

peraturan yang di keluarkan oleh BAPEPAM dan Bursa Efek.

2.2.2 Proses IPO (Penawaran Umum Perdana)

Dalam proses IPO (Proses Emisi), Emiten harus menempuj serangkaian tahap

yang cukup panjang. Secara garis besar proses IPO dapat dibagi menjadi 3 tahapan

yaitu: sebelum emisi, selama emisi dan sesudah emisi

1) Sebelum Emisi

a. Persiapan emisi efek

Sebelum emisi, rencana manajemen perusahaan mencari dana melalui go

public mesti dibawa ke rapat umum pemegang saham (RUPS) atau rapat umum
pemegang saham luar biasa (RUPS-LB) untuk dimintakan persetujuan. Setelah

persetujuan diperoleh, emiten kemudian harus mencari dan menunjuk pihak-

pihak tertentu untuk menjamin emisi dan membantu menyiapkan kelengkapan

dokumen emisi.

Pihak-pihak yang terlibat tersebut meliputi perusahaan efek, profesi

penunjang dan lembaga penunjang. Perusahaan efek dapat pula berfungsi

sebagai penjamin pelaksana emisi, penjamin emisi, sekaligus agen penjual.

Profesi penunjang yang diperlukan mencakup

Akuntan publik (Auditor Independen) untuk melakukan audit atas laporan

keuangan 2 tahun terakhir


Notaris untuk melakukan perubahan atas Anggaran Dasar, membuat akta-

akta perjanjian dalam rangka penawaran umum dan juga notulen-notulen

rapat
Konsultan hukum untuk memberikan pendapat dari segi hukum

Lembaga-lembaga penunjang yang berperan antara lain

Wali amanat sebagai wali dari kepentingan investor (untuk emisi obligasi)
Penanggung (Guarator)
Biro Administrasi efek
Kustodian untuk tempat penitipan harta.

Persiapan dokumen emisi sendiri teridiri dari surat pengantar pernyataan

terdaftar; prospektus lengkap, iklan, brosur, edaran; dokumen lain yang

diwajibkan; rencana jadwal emisi; konsep surat efek; laporan keuangan;

rencana penggunaan dana yang dirinci per tahun; proyeksi jika dicantumkan

dalam prospektus; legal audit; legal opinion; riwayat hidup komisaris dan

direksi; perjanjian penjamin emisi; perjanjian agen penjualan; perjanjian

penanggungan (untuk emisi obligasi); perjanjian perwaliamanatan (untuk emisi


obligasi); perjanjian dengan bursa efek; kontrak pengelolaan saham;

kesanggupan emiten untuk menyerahkan semua laporan yang diwajibkan

perundang-undangan pasar modal, dan informasi lainnya yang bukan bagian

dari pernyataan pendaftaran yang diminta BAPEPAM.

b. Pendaftaran Pernyataan Emisi

Setelah semua dokumen yang diperlukan untuk emisi telah lengkap, emiten

mengadakan kontrak pendahuluan dengan bursa efek dan menandatangani

perjanjian-perjanjian emisi. Khusus penawaran obligasi atau efek hutang

lainnya emiten harus mendapatkan terlebih dahulu peringkat dari lembaga

pemeringkat efek. Barulah kemudian emiten bersama penjamin emisi

menyampaikan pernyataan pendaftaran beserta dokumen-dokumen kepada

Bapepam, sekaligus melakukan ekspose terbatas di Bapepam.

Di Bapepam semua dokumen emisi yang telah diterima diperiksa

kelengkapannya dan juga dievaluasi, baik dari segi kelengkapannya,

kecukupan, kejelasan informasi, keterbukaan, maupun aspek hukum, akuntansi,

keuangan dan manajemen. Dalam waktu maksimum 45 hari kerja jika

Bapepam tidak menyampaikan komentar, permintaan perubahan/tambahan

informasi maka pernyataan pendaftaran emiten dianggap efektif

2) Selama Emisi

a. Selama masa penawaran efek

Pada tahap ini, emiten melakukan aktivitas penawaran efek pada pasar

perdana yang sering disebut IPO (Initial Public Offering), melaksanakan

penjualan saham perdana, sampai mencatat efek yang di lepas ke public ke

Bursa Efek sehingga Investor dapat memperjualbelikan efek yang dimilikinya.


Selama masa periode emisi dibedakan menjadi periode pasar perdana dan pasar

sekunder

b. Penawaran umum efek

Periode pasar perdana, mencakup periode mulai dari efek ditawarkan

kepada pemodal oleh sindikasi penjamin emisi melalui para agen penjual yang

ditunjuk, penjatahan oleh sindikasi penjamin emisi dan emiten, hingga

penyerahan efek kepada investor. Jadi sesudah Bapepam menyatakan pernyataan

pendaftaran efektif, emiten mulai menyediakan prospectus lengkap untuk publik

dan calon pembeli dan memuat prospectus ringkas tersebut dalam sebuah surat

kabar harian atau lebih yang berbahasa Indonesia dan tersebar secara nasional.

Pemasangan prospectus ringkas tersebut dilakukan tiga hari kerja sebelum masa

penawaran umum agar calon pembeli dapat mempelajari terlebih dahulu

penawaran emiten.

Pada masa penawaran umum, calon investor yang tertarik dapat mulai

mengajukan pesanan kepada penjamin emisi melalui agen penjualan yang

ditunjuknya. Masa ini berlangsung tiga hari kerja dan selesai 60 hari setelah

efektifnya pernyataan pendaftaran. Berakhirnya masa penawaran disusul dengan

penjatahan efek. Penjatahan efek adalah pengalokasian efek para investor sesuai

dengan jumlah yang tersedia. Jika kemudian ternyata jumlah permintaan efek

selama masa penawaran umum melebihi jumlah efek yang ditawarkan, diadakan

penjatahan khusus oleh manajer penjatahan.

Masa penjatahan berjalan hingga 6 hari kerja setelah berakhirnya masa

penawaran. Efek yang sudah dialokasikan kemudian diserahkan kepada investor


dala bentuk surat saham kolektif. Dimana sertifikat tersebut sudah harus tersedia

paling lambat 3 hari kerja sebelum pencatatan.

c. Pencatatan efek di bursa

Periode pasar sekunder yaitu periode pencatatan efek di bursa sampai

perdagangan sekunder dimulai. Bapepam mensyaratkan bahwa pencatatan harus

dilaksanakan selambat-lambatnya 90 hari sesudah dimulainya masa penawaran

umum atau 30 hari sesudah ditutupnya masa penawaran umum tersebut,

tergantung mana yang lebih dahulu.

Persyaratan pencatatan saham

Laporan keuangan diaudit akuntan terdaftar di Bapepam dengan pendapat

Wajar Tanpa Kualifikasi (WTK) untuk tahun buku terakhir.


Minimal jumlah saham yang dicatatkan sebanyak 1 juta saham
Jumlah pemegang saham minimal 200 pemodal
Emiten wajib mencatatkan seluruh sahamnya yang telah ditempatkan dan

distor penuh sepanjang tidak bertentangan dengan kepemilikan asing

(maksimal 49% dari jumlah saham yang tercatat di bursa)

3) Sesudah Emisi

a. Pelaporan emisi efek

Sesudah efek diperdagangkan di pasar sekunder, emiten diwajibkan

memberikan pelaporan kepada BEI dan BAPEPAM. Pelaporan kepada kedua

Institusi ini terdiri dari tiga jenis

1) Laporan rutin yaitu berupa laporan keuangan tahunan, laporan keuangan

tengah tahunan atau laporan triwulanan (laporan keuangan interim).

Laporan rutin kepda BAPEPAM tidak hanya meliputi laporan keuangan

saja tetapi juga mencakup beberapa laporan lainnya, seperti laporan

penggunaan dana hasil emisi


2) Laporan berkala yaitu laporan mengenai terjadinya setiap kejadian penting

dan relevan

3) Laporan lainnya, yaitu mencakup laporan mengenai perubahan anggaran

dasar, rencana RUPS/RUPSLB, perubahan susunan direksi dan komisaris,

dan mengenai penyimpangan proyeksi yang dipublikasikan lebih dari

10%.

Seluruh laporan yang disampaikan emiten kepada bursa akan dipublikasikan

kepada para investor melalui pengumuman di lantai bursa maupun melalui

papan informasi. Dengan demikian investor, terutama investor publik, sebagai

pihak yang tidak memiliki akses langsung kepada emiten, dapat mengetahui

perkembangan performa emiten sehingga dapat mengambil tindakan yang

menguntungkan bagi kegiata investasinya.

2.2.3 Peraturan Bapepam LK Untuk IPO

Peraturan-Peraturan Bapepam LK yang Mengatur Mengenai IPO yaitu IX. A. 1-

14 dan IX.C.1-11

1) Peraturan Nomor IX.A.1 mengenai ketentuan umum pengajuan pernyataan

pendaftaran persyaratan penyampaian pendaftaran dalam rangka Penawaran

Umum (IPO) oleh Emiten atau Perusahaan Publik


2) Peraturan Nomor IX.A.2 mengenai tata cara pendaftaran dalam rangka

penawaran umum (IPO)


3) Peraturan Nomor IX.A.3 mengenai Tata cara untuk meminta perubahan dan

atau tambahan informasi atas pernyataan pendaftaran (IPO)


4) Peraturan Nomor IX.A.4 mengenai Prosedur penangguhan penawaran umum
5) Peraturan Nomor IX.A.5 mengenai Penawaran yang bukan merupakan

penawaran umum
6) Peraturan Nomor IX.A.6 mengenai Pembatasan atas saham yang diterbitkan

sebelum penawaran umum


7) Peraturan Nomor IX.A.7 mengenai Tanggung jawab manajer penjatahan dalam

rangka pemesanan dan penjatahan efek dalam penawaran umum


8) Peraturan Nomor IX. A.8 mengenai Prospektus awal dan info memo
9) Peraturan Nomor IX.A.9 mengenai Promosi pemasaran efek termasuk iklan,

brosur, atau komunikasi lainnya kepada public


10) Peraturan Nomor IX. A.10 mengenai Penawaran umum sertifikat penitipan efek

Indonesia (Indonesian Depositary Receipt).


11) Peraturan Nomor IX. A. 11 mengenai Penawaran umum efek bersifat utang

dalam denominasi mata uang selain rupiah


12) Peraturan Nomor IX.A.12 mengenai penawaran umum oleh pemegang saham
13) Peraturan Nomor IX.A.13 mengenai penerbitan efek syariah
14) Peraturan Nomor IX.A.14 mengenai akad-akad yang digunakan dalam

penerbitan efek syariah di pasar modal


15) Peraturan Nomor IX.C.1 merupakan pedoman mengenai bentuk dan isi

pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum

2.2.4 Peraturan Bapepam LK Mengenai Penyajian Laporan Keuangan

(Peraturan Nomor: VIII.G.7)

Dalam peraturan ini Bapepam LK mengatur mengenai:

1) Bentuk, isi, dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang harus

disampaikan oleh Emiten atau Perusahaan Publik, baik untuk keperluan

penyajian kepada masyarakat maupun untuk disampaikan kepada Badan

Pengawas Pasar Modal (Bapepam).


2) Bentuk, isi dan persyaratan dalam penyajian laporan keuangan yang tidak

diatur dalam peraturan ini, harus mengikuti Pernyataan Standar Akuntansi

Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan

praktik akuntansi lainnya yang lazim berlaku di Pasar Modal.


3) Laporan keuangan dalam ketentuan ini adalah sesuai dengan pengertian

laporan keuangan yang termuat dalam PSAK yang diterbitkan oleh IAI, yaitu

meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan

Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan dan data yang disajikan dalam

laporan keuangan tersebut terbuka dan tersedia untuk publik.

2.2.5 Peraturan Bapepam LK Mengenai Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala Emiten atau Perusahaan Publik dan Kewajiban Penyampaian

Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik (Peraturan X.K.2

dan X.K. 6)

1) Penyampaian Laporan Keuangan Berkala Emiten atau Perusahaan Publik

(peraturan X.K.2)

a) Emiten atau perusahaan publik yang telah tercatat di Bursa wajib

menyampaikan laporan keuangan berkala, yang dimaksud Laporan Keuangan

Berkala adalah laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah

tahunan Emiten atau Perusahaan Publik


b) Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah

menjadi efektif wajib menyampaikan Laporan Keuangan Berkala kepada

Bapepam dan LK paling sedikit 2 (dua) eksemplar, satu diantaranya dalam

bentuk asli, dan disertai dengan laporan dalam salinan elektronik (soft copy).
c) Laporan Keuangan Berkala tersebut merupakan laporan keuangan lengkap

yang terdiri dari:


o laporan posisi keuangan (neraca);
o laporan laba rugi komprehensif;
o laporan perubahan ekuitas;
o laporan arus kas;
o laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif, jika Emiten atau

Perusahaan Publik menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara


retrospektif, membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau

mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya; dan


o catatan atas laporan keuangan.

d) Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang Efeknya tercatat di Bursa Efek di

Indonesia dan Bursa Efek di negara lain, maka Laporan Keuangan Berkala

yang disampaikan kepada Bapepam dan LK wajib memuat informasi yang

sama dengan Laporan Keuangan Berkala yang disampaikan kepada otoritas

pasar modal di negara lain tersebut, dan paling sedikit memenuhi ketentuan

sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK yang terkait dengan

penyajian dan pengungkapan laporan keuangan.

2) Penyampaian Laporan Tahunan Bagi Emiten atau Perusahaan Publik (Peraturan

No. X.K.6)

a) Setiap Emiten atau Perusahaan Publik yang pernyataan pendaftarannya telah

menjadi efektif wajib menyampaikan laporan tahunan kepada Badan

Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan selambat-lambatnya 4

(empat) bulan setelah tahun buku berakhir, sebanyak 4 (empat) eksemplar

dan sekurang-kurangnya 1 (satu) eksemplar dalam bentuk asli. Laporan

tahunan dalam bentuk asli dimaksud adalah laporan tahunan yang wajib

ditandatangani secara langsung oleh direksi dan komisaris.


b) Dalam hal laporan tahunan telah tersedia bagi pemegang saham sebelum

jangka waktu 4 (empat) bulan sejak tahun buku berakhir, maka laporan

tahunan dimaksud wajib disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal

dan Lembaga Keuangan pada saat yang bersamaan dengan tersedianya

laporan tahunan bagi pemegang saham.


c) Laporan tahunan wajib tersedia bagi para pemegang saham pada saat

panggilan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan.


d) Dalam hal Emiten hanya menerbitkan Efek Bersifat Utang, maka kewajiban

penyampaian laporan tahunan berlaku sampai dengan Emiten telah

menyelesaikan seluruh kewajiban yang terkait dengan Efek Bersifat Utang

yang diterbitkannya.
e) Dalam hal Emiten atau Perusahaan Publik menyampaikan laporan tahunan

kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan sebelum

menyampaikan laporan keuangan tahunan, maka Emiten atau Perusahaan

Publik dimaksud dikecualikan dari kewajiban menyampaikan laporan

keuangan tahunan kepada Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga

Keuangan, sepanjang laporan tahunan dimaksud:


disampaikan sebanyak 6 (enam) eksemplar; dan
sekurang-kurangnya 1 (satu) eksemplar laporan tahunan yang memuat

laporan keuangan tahunan dalam bentuk asli.


Dalam hal penyampaian laporan tahunan dimaksud melewati batas waktu

penyampaian laporan keuangan tahunan sebagaimana diatur dalam Peraturan

Bapepam Nomor X.K.2 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan

Berkala, maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan

penyampaian laporan keuangan tahunan.

2.2.6 Peraturan Bapepam LK mengenai keterbukaan informasi yang harus

segera diumumkan kepada publik (Peraturan Nomor X.K.1)

1) Setiap Perusahaan Publik atau Emiten yang Pernyataan Pendaftarannya telah

menjadi efektif, harus menyampaikan kepada Bapepam dan mengumumkan

kepada masyarakat secepat mungkin, paling lambat akhir hari kerja ke-2 (kedua)

setelah keputusan atau terjadinya suatu peristiwa, informasi atau fakta material
yang mungkin dapat mempengaruhi nilai Efek perusahaan atau keputusan

investasi pemodal.
2) Informasi atau Fakta Material yang diperkirakan dapat mempengaruhi harga

Efek atau keputusan investasi pemodal, antara lain hal-hal sebagai berikut:
a) Penggabungan usaha, pembelian saham, peleburan usaha, atau pembentukan

usaha patungan;
b) Pemecahan saham atau pembagian dividen saham;
c) Pendapatan dari dividen yang luar biasa sifatnya;
d) Perolehan atau kehilangan kontrak penting;
e) Produk atau penemuan baru yang berarti;
f) Perubahan dalam pengendalian atau perubahan penting dalam manajemen;
g) Pengumuman pembelian kembali atau pembayaran Efek yang bersifat

utang;
h) Penjualan tambahan efek kepada masyarakat atau secara terbatas yang

material jumlahnya;
i) Pembelian, atau kerugian penjualan aktiva yang material;
j) Perselisihan tenaga kerja yang relatif penting;
k) Tuntutan hukum yang penting terhadap perusahaan, dan atau direktur dan

komisaris perusahaan;
l) Pengajuan tawaran untuk pembelian Efek perusahaan lain;
m) Penggantian Akuntan yang mengaudit perusahaan;
n) Penggantian Wali Amanat;
o) Perubahan tahun fiskal perusahaan;

2.3. Laporan Yang Harus Disiapkan Untuk Right Issues

Right Issues adalah efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama

untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten pada proporsi dan harga

tertentu. Hak dalam right adalah preventive right yaitu suatu hak untuk menjaga

proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama disuatu perusahaan dengan

pengeluaran saham baru, right issues muncul ketika penawaran kedua. Bapepam LK

menerbitkan lima peraturan untuk right issues yaitu peraturan nomor IX.D.1-IXD5.
2.3.1 Peraturan Bapepam LK No. IX.D.1

Dalam peraturan ini dijelaskan pengertian Right Issues (Hak Memesan Efek

Terlebih Dahulu) yaitu hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para

pemegang saham yang ada untuk membeli Efek baru, termasuk saham, Efek yang dapat

dikonversikan menjadi saham dan waran, sebelum ditawarkan kepada Pihak lain. Hak

tersebut wajib dapat dialihkan. Selain itu pengertian Waran yaitu Efek yang diterbitkan

oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada pemegang Efek untuk memesan

saham dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk jangka waktu 6 (enam) bulan

atau lebih sejak diterbitkannya Waran tersebut

Apabila suatu perusahaan yang telah melakukan Penawaran Umum saham atau

Perusahaan Publik bermaksud untuk menambah modal sahamnya, termasuk melalui

penerbitan Waran atau Efek konversi, maka setiap pemegang saham wajib diberi Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu atas Efek baru dimaksud sebanding dengan persentase

pemilikan mereka.

Jika perusahaan tersebut mempunyai lebih dari satu jenis saham, dan jika

jumlah saham dalam setiap jenis ditambah secara proporsional, maka para pemegang

saham yang ada wajib mempunyai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding

dengan persentase pemilikan mereka dalam masing-masing jenis saham.

Jika perusahaan tersebut mempunyai lebih dari satu jenis saham tetapi

penambahan hanya terjadi pada satu jenis saham saja, atau jumlah penambahan dari

setiap jenis saham tidak sebanding, atau jika Penawaran Umum terdiri dari Efek yang

dapat ditukar dengan saham, maka semua pemegang saham wajib mempunyai Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu sebanding dengan persentase pemilikan dalam


perusahaan. Penawaran Umum dimaksud wajib disetujui oleh pemegang saham yang

mewakili sebagian besar saham dalam setiap jenis saham.

Dalam yang menerbitkan Waran, maka jumlah Waran yang diterbitkan dan

Waran yang telah beredar tidak melebihi 35% (tiga puluh lima perseratus) dari jumlah

saham yang telah ditempatkan dan disetor penuh pada saat Pernyataan Pendaftaran

disampaikan. Dalam hal ini perusahaan tersebut jika bermaksud untuk menambah

modal sahamnya melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu atau melalui Penawaran

Umum Waran atau Efek konversi wajib mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham

untuk mempertimbangkan dan menyetujui rencana penawaran dimaksud dan

menyediakan Prospektus bagi pemegang saham, selambat-lambatnya 28 (dua puluh

delapan) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham dilaksanakan. Setiap perubahan

atau penambahan informasi mengenai Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu wajib

tersedia bagi pemegang saham paling lambat pada saat Rapat Umum Pemegang Saham

dilaksanakan.

Untuk dapat melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham dalam rangka

Penawaran Umum dengan Hak Memesan Efek, perusahaan atau emiten wajib

mengajukan Pernyataan Pendaftaran dan dokumen pendukungnya kepada Bapepam

dalam bentuk serta mencakup informasi yang ditetapkan untuk Penawaran Umum

dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu.

Persyaratan untuk memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu ini tidak

berlaku jika perusahaan mengeluarkan saham sebagai hasil kapitalisasi dari laba yang

ditahan dan atau modal disetor lainnya seperti dividen saham atau saham bonus.
2.3.2 Peraturan Bapepam LK No. IX.D.2

Peraturan ini berisi pedoman mengenai bentuk dan isi pernyataan pendaftaran

dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu (Right Issues). Dokumen-

dokumen yang harus disiapkan untuk Right Issues sekurang-kurangnya terdiri dari:

a. Surat pengantar Pernyataan Pendaftaran;


b. Prospektus; dan
c. Dokumen lain yang diperlukan sebagai bagian dari Pernyataan Pendaftaran

dalam rangka penerbitan hak memesan saham terlebih dahulu.


d. Surat dari Akuntan (comfort letter) sehubungan dengan perubahan keadaan

keuangan Emiten atau Perusahaan Publik yang terjadi setelah tanggal laporan

keuangan yang diaudit oleh Akuntan;


e. Surat pernyataan dari Emiten atau Perusahaan Publik di bidang akuntansi;
f. Keterangan lebih lanjut tentang prakiraan dan atau proyeksi, jika dicantumkan

dalam Prospektus;
g. Kebijakan dividen serta riwayat pembayaran dividen;
h. Laporan pemeriksaan dan pendapat dari segi hukum (sehubungan dengan

perubahan yang terjadi setelah tanggal dikeluarkannya pendapat hukum

sebelumnya dan hal yang berkaitan dengan penggunaan dana hasil Penawaran

Umum);
i. Surat pencabutan pembatasan-pembatasan (negative covenant) yang dapat

merugikan kepentingan pemegang saham publik dari kreditur. Dll

2.3.3 Peraturan Bapepam LK No. IX.D.3

Peraturan ini berisi pedoman mengenai bentuk dan isi prospectus dalam rangka

penerbitan hak memesan efek sebagai berikut:


a. Suatu Prospektus harus mencakup semua rincian dan Informasi atau Fakta

Material mengenai Penawaran Umum dari Emiten atau Perusahaan Publik, yang

dapat mempengaruhi keputusan pemodal, yang diketahui atau layak diketahui

oleh Emiten atau Perusahaan Publik. Prospektus harus dibuat sedemikian rupa

sehingga jelas dan komunikatif. Fakta-fakta dan pertimbanganpertimbangan

yang paling penting harus dibuat ringkasannya dan diungkapkan pada bagian

awal Prospektus. Urutan penyampaian fakta pada Prospektus ditentukan oleh

relevansi fakta tersebut terhadap masalah tertentu, bukan urutan sebagaimana

dinyatakan pada peraturan ini.


b. Emiten atau Perusahaan Publik harus berhati-hati apabila menggunakan foto,

diagram, atau tabel pada Prospektus, karena bahan-bahan tersebut dapat

memberikan kesan yang menyesatkan kepada masyarakat. Emiten atau

Perusahaan Publik juga harus menjaga agar penyampaian informasi penting

tidak dikaburkan dengan informasi yang kurang penting yang mengakibatkan

informasi penting tersebut terlepas dari perhatian pembaca.


c. Emiten atau Perusahaan Publik dapat melakukan penyesuaian atas

pengungkapan Informasi atau Fakta Material tidak terbatas hanya pada

Informasi atau Fakta Material yang telah diatur dalam ketentuan ini.

Pengungkapan atas Informasi atau Fakta Material tersebut harus dilakukan

secara jelas dengan penekanan yang sesuai dengan bidang usaha atau sektor

industrinya, sehingga Prospektus tidak menyesatkan. Emiten atau Perusahaan

Publik serta Lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal bertanggung jawab

untuk menentukan dan mengungkapkan fakta tersebut secara jelas dan mudah

dibaca.
2.3.4 Peraturan Bapepam LK No. IX.D.4

Emiten atau Perusahaan Publik dapat menambah modal tanpa memberikan Hak

Memesan Efek Terlebih Dahulu kepada pemegang saham, sepanjang ditentukan dalam

anggaran dasar, dengan ketentuan sebagai berikut:

a. jika dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun, penambahan modal tersebut sebanyak-

banyaknya 5 % (lima perseratus) dari modal disetor; atau


b. jika tujuan utama penambahan modal adalah untuk memperbaiki posisi

keuangan perusahaan yang mengalami salah satu kondisi sebagai berikut:


Bank yang menerima pinjaman dari Bank Indonesia atau lembaga

pemerintah lain yang jumlahnya lebih dari 200% (dua ratus perseratus) dari

modal disetor atau kondisi lain yang dapat mengakibatkan restrukturisasi

bank oleh instansi Pemerintah yang berwenang;


Perusahaan selain bank yang mempunyai modal kerja bersih negatif dan

mempunyai kewajiban melebihi 80% (delapan puluh perseratus) dari aset

perusahaan tersebut pada saat RUPS yang menyetujui penambahan modal;

atau
perusahaan yang gagal atau tidak mampu untuk menghindari kegagalan atas

kewajibannya terhadap pemberi pinjaman yang tidak terafiliasi dan jika

pemberi pinjaman tersebut atau pemodal tidak terafiliasi menyetujui untuk

menerima saham atau obligasi konversi perusahaan untuk menyelesaikan

pinjaman tersebut.

2.3.5 Peraturan Bapepam LK No. IX.D.5

Peraturan ini memuat mengenai saham bonus. Saham Bonus adalah saham yang

dibagikan secara cuma-cuma kepada pemegang saham berdasarkan jumlah saham yang

dimiliki, pembagian Saham Bonus harus proporsional dengan kepemilikan saham dari

setiap pemegang saham. Pelaksanaan pembagian Saham Bonus harus telah selesai
dilakukan selambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah pelaksanaan Rapat

Umum Pemegang Saham yang menyetujui pembagian Saham Bonus tersebut.

Emiten atau Perusahaan Publik wajib menyampaikan kepada Bapepam laporan

penjatahan Saham Bonus yang telah diperiksa oleh Akuntan yang terdaftar di Bapepam

sebanyak 2 (dua) eksemplar selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari setelah

pembagian Saham Bonus dilaksanakan. Saham Bonus yang merupakan Dividen Saham,

berasal dari kapitalisasi Saldo Laba. Saham Bonus yang bukan merupakan Dividen

Saham, berasal dari kapitalisasi:

a. Agio Saham; dan atau


b. unsur ekuitas lainnya.

Jumlah saham yang dibagikan dalam rangka Saham Bonus yang merupakan

Dividen Saham ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

a. Dalam hal harga pasar saham pada penutupan perdagangan 1 (satu) hari sebelum

Rapat Umum Pemegang Saham di bawah nilai nominal saham, maka jumlah

saham yang dibagikan ditentukan berdasarkan sekurang-kurangnya pada nilai

nominal saham.
b. Dalam hal harga pasar saham sama atau lebih tinggi dari nilai nominal saham,

maka jumlah saham yang dibagikan ditentukan berdasarkan harga pasar saham

pada penutupan perdagangan 1 (satu) hari sebelum Rapat Umum Pemegang

Saham.

Pembagian Saham Bonus hanya dapat dilaksanakan apabila asal Saham Bonus

tersebut telah dimuat dalam Laporan Keuangan Tahunan terakhir yang telah diaudit oleh

Akuntan yang terdaftar di Bapepam. Dalam hal Saham Bonus berasal dari kapitalisasi

Agio Saham maka nilai yang dapat dikapitalisasi adalah jumlah Agio Saham setelah

dikurangi biaya emisi Efek ekuitas.


Emiten atau Perusahaan Publik atau pelaku Pasar Modal lainnya dalam

hubungan dengan para pemodal dilarang memberikan informasi yang menyesatkan

mengenai rencana pembagian Saham Bonus oleh Emiten atau Perusahaan Publik

tertentu. Jumlah saham yang dibagikan dalam rangka Saham Bonus yang bukan

merupakan Dividen Saham ditentukan berdasarkan nilai nominal saham.

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

3.1. Kasus Pengungkapan Informasi Material-Perusahaan Gas Negara (PT.

PGN)

Kasus yang dialami oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk di indikasi bermula

dari jatuhnya penjualan saham perusahaan tersebut dibursa efek dimana terjadi
penurunan secara signifikan harga saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk di Bursa Efek

Jakarta, yaitu dari Rp 9.650,00 (harga penutupan pada tanggal 11 januari 2006) menjadi

Rp 7.400,00 per lembar saham pada tanggal 12 januari 2007. Adanya dugaan insider

trading pada kasus ini karena Jatuhnya harga saham tersebut dilihat tidak wajar, karena

merujuk pada harga sebelumnya Rp 9.650,00 berarti telah jatuh sebanyak 23,36%.

Melihat dengan jatuhnya harga saham dalam penjualan dibursa efek, patut diduga

bahwa adanya kesalahan atau pun kesengajaan dalam hal transaksi yang dilakukan oleh

PT Perusahaan Gas Negara Tbk. Kala itu, saham PGN merosot hingga 23,36% atau Rp

2.250 menjadi Rp 7.400 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 9.650. sebanyak 186,2

juta saham ditransaksikan.

Selain itu pada masa periode tersebut, yaitu 12 September 2006 sampai dengan

11 Januari 2007 terdapat adanya perdagangan saham yang dilakukan oleh para pihak

orang dalam perusahaan. Selain dugaan terjadinya praktek haram insider trading pada

transaksi saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk, terdapat juga indikasi terjadinya

pelanggaran prinsip keterbukaan informasi. PT. Gas Negara Tbk pada saat penjualan

dibursa efek. Penurunan harga saham yang signifikan tersebut sangat erat hubungannya

dengan siaran pers yang dilakukan manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sehari

sebelum (11 januari 2007). Dalam siaran pers tersebut dinyatakan bahwa terjadi koreksi

atas rencana besarnya volume gas yang akan dialirkan, yaitu mulai dari (paling sedikit)

150 MMSCFD menjadi 30 MMSCFD. Dan terdapat Pernyataan bahwa tertundanya gas

in yang semula akan dilakukan pada akhir Desember 2006 tertunda menjadi Maret

2007.

Penundaan proyek komersialisasi pemipaan gas PT Perusahaan Gas Negara Tbk

(PGN) dari Sumatra Selatan sampai Jawa Barat dan yang membuat informasi ini
berhubungan erat dengan kasus anjloknya harga saham PGN, yaitu manajemen PT

Perusahaan Gas Negara Tbk baru menjelaskan penundaan komersialisasi gas pada 11

Januari 2007, padahal informasi tentang adanya penundaan tersebut sebenarnya sudah

diketahui oleh manajemen PT Perusahaan Gas Negara Tbk sejak tanggal 12 September

2006 (informasi tentang penurunan volume gas) dan sejak tanggal 18 Desember 2006

(informasi tentang tertundanya gas in). Ada dugaan bahwa beberapa pelaku pasar telah

mengetahui informasi penting mengenai penundaan komersialisasi gas tersebut sebelum

diumumkan secara resmi oleh manajemen PT Perusahaan Gas negara Tbk.

Dalam arti lain, tidak semua pelaku pasar mengetahui informasi penting

tersebut. Sehingga bagi mereka yang mengetahui informasi penting tersebut, langsung

mengambil langkah yang dapat menguntungkan mereka sendiri, dengan menjual saham

PGN lebih dulu dibanding investor lainnya. Puncaknya pada tanggal 12 Januari 2007,

para investor lainnya ikut-ikutan menjual saham PGN secara besar-besaran, yang

mengakibatkan jatuhnya harga saham PGN 23,36% dari harga Rp 9.650,00 menjadi Rp

7.400,00.

3.2. Hasil Pemeriksaan Bapepam-LK

Badan Pengawas Pasar Modal dan lembaga Keuangan (Bapepam-LK)

mengumumkan hasil pemeriksaan terhadap pelanggaran peraturan perundangundangan

di bidang Pasar Modal yang di lakukan oleh PT Perusahaan Gas Negara (persero) Tbk.

(PT PGN), sebagai berikut:

1) Bapepam-LK telah melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan pihakpihak

terkait dengan pelanggaran pasal 86 undang-undang pasar modal dan Peraturan

Nomor X.K.1 tentang Keterbukaan Informasi yang harus segera diumumkan


kepada publik yang dilakukan oleh PT PGN dan tentang pemberian keterangan

yang secara material tidak benar sebagaimana dimaksud dalam pasal 93

Undang-undang Pasar Modal.


2) Atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal dan Peraturan Nomor

X.K.1 dan pelanggaran Pasal 93 Undang-undang Pasar Modal yang dilakukan

oleh PT PGN ditemukan bukti-bukti sebagai berikut :


a. Terdapat keterlambatan pelaporan keterbukaan informasi atas penundaan

proyek pipanisasi yang dilakukan oleh PT PGN sebanyak 35 hari


b. Terdapat pemberian keterangan yang secara material tidak benar, yakni

memberikan keterangan tentang rencana volume gas yang dapat dialirkan

melalui proyek SSWJ yang tidak sesuai dengan fakta bahwa telah terjadi

perubahan awal tersebut. Fakta tersebut telah diketahui atau sepatutnya

diketahui oleh direksi yang seharusnya disampaikan saat keterangan itu

diberikan kepada publik


3) Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Bapepam-LK menetapkan:
a. Sanksi denda sebesar Rp 35.000.000,00 kepada PT Perusahaan Gas Negara

Tbk atas pelanggaran Pasal 86 Undang-undang Pasar Modal dan Peraturan

Nomor X.K.1 ;
b. Sanksi denda sebesar Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) kepada

Direksi PT PGN yang menjabat pada periode bulan juli 2006 atas

pelanggaran pemberian keterangan yang secara material tidak benar

sebagaimana dimaksud dalam pasal 93 Undang-undang Pasar Modal.


BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan tinjauan pustaka dan pembahasan kasus di atas, dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

laporan keuangan interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan di antara

dua laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan interim harus dipandang sebagai

bagian yang integral dari periode tahunan. Laporan keuangan interim dapat disusun
secara bulanan, triwulanan atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakupi

seluruh komponen laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan

Laporan keuangan interim meliputi neraca, laporan laba rugi dan saldo laba

interim, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan interim

harus disajikan secara komparatif dengan periode yang sama tahun sebelumnya.

Perhitungan laba-rugi interim harus mencakup periode sejak awal tahun buku sampai

dengan periode interim terakhir yang dilaporkan (year-to-date).

IPO merupakan Pasar Perdana bagi suatu perusahaan untuk menawarkan

efeknya (saham, obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) kepada publik. Bagi suatu

perusahaan (Eminten) IPO secara financial merupakan sarana untuk memproleh modal

untuk pengembangan bisnis perusahaan dan sarana lainnya sebagai parameter bahwa

perusahaan tersebut telah menjalankan keterbukaan dalam pengelolaan perusahaan

perusahaan yang dampaknya dapat memperoleh citra perusahaan.

Right Issues adalah efek yang memberikan hak kepada pemegang saham lama

untuk membeli saham baru yang akan dikeluarkan oleh emiten pada proporsi dan harga

tertentu. Hak dalam right adalah preventive right yaitu suatu hak untuk menjaga

proporsi kepemilikan saham bagi pemegang saham lama disuatu perusahaan dengan

pengeluaran saham baru, right issues muncul ketika penawaran kedua.

Berdasarkan atas kasus di atas, tiap perusahaan yang akan melakukan listing di

Bursa Efek Indonesia sebaiknya benar-benar mematuhi dan siap menjalankan segala

aturan dan perundang-undangan yang berlaku kaitannya dengan pasar modal.


DAFTAR PUSTAKA

Hans, Rosita, Merliyana dan Sylvia Veronica Siregar, 2012, Akuntansi Keuangan SAK
Berbasis IFRS, Jakarta: Salemba Empat.
https://www.scribd.com/document/291131637/Cg-Sesi-11-Kasus-Pgn

Anda mungkin juga menyukai