Anda di halaman 1dari 22

Prinsip Enam Benar

1.Benar Pasien

Sebelum obat diberikan, identitas pasien harus diperiksa (papan identitas di tempat tidur,
gelang identitas) atau ditanyakan langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai, misalnya pasien mengangguk.
Jika pasien tidak sanggup mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung kepada keluarganya. Bayi harus
selalu diidentifikasi dari gelang identitasnya.

2.Benar Obat

Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat dengan nama dagang yang
kita asing (baru kita dengar namanya) harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi
apoteker untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat. Sebelum memberi obat
kepada pasien, label pada botol atau kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat
membaca permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label botol dibandingkan
dengan obat yang diminta, ketiga saat dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca,
isinya tidak boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.Jika pasien meragukan
obatnya, perawat harus memeriksanya lagi. Saat memberi obat perawat harus ingat untuk apa
obat itu diberikan. Ini membantu mengingat nama obat dan kerjanya.

3.Benar Dosis

ebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya. Jika ragu, perawat harus
berkonsultasi dengan dokter yang menulis resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien.
Jika pasien meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada beberapa obat baik
ampul maupun tablet memiliki dosis yang berbeda tiap ampul atau tabletnya. Misalnya
ondansentron 1 amp, dosisnya berapa ? Ini penting !! karena 1 amp ondansentron dosisnya ada 4
mg, ada juga 8 mg. ada antibiotik 1 vial dosisnya 1 gr, ada juga 1 vial 500 mg. jadi Anda harus
tetap hati-hati dan teliti !

4.Benar Cara/Rute

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang menentukan
pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien, kecepatan respon yang
diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat dapat diberikan
peroral, sublingual, parenteral, topikal, rektal, inhalasi.

a) Oral, adalah rute pemberian yang paling umum dan paling banyak dipakai, karena ekonomis,
paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diabsorpsi melalui rongga mulut (sublingual atau
bukal) seperti tablet ISDN.

b) Parenteral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, enteron berarti usus, jadi
parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena (perset /
perinfus).

c) Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa. Misalnya salep, losion, krim,
spray, tetes mata.

d) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau supositoria yang akan mencair
pada suhu badan. Pemberian rektal dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulkolax supp), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar / kejang (stesolid supp). Pemberian
obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan pemberian obat dalam bentuk oral,
namun sayangnya tidak semua obat disediakan dalam bentuk supositoria.

e) Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki epitel untuk
absorpsi yang sangat luas, dengan demikian berguna untuk pemberian obat secara lokal pada
salurannya, misalnya salbotamol (ventolin), combivent, berotek untuk asma, atau dalam keadaan
darurat misalnya terapi oksigen.

5.Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya tergantung untuk mencapai
atau mempertahankan kadar darah yang memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan,
untuk memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum makan. Ingat dalam
pemberian antibiotik yang tidak boleh diberikan bersama susu karena susu dapat mengikat
sebagian besar obat itu sebelum dapat diserap. Ada obat yang harus diminum setelah makan,
untuk menghindari iritasi yang berlebihan pada lambung misalnya asam mefenamat.

6.Benar Dokumentasi

Setelah obat itu diberikan, harus didokumentasikan, dosis, rute, waktu dan oleh siapa obat
itu diberikan. Bila pasien menolak meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus
dicatat alasannya dan dilaporkan.
RUMUS PEMBERIAN CAIRAN INFUS

PERHITUNGAN TETESAN INFUS

1. Tetesan Makro : 1cc = 15 tetes


Rumus :
Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc)
Lamanya infus (jam) x 4

2. Tetesan Mikro : 1cc = 60 tetes


Rumus :
Tetesan/menit = Jumlah cairan yang dimasukkan (cc)
Lamanya infus (jam)

DOSIS OBAT UNTUK ANAK(Pediatrik)

KATEGORI ANAK:
Anak premature : lahir kurang 35 minggu
Anak baru lahir : Neonatus s/d 28 hari
Bayi : infant s/d 1 tahun
Balita : 1-5 tahun
Anak : 6-12 tahun

PENENTUAN DOSIS ANAK

Dalam menentuklan dosis anak, ada beberapa masalah yang harus kita perhatikan.

Organ (hepar, ginjal, SSP) belum berfungsi secara sempurna, metabolisme obat belum maksimal

Distribusi cairan tubuh berbeda dengan orang dewasa


Neonatus >29,7% dari dewasa

Bayi 6 bulan >20,7% dari dewasa

Anak s/d 7 th. >5,5% dari dewasa

Faktor lain yang perlu diperhatikan

Farmakokinetika obat (ADME)

Perbedaan absorpsi (perbedaan kepadatan sel)

Perbedaan distribusi (% cairan ekstrasel & cairan tubuh total

Perbedaan metabolisme (ensimatik yang belum sempurna)

Perbedaan ekskresi (glomerulus belum berkembang lengkap)

CARA MENGHITUNG DOSIS ANAK (PEDIATRIC THERAPEUTIC

Ada lebih dari 30 rumus untuk menghitung dosis yang akan diberikan pada anak. Di antaranya sbb.

1. DASAR PERBANDINGAN ATAS UKURAN FISIK ANAK SECARA INDIVIDUAL

Ada 2 cara, yaitu:

a. Sesuai dengan berat badan anak (Kg)


b. Sesuai dengan LPTa (m2)

2. DASAR PERBANDINGAN DENGAN DOSIS DEWASA

a.Perbandingan umur (dewasa 20-24tahun) n

Rumus Young (anak<12 th) Da =Dd (mg)

n+12

n Rumus Dilling Da= Dd (mg) 20

Keterangan: Da = Dosis obat untuk anak Dd = Dosis obat untuk dewasa

n = Umur anak dalam tahun

b. Perbandingan berat badan (dewasa 70 kg)

BBa

Rumus Clark = Dd (mg)

70

Keterangan: Bba = berat badan anak (kg)

c. Perbandingan luas permukaan tubuh (LPT) (Dewasa = 1,73 cm2) LPT (anak)

Rumus (Crawford-Terry-Rourke) =Dd (mg)

1,73

Catatan: Perhitungan dosis menggunakan dasar perbandingan dengan dosis dewasa punya
kelemahan sbb.

Perhitungan dosis menggunakan dasar perbandingan dengan dosis dewasa punya kelemahan sbb.
Umur-Tidak tepat (variasi BB & LPT)

BB -Tidak dapat bagi semua obat

LPT Tidak praktis

DOSIS OBAT UNTUK OBESITAS

Definisis obesitas adalah berat badan > 20% BB ideal, akibatnya ada perbedaan komposisi
komponen tubuh dengan BB normal.

Menurut Rische, BB ideal = (T-100) x 0,9 (Kg) ; T = Tinggi (cm)

Yang harus diperhatikan dalam penghitungan dosis:

Lipofilisitas obat

Jika suatu obat bersifat lipofilik maka distribusi obat naik , T 1/2 eliminasi lebih lama.

Mis. Benzodiazepin

Daya larut obat dalam lemak kecil.

Perhitungan dosis didasarkan pada Berat badan tanpa lemak (BBTL).

Mis. Digitoxin, kanamycin, Streptomycin

Daya larut obat dalam lemak besar.

Perhitungan dosis didasarkan Berat badan nyata (BBN).

Mis. Thiopental

DOSIS UNTUK GERIATRIK (Umur > 65 tahun)


Ketika umur bertambah, terjadi perubahan fisiologi dan patologi tubuh yang menentukan perubahan
konsentrasi obat di dalam tubuh karena perubahan fase farmakokinetika = ADME.

Penentuan dosis obat:

1. Dasar : Pola MIC Pola kurva log dosis respon

2. Dasar: Clearance individual

DOSIS LAZIM/TERAPEUTIK (tertulis dalam pustaka)

Dosis sekali : Bisacodyl, 5-10 mg/dosis tunggal

Dosis sehari : Diazepam,5-30 mg dalam dosis terbagi; Dexamethason, 0,5-2 mg/hari.

Dosis/kgbb/kal :Etambutol, 15-25 mg/kgbb/ dosis tunggal.

Dosis/kgbb/hari :Ampisilin, 50-150 mg/kgbb/ hari. Dalam dosis terbagi tiap 6 jam

JENIS CAIRAN : KOLOID

Koloid mengandung molekul-molekul besar berfungsi seperti albumin dalam plasma,


tinggal dalam intravaskular cukup lama (waktu parah koloid intravaskuler 3-6 jam),
sehingga volume yang diberikan sama dengan volume darah. Contoh cairan koloid

antara lain dekstran, haemacel, albumin, plasma dan darah. 1,3

Secara umum koloid dipergunakan untuk2 :

1. Resusitasi cairan pada penderita dengan defisit cairan berat (syok hemoragik)
sebelum transfusi tersedia.
2. Resusitasi cairan pada hipoalbuminemia berat, misalnya pada luka bakar.

Tabel 2, berbagai cairan koloid4


CAIRAN pH Na+ Cl+ Kl+ Ca Laktat Glukosa Osmolalitas Lain-lain

Albumin (5%) 6.4- 130- 130- 309

7.4 160 160

PEMASANGAN INFUS

Pengertian Pemasangan Infus

Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh melalui


sebuahjarum ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan cairan
atau zat-zatmakanan dari tubuh. Keadaan-keadaan yang dapat memerlukan pemberian
cairan infus adalah :

1. Perdarahan dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen


darah)2.
2. Trauma abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah)3.
3. Fraktur tulang, khususnya di pelvis (panggul) dan paha 4.
4. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi 5.
5. Diare dan demam6.
6. Luka bakar luas7.
7. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggung

Tujuan Pemasangan Infus

1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang menganung air,


elektrolit,vitamin, protein lemak, dan kalori yang tidak dapat dipertahankan
secara adekuatmelalui oral
2. Memperbaiki keseimbangan asam basa
3. Memperbaiki volume komponen-komponen darah
4. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan kedalam tubuh
5. Memonitor tekan Vena Central (CVP)
6. Memberikan nutrisi pada saat system pencernaan di istirahatkan

Indikasi Pembetrian Obat melalui jalur intravena

1. Pada Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian


obatsecara langsung kedalam intravena.

2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat

3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara
terus-menerus melalui infuse (lidokain, xilokain)

4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan


denganinjeksi intramuskuler.

5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di


campurdalam satu botol.

6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (missal
:pada pasienkoma) atau intra muskuler (missal : pasien dengan gangguan
koagulasi)

Komplikasi Pemasangan Infus


1. Hematoma : darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya
pembuluhdarah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang
kurang tepat saatmemasukkan jarum, atau tusukan berulang pada pembuluh
darah.

2. Infiltrasi : masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan


pembuluh darah),terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.

3. Tromboflebitis/ bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat


infus yangdipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.

4. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi


akibatmasuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh
darah.

5. Perdarahan

6. Rasa perih/sakit7.

7. Reaksi aler

Jenis Cairan Infus

1. Cairan hipotonik:Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan serum


(konsentrasi ion Na+ lebih rendahdibandingkan serum), sehingga larut
dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum.Maka cairan ditarik
dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsipcairan
berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai akhirnya
mengisisel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel mengalami
dehidrasi, misalnya padapasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar guladarah tinggi) dengan ketoasidosis
diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalahperpindahan tiba-tiba
cairan dari dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan
kolapskardiovaskular dan peningkatan tekanan intrakranial (dalam otak)
pada beberapa orang.Contohnya adalah NaCl 45% dan Dekstrosa 2,5%.

2. Cairan Isotonik:Osmolaritas (tingkat kepekatan) cairannya mendekati serum


(bagian cair darikomponen darah), sehingga terus berada di dalam pembuluh
darah. Bermanfaat padapasien yang mengalami hipovolemi (kekurangan
cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun). Memiliki risiko terjadinya
overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakitgagal jantung kongestif dan
hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat (RL), dannormal
saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%). 3.

3. Cairan hipertonik:Osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga


menarik cairan danelektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh
darah. Mampu menstabilkan tekanandarah, meningkatkan produksi urin, dan
mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif dengan cairan
hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose5%+Ringer-Lactate,
Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.

Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:

1. Kristaloid
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan
(volumeexpanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan
berguna pada pasienyang memerlukan cairan segera. Misalnya Ringer-Laktat
dan garam fisiologis.2.

2. Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan
keluar darimembran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dandapat menarik cairan dari luar pembuluh darah. Contohnya
adalah albumin dan steroid.Contoh :

a) Natrium Klorida 0,9 %


Komposisi : NaCl : 4,5
grAir untuk injeksi : 500 ml
Osmolaritas : 308 mOsm/l
N+ : 154 mEq/l

C- : 154 mEq/l

b) Ringer Laktat
Komposisi : Natrium Laktat, C3H5NaO3: 1,55 gr
Natrium Klorida, NaCl : 3,0 gr
Kalium Klorida, KCl : 0,15 gr
Kalsium Klorida, CaCl2.2H2O : 0,1 gr
Air untuk injeksi : 500 ml
Osmolaritas : 274 mOsm/l
N+ : 130 mEq/l
K+ : 4 mEq/l
C- : 109,5 mEq/l
C+ : 2,7 mEq/l
Laktat (HCO3) : 27,5 mEq/l
c) Glukosa 5%
Komposisi : Glukosa, C6H12O6.H2O : 25,0 gr
Air untuk injeksi : 500ml
Osmolaritas : 280 mOsm/l
Setara dengan : 800 KJ/l (190 kkal/l)
Pembuluh Vena
G.

Praktik Pemasangan Infus

Persiapan AlatTersedia baki berisi : 1.

Infus set2.

Abocath3.

Cairan yang diperlukan4.

Kapas alcohol dalam tempatnya 5.

Plester6.

Gunting perban7.

Nierbekken8.

Torniquet/ karet pembendung9.

Perlak kecil dan alasnya10.

Hansaplast11.

Spalk k/p12.

Tiang infusBak instrument berisi :1.

Handsoon steril 1 pasang

Persiapan Pasien1.

Memperkenalkan diri2.

Menjelaskan tujuan3.

Menyiapkan pasien

Pelaksanaan1.

Alat-alat dibawa ke dekat pasien 2.


Petugas mencuci tangan3.

Melapor4.

Perlak dan alasnya dipasang di bawah daerah yang akan diinfus 5.

Botol cairan digantungkan pada tiang infuse6.

Tutup botol cairan dibuka, lalu selang infus ditusukkan 7.

Cairan dialirkan untuk mengeluarkan udara 8.

Selang ditutup kembali, siapkan plester 9.

Tourniquet dipasang pada lengan yang akan diinfus

10.

Pasang handscoon11.

Lengan yang akan diinfus didesinfeksi 12.

Jarum abocath ditusukkan pada vena dengan lubang jarum menghadap keatas 13.

Bila berhasil darah akan keluar, tourniquet dilepas dan selang infuse dipasang 14.

Perhatikan kelancaran cairan, bila tetesan lancer, jarum dalam tempattusukan


ditutup dengan plester, buka handscoon 15.

Pangkal jarum direkatkan dengan plester 16.

Tetesan infus diatur sesuai terapi yang ditentukan 17.

Posisi lengan yang diinfus diatur senyaman mungkin 18.

Alat-alat dibereskan19.

Petugas cuci tangan20.

Melapor

Anda mungkin juga menyukai