Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Definisi Zakat Fitrah

a.Syarat-syarat wajib zakat fitrah

b.Membayar fitrah sebelum waktunya

c.Membayar fitrah dengan harganya

d.Menta-khirkan zakat

e.Orang yang berhak menerima zakat

BAB II PEMASALAHAN

2.1 Penjelasan menurut pendapat yang empat

2.2 Orang yang tidak berhak menerima zakat

2.3 Hikmah (gunanya) zakat

2.4 Sedekah Sunat

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi zakat fitrah


Pada setiap Hari Raya Idul Fitri,setiap orang Islam, laki-laki dan perempuan,besar
kecil, merdeka atau hamba, di wajibkan membayar zakat fitrah sebanyak 3,1 liter dari
makanan yang mengenyangkan menurut tiap-tiap tempat(negeri).

Dari Ibnu Umar. Ia berkata,Rasulullah Saw. Mewajibkan zakat fitri (berbuka) bulan
Ramadhan sebanyak satu sa(3,1 liter) kurma atau gandum atas tiap-tiap orang
muslim merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan. (Riwayat Bukhari dan
Muslim). Dalam hadis Bukhari di sebutka, Mereka membayar fitrah itu sehari atau
dua hari sebelum hari raya.

Dari Abu Said.Ia berkata, Kami mengeluarkan zakat fitrah satu sa dari makanan,
gandum, kurma, susu kering, atau anggur kering.(Diketengahkan oleh Bukhari dan
Muslim)

Dengan dua hadis ini jelaskan bahwa yang di maksudkan oleh Rasulullah Saw., banyaknya
fitrah satu sa, sedangkan sa menurut arti bahasa Arab adalah nama ukuran sukatan
(takaran). Jadi, ukuran banyaknya zakat fitrah ini adalah ukuran takaran, bukan ukuran
timbangan. Penyelidikan ulama-ulama tentang ketentuan banyaknya zakat fitrah dengan
timbangan ( kati) adalah kurang teliti (kurang tepat)nyakarena berat beras satu sadari
beberapa jenis beras tentu tidak sama, apalagi kalau di bandingkan dengan satu sa jagung
atau lain-lainnya, sudah tentu amat berjauhan timbangannya walaupun takarannya sama.
Syarat-Syarat Wajib Zakat Fitrah
1. Islam. Orang yang tidak beragama Islam tidak wajib membayar zakat fitrah
2. Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan Ramadhan. Anak
yang lahir sesudah terbenam matahari tidak wajib fitrah. Orang yang kawin sesudah
terbenam matahaari tidak wajib membayarkan fitrah istrinya yang baru di kawininya
itu.Karena yang di maksud dalam hadis di atas ialah zakat fitri (berbuka) bulan
Ramadhan. Yang di namakan berbuka di bulan Ramadhan ialah malam Ramadan.
Jadi, malam hari raya ialah malam itulah waktu wajibnya fitrah.
3. Dia mempunyai lebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan
untuk yang wajib di nafkahikannya, baik manusia ataupun binatang, pada malam
hari raya dan siang harinya. Orang yang tidak mempunyai lebihan tidak wajib
membayar fitrah.
Sabda Rasulullah Saw.:

Tatkala Rasulullah Saw. mengutus Muaz ke Yaman, beliau memerintahkan kepada


Muaz, Beritahukanlah kepada mereka (penduduk Yaman), s esungguhnya Allah
telah mewajibkan kepada mereka sedekah (zakat) yang di ambil dari orang-orang
kaya dan di berikan kepada orang-orang fakir di kalangan mereka (penduduk
Yaman). (Riwayat Jamaah ahli hadis)

Barang siapa meminta-minta, sedangkan ia berkecukupan, sesungguhnya ia


memperbesar api neraka (siksaan). Para sahabat ketika ia bertanya, Wahai
Rasulullah, apakah yang di maksud dengan berkecukupan itu? Arti berkecukupan
baginya sekedar cukup buat dia makan tengah hari dan makan malam.(Riwayat
Abu Dawud dan Ibnu Hibbah)

Harta yang terhitung di sini ialah harta yang tidak perlu baginya sehari-hari.Adapun harta
yang di perlukan sehari-hari, seperti rumah (tempat tinggal), perkakas rumah, pakaian
sehari hari, kitab, dan sebagainya, tidak menjadi perhitungan; artinya barang-barang
tersebut tidak perlu di jual untuk membayar fitrah ; dan jika ia tidak mempunyai kelebihan
yang lain, ia tidak wajib membayar fitrah ; orang yang mencukupi syarat- syarat di atas
wajib membayar fitrah untuk dirinya sendiri , dan fitrah untuk orang yang wajib
dinafkahinya, seperti fitrah anaknya yang masih kecil, fitrah istrinya, fitrah ibu bapaknya
yang sudah menjadi tanggungannya, dan lain-lain yang wajib atasnya menanggung nafkah
mereka.

Membayar fitrah sebelum waktu wajib

Sebagaimana telah di ketahui, waktu wajib zakat fitrah ialah sewaktu terbenam matahari pada
malam hari raya. Sungguhpun begitu, tidak ada halangan bila di bayar sebelumnya, asal
dalam bulan puasa. Di bawah ini akan di terangkan beberapa waktu dan hukuman membayar
fitrah pada waktu itu.
1. Waktu yang di perbolehkan, yaitu dari awal Ramadan sampai hari penghabisan
Ramadan. Lihat hadis Ibnu Umar tadi.
2. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan Ramadan.
3. Waktu yang lebih baik (sunat), yaitu di bayar sesudah salat subuh sebelum pergi salat
hari raya.

Dari Ibnu Abbas, Ia berkata , Telah di wajibkan oleh Rasulullah Saw. Zakat fitrah
sebagai pembersih bagi orang puasa dan memberi makan bagi orang miskin. Barang
siapa yang menunaikannya sebelum salat hari raya, maka zakat itu sebagai sedekah
biasa, ( Riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah)

4. Waktu makruh, yaitu membayar fitrahsesudah salat hari raya, tetapi sebelum
terbenam matahari pada hari raya.
5. Waktu haram lebih telat lagi, yaitu di bayar sesudah terbenam matahari pada hari
raya.

Membayar fitrah dengan harganya

Berfitrah dengan uang seharga makanan, menurut mazhab Syafii tidak boleh, karena yang
di wajibkan dalam hadis ialah sesuatu yang mengenyangkan. Dalam mazhab Hanafi tidak
ada halangan, karena fitrah itu hak orang orang miskin; untuk menutup hajat mereka, boleh
dengan makanan dan boleh dengan uang, tidak ada bedanya.

Menta-khirka zakat
Apabila terlambat membayar zakat sesudah sampai tahunnya dan harta sudah di tangannya,
begitu pun yang berhak menerima zakat sudah ada, maka jika barang itu hilang, ia wajib
mengganti zakatnya karena kelalaiannya.

Orang yang berhak menerima zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat hanya mereka yang telah di tentukan oleh Allah
Swt. Dalam Al-Quran. Mereka itu terdiri atas delapan golongan.
Firman Allah Swt.

Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang orang fakir, orang-orang


miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang di bujuk hatinya,
untuk( memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan
orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang di
wajibkan Allah. (At-Taubah:60)

BAB II
PEMASALAHAN

Penjelasannya menurut pendapat yang empat


1.Mazhab Hanafi
Fakir : Orang yang mempunyai harta kurang dari satu nisab, atau mempunyai satu nisab
atau lebih
Miskin : Orang yang tidak mempunya sesuatu pun.
Amil :Orang yang di angkat untuk memgambil dan mengurus zakat.
Muallaf: Mereka tidak di beri zakat lagi sejak masa khalifah pertama.
Hamba : Hamba yang telah di janjikan oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya
dengan uang atau dengan harta lain.
Berutang:Orang yang mempunyai untang, sedang jumlah hartanya di luar utang tidak cukup
satu nisab; dia di beri zakat untuk membayar zakatnya.

Sabilillah:Balatentara yang berperang pada jalan Allah.

Musafir: Orang yang dalam perjalanan, kehabisan perbekalan. Orang ini di beri sekadar untuk
keperluannya.

2. Mazhab Maliki
Fakir : Orang yang mempunyai harta, sedangkan hartanya tidak memcukupi untuk yang
keperluannya dalam masa satu tahun. Orang yang mencukupi dari penghasilan
tertentu tidak di berikan zakat. Orang yang mempunyai penghasilan tidak mencukupi,
di beri sekedar untuk mencukupi.
hartanya tidak mencukupi untuk membayar utangnya; utangnya di bayar dari zakat
kalau dia berutang bukan Miskin :Orang yang tidak mempunyai sesuatu pun.
Amil :Pengurus zakat, pencatat, pembagi, penasihat, dan sebagainya yang bekerja untuk
kepentingan zakat. Syarat menjadi amil (a) adil, (b) mengetahui segala hukum yang
bersangkutan dengan zakat.
Muallaf:Sebagian mengatakan bahwa orang kafir yang ada harapan untuk masuk agama
Islam. Sebagian yang lain mengatakan bahwa orang yang baru memeluk agama Islam.
Hamba :Hamba yang muslim yang di beri dengan uang zakat dan di merdekakan.
Berutang:Orang yang berutang, sedangkan untuk sesuatu yang fasad (jahat).

Sabilillah:Balatentara dan mata-mata. Juga harus membeli senjata, kuda, atau


untuk peperangan yang lain di jalan Allah.

Musafir :Orang yang dalam perjalanan, sedangkan ia memerlukan biaya untuk


ongkos pulang kenegerinya, dengan syarat keadaan perjalanannya bukan maksiat.

3.Mazhab Hambali
Fakir :Orang yang tidak mempunyai harta, atau mempunyai harta kurang dari seperdua
keperluannya.
Miskin :Yang mempunyai harta seperdua keperluannya atau lebih, tetapi tidak mencukupi.
Amil :Pengurus zakat, di beri zakat sekedar upah pekerjaannya (sepadan dengan upah
pekerjaannya).
Muallaf :Orang yang mempunyai pengaruh sekelilingnya, sedangkan ia ada harapan
masuk Islam, di takuti kejahatannya, orang Islam yang ada harapan imannya akan
bertambah teguh, atau ada harapan orang lain untuk masuk Islam karena
pengaruhnya.
Hamba:Hamba yang telah di janjikan oleh tuannya boleh menebus dirinya dengan
uang yang telah di tentukan oleh tuannya itu, ia di beri zakat sekedar menebus
dirinya.
Berutang: Ada dua macam: (a) orang yang berutang untuk mendamaikan orang lain yang
berselisih, (b) orang yang berutang untuk dirinya sendiri pada pekerjaan yang
mubah dan haram, tetapi dia sudah tobat. Maka ia di beri zakat sekedar utang nya.
Sabilillah: Balatentara yang tidak mendapat gaji dari pimpinan (pemerintah).
Musafir : Orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan yang halal (yang di perbolehkan).
Musafir di beri sekedar cukup untuk ongkos pulangnya.

4.Mazhab Syafii
Fakir :Orang yang tidak mempunyai harta dan usaha, atau mempunyai harta atau usaha
yang kurarang dari seperdua kecukupannya, dan tidak ada ornag yang berkewajiban
memberi belanjaanya.
Miskin :Orang yang mempunyai harta atau usaha sebanyak seperdua atau lebih, tetapi tidak
samapi mencukupi. Yang di maksud dengan kecukupan ialah cukup menurut umur
biasa, 62 tahun. Maka yang mencukupi dalam masa tersebut dinamakan kaya,
tidak boleh di beri zakat, ini di namakan kaya dengan harta. Adapun kaya dengan
usaha, seperti orang yang mempunyai penghasilan tertentu tiap-tiap hari atau tiap
bulan, Maka keukupannya di hitung setiap hari atau setiap bulan. Apabila suatu hari
penghasilannya tidak mencukupi, hari itu dia boleh menerima zakat. Adanya rumah
yang didiami, perkakas rumah tangga, pakaian, dan lain-lain yang di perlukan setiap
hari tidak dihitung sebagai kekayaan; berarti tidak menghalangi dari keadaan yang
tergolong fakir dan miskin.
Amil : Semua orang yang bekerja mengurus zakat, sedangkan ia tidak mendapt upah selain
dari zakat itu.
Muallaf: Ada empat macam:
a. Orang yang baru masuk Islam, sedangkan imannya belum teguh.
b. Orang Islam yang berpengaruh dalam kaumnya, dan kita berpengharapan kalau
dia di beri zakat, maka orang lain dari kaumnya yang akan masuk Islam.
c. Orang Islam yang berpengaruh dalam kafir. Kalau dia di beri zakat, kita akan
terpelihara dari kejahatan kafir yang di bawah pengaruhnya.
d. Orang yang menolak kejahatan orang yang anti zakat.

Hamba : Hamba yang di janjikan oleh tuannya bahwa dia boleh menebus dirinya. Hamba itu
di beri zakat sekedar untuk penebus dirinya.

Berutang: Ada tiga macam:


a.Orang yang berutang karena mendamaikan dua orang yang sedang beselisih.
b.Orang yang berutang untuk kepentingan dirinya sendiri pada keperluan yang
mubah; atau yang tidak mubah, tetapi dia tobat.
c.Orang yang berutang karena menjamin utang orang lain, sedangkan dia dan orang
yang di jaminnya itu tidak dapat membayar utang. Yang dua (b dan c) di beri
zakat kalau dia tidak mampu membayar utangnya. Tetapi yang pertama (a) di beri,
sekalipun dia kaya.

Sabilillah: Balatentara yang membantu dengan kehendaknya sendiri, sedangkan dia tidak
mendapat gaji tertentu dan tidak pula mendapat bagian dari harta yang di sediakan
untuk keperluan peperangan dalam kesatuan balatentara. Orang ini di beri zakat
meskipun dia kaya sebanyak keperluannya untuk masuk ke medan peperangan,
seperti biaya hidupnya, membeli senjata, kuda, dan alat perang lainnya.
Demikianlah ulam fiqh menafsirkan sabilillah . Dalam ayat tersebut berpokok
pada balatentara, agaknya tafsiran itu hanya mengantikan makna umum dengan salah satu
maknanya yang banyak; mungkin karena makna itu yang penting menurut pendapat
mereka, bukan hanya itu maknanya menurut bahasa arab.
Kata Ibnu Asir, makna sabilillah adalah semua amal kebaikan yang di maksudkan
mendekatkan diri kepada Allah Swt., makna terhadap peperangan. Tidak seorang pun dapat
memberikan nas Al-Quran atau hadis, bahwa makna sabilillah ambil dari kata-kata salaf
yang tidak dapat di jadikan dalil.
Telah di tetapkan dalam kaidah ilmu usul fiqh bahwa kata-kata umum itu wajib di
artikan umumnya selam tidak ada dalil untuk mengecilkannya itu. Jadi, harus tetap berarti
umum meliputi semua kebaikan yang di ridhai Allah, seperti membangun madrasah,
membuat jalan, jembatan, dan sebagainya yang merupakan kemaslahatan umum.
Kata Al-Gulayaini, Memberikan sedekah di jalan Allah meliputi semua usah
kebaikan untuk kemaslahatan umum atau untuk menghindarkan segala kejahatan umum,
kesulitan umum, seperti persediaan perlengkapan pertahanan, membangun madrasah, dan
sebagainya yang manfaat dan kebaikannya berguna untuk umat (rakyat).
Ulama Muhammad Rasyid Rida berkata, Sesungguhnya yang di maksud sabilillah
di sini ialah beberapa kemaslahatan muslimin umumnya yang menambah kekuatann agama
Islam di masa sekarang ini ialah persediaan untuk propaganda penyiaran Islam dengan jalan
mengirimkan mubaliq-mubaliq ke negeri-negeri yang bukan Islam, sebagai organisasi-
organisasi yang terratur, seperti yang di lakukan pemeluk agama lain di negeri kita untuk
menyiarkan agama mereka. Perkataan ini di ambil dengan perubahan dari kitab Al-Muinul
Mubin karangan Abdul Hamid Hakim yang beliau ambil pula dari beberapa buku.

Musafir : Orang yang mengadakan perjalanan dari begeri zakat atau melalui negeri
zakat. Dalam perjalananya di beri zakat untuk sekedar ongkos untuk sampai pada
yang di maksudnya, atau sampai pada hartanya dengan syarat bahwa ia memang
membutuhkan bantuan. Perjalanannya itu pun bukan maksiat (terlarang), tetapi
dengan tujuan yang sah, misalnya karena berniaga dan sebagainya.

Orang yang tidak berhak menerima zakat


Sebagaimana telah di jelaskan, orang-orang yang berhak menerima zakat ada delapan
golongan. Dan orang-orang yang tidak berhak menerima zakat ada lima golongan,
sebagaimana penjelasan berikut ini.
1. Orang kaya dengan harta atau kaya dengan usaha dan penghasilan .
Sabda Rasulullah Saw.:

Tidak halal bagi orang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga
mengambil sedekah (zakat). (Riwayat lima orang ahli hadis, selain Nusai dan Ibnu
Majah)
Ada beberapa pendapat ulam dalam menafsirkan makna orang memiliki harta
sampai satu nisab. Mereka mengambil alasan dengan hadis Muaz ketika beliau di
utus oleh Rasulullah Saw. Ke Yaman.

Sabda Rsulullah Saw:

Tatkala Rasulullah Saw. Mengutus Muaz ke Yaman, beliau berkata,


Beritahukanlah kepada rakyat Yaman, sesungguhnya Allah Swt. Telah
mewajibkan atas mereka membayar zakat yang di pungut dari orang-orang kaya
mereka dan di berikan kepada fakir miskin mereka. (Riwayat Jamaah ahli hadis)

Sebagian ulam berpendapat bahwa yang di maksud dengan gani (kaya) itu ialah
orang yang mempunyai harta(usaha) mencukupinya sehari-hari, baik ia mempunyai
satu nisab, kurang ataupun lebih. Mereka beralasan dengan hadis berikut:
Sabda Rasulullah Saw.:

Barang siap meminta-minta, sedangkan ia mempunyai kekayaan, maka seolah-


olah ia memperbesar siksaan neraka (atas dirinya, Yang mendengar bertanya,
Apakah yang di artikan kaya itu, yang Rasulullah ? Jawab beliau, Orang kaya
ialah orang yang cukup untuk makan tengah hari dan untu makan malam. (Riwayat
Abu Dawud dan Ibnu Hibbah)

Sekarang kita tinjau arti kaya . Kaya menurut bahasa artinya cukup. Cukup tidak
dapat di batasi dengan kadar sedikit atau banyaknya harta. Si A umpannya
mempunyai harta satu nisab, tetapi harta satu nisab itu tidak mencukupi baginya
karena tanggungnya banyak. Sebaiknya si B mempunyai harta kurang dari satu
nisab, harta yang sedikit itu mencukupi baginya karena keperluan atau
tanggungannya sedikit.
2. Hamba sahaya, karena mereka mendapt nafkah dari tuan mereka

3. Keturunan Rasulullah Saw.


Sabda Rasulullah Saw.:

Dari Abu Hurairah. Ia berkata, Pada suatu hari Hasan bin Ali (cucu Rasulullah
Saw). telah mengambil sebuah kurma dari kurma zakat, lantas di masukkan
kemulutnya. Rasulullah Saw. Bersabda (kepada cucu beliau ), Jijik, jijik,
buanglah kurma itu! Tidak tahukah kamu bahwa kita ( keturunan Muhammad) tidak
boleh mengambil sedekah (zakat)? (Riwayat Muslim)

4. Orang dalam tanggung yang berzakat, artinya orang yang berzakat tidak boleh
memberi zakatnya kepada orang yang dalam tanggungnya dengan nama fakir atau
miskin, sedangkan mereka mendapat nafkah yang mencukupi. Tetapi dengan nama
lain, seperti nama pengurus zakat atau berutang, tidak ada halangan. Begitu juga
mereka jika tidak mencukupi dari nafkah yang wajib.

5. Orang yang tidak beragama Islam, karena pesan Rasululllah Saw. Kepada Muaz
sewaktu dia di utus kenegeri Yaman. Beliau berkata kepada Muaz Beritahukanlah
kepada mereka (umat islam), Di wajibkan atas mereka zakat. Zakat itu di ambil dari
orang kaya, dan di berikan pada orang fakir di antara mereka (umat islam).

Hikmah ( gunanya) zakat


Guna zakat sungguh penting dan banyak, baik terhadap si kaya, si miskin, maupun terhadap
masyarakat umum. Di antaranya adalah:
1. Menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajibannya
terhadap Allah dan terhadap makhluk Allah (masyarakat).
2. Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta mendidik diri agar
bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan membayar amanat kepada orang
yang berhak dan kepentingangan.

Firman Allah Swt.:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu membersihkan dan
menyuikan mereka.(At-Taubah:103)

3. Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas nikmat kekayaan yang di berikan
kepadanya. Tidak syak lagi bahwa berterima kasih yang di perlihatkan oelh yang di
berikan kepada yang memberi adalah suatu kewajiban yang terpenting menurut ahli
kesopanan.
4. Guna mejaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah.
Betapa tidak! Kita lihat sendiri sehari-hari, betapa hebatnya perjuangan hidup,
berapa banyak orang yang baik-baik, tetapi menjadi penjahat besar , lalu merusak
masyarakat, bangsa, dan negara.

Firman Allah Swt.:

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan
kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi
mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.(Ali Imran:180)

5. Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta-mencintai antara si miskin dan
si kaya. Rapatnya hubungan tersebut akan membuahkan beberapa kebaikan dan
kemajuan, serta berfaedah bagi kedua golongan dan masyarakat umum.

Sedekah sunat

Selain dari sedekah yang wajib ( zakat dan kafarah), agama jiga menganjurkan supaya
bersedekah pada jalan Allah secukupnya apabila ada kepentingan-kepentingan yang
memerlukan, baik pada hal-hal tertentu atau pada kemaslahatan umum.
Firman Allah Swt.:



Perumpanaan ( nafkah yang di keluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutur benih yang menumbuhkan tujuh
bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa
yang dia kehendaki . Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) Lagi Maha Mengetahui.
(Al-Baqarah:261)

Dari ayat tersebut teranglah bahwa sedekah pada jalan Allah (kebaiakan) itu akan
mendapatkan ganjaran tujuh ratus kali dari harta yang di sedekahkan, bahkan Allah akan
melipatgandakan dari itu bagi siapa yang di kehendaki-Nya.

BAB III
PENUTUP
Sehubungan dengan harta manusia terbagi pada tiga tingkatan.
1. Sanggup mengorbankan hartanya untuk keperluan dirinya sendiri, untuk menolong
orang yang susah, membantu kemaslahatan dan kemajuan agama, kemakmuran bangsa
dan tanah air. Dengan bantuan mereka agama Islam dapat hidup dan maju, umat Islam
sampai puncak ketinggian dan kesempurnaan, nama mereka akan kekal tercntum
dalam lembaran tarikh, dan di akhirat mendapat ganjaran yang setimpal dengan
kemurahan mereka itu.
2. Tidak sanggup membelanjakann hartanya kecuali untuk kesenangan dan kemegahan
hawa nafsu sendiri. Tingkatan ini tidak jauh bedanya dengan hewan yang liar.
Dengan mereka agama tidak akan mendapat kemajuan, bahkan akan mendapat
kemunduran. Dengan mereka agama akan mendpat pandangan yang tidak baik dari
kacamata luar. Orang akan berkata bahwa Islam itu adalah agama yang kurang baik,
agama yang tidaka dapat mengatur masyarakat. Tetapi kalau hal ini di selidiki dengan
sebenarnya, dalam agama Islam sudah tentu kan mendpat bahwa orang yang hanya
mementingkan diri sendiri itu tidak di sukai oleh agama Islam, bahkan sangat di
benci.
3. Orang yang telah di beri rezeki oleh Allah, mendapat harta banyak , sedangkan dia
tidak mengambil manfaatnya, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, hanya
di kumpulkan dan di jaganya supaya jangan keluar dari tangannya. Dia semata-mata
suka dan kasih pada zat harta, bukan pada manfaatnya. Di sangkanya harta itulah
yang akan menjadi buah dari usahanya, tidak di belanjakannya, baik untuk diri
sendiri maupun terhadap kemaslahatan lain. Orang itu kikir terhadap dirinya sendiri,
apalagi terhadap yang lainnya. Paham itu sesungguhnya amat jauh dari pahamyang
sehat. Otaknya tak dapat di pergunakannya, bahkan dapata di katakan bahwa otak itu
mendekat pada ukuran gila.

Anda mungkin juga menyukai