Anda di halaman 1dari 5

SPORA PADA BAKTERI

TUJUAN
1. Agar mahasiswa dapat melakukan pewarnaan endospora
2. Agar maasiswa dapat mengidentifikasi bakteri dari letak endospora pada bakteri.
ALAT DAN BAHAN
1. Mikroskop
2. Kaca benda
3. Kawat inokulasi lurus
4. Kawat inokulasi kolong
5. Lampu spiritus
6. Aquades steril
7. Biakan murni bakteri berumur lebih dari 24 jam
8. Kertas hisap
9. Larutan hijau malakit 0,5%
10. Larutan safranin 0,5%.
PROSEDUR

Disediakan kaca benda yang bersih, lalu dilewatkan di atas nyala api lampu spiritus.

Diteteskan setetes aquades steril di atas kaca benda tersebut.

bil inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu diletakkan di atas tetesan aquades itu. Kemudian diratakan perlahan dan ditun

Dilakukan fiksasi dengan cara dilewatkan sediaan di atas nyala api lampu spiritus dengan cepat.

atas nyala api spiritus selama 3 menit. Dijaga jangan sampai sediaan mendidih dan mongering. Jika mengering, ditambahka

Diletakkan sediaan tersebut di atasa lewat penyangga yang diletakkan di atas mangkuk pewarna, lalu dibiarkan sampai dingin
Dicuci kelebihan larutan hijau malakit dengan air kran dalam botol penyemprot.

Diteteskan larutan safranin di atas sediaan tersebut, lalu dibiarkan selama 3 menit.

Dicuci kelebihan safranin pada sediaan, lalu dikeringkan sediaan dengan kertas hisap dan diamati di bawah mikroskop.

DASAR TEORI
Spora bakteri ialah bentuk dari bakteri yang sedang dalam usaha mengamankan diri
terhadap pengaruh buruk dari luar. Spora bakteri itu mempunyai fungsi seperti kista ameba,
sebab bakteri dalan bentuk spora dan ameba dalam bentuk kista merupakan suatu fase, di
mana kedua mikroorganisme itu berubah bentuk untuk melindungi diri terhadap faktor-faktor
luar yang tidak menguntungkan. Segera setelah keadaan luar baik lagi bagi mereka maka
pecahlah dinding spora atau kista, dan tumbuhlah bakteri atau ameba sebagaimana biasanya.
(Dwijoseputro, 1978).
Jenis-jenis bakteri tertentu, terutama yang tergolong dalam genus Bacillus dan
Clostridium mampu membentuk spora. Spora yang dihasilkan di luar sel vegetative
(eksospora) atau di dalam sel vegetatif (endospora). Bakteri membentuk spora bila
kondisilingkungan tidak optimum lagi untuk pertumbuhan dan perkembangannya, misalnya:
medium mengering, kandungan nutrisi menyusut dan sebagainya (Hastuti, 2012).
Spora pada bakteri adalah endospora, suatu badan yang refraktil terdapat dalam induk
sel danmerupakan suatu stadium isrtirahat dari sel tersebut. Endospora memiliki tingkatme
tabolisme yang sangat rendah sehingga dapat hidup sampai bertahun-tahun tanpa
memerlukan sumber makanan dari luar (Irianto, 2006). Pembentukan spora dapat dianggap
sebagai suatu proses diferensiasi dari suatu siklus hidup dalam keadaan-keadaan tertentu. Hal
ini berbeda dari peristiwa pembelahan sel karena tidak terjadi replikasi kromosom (Pelczar,
1986).
Kemampuan menghasilkan spora memberi keuntungan ekologis pada bakteri, karena
memungkinkan bakteri itu bertahan dalam keadaan buruk. Letak spora di dalam sel serta
ukurannya selama pembentukannya tidaklah sama bagi semua spesies contoh, beberapa spora
adalah sentral yaitu dibentuk ditengah tengah sel yang lain terminal yaitu dibentuk di ujung
dan yang lain lagi lateral yaitu di bentuk di tepi sel (Pelczar, 1986). Diameter spora dapat
lebih besar atau lebih kecil dari diameter sel vegetatifnya. Dibandingkan dengan sel vegetatif,
spora sangat resisten terhadap kondisi-kondisi fisik yang kurang menguntungkan seperti suhu
tinggi dan kekeringan serta bahan-bahan kimia seperti desinfektan. Ketahanan tersebut
disebabkan oleh adanya selubung spora yang tebal dan keras (Hadioetomo, 1985).
Dalam pengamatan spora bakteri diperlukan pewarnaan tertentu yang dapat
menembus dinding tebal spora. Pewarnaan tersebut adalah dengan penggunaan larutan hijau
malakit 5%, dan untuk memperjelas pengamatan, sel vegetative juga diwarnai dengan larutan
safranin 0,5% sehingga sel vegetative ini berwarna merah. Dengan demikian ada atau
tidaknya spora dapat teramati, bahkan posisi spora di dalam tubuh sel vegetative juga
dapat diidentifikasi.Namun ada juga zat warna khusus untuk mewarnai spora dan di dalam
proses pewarnaannya melibatkan treatment pemanasan, yaitu; spora dipanaskan bersamaan
dengan zat warna tersebu tsehingga memudahkan zat warna tersebut untuk meresap ke dalam
dinding pelindung spora bakteri (Volk & Wheeler, 1988).
Beberapa bakteri mampu membentuk spora meskipun tidak dalam keadaan ekstrem ataupun
medium yang kurang nutrisi. Hal ini dimungkinkan karena bakteri tersebut secara genetis,
dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangannya memang memiliki satu fase sporulasi
(Dwidjoseputro,1989).
Menurut Kusnadi, dkk. 2003, endospora tahan terhadap keadaan lingkungan yang
merugikan seperti kering, panas, dan kurang tersedis nutrisi. Endospora yang sebenarnya
merupakan suatu badan yang sangat membias terbentuk dalam sel bakteri vegetatif. Ukuran,
bentuk, dan posisi spora dalam sel induk, sifatnya relatif tetap, menandai suatu spesies.
Beberapa tipe endospora berdasarkan bentuk dan lokasinya pada sel bakteri :
a). Tipe terminal : spora terletak di antara bagian tengah dan ujung sel.
b). Tipe sentral : spora terletak di bagian tengah sel.
c). Tipe lateral : spora terletak di bagian tengah sel tetapi sedikit menyamping.

DATA
Koloni Keberadaan Bentuk spora Letak spora Gambar
spora terhadap bakteri

Udara Ada Membulat Subterminal


Agar miring Ada Membulat Subterminal

ANALISIS DATA
Pada praktikum pewarnaan spora bakteri ini melakukan pengamatan terhadap bakteri
untuk mengetahui ada tidaknya spora. Berdasarkan hasil pengamatan pada pewarnaan spora
pada bakteri, terdapat dua objek amatan yaitu koloni bakteri udara dan koloni bakteri agar
miring. Pada kedua koloni tersebut menghasilkan hasil pengamatan yang sama yakni adanya
spora pada kedua bakteri, bentuk spora yang membulat, letak spora di dekat ujung atau
subterminal, dan penampakan spora di bawah mikroskop yang keduanya identik.
PEMBAHASAN
Pada pewarnaan spora bakteri ini digunakan pewarna hijau malakit dan safranin pada koloni
bakteri udara dan koloni bakteri agar miring. Dalam prosesnya, langkah pertama adalah
dengan meneteskan aquades steril pada kaca benda yang telah disterilkan. Kemudian Secara
aseptic diambil inokulum bakteri yang akan diperiksa, lalu diletakkan di atas tetesan aquades
itu. Kemudian diratakan perlahan dan ditunggu sampai kering. Setelah itu, dilakukan fiksasi
dengan cara dilewatkan sediaan di atas nyala api lampu spiritus dengan cepat.Tujuan proses
fiksasi kaca benda ini adalah agar bakteri dapat melekat pada kaca benda serta membuat
bakteri membentuk spora, karena merasa dalam keadaan terancam. Langkah selanjutnya,
meteteskan larutan hijau malakit di atas sediaan, lalu memanaskan sediaan tersebut di atas
nyala api spiritus selama 3 menit. Pemanasan akan menyebabkan lapisan luar spora
mengembang sehingga pori-pori dapat membesar dan zat warna (larutan hijau malakit)
meresap ke dalam dinding pelindung spora bakteri. Proses selanjutnya adalah pendinginan,
melalui pendinginan ini warna hijau akan melekat di dalam spora. Warna hijau malakit ini
berfungsi sebagai indikator adanya spora bakteri. Sediaan yang telah didinginkan kemudian
dicuci dengan air, pencucian ini bertujuan untuk menghilangkan kelebihan warna hijau
malakit sehingga pewarna kedua (safranin) dapat meresap pada sel vegetatif. Adanya
pewarnaan kedua ini menyebabkan sel vegetatif bakteri berwarna merah.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan mikroskop didapatkan
bahwa pada koloni bakteri udara maupun koloni bakteri agar miring, sel vegetatifnya
berwarna hijau muda dan terdapat warna biru bulat di bagian tengah hampir ke ujung. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua koloni bakteri tersebut memiliki spora yang terletak di bagian
tengah agak ke ujung (sub-terminal) dan berbentuk bulat. Dari hasil tersebut, dapat
dinyatakan bahwa kedua koloni bakteri merupakan bakteri yang dapat membentuk spora.
Embentukan spora tersebut dapat diakibatkan oleh banyak factor, diantaranya factor tahap
pertumbuhan. Pertumbuhan bakteri pada fase pada akhir fase logaritmik dan awal fase
stasioner mendorong bakteri untuk membentuk spora sebagai akibat dari kondisi nutrisi yang
minim. Hal tersebut dinyatakan Moat et al., 2002, bahwa sporulasi adalah suatu respon terhadap
penurunan kadar nutrisi dalam medium khususnya sumber karbon dan nitrogen. Pengaturan
pembentukan spora bersifat negatif karena sel membuat repressor dari senyawa yang terkandung
dalam medium untuk mencegah mulainya sporulasi. Jikaproses tersebut menurun maka akan
terjadi sporulasi. Sporulasi terbentuk pada akhir fase logaritmik dan awal fase stasioner (Fardiaz,
1992)

KESIMPULAN
- Bentuk endospora koloni udara dan koloni agar miring adalah sub-terminal.
- Koloni bakteri sedang dalam fase akhir lag dan awal stasioner sehingga terbentuk
endospora.
DISKUSI
1. Bilamana spora bakteri dibuat?
Jawab :
Bila pasokan nutrisi rendah. Sporulasi merupakan respon terhadap penurunan kadar
nutrisi, khususnya ketersediaan sumber karbon dan nitrogen. Regulasi pembentukan
spora bersifat negatif: sel membuat represor dari beberapa senyawa yang terkandung
dalam medium untuk mencegah dimulainya sporulasi. Ketika senyawa tersebut
berkurang, penghambat dilepaskan dan terjadi sporulasi. Kelangsungan metabolisme
karbon dan nitrogen diperlukan untuk hambatan sporulasi. Jika proses tersebut menurun,
hambatan akan dibebaskan dan sporulasi dimulai.
2. apa guna spora bakteri?
Jawab : sebagai pertahanan hidup dan pembentuk fase dormansi bakteri pada kondisi
lingkungan yang tidak sesuai. Jika bakteri berada dalam kondisi ekstrim missal
kekurangan nutrisi atau suhu yang tidak sesuai, maka bakteri akan membentuk spora yang
akan menelan fase vegetatif bakteri lalu akan berkecambah ketika kondisi lingkungan
mendukung kembali.
3. apakah semua bakteri dapat membuat endospora?
Jawab : tidak, Bakteri pembentuk spora meliputi genus Desulfotomaculum,
Sporohalobacter, Sporolactobacillus, Sporosarcina, Syntrophospora, Amphibacillus,
Clostridium dan Bacillus.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Penerbit Djambatan.
Kusnadi; Peristiwati; Syulasmi, Ammi; Purwianingsih, Widi; Rochintaniawati, Diana. 2003.
Common Textbook Mikrobiologi Jica. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia FMIPA
Jurusan Pendidikan Biologi.
Pearce Evelyn. 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai