Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Imunisasi adalah suatu cara meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi berasal dari kata immune yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit yang lain diperlukan imunisasi lainnya.7
Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan
paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan
telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit namun
memproduksi limfosit yang peka, antibodi dan sel memori. Cara ini menirukan
infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit namun cukup memberikan
kekebalan. Tujuannya adalah memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya
namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit
yang sesungguhnya dikemudian hari anak tidak menjadi sakit karena tubuh
dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen / penyakit yang masuk
tersebut.7

B. Epidemiologi
Berdasarkan laporan WHO tahun 2015, setiap tahun terjadi kematian
sebanyak 2,5 juta balita, yang disebabkan penyakit yang dapat dicegah melalui
vaksinasi. Radang paru disebabkan oleh pnemumokokus menduduki peringkat
utama (920.136 kematian), diikuti rotavirus (525.977 kematian), campak, pertusis
dan tetanus. Dari jumlah semua kematian tersebut, 76% kematian balita terjadi di
negara-negara sedang berkembang, khususnya Afrika dan Asia Tenggara
(termasuk Indonesia).8
WHO mengatakan bahwa penyakit infeksi yang dapat dicegah melalui
vaksinasi akan dapat diatasi bilamana sasaran imunisasi global tercapai. Dalam
hal ini bisa tercapai bila lebih dari > 90% populasi telah mendapatkan vaksinasi
terhadap penyakit tersebut.9

3
4

C. Tujuan Dan Manfaat


1. Tujuan
Adapun tujuan program imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit tertentu pada
sekelompok masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia.7
Sasaran dari pemberian imunisasi tidak hanya pada anak-anak, tetapi juga
mencakup wanita hamil (awal kehamilan 8 bulan), wanita usia subur (calon
mempelai). Pada anak-anak, imunisasi diberikan dimulai sejak bayi dibawah umur
1 tahun (0 11 bulan) sampai anak sekolah dasar (kelas 1 kelas 6).7
2. Manfaat
Pemberian imunisasi memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Untuk anak, bermanfaat mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit
menular yang sering berjangkit
b) Untuk keluarga, bermanfaat menghilangkan kecemasan serta biaya pengobatan
jika anak sakit
c) Untuk negara, bermanfaat memperbaiki derajat kesehatan, menciptakan bangsa
yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.10
D. Cara Pemberian Imunisasi
Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan mengikuti tata cara sebagai
berikut:11
1. Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak
divaksinasi.
2. Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi
reaksi ikutan yang tidak diharapkan.
3. Baca dengan teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan dan
jangan lupa mendapat persetujuan orang tua. Melakukan tanya jawab dengan
orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi.
4. Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang diberikan.
5. Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan.
6. Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan
baik.
7. Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan.
8. Periksa tanggal kadarluwarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya
perubahan warna yang menunjukkan adanya kerusakan.
5

9. Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula
vaksin lain untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination)
bila diperlukan.
10. Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan
jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi bayi/anak
penerima vaksin.
Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal sebagai berikut:11
1. Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh apa yang
harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih
berat.
2. Catat imuniasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.
3. Catatan imunisasi secara rinci harus disampaikan kepada Dinas Kesehatan
bidang Pemberantasan Penyakit Menular.
4. Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi
untuk mengejar ketinggalan, bila diperlukan.

Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular

Jarum suntik harus disuntikan dengan sudut 45 0 - 600 ke dalam otot vastus
lateralis atau otot deltoid. Untuk suntikan otot vastus lateralis, jarum diarahkan ke
arah lutut sedangkan untuk suntikan pada deltoid jarum diarahkan ke pundak.
Kerusakan saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan
pada sudut 900.11

Tempat Suntikan yang Dianjurkan


Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi
pada bayi dan anak umur di bawah 12 bulan. Vaksin harus disuntikkan ke dalam
batas antara sepertiga otot bagian tengah yang merupakan bagian yang paling
tebal dan padat. Regio deltoid adalah alternatif untuk vaksinasi pada anak yang
lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang dewasa.11
6

Gambar 2.1Lokasi Penyuntikan intramuscular pada Bayi (a) dan anak besar
(b)11

E. Jenis Imunisasi Pada Bayi


Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah dan
ada juga yang hanya dianjurkan. Imunisasi wajib di Indonesia sebagaimana yang
diwajibkan oleh WHO yaitu BCG, DPT, Polio, Campak, dan Hepatitis B.12
Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang diberikan pada semua
orang, terutama bayi dan balita sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari
penyakit-penyakit yang berbahaya.12
Lima jenis imunisasi dasar yang diwajibkan pemerintah adalah imunisasi
terhadap tujuh penyakit yaitu TBC, difteri, pertusis, tetanus, polio, campak dan
hepatitis B. Ke-lima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh tersebut adalah:6
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah vaksin BCG (Baccile calmette Guerin) yang
mengandung kuman Mycobacterium bovis yang masih hidup namun telah
dilemahkan.
Penyimpanan : lemari es, suhu 2-80C
Dosis : 0,05 ml
Cara pemberian : intrakutan di daerah insersio M. Deltoideus kanan
Kemasan : ampul dengan bahan pelatur 4 ml (NaCl Faali)
Masa Kadaluarsa : 1 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
Reaksi Imunisasi : biasanya tidak demam
7

Efek Samping : jarang dijumpai, bisa jadi terjadi pembengkakan kelenjar


getah bening setempat yang terbataqas dan biasanya
menyembuh sendiri walaupun lambat
Kontraindikasi : tidak ada larangan, kecuali pada anak yang berpenyakit
TBC atau uji mantoux positif dan adanya penyakit kulit
berat/menahun
2. Imunisasi DPT (Dipteri, Pertusis, dan Tetanus)
Imunisasi DPT yaitu vaksin yang terbuat dari toksik kuman dipteri yang telah
dilemahkan (toksoid) dan diolah bersama - sama dengan vaksin pertusis dan
tetanus.
Penyimpanan : lemari es, suhu 2-80 C
Dosis : 0,5 ml, 3 kali suntikan dengan interval minimal 4 minggu
Cara pemberian : intramuskular
Kemasan : vial 5 ml
Masa Kadaluaarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran 9dapat dilihat pada
label)
Reaksi Imunisasi : demam ringan, pembengkakaan dan nyeri di tempat
suntikan selama 1-2 hari
Efek Samping : gejala gejala yang bersifat sementara seperti lemas,
demam, kemerahaan pada tempat suntikan. Kadang terdapat
efek samping yang leih berat, seperti demam tinggi atau
kejang, yang biasanya disebabkan unsur pertusisnya
Kontraindikasi : anak yang sakit parah, anak yang menderita penyaakit
kejang demam kompleks, anak yang diduga menderita
batuk rejan, anak yang menderita penyakit gangguan
kekebalan.
3. Imunisasi Polio
Terdapat 2 jenis vaksin dalam peredaran, yang masing-masing mengandung
virus polio tipe I, II dan III; yaitu (1) vaksin yang mengandung virus polio
yang sudah dimatikan (salk), biasa diberikan dengan cara injeksi, (2) vaksin
yang mengandung virus polio yang hidup tapi dilemahkan (sabin), cara
8

pemberian per oral dalam bentuk pil atau cairan (OPV) lebih banyak dipakai di
Indonesia.
Penyimpanan : OPV : freezer suhu -200 C
Dosis : 2 tetes di mulut
Cara pemberian : per oral
Kemasan : vial disertai pipet tetes
Masa Kadaluaarsa : OPV : 2 tahun pada suhu -200 C
Reaksi Imunisasi : biasanya tidak ada, mungkin pada bayi ada berak berak
ringan
Efek Samping : hampir tidak ada, bila ada berupa kelumpuhan anggota
gerak seperti polio sebenarnya
Kontraindikasi : diare berat, sakit parah, gangguan kekebalan
4. Imunisasi Campak
Imunisasi campak adalah imunisasi yang mengandung vaksin campak hidup
yang telah dilemahkan. Kemasan untuk program imunisasi dasar berbentuk
kemasan kering tunggal. Namun ada vaksin dengan kemasan kering kombinasi
dengan vaksin gondong/ mumps dan rubella (campak jerman) disebut MMR.
Penyimpanan : freezer, suhu -200 C
Dosis : setelah dilarutkan, diberikan 0,5 ml
Cara Pemberian : subkutan dalam
Kemasan : vial berisi 10 dosis vaksin yang dikeringkan beserta
pelarut 5 ml (aquadest)
Masa Kadaluarsa : 2 tahun setelah tanggal pengeluaran (dapat dilihat pada
label)
Reaksi Imunisasi : biasanya tidak terdapat reaksi. Mungkin terjadi demam
ringan dan sedikit bercak merah pada pipi di bawah telinga
pada hari ke 7-8 setelah penyuntikaan, atau pembengkakan
pada tempat penyuntikan.
Efek Samping : sangat jarang, mungkin dapaat terjadi kejang ringan dan
tidak berbahaya pada hari ke 10-12 setelah penyuntikan.
Dapat terjadi radang otak 30 hari setelaah penyuntikan tapi
angka kejadiannya sangat rendah.
9

Kontraindikasi : sakit parah, penderita TBC tanpa pengobatan, kurang gizi


dalam derajat berat, gangguan kekebalan, penyakit
keganasan.
5. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan
kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit yang dapat
merusak hati, yang diberikan 3 kali pada bayi usia 1-11 bulan, dengan interval
minimal 4 minggu cakupan imunisasi lengkap pada anak, yang merupakan
gabungan dari tiap jenis imunisasi yang didapatkan oleh seorang anak.
Dosis : 0,5 ml sebanyak 3 kali pemberian
Cara Pemberian : intramuskular
Kemasan : HB PID
Reaksi imunisasi : nyeri pada tempat suntikaan, yang mungkin disertai rasa
panas atau pembengkakan. Akan menghilang dalam 2 hari.
Efek Samping : selama 10 tahun belum dilaporkan ada efek samping yang
berarti
Kontraindikasi : anak yang sakit berat

Imunisasi yang dianjurkan oleh pemerintah adalah:11


1.
Imunisasi MMR
Imunisasi MMR adalah imunisasi kombinasi untuk mencegah penyakit
campak, gondongan, dan rubella. Pemberian vaksin biasanya dilakukan pada
usia anak 12-15 bulan. Dosis tunggal 0,5 ml diberikan secara intramuskular
atau subkutan dalam.
2. Imunisasi HiB
Imunisasi HiB merupakan vaksin yang tidak aktif, dibuat dari kapsul
Haemophilus influenza Tipe B yang disebut polyribosribitol phospat (PRP).
Terdapat 2 jenis vaksin Hib di Indonesia yaitu PRP-T dan PRP-OMP. Kedua
vaksin ini termasuk vaksin konjugasi. Vaksin Hib PRP-T diberikan pada usia 2,
4 dan 6 bulan. Vaksin Hib PRP-OMP diberikan pada usia 2 dan 4 bulan. Dosis
ketiga tidak diperlukan. Vaksin ulangan, baik PRP-T maupun PRP OMP
diberikan pada usia 15-18 bulan. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun,
maka vaksin Hib hanya diberikan 1 kali. Vaksin ini diberikan secara
10

intramuskular sebanyak 0,5 ml didaerah paha atas. Kekebalan tubuh akan


mulai terbentuk setelah pemberian suntikan yang pertama dengan vaksin jenis
PRP-OMP dan setelah 2 kali suntikan dengan vaksin jenis PRP-T.
3. Imunisasi Influenza
Virus influenza mengandung virus yang tidak aktif (inactivated influenza
virus). Terdapat 2 macam vaksin, yaitu whole virus dan split-virus vaccine.
Dosis bagi anak berumur <3 tahun adalah 0,25 ml dan dosis bagi anak berumur
>3 tahun adalah 0,5 ml disuntikan di otot paha. Bila anak telah berusia >9
tahun, vaksin cukup diberikan satu dosis dan diulang setiap tahun.
4. Imunisasi Tifoid
Vaksin tifoid ada dua macam, yaitu:
a. Vaksin oral: berasal dari kuman Salmonella typhi yang dilemahkan.
Disimpan dalam suhu 2-80C dan dikemas dalam bentuk kapsul. Vaksin oral
diberikan pada saat anak berusia 6 tahun atau lebih sebanyak 4 kapsul
dengan jarak setiap 1 hari (hari 1-3-5-7). Pemberiannya dapat diulang tiap 5
tahun. Respon imun akan terbentuk 10-14 hari setelah dosis terakhir. Yang
perlu diperhatikan dalam pemberian vaksin ini adalah tidak boleh dilakukan
saat sedang demam, tidak boleh dilakukan pada orang dengan penurunan
sistem kekebalan tubuh (HIV, keganasan, sedang kemoterapi atau sedang
terapi steroid) dan riwayat anafilaksis, tidak boleh kepada orang yang alergi
gelatin.
b. Vaksin parenteral: berasal dari polisakarida Vi dari kapsul salmonella
typhi, yang dimatikan. Susunan vaksin polisakarida setiap 0,5 ml
mengandung kuman Salmonella typhi, polisakarida 0,025 mg, fenol dan
larutan bufer yang mengandung natrium klorida, disodium fosfat,
monosodium fosfat dan pelarut untuk suntikan. Disimpan dalam suhu 2-
80Cdan tidak boleh dibekukan. Diberikan pada anak berusia 2 tahun atau
lebih. Satu dosis dapat diberikan setiap 2-3 tahun. Dilakukan secara
intramuskularatau subkutan di deltoid atau paha atas. Respon imunitas akan
terbentukdalam 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi. Keadaan yang
dihindarkan saat pemberian vaksin adalah jangan diberikan sewaktu demam,
riwayat alergi, dan keadaan penyakit akut.
11

5. Imunisasi Hepatitis A
Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa vaksinasi Hepatitis A dapat memberikan
perlindungan hampir 100% dan dapat bertahan sekitar 15-20 tahun. Vaksin
Hepatitis A berisi virus Hepatitis A yang dilemahkan dan tersedia dalam 2
kemasan dosis, yaitu untuk anak - anak 2-18 tahun dan dewasa usia >18 tahun.
Vaksin diberikan sebanyak 2 kali secara intramuskular di daerah deltoid,
suntikan kedua diberikan 6-12 bulan dari suntikan pertama, dan
selanjutnya tidak diperlukan pengulangan.
6. Imunisasi Varisela
Menurut rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak seluaruh Indonesia),
vaksin varisela dianjurkan pada anak dengan usia >1 tahun, cukup 1 dosis.
Namun berdasarkan penelitian mengenai pencegahan dan penanganan wabah
varisela maka pada tahun 2006 The Advisory Commitee on Immunization
Practices (ACIP) dan America Academy of Pediatrics (AAP)
merekomendasikan 2 dosis untuk semua anak. Hal ini disebabkan masih
timbulnya wabah varisela terutama pada populasi yang sebagian besar telah
dievakuasi. Disimpan dalam suhu 2-80C. Suntikan pertama diberikan saat usia
12-15 bulan dan suntikan kedua pada usia 4-6 tahun sebanyak 0,5 ml secara
subkutan.
7. Imunisasi Rotavirus
Pada tahun 1998, vaksin Rotashield telah digunakan untuk mencegah diare
rotavirus. Namun, karena efek samping yang ditimbulkan (berupa gangguan
usus), maka vaksin tersebut ditarik dari peredaran. Saat ini terdapat 2 vaksin
rotavirus, yaitu :
o Rotarix (GSK) yang merupakan vaksin monovalen karena hanya mengandung
strain manusia P(8)G1.
o Rotateg yang merupakan vaksin prevalen karena mengandung strain manusia
sapi P(8)G1-G4.
Keduanya diberikan melalui mulut (oral). Kedua vaksin tersebut terbukti aman
dari risiko gangguan usus. Efektivitas vaksin berkurang apabila diberikan
bersama vaksin polio oral.
12

8. Imunisasi HPV
Pengembangan vaksin pencegahan vaksin HPV menawarkan harapan baru
untuk mencegah kanker leher rahim. Uji klinis dari 2 generasi pertama vaksin,
satu untuk HPV tipe 16 dan 18, sedangkan yang lainnya untuk tipe 6, 11, 16,
18 telah memperlihatkan proteksi yang cukup tinggi melawan insiden dan
infeksi persisten. Vaksin diberikan 3 dosis (bulan ke-0, ke-1, dan ke-6) secara
intramuskular lengan atas. Vaksin tidak akan memberikan proteksi maksimal
jika tidak menyelesaikan ke-3 dosis tersebut. Sampai saat ini, penelitian selama
5 tahun dan masih berjalan bahwa vaksin ini tidak memerlukan booster,
sehingga masih efektif setidaknya untuk 5 tahun.

Gambar 2.2 Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 tahun13

F. KIPI (Kejadiaan Ikutan Pasca Imunisasi)

Setiap tindakan medis apapun bisa menimbulkan risiko bagi pasien si


penerima layanan baik dalam skala ringan maupun berat. Demikian halnya dengan
pemberian vaksinasi, reaksi yang timbul setelah pemberian vaksinasi disebut
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau Adverse Following Immunization
(AEFI). Dengan semakin canggihnya teknologi pembuatan vaksin dan semakin
meningkatnya teknik pemberian vaksinasi, maka reaksi KIPI dapat
13

diminimalisasi. Meskipun risikonya sangat kecil, reaksi KIPI berat dapat saja
terjadi. Oleh karena itu, petugas imunisasi atau dokter mempunyai kewajiban
untuk menjelaskan kemungkinan reaksi KIPI apa saja yang dapat terjadi. Dan bagi
orang yang hendak menerima vaksinasi mempunyai hak untuk bertanya dan
mengetahui apa saja reaksi KIPI yang dapat terjadi.14
Secara khusus KIPI dapat didefinisikan sebagai kejadian medik yang
berhubungan dengan imunisasi, baik oleh karena efek vaksin maupun efek
samping, toksisitas, reaksi sensitivitas, efek farmakologis, kesalahan program,
reaksi suntikan, atau penyebab lain yang tidak dapat ditentukan. Secara umum,
reaksi KIPI dapat dikategorikan sebagai akibat kesalahan program, reaksi
suntikan, dan reaksi vaksin.14
Klasifikasi KIPI:6
1. Reaksi Vaksin, misal : induksi vaksin, potensiasi vaksin, sifat dasar vaksin
2. Kesalahan program, misal : salah dosis, salah lokasi dan cara penyuntikan,
semprit dan jarum tidak steril, kontaminasi vaksin dan alat suntik,
penyimpanan vaksin salah
3. Kebetulan (coincidental), kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak
disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan diketemukannya kejadian
yang sama disaat yang sama pada kelompok populasi setempat tetapi tidak
mendapat imunisasi.
4. Injection reaction, disebabkan rasa takut/gelisah atau sakit dari tindakan
penyuntikan, bukan dari vaksin. Misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan
pada tempat suntik, takut, pusing dan mual.
5. Penyebab tidak diketahui, yaitu penyebab kejadian tidak dapat ditetapkan.
Tabel 2.1 Gejala KIPI Menurut Jenis Vaksin6,14
Jenis Vaksin Gejala Klinis KIPI
BCG Pembesaran kelenjar getah bening setempat
Syok anafilaksis, neuritis brakial, dan komplikasi akut
DPT
termasuk kecacatan, serta kematian
Polio Kelumpuhan seperti polio sebenarnya
Demam, timbul bercak akibat trombositopenia,
Campak
komplikasi akut termasuk kecacatan dan kematian
Hepatitis B Syok anafilaksis
MMR Syok anafilaksis, ensefalopati
HiB Klinis dari infeksi HiB

Penanganan KIPI
14

1. Penyebab karena vaksin6


Jenis Gejala Tindakan
Reaksi lokal ringan Nyeri, eritema, bengkak Kompres hangat
didaerah suntikan <1cm Jika nyeri mengganggu
Timbul <48 jam setelah dapat diberi obat
imunisasi (parasetamol)
Reaksi lokal berat Eritema/ indurasi >8 cm Kompres hangat
Nyeri bengkak dan Parasetamol
manifestasi sistemik
Reaksi umum/ sistemik Demam, lesu, nyeri otot, nyeri Berikan minum hangat
kepala, menggigil dan selimut, parasetamol
Kolpas/ keadaan seperti Anak tetap sadar tapi tidak Raangsang dengan
syok bereaksi terhadap wewangiaan atau bau
rangsangan Bila tidak segera teratasi
Pada pemeriksaan frekuensi dalam 30 menit, rujuk
nadi serta tekanan darah
dalam baatas ormal
Syok anafilaktik Terjadi mendadak Suntikkan adrenalin
Kemerahan meraataa, edem 1:1000 dosis 0,1-0,3 ml,
Urtikaria, sembab, kelopak subkutan/intramuskular
mata, sesak, nafas bunyi atau 0,01 ml/kbBB /
Jantung berdebar kencang maks dosis 0,05 ml/ kali
Jika membaik suntikan
Anak pingsan/ tidak sadar
deksametasone 1 ampul
iv/im
Pasng infus NaCl 0,9 %
Rujuk ARS

2. Penyebab karena tatalaksana program6


Jenis Gejala Tindakan
Abses dingin Bengkak, keras, nyeri daerah Kompres hangat
suntiakkan kondisi dingin Parasetamol
Pembengkakan Bengkak sekitas suntikan Kompres hangat
Karena penyuntikan kurang dalam
Sepsis Bengkak di sekitas suntikan Kompres hanagat
Demam Parasetamol
Karena jarum suntik tidak steril Rujuk RS
Gejala timbul, 1 mg setelah
disuntikkan
tetanus Kejang, dapat disertai demam Rujuk RS
Anak tetap sadar
Kelumpuhan/ Anggota gerak yang disuntik tidak Rujuk RS untuk fisioterapi
kelemahan otot bisa digerakkan
15

Terjadi karena daerah penyuntikan


salah

3. Penyebab karena faktor penerima/pejamu6


Jenis Gejala Tindakan
Alergi Pembengkakan bibir dan Deksamethason 1 ampul im/iv
tenggorokan, sesak Jika berlanjut pasang infus NaCl 0,9%
napas, eritema, papula,
gatal
Tekanan darah menurun
Faktor Ketakutan Tenangkan
psikologis Berteriak Beri minum hangat
Pingsan Saat pingsan beri wewangian/ alkohol,
setelah sadar beri minum teh manis
hangat

G. Catch Up Imunisasi
Catch up imunisasi adalah pemberian imunisasi ulangan maupun lanjutan
yang ditujukan untuk memastikan kadar antibodi tubuh kita telah mencapai kadar
proteksi yang optimal.15

Rekomendasi jadwal catch up imunisasi untuk orang yang berusia 0-18


tahun:16
1. Vaksin hepatitis B
a. Orang yang belum divaksinasi harus menyelesaikaan seri 3 dosis
b. Seri 2 dosisi (dosis dipisahkan setidaknya 4 bulaan) dari formulasi dewasa
Recombivax HB diizinkan digunakan pada usia 11 sampai 15 tahun
2. Vaksin rotavirus
a. Usia maksimal untuk dosis pertama dalm seri adalah 14 minggu + 6 minggu
dan vaksinasi sebaiknyaa tidak dimulai saat bayi berusia 15 minggu
b. Usia maksimum untuk dosis terakhir dalam seri ini adalah 8 bulan 0 hari
3. Vaksi DPT
a. Orang berusia 7 tahun dan lebih tua yang tidak diimunisasi lengkap
dengan vaksin DTaP harus menerima vaksin Tdap sebagai dosis 1
(sebaiknya yang pertama) dalam seri catch-up; jika dosis tambahan
diperlukan, gunakan vaksin Td. Untuk anak-anak 7 sampai 10 tahun yang
menerima dosis Tdap sebagai bagian dari seri catch-up, dosis vaksin Tdap
16

remaja pada usia 11 sampai12 tahun TIDAK boleh diberikan. Td harus


diberikan sebagai gantinya 10 tahun setelah dosis Tdap.
b. Orang berusia 11 sampai 18 tahun yang belum menerima vaksin Tdap
harus menerima satu dosis diikuti oleh dosis boostertetanus dan difteri
toxoid (Td) setiap 10 tahun sesudahnya. Dosis vaksin DTaP tidak sengaja:
1) Jika diberikan secara tidak sengaja kepada anak usia 7 sampai 10 tahun
dapat dihitung sebagai bagian dari seri catch-up. Dosis ini dapat
dianggap sebagai dosis Tdap remaja, atau anak nantinya bisa menerima
dosis booster Tdap pada usia 11sampai 12 tahun
2) Jika diberikan secara tidak sengaja pada remaja usia 11 sampai 18
tahun, dosis harus dihitung sebagai booster Tdap remaja.
4. Vaksin HiB
a. Jika dosis 1 diberikan pada usia 12 sampai 14 bulan, berikan dosis kedua
(akhir) minimal 8 minggu setelah dosis 1, terlepas dari vaksin Hib yang
digunakan dalam seri utama.
b. Jika 2 dosis pertama adalah PRP-OMP (PedvaxHIB atau COMVAX), dan
diberikan pada usia 11 bulan atau kurang, dosis ketiga (dan terakhir) harus
diberikan pada usia 12 sampai 15 bulan dan minimal 8 minggu setelah
dosis kedua.
c. Jika dosis pertama diberikan pada usia 7 sampai 11 bulan, berikan dosis
kedua setidaknya 4 minggu kemudian dan dosis ketiga (dan terakhir) pada
usia 12 sampai 15 bulan atau 8 minggu setelah dosis kedua, terlepas dari
vaksin Hib yang digunakan untuk dosis pertama.
d. Jika dosis pertama diberikan pada usia lebih muda dari 12 bulan dan dosis
kedua diberikan antara usia 12 sampai 14 bulan, dosis ketiga (dan terakhir)
harus diberikan 8 minggu kemudian.
e. Untuk anak-anak yang tidak divaksinasi pada usia 15 bulan atau lebih,
berikan hanya 1 dosis.
5. Vaksin Polio
a. Dalam 6 bulan pertama kehidupan, usia minimal dan interval minimum
hanya direkomendasikan jika orang tersebut beresiko untuk paparan segera
dengan virus polio yang beredar (yaitu, perjalanan ke daerah endemik polio
atau selama wabah).
17

b. Jika 4 atau lebih dosis sudah diberikan sebelum usia 4 tahun, dosis
tambahan harus diberikan pada usia 4 sampai 6 tahun dan setidaknya 6
bulan setelah dosis sebelumnya.
c. Dosis keempat tidak diperlukan jika dosis ketiga diberikan pada usia 4 tahun
atau lebih dan setidaknya 6 bulan setelah dosis sebelumnya.
d. Jika OPV dan IPV diberikan sebagai bagian dari seri, total 4 dosis harus
diberikan, terlepas dari usia anak saat ini.IPV tidak rutin dianjurkan bagi
warga AS usia 18 tahun atau lebih.
6. Vaksin MMR
a. Pastikan bahwa semua anak dan remaja usia sekolah sudah mendapat 2
dosis vaksin MMR; interval minimum antar 2 dosis adalah 4 minggu.
7. Vaksin Varicella
a. Pastikan bahwa semua orang yang berusia 7 hingga 18 tahun tanpa bukti
kekebalan tersedia di website CDC, mendapat 2 dosis vaksin varicella.
Untuk anak usia 7 hingga 12 tahun, interval minimum yang disarankan antar
dosis adalah 3 bulan (jika dosis kedua diberikan setidaknya 4 minggu
setelah dosis pertama, dapat diterima sebagai valid); untuk orang-orang
yang berusia 13 tahun dan lebih, interval minimal antar dosis adalah 4
minggu.
8. Vaksin hepatitia A
a. Interval minimum antara dua dosis adalaah 6 bulan
9. Vaksin HPV
a. Berikan seri vaksin untuk perempuan (baik HPV2 atau HPV4) dan laki-laki
(HPV4) pada usia 13 sampai 18 tahun jika sebelumnya tidak divaksinasi.
b. Gunakan interval dosis rutin yang dianjurkan (lihat di atas) untuk seri vaksin
catch-up.

H. Penanganan Vaksin di Puskesmas6


1. Penyimpanan vaksin
a. Semua vaksin disimpan pada suhu +20 C s/d +80C
b. Bagian bawah lemari es letakkan cool pack sebagai penahan dingin dan
kestabilan suhu
c. Peletakan dus vaksin berjarak 1-2 cm
d. Vaksin yang sensitif terhadap panasa (BCG, campak, polio) diletakkan
dekat evaporator
18

e. Vaksin yang sensitif terhadp dingin (DT, TT, DPT, Hb)

2. Penggunaan vaksin dari vial yang sudah dibuka


Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan dinamis tidak boleh
digunakan lagi. Pada pelayanaan statis (di Puskesmas) sisa vaksin dapat
digunakan dengan ketentuaan:
a) Vaksin tidak melewaqti tanggal kaadaluarsa
b) Tetap disimpan pada suhu 20C 80C
c) Kemasan vaksin tidak boleh terendam air
d) VVM (Vaccine Vial Monitor : stiker yang ditempel pada botol vaksin)
e) Pada label ditulis tanggal vaksin [ertama kali
f) Vaksin polio dapat digunakan hingga 2 minggu setelah dibuka
g) Vaksin DPT, HB dapat digunankan tidak lebih dari 6 jam setelah
dilaarutkan
h) Vaksin BCG hanya boleh digunakan tidak lebih dari 3 jam setelah
dilarutkan
Sebelum menggunakan vaksin, periksa kondisi vaksin dengan VVM
Kondisi vaksin dapat digunakan jika warna segi empat bagian dalam lebih
teraang dari warnaa gelap sekelilingya

Kondisi vaksin yang harus segera digunakan jika warna segi empaat bagian
sudah mulai gelap namun masih terang dari warna gelap sekelilingnya.

Kondisi vaksin tidak boleh digunakan jika warna segi empat bagian dalam
gelap/lebih gelap dari warna gelaap disekelilingnya.

Anda mungkin juga menyukai