Anda di halaman 1dari 1

Patofisiologi

HIV merupakan retrovirus, artinya HIV membawa informasi genetiknya di dalam RNA. Saat
memasuki tubuh, virus menginfeksi sel yang memiliki antigen CD4 (limfosit T). Ketika di dalam
sel, virus membuka lapisan proteinnya dan menggunakan sebuah enzim yang disebut dengan
transcriptase balik untuk mengubah RNA menjadi DNA. DNA virus ini kemudian diintegrasikan
ke dalam DNA sel pejamu dan berduplikasi selama proses pembelahan sel yang normal. Di
dalam sel, virus dapat tetap laten atau menjadi terkativasi untuk menghasilkan RNA yang baru
dan membentuk virion. Kemudian, virus tumbuh dari permukaan sel, mengganggu membran sel-
nya dan menyebabkan kehancuran pada sel pejamu. Meskipun virus mungkin tetap tidak aktif
dalam sel yang terinfeksi selama bertahun-tahun, antibodi dihasilkan ke dalam proteinnya, proses
yang dikenal dengan serokonversi. Antibodi ini biasanya dapat dideteksi 6 minggu hingga 6
bulan setelah infeksi awal. Sel T helper atau CD4 merupakan sel utama yang terinfeksi HIV,
tetapi HIV juga menginfeksi makrofag, dendrit, dan sel SSP tertentu. Sel T helper berperan
penting dalam fungsi sistem imun normal, mengenali antigen asing dan menginfeksi sel dan
mengaktivasi sel B penghasil antibodi. Sel T helper juga mengarahkan aktivitas imun yang
dimediasi sel dan memengaruhi aktivitas fagositik dari monosit dan makrofag. Kehilangan sel T
helper ini menyebabkan imunodefisiensi seperti yang terlihat pada infeksi HIV.

Anda mungkin juga menyukai