Komplikatif
Loren G. Miller, M.D., M.P.H., Robert S. Daum, M.D., C.M., C. Buddy Creech,
M.D., M.P.H., David Young, M.D., Michele D. Downing, R.N., M.S.N., Samantha J.
Eells, M.P.H., Stephanie Pettibone, B.S., Rebecca J. Hoagland, M.S., dan Henry F.
Chambers, M.D., untuk Tim DMID 07-0051.
ABSTRAK
LATAR BELAKANG
Infeksi kulit dan struktur kulit adalah kondisi yang umum terjadi pada pemeriksaan
METODE
Kami melibatkan beberapa pasien yang mendapatkan pemeriksaan rawat jalan untuk
menangani infeksi kulit yang tidak komplikatif yang memiliki selulitis, abses dengan
ukuran diameter lebih besar dari 5 cm (lebih kecil untuk anak-anak yang berusia
lebih muda), atau keduanya. Para pasien pun dilibatkan di empat lokasi penelitian.
Semua abses ditangani dengan insisi dan penyaliran. Para pasien secara acak
akhir penanganan.
HASIL
Sebanyak 524 pasien pun dilibatkan (264 di kelompok clindamycin dan 260 orang di
enampuluh pasien (30,5%) memiliki abses, 280 orang (53,4%) memiliki selulitis, dan
82 orang pasien (15,6%) memiliki infeksi gabungan, yang terdiri dari setidaknya satu
lesi abses dan satu lesi selulitis. S. aureus terisolasi dari lesi 217 orang pasien
(41,4%); yang terisolasi pada 167 (77,0%) orang pasien ini adalah MRSA. Proporsi
para pasien yang sembuh adalah sama pada dua kelompok penanganan pada populasi
[CI] 95%, -10,2 sampai 4,9; P=0,52) dan pada populasi pasien yang dievaluasi (466
pasien; 89,5% pada kelompok clindamycin dan 88,2% pada kelompok TMP-SMX;
perbedaan, -1,2 poin persentase; CI 95%, -7,6 sampai 5,1; P=0,77). Tingkat
kelompok anak-anak, orang dewasa, dan para pasien dengan abses versus selulitis.
KESIMPULAN
Kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan antara clindamycin dan TMP-
SMX, dalam hal tingkat kemanjuran ataupun efek samping, untuk penanganan
infeksi kulit yang tidak komplikatif, yang mencakup selulitis dan abses. (Didanai
oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases dan National Center for
nomor NCT00730028).
kulit) merupakan kondisi yang umum pada para pasien yang mendapatkan
penanganan medis di Amerika Serikat, yang dimana kondisi ini ada pada 14,2 jtua
kunjungan rawat jalan di tahun 2005 dan lebih dari 850.000 admisi rumah sakit
untuk perawatan di rumah sakit dan prosedur tindakan bedah, dan juga kematian.
Hasil kultur lesi infeksi kulit di Amerika Serikat telah menunjukkan bahwa hampir
dari seluruh infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aurues (MRSA) yang resisten
MRSA dapatan masyarakat dan S. aureus yang mudah ditangani oleh methicilin
(MSSA), namun juga belumlah banyak jumlah data komparatif untuk mengetahui
METODE
Kami melakukan satu percobaan klinis multi-senter, prospektif, acak, dan buta ganda
untuk meneliti clindamycin versus TMP-SMX untuk penanganan infeksi kulit non-
komplikatif. Para pasien akan dianggap layak jika mereka memiliki dua tanda dan
gejala atau lebih selama 24 jam atau lebih, dimana tanda dan gejala ini mencakup:
erithema, pembengkakan atau indurasi, panas pada bagian tubuh lokal, saliran
purulen, dan rasa sakit. Para pasien dikategorisasikan sebagai pasien yang memiliki
selulitis (ditentukan sebagai kondisi inflamasi kulit dan struktur kulit terkait tanpa
tanda dan saliran kumpulan cairan), abses (ditandai sebagai kondisi sirkumskrip, dan
kumpulan nanah yang dapat disalirkan), atau keduanya (jika lesi selulitis dan abses
infeksi kulit pada lokasi tubuh dan membutuhkan penanganan khusus (contohnya;
perirectal, genital, atau infeksi tangan), gigitan manusia atau hewan di lokasi infeksi,
demam tinggi (suhu pada mulut mencapai >38,5C [38.0C pada anak-anak yang
imunitas, atau keberadaan kondisi yang menurunkan imunitas tubuh, atau gagal
ginjal kronis, obesitas (indeks masa tubuh [bobot dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi dalam satuan meter], >40), lokasi bedah atau infeksi dari alat prostetik,
mendapatkan tindakan bedah dalam 12 bulan sebelumnya. Semua kriteria inklusi dan
eksklusi dimuat di dalam Tabel S1 pada Lampiran Tambahan, tersedia dengan teks
utuh artikel ini di NEJM.org. Protokol utuh dan perencanaan analisis statistik juga
tersedia di NEJM.org.
PENGACAKAN
Dari bulan Mei 2009 sampai bulan Agustus 2011, para pasien direkrut di empat
lokasi (Pusat Medis Universitas Chicago, Chicago; Rumah Sakit Umum San
Angeles]; Torrance, CA; dan Pusat Medis Universitas Vanderbilt, Nashville) dari
Semua pasien atau orang tua/ wali mereka pun memberikan pernyataan atas
kebersediaan mereka. Protokol penelitian telah mendapatkan izin dari badan peninjau
Para pasien distratifikasi kedalam satu dari dua kelompok pada basis karakteristik
infeksi yang muncul sebelum proses randomisasi: satu kelompok yang menyertakan
para pasien penderita abses atau selulitis yang berukuran lebih besar (kelompok
dengan ukuran abses-selulits yang lebih bear) atau kelompok yang menyertakan para
pasien dengan abses yang berukuran lebih kecil (kelompok abses-terbatas). Protokol
dan rencana analisis data menspesifikasikan bahwa kelompko dengan abses terbatas
dan kelompok dengan abses-selulits yang berukuran lebih besar dianalisis secara
memiliki abses tunggal dengan diameter lebih dari 5,0 cm (3,0 cm pada para pasien
yang berusia 6 sampai 11 bulan, dan 4,0 cm pada para pasien yang berusia 1 sampai
lainnya, termasuk didalamnya pasien yang memiliki abses dengan ukuran diameter
lebih dari 5,0 cm (dan secara proporsional berukuran lebih kecil pada anak-anak
yang berusia muda), para pasien dengan dua lokasi infeksi kulit atau lebih, dan para
kelompok abses-selulitis yang berukuran lebih besar. Ukuran kavitas/ rongga abses
diukur secara manual dalam tiga dimensi (lebar, panjang, dan kedalaman) dan dicatat
pada bentuk terstandarisasi. Semua abses ditangani melalui insisi ataupun penyaliran.
Di dalam artikel ini, kami pun menjelaskan hasil hanya untuk kelompok pasien
MEDIKASI PENELITIAN
Setelah abses dikeringkan (jika ada) dan ukuran abses diketahui, maka para pasien
secara acak ditentukan dalam rasio 1:1 untuk mendapatkan clindamycin atau TMP-
secara independen di tiap lokasi, pun dilakukan dengan satu organisasi penelitian
SMX diberikan pada dosis 160 mg trimethoprim dan 800 mg sulfamethoxazole yang
diberikan sebagai dua tablet kekuatan tunggal dua kali sehari. Para pasien yang
secara acak ditentukan untuk mendapatkan TMP-SMX diberikan dua pil plasebo
untuk dosis tengah hari. Dosis anak-anak disesuaikan menurut berat badan pasien
(Tabel S2 pada Lampiran Tambahan); suspensi cair tersedia untuk pendosisan pasien
oleh staf penelitian dan para pasien, dan rasa preparasi cair clindamycin pun
medikasi. Para pasien tidak tahu akan penentuan penanganan, begitu juga dengan staf
dan anggota penelitian, dengan pengecualian ahli farmasi di dalam penelitian, yang
menentukan pendosisan yang tepat. Obat untuk penelitian ini dibeli oleh sponsor
Kesehatan Nasional.
Untuk mencegah adanya bias karena peneliti, jika terjadi kegagalan dalam
hasilnya dapat didapat oleh monitor keselamatan independen jika diminta. Kultur
kulit melalui penyekaan pun didapatkan jika terdapat retakan kulit, eksudat, cairan
dari bagian yang melepuh, atau material lainnya yang dapat diambil kulturnya. Lesi
yang tidak bersifat supuratif pun tidak diambil sampel nya. Uji kultur,
yang berpartisipasi sesuai dengan metode yang disetujui oleh Lembaga Standar
kondisi penyertanya. Para pasien dilihat di tiap akhir penanganan (hari ke-12), pada
uji kesembuhan (7 sampai 10 hari setelah selesainya terapi 10 hari), dan pada follow
up 1 bulan (hari ke-40). Informasi tentang respons klinis dan potensi efek samping
ANALISIS STATISTIK
Outcome penelitian primer/ utama adalah kesembuhan klinis pada kunjungan untuk
satu pada populasi yang ditujujukan untuk sembuh dan yang lainnya pada populasi
pasien yang dapat dievaluasi (Gambar 1). Buruknya kesembuhan klinis ditentukan
sebagai rendahnya tingkat kesembuhan tanda atau gejala infeksi, kemunculan efek
dengan obat penelitian dalam 48 jam pertama, atau kemunculan efek samping pada
sebelum kunjungan untuk uji kesembuhan: kemunculan infeksi kulit di lokasi tubuh
yang baru, penanganan bedah infeksi kulit yang tidak direncanakan, atau perawatan
di rumah sakit yang berkaitan dengan infeksi. Hipotesis nol utama adalah bahwa
clindamycin dan TMP-SMX memiliki tingkat kesembuhan yang sama. Penelitian
mendeteksi perbedaan absolut antara dua kelompok penanganan akan point usia-10
persen pada tingkat penanganan (85% vs 95%) di dalam populasi yang dapat
dievaluasi pada tingkat alfa 0,05. Jika diasumsikan tingkat atrisi 20%, kami pun
mengkalkulasikan bahwa 524 orang pasien (262 di tiap kelompok) perlu untuk
individu dewasa dan populasi pasien anak-anak; tingkat kesembuhan pada para
pasien dengan selulitis, abses, atau gabungan abses-selulitis (ditentukan sebagai lesi
abses dan selulitis yang terpisah) pada kunjungan untuk menguji kesembuhan, dan
uji Chi-square Pearson. Uji kepastian Fisher, atau uji analisis-varian, jika dibutuhkan;
TMP-SMX: trimethopriim-sulfamethoxazole
HASIL
PASIEN
Sebanyak 524 orang pasien pun dilibatkan; 264 pasien mendapatkan penanganan
dengan obat clindamycin, dan 260 pasien mendapatkan obat TMP-SMX (Gambar 1).
Sebanyak 52,3% pasien adalah berjenis kelamin laki-laki, 53,2% orang merupakan
pasien kulit hitam, 40,3% orang merupakan pasien kulit putih, dan 28,6% pasien ber-
ras Latin. Usia rerata pasien adalah 27,1 tahun. Sebanyak 29,6% pasien adalah anak-
Abses muncul pada 160 orang pasien (30,5%), selulitis pada 280 pasien (53,4%), dan
gabungan abses-selulits muncul pada 82 pasien (15,6%); lesi yang muncul pada 2
antar kelompok dalam hal presentasi klinis, tanda, ataupun gejala. Insisi dan
penyaliran dilakukan pada 44,5% pasien. Informasi klinis yang mendetail pada
Kultur didapat untuk 296 pasien (56,5%). Isolat baseline yang paling umum yang
ditemukan pada kultur adalah S. aureus (217 dari 524 pasien, 41,4%) (Tabel 2); 27
dari 217 isolat (12,4%) adalah bakteri yang resisten terhadap clincamycin, dan 1 dari
217 isolat (0,5%) adalah yang resisten terhadap TMP-SMX. Stratifikasi hasil kultur
mengacu pada tipe infeksi kulit, dan hal ini ditampilkan pada Tabel 4 pada Lampiran
Tambahan.
KESEMBUHAN KLINIS PADA KUNJUNGAN UNTUK DILAKUKANNYA
UJI-KESEMBUHAN
Tingkat kesembuhan pada populasi yang memang ditujukan untuk sembuh (524
pasien) pada kunjungan uji kesembuhan adalah 80,3% (interval kepercayaan [CI]
95%, 75,2 sampai 85,4) di kelompok clindamycin dan 77,7% (CI 95%, 72,3 sampai
sampai 4,9; P = 0,52) (Tabel 3). Pada populasi yang dapat dievaluasi (466 pasien),
tingkat kesembuhan adalah 89,5% (CI 95%, 85,2 sampai 93,7) pada kelompok
clindamycin dan 88,2% (CI 95%, 83,7 sampai 92,7) di kelompok TMP-SMX
(perbedaan, -1,2 titik persentase; CI 95%, -7,6 sampai 5,1; P = 0,77) (Gambar 2).
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok penanganan, pada populasi
yang ditujukan untuk ditangani ataupun populasi yang dapat dievaluasi, di dalam
sub-sub kelompok yang terdiri dari anak-anak, individu dewasa, atau pasien dengan
selulitis, abses, ataupun gabungan abses dan lesi selulitis (Tabel 3). Selain itu, tidak
pasien yang terinfeksi dengan S. aureus, MRSA, ataupun MSSA pada populasi yang
ditujukan untuk ditangani maupun populasi yang dapat dievaluasi. Di dalam populasi
yang dapat dievaluasi, 11 dari 15 pasien yang ditangani dengan clincamycin dengan
ditanggulangi dengan clindamycin (73,3% [CI 95%, 47,0 sampai 99,7] vs. 91,7% [CI
Tingkat kesembuhan pada kunjungan follow up 1 bulan tidak lah berbeda untuk
dengan TMP-SMX pada populasi yang memang ditujukan untuk ditangani (masing-
masing, 193 dari 264 pasien [73,1%: CI 95%, -67,6 sampai 78,6] dan 176 sampai
260 pasien [67,7%, CI 95%, 61,8 sampai 73,6]; perbedaan, -5,4 titik persentase [CI
95%, -13,6 sampai 2,8]: P = 0,18) dan pada populasi yang dapat dievaluasi (masing,
masing, 193 dari 230 pasien [83,9%; CI 95%, 78,9 sampai 88,9] dan 176 sampai 225
pasien [78,2%, CI 95%, 72,6 sampai 83,8]; perbedaan, -5,7 titik persentase [CI 95%,
EFEK SAMPING
Tingkat keseluruhan efek samping adalah sama di kelompok clindamycin dan TMP-
SMX (masing-masing 18,9% dan 18,6%). Efek samping yang paling umum di
kelompok clindamycin dan TMP-SMX adalah diare (9,7% dan 10,1%), mual (2,3%
dan 2,7%), muntah (2,3% dan 1,6%), pruritus (1,5% dan 1,2%), dan ruam (1,2% dan
0,8%) (Tabel S5 pada Lampiran Tambahan). Tidak terdapat kasus diare yang
disebabkan oleh Clostridium difficile. Hampir dari seluruh efek samping adalah
bersifat ringan atau sedang dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa sekuelae
(kondisi adanya kondisi yang diakibatkan oleh penyakit atau gangguan sebelumnya).
Tidak terdapat efek samping serius yang disebabkan oleh penanganan (Tabel S6).
Tingkat tidak diteruskannya penanganan akibat efek samping adalah sama di kedua
Denominator untuk kalkulasi persentase adalah jumlah pasien pada populasi yang
ditujukan untuk ditangani untuk tiap kelompok penanganan. Nilai plus-minus adalah
Data tersedia untuk 263 pasien di kelompok clindamycin dan 259 pada kelompok
TMP-SMX.
] /4).
Pasien yang dikategorisasikan sebagai yang memiliki gabungan lesi abses dan
selulitis adalah mereka yang memiliki lebih dari satu lesi, dengan setidaknya satu lesi
abses yang di-insisi dan disalirkan dan setidaknya satu lesi selulitis yang tidak
PEMBAHASAN
populasi pasien rawat jalan dengan kondisi minor atau kondisi yang tidak memiliki
dari 5 titik persentase lebih tinggi dari 7 sampai 10 titik persentase dan lebih rendah
dari tingkat kesembuhan dengan clindamycin, pada basis interval kepercayaan 95%
untuk perbedaan tingkat kesembuhan pada populasi yang ditujukan untuk ditangani
dan populasi yang dapat dievaluasi. Percobaan superioritas ini tidaklah menunjukkan
penggunaan interval kepercayaan. Tingkat efek samping dengan dua terapi tidaklah
berbeda.
populasi yang ditujukan untuk ditangani untuk tiap kelompok. Para pasien dihitung
satukali untuk tiap spesies yang teridentifikasi. MRSA adalah S. aureus yang resisten
terhadap methicillin, dan MSSA adalah S. aureus yang rentan/ dapat ditangani
dengan methicilllin.
Diantara semua pasien, 46% memiliki satu abses atau lebih dengan ukuran diameter
lebih besar dari 5 cm (secara proporsional lebih kecil pada anak-anak), semuanya
pada data dari penelitian observasi single-center yang melibatkan anak-anak, dimana
abses nya memiliki ukuran lebih dari 5 cm akan dikaitkan dengan gagalnya
penanganan. Walaupun insisi dan penyaliran saja sudah cukup untuk penanganan
pada banyak kasus, namun terdapat juga beberapa sub kelompok yang memang
membutuhkan terapi antibiotik. Outcome atau hasil penanganan pada pasien dengan
abses yang ditangani dengan abtibiotik di populasi resiko rendah relatif kami dapat
mencerminkan tingkat kemanjuran nyata yang sama atau kecukupan insisi dan
adalah dibutuhkan untuk lebih jauh memahami peranan terapi farmakologis aktif di
kepastian Fisher.
Tingkat kesembuhan untuk TMP-SMX dan clindamycin adalah sama pada para
pasien yang memiliki selulitis sebagai tipe lesi tunggal. Pada analisis yang sudah
ditentukan pada pasien yang hanya memiliki selulitis, titik estimasi tingkat
kesembuhan rerata TMP-SMX berarti tingkat kesembuhan 86,6 dan 76,4% masing-
masing untuk populasi yang dapat dievaluasi dan populasi yang ditujukan untuk
ditangani tingkat yang 4,3 titik persentasi (CI 95%, -13,1 sampai 4,6) sampai 4,5
titik persentase (CI 95%, -15,1 sampai 6,1) lebih rendah daripada tingkat
kesembuhan dengan clindamycin. Di dalam analisis post hoc pasien dengan selulitis
dengan atau tanpa abses di lokasi lain, tingkat kesembuhan nya adalah 87,9% (138
dari 157 pasien) dengan TMP-SMX dan 90,9% (149 dari 164) dengan clindamycin
pada populasi yang dapat dievaluasi (perbedaan, -3,0 titik persentase [CI 95%, -1,05
sampai 4,6]) dan 77,1% (138 dari 179) dan 81,4% (149 dari 183), masing-masing,
pada populasi yang ditujukan untuk ditangani (perbedaan, -4,3 titik persentase [CI
95%, -13,5 sampai 4,8]). Penelitian kami tidak ditujukan untuk mengetahui
superioritas salah satu obat terhadap obat lainnya di dalam sub kelompok pasien
dengan selulitis, namun data menunjukkan bahwa jika terdapat perbedaan dalam
outcome, nampaknya perbedaan itu sangat kecil. Lebih jauh lagi, untuk mendukung
sampai 30% untuk inferioritas plasebo terhadap obat-obat aktif yang disebutkan
untuk outcome selulitis pada tahun 2013. Pedoman FDA untuk infeksi bakter akut
nya belum lah dapat diidentifikasi di kebanyakan kasus: hal ini sesuai dengan
penelitian kami, dimana 80% lesi selulitis tidak dapat dikultur karena kulit yang
terdampak tetap utuh. Pendapat para ahli dan data empiris menunjukkan bahwa
provokatif, karena TMP-SMX telah dianggap sebagai pilihan empiris yang buruk
pyogenes akan dapat ditangani oleh TMP-SMX jika agar-agar thymadine konsentrasi
rendah digunakan untuk pengujian. Hasil yang didapatkan kami menunjukkan bahwa
TMP-SMX dan clindamycin memiliki tingkat kemanjuran yang sama untuk pasien
Dalam hal efek samping, tingkatnya adalah sama pada kedua kelompok. Khususnya,
tingkat efek samping yang berupa diare adalah sama di kedua kelompok. Ketiadaan
diare yang disebabkan oleh C. difficile memiliki kaitan dengan tingkat keparahan
penyakit yang rendah dan usia yang muda, hal ini merupakan karakteristik umum
pasien yang sama di dalam percobaan ini. Ruam memiliki kaitan dengan terapi TMP-
SMX, namun tingkat efek samping dermatologis adalah sama pada kedua kelompok.
Secara keseluruhan, tingkat efek samping adalah sama di sub kelompok pasien anak
Grafik diatas menunjukkan proporsi pasien yang diketaui sembuh pada saat
kunjungan uji kesembuhan pada populasi yang ditujukan untuk ditangani dan
populasi yang dapat dievaluasi. Tingkat kepercayaan aktual adalah 95,60% setelah
Penelitian kami memiliki kekurangan. Pertama, kami tidak menyertakan para pasien
dengan kondisi-kondisi penyerta yang serius, dan outcome akan infeksi kulit yang
ditangani dengan clindamycin dan TMP-SMX pada populasi yang dengan kondisi
tersebut dapatlah berbeda-beda. Namun, penelitian kami melibatkan para pasien yang
mendapatkan tindakan rawat jalan, dimana hampir 95% kondisi infeksi ditangani,
dan dengan demikian dapat digeneralisasi sebagai populasi yang besar. Kedua, kami
pun hanya mengkaji dua antibiotik, dan tingkat kemanjuran komparatif dan efek
samping dari obat oral lainnya tidaklah diketahui. Namun, kedua antibiotik yang
kekambuhan.
Keempat, dosis clindamycin dan TMP-SMX untuk infeksi kulit belum lah dipahami.
Beberapa ahli menyarankan untuk menggunakannya dua kali dosis yang digunakan
merekomendasikan dosis yang sama dengan dosis yang digunakan kami. Data kami
pasien yang memiliki isolat S. aureus yang resisten terhadap clindamycin atau TMP-
SMX (masing-masing 5,2% dan 0,2%) adalah secara relatif rendah. Mengingat
terhadap tingkat kesembuhan melalui clindamycin yang lebih rendah untuk infeksi
yang disebabkan oleh S. aureus yang resisten terhadap clindamycin (73,3% vs.
91,7%, P = 0,006) versus isolat yang mudah ditangani oleh clindamycin (73,3% vs.
91,7%, P = 0,06), yang dimana hal ini memunculkan beberapa pertanyaan penting
tentang tingkat respon yang cepat. Sejumlah pasien yang memiliki isolat yang
resisten terhadap clindamycin adalah lebih sedikit (tiga pasien pada populasi yang
penelitian klinis acak dan buta ganda dan disertai oleh akuntabilitas obat yang detail
pemberiannya), tinjauan sistematis yang mendetail tentang efek samping, dan tingkat
atrisi yang relatif rendah (10,5%). Kami menyertakan pasien dewasa dan anak-anak,
yang dimana cukup penting karena mengingat bahwa infeksi kulit dapat menyerang
pada invidiu di berbagai rentang usia. Terakhir, populasi yang diteliti adalah beragam
dari sisi etnis dan geografis. Singkatnya, kami tidak menemukan perbedaan yang
penanganan infeksi kulit non-komplikatif pada para pasien dewasa dan anak-anak