Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.Dalam makalah ini kami
membahas mengenai Abortus illegal. Makalah ini dibuat dengan bantuan dari
berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama
mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
sekalian.

Jakarta , 13 februari 2017

Penulis

1
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR...................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Tujuan Penulisan............................................................................. 2
C. Manfaat Penulisan........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 3
A. Abortus............................................................................................ 3
B. Aborsi ilegal.................................................................................... 4
C. Eugenetika....................................................................................... 5
D. Medikolegal.................................................................................... 6
BAB III PENUTUP......................................................................................... 11
A. Kesimpulan..................................................................................... 11
B. Saran............................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG
Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta. Angka yang
tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Selain itu, ada
yg mengkategorikan aborsi itu pembunuhan. Ada yang melarang atas nama
agama. Ada yang menyatakan bahwa jabang bayi juga punya hak hidup sehingga
harus dipertahankan, dan lain-lain.
Aborsi merupakan masalah kesehatan masyarakat karena memberikan dampak
pada kesakitan dan kematian ibu. Sebagaimana diketahui penyebab utama
kematian ibu hamil dan melahirkan adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia.
Namun sebenarnya aborsi juga merupakan penyebab kematian ibu, hanya saja
muncul dalam bentuk komplikasi perdarahan dan sepsis. Akan tetapi, kematian
ibu yang disebabkan komplikasi aborsi sering tidak muncul dalam laporan
kematian, tetapi dilaporkan sebagai perdarahan atau sepsis. Hal itu terjadi karena
hingga saat ini aborsi masih merupakan masalah kontroversial di masyarakat. Di
satu pihak aborsi dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat
cenderung menyembunyikan kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi di
masyarakat. Ini terbukti dari berita yang ditulis di surat kabar tentang terjadinya
aborsi di masyarakat, selain dengan mudahnya didapatkan jamu dan obat-obatan
peluntur serta dukun pijat untuk mereka yang terlambat datang bulan.
Tidak ada data yang pasti tentang besarnya dampak aborsi terhadap kesehatan
ibu, WHO memperkirakan 10-50% kematian ibu disebabkan oleh aborsi
(tergantung kondisi masing-masing negara). Diperkirakan di seluruh dunia setiap
tahun dilakukan 20 juta aborsi tidak aman, 70.000 wanita meninggal akibat aborsi
tidak aman, dan 1 dari 8 kematian ibu disebabkan oleh aborsi tidak aman. Di Asia
tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya, di
antaranya 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Risiko kematian akibat
aborsi tidak aman di wilayah Asia diperkirakan antara 1 dari 250, negara maju
hanya 1 dari 3700. Angka tersebut memberikan gambaran bahwa masalah aborsi
di Indonesia masih cukup besar.
2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Abortus ,Menstual religion, Eugenetika dan transplantasi?
2. Apa Saja Jenis Jenis Aborsi ?
3. Bagaimana Hukum Aborsi, Menstual religion, Eugenetika dan
transplantasi dalam pandangan Islam ?

1
3. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk memenuhi tugas karya ilmiah dalam bidang studi kip
2. Diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan dan
pengalaman
3. Dapat mengetahui dan memahami tentang komunikasi terhadap
pasien dengan pre aborsi.

BAB II
TEORI

A. ABORTUS /ABORSI
1. Definisi Abortus.

2
Perkataan abortus dalam bahasa Inggris disebut abortion. Istilah
abortus berasal dari bahasa latin yang berarti gugur kandungan atau
keguguran. Abortus menurut Sardikin Ginaputra (Fakultas Kedokteran UI)
ialah pengakhiran kehamilan atau hasil konsepsi sebelum janin dapat
hidup diluar kandungan. Sedangkan menurut Moryono Reksediputra
(Fakultas Hukum UI) ialah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum
waktunya (sebelum dapat lahir secara alamiah).
Dari beberapa penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
abortus adalah suatu perbuatan untuk mengakhiri masa kehamilan dengan
mengeluarkan janin dari kandungan sebelum janin tersebut dapat hidup
diluar kandungan
2. Macam-macam Abortus
a. Abortus Spontan (Spontaneus Abortus), ialah abortus yang tidak
disengaja. Abortus spontan bisa terjadi karena penyakit syphilis,
kecelakaan dan sebagainya.
b. Abortus yang disengaja (Abortus Provocatus/ Induced Pro Abortion)
c. Aborsi terapeutik / medis adalah pengguguran kandungan buatan yang
dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang
hamil tetapi mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit
jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun
janin yang dikandungnya. Tetapi ini semua atas pertimbangan medis
yang matang dan tidak tergesa-gesa.
3. Pandangan Islam terhadap Abortus
Hukum abortus dan menstrual dan menstrual regulation adalah
haram, sebagaimana yang terdapat dalam firman Allah surat Al Isra ayat
31 yang artinya :Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu Karena
takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka dan
juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar.
Menurut pandangan Islam apabila abortus dilakukan sesudah janin
bernyawa atau janin beumur 4 bulan, maka telah ada kesepakatan ulama
tentang keharaman abortus itu, karena dipandang sebagai pembunuhan

3
terhadap manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan sebelum diberi
roh/nyawa pada janin itu, yaitu sebelum berumur empat bulan, ada
beberapa pendapat ulama yaitu :
a. Muhammad Ramli dalam kitab An-Nihayah, membolehkan abortus
dengan alasan belum bernyawa.
b. Ada pula ulama yang memandangnya makhruh, dengan alasan karena
janin yang sedang mengalami pertumbuhan.
c. Ibnu Hajar dalam kitabnya At-Tuhfah dan Al-Ghazali dalam kitabnya
IhyaUlumuddin mengharamkan abortus pada tahap ini (belum
bernyawa)
d. Mahmud Syaltut mengatakan bahwa sejak bertemu sel sperma dengan
ovum (sel telur), maka pengguguran adalah suatu kejahatan dan haram
hukumnya, sekalipun si janin belum diberi nyawa, sebab sudah ada
kehidupan pada kandungan yang sedang mengalami pertumbuhan dan
persiapan untuk menjadi manusia. Tetapi apabila abortus dilakukan
karena benar-benar terpaksa demi menyelamtkan si ibu, maka islam
membolehkan.

MENSTRUAL RELIGION BAB I PENDAHULUAN

Saat ini Aborsi menjadi salah satu masalah yang cukup serius, dilihat dari
tingginya angka aborsi yang kian meningkat dari tahun ke tahun. Di Indonesia
sendiri, angka pembunuhan janin per tahun sudah mencapai 3 juta.1 Angka yang
tidak sedikit mengingat besarnya tingkat kehamilan di Indonesia. Di sisi lain
aborsi dianggap oleh sebagian besar masyarakat sebagai tindakan pembunuhan,
dikarenakan janin atau bayi yang ada di dalam kandungan seorang ibu berhak
untuk hidup yang wajar, dan di dalam agama manapun juga tidak diperbolehkan
seorang wanita yang sedang hamil menghentikan kehamilannya dengan alasan
apapun. Selain itu banyak juga dijumpai di dalam masyarakat, berita yang
mengungkap kasus aborsi. Berita tersebut memuat kasus aborsi baik yang
tertangkap pelakunya maupun yang hanya mendapatkan janin yang terbuang saja,
antara lain janin yang ditinggal begitu saja setelah selesai diaborsi, dan ada juga
janin yang sengaja ditinggal di depan rumah penduduk atau di depan Yayasan
pengurus bayi.

Aborsi akan memberikan dampak yang sangat serius pada masyarakat yaitu
menimbulkan kesakitan dan kematian pada ibu. Sebagaimana diketahui penyebab
utama kematian ibu hamil dan melahirkan adalah pendarahan, dan infeksi. Aborsi
biasanya dilakukan oleh seorang wanita hamil, baik yang telah

4
1 www.google.com, http://abortus.blogspot.com/2007/11/metode-metode-aborsi.html

A. Latar Belakang Masalah

menikah maupun yang belum menikah dengan berbagai alasan. Alasan yang
paling utama aborsi adalah alasan yang non-medis di antaranya tidak ingin
memiliki anak karena khawatir mengganggu karir, sekolah atau tanggung jawab
lain, tidak memiliki cukup uang untuk merawat anak, dan tidak ingin melahirkan
anak tanpa ayah.

Alasan lain yang sering dilontarkan adalah masih terlalu muda (terutama mereka
yang hamil di luar nikah), dan bisa menjadikan aib bagi keluarga. Alasan- alasan
seperti ini juga diberikan oleh para wanita di Indonesia yang mencoba
meyakinkan dirinya bahwa membunuh janin yang ada di dalam kandungannya
adalah diperbolehkan dan dibenarkan. Alasan-alasan tersebut hanya menunjukkan
ketidakpedulian seorang wanita, yang mementingkan kepentingannya sendiri
tanpa memikirkan kehidupan janin yang dikandungnya.

Tindakan aborsi pada sejumlah kasus tertentu dapat dibenarkan apabila


merupakan aborsi yang disarankan secara medis oleh dokter yang menangani,
misalnya karena wanita yang hamil menderita suatu penyakit dan untuk
menyelamatkan nyawa wanita tersebut maka kandungannya harus digugurkan
berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal 75
ayat (2) point a. Aborsi yang digeneralisasi menjadi suatu tindak pidana apabila
aborsi itu dilakukan secara sengaja dengan alasan yang tidak dibenarkan oleh
hukum. Aborsi itu sendiri dapat terjadi baik akibat perbuatan manusia (abortus
provokatus) maupun karena sebab-sebab alamiah, yakni terjadi dengan sendirinya,
dalam arti bukan karena perbuatan manusia (abortus spontanus).

Pengguguran kandungan juga sering dilakukan oleh para wanita yang menjadi
korban perkosaan. Alasan yang sering diberikan oleh para wanita yang diperkosa
adalah bahwa mengandung anak hasil perkosaan itu akan menambah derita
batinnya karena melihat anak itu akan selalu mengingatkannya akan peristiwa
buruk tersebut. Tidak selamanya kejadian-kejadian seperti sudah terlalu banyak
anak, kehamilan di luar nikah, dan korban perkosaan tersebut membuat seorang
wanita memilih untuk menggugurkan kandungannya. Di sisi lain ada yang tetap
mempertahankan kandungannya dengan alasan bahwa menggugurkan kandungan
tersebut merupakan perbuatan dosa sehingga dia memilih untuk tetap
mempertahankan kandungannya.

Alasan apapun yang diajukan untuk menggugurkan kandungan, hal itu bukan
disebabkan alasan medis maka ibu dan orang yang membantu menggugurkan

5
kandungannya akan dihukum pidana. Hal ini dikarenakan hukum positif di
Indonesia melarang dilakukannya aborsi. Di lain pihak, jika kandungan itu tidak
digugurkan akan menimbulkan masalah baru, yaitu apabila terlahir dari keluarga
miskin maka ia tidak akan mendapat penghidupan yang layak, apabila lahir tanpa
ayah, ia akan dicemooh masyarakat sehingga seumur hidup menanggung malu.
Hal ini dikarenakan dalam budaya timur Indonesia, tidak dapat menerima anak
yang lahir di luar nikah. Alasan inilah yang kadang-kadang membuat perempuan
yang hamil di luar nikah nekat menggugurkan kandungannya. Anak di sisi lain
sebenarnya mempunyai hak untuk hidup dan hal tersebut diatur dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 2 yang
menyatakan:

Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak
dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi, secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pasal 1 angka 12 yang menyatakan:

Hak anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi,
dan dipenuhi oleh orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan negara.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, permasalahan yang muncul


sebagai berikut:

1. Apakah aborsi menurut ketentuan Pasal 75 Undang-Undang


Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan bertentangan dengan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 12?

2. Apakah dokter yang melakukan aborsi berdasarkan Pasal 75


Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan tidak
melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis yaitu:

1. Untuk mengetahui ketentuan yang ada dalam Pasal 75 Undang- Undang


Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan bertentangan dengan Undang-

6
Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka
2 dan Pasal 1 angka 12?

2. Untuk mengetahui bahwa dokter yang melakukan aborsi berdasarkan Pasal


75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan tidak
melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak?

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian itu sangat diharapkan dapat menjadi masukan yang
berguna bagi dunia pendidikan dalam hal Tinjauan Terhadap Aborsi dari Aspek
Hukum Kesehatan dan Perlindungan Anak, selain itu Manfaat penelitian juga
dibagi menjadi dua yaitu secara teoritis dan praktis.

1. Secara teoritis ditujukan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam


bidang hukum, khususnya bidang peradilan dan penyelesaian sengketa
hukum dalam Tinjauan Terhadap Aborsi dari Aspek Hukum Kesehatan
dan Perlindungan Anak

2. Manfaat praktisnya, antara lain;


1. Bagi ilmu kedokteran, khususnya dalam Tinjauan Terhadap

Aborsi dari Aspek Hukum Kesehatan dan Perlindungan Anak


2. Bagi peneliti, untuk mengetahui sejauh mana Tinjauan Terhadap

Aborsi dari Aspek Hukum Kesehatan dan Perlindungan Anak

3. Bagi mahasiswa, fakultas hukum khususnya, agar mahasiswa dapat mengerti


bagaimana Tinjauan Terhadap Aborsi dari Aspek Hukum Kesehatan dan
Perlindungan Anak apakah sesuai dengan Peraturan Perundang Undangan yang
berlaku.

E. Keaslian Penelitian

Dengan ini menyatakan bahwa permasalahan hukum yang dibahas, yaitu


TINJAUAN TERHADAP ABORSI DARI ASPEK HUKUM KESEHATAN
DAN PERLINDUNGAN ANAK merupakan karya asli, dan sepengetahuan
peneliti belum pernah ada penelitian yang serupa dengan judul penelitian yang
peneliti angkat, jadi penelitian ini bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi
dari hasil penelitian lain. Penulis hukum ini apabila terbukti melakukan duplikasi
atau plagiasi dari kaya penulis lain, maka penulis bersedia menerima sanksi
akademik maupun sanksi hukum yang berlaku. Hal ini dapat dibuktikan dengan
membandingkan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti terdahulu, yaitu:

7
1. John Peter Ngo, nomor mahasiswa 05 05 09208, Fakultas Hukum Universitas
Atmajaya Yogyakarta, pada tahun 2010 dengan judul penelitian, Penerapan
Hukum Pidana Dalam Menangani pelaku Tindak Pidana Aborsi Yang Dilakukan
oleh Remaja di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Sleman. Tujuan penelitian
adalah untuk memperoleh pemahaman tentang penerapan hukum pidana dalam
menanggulangi tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh para remaja

dan mengetahui akar masalah dari perilaku yang menyimpang sehingga


menyebabkan banyaknya para remaja yang kurang begitu tahu mengenai
pentingnya melakukan hubungan kelamin yang bertujuan untuk melanjutkan
keturunan. Hasil penelitian adalah bagaimanakah penerapan hukum pidana positif
Indonesia dalam menanggulangi pelaku tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh
remaja adalah dengan menggunakan Pasal 346 KUHP karena di dalam
persidangan Majelis hakim dapat membuktikan telah terpenuhinya unsur
subyektif dan unsur obyektif tindak pidana aborsi yang dilakukan oleh terdakwa
remaja.

2. Yohanes Galih Setyawan, nomor mahasiswa 03 05 08463, Fakultas Hukum


Universitas Atmajaya Yogyakarta, pada tahun 2009 dengan judul penelitian,
Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Aborsi. Tujuan Penelitian adalah
untuk memperoleh data tentang alasan-alasan apakah yang menyebabkan
terjadinya tindakan aborsi, untuk memperoleh data tentang hambatan dalam
penegakan hukum terhadap tindak pidana aborsi. Hasil penelitian adalah bahwa
aborsi (pengguguran kandungan) banyak dilakukan di masyarakat disebabkan
oleh beberapa alasan seperti: kesehatan, ekonomi, sosial maupun medis. Para
pelaku aborsi bisa berasal dari berbagai kalangan, baik dari kalangan usia remaja
maupun dari kalangan usia tua, hambatan dalam penegakan hukum terhadap
tindak pidana aborsi adalah sulitnya mengungkapkan bukti awal telah terjadinya
tindakan aborsi karena

aborsi dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan prosesnya lebih

bersifat pribadi sehingga keberadaan para pelaku sulit untuk dilacak.


3. Angghie Ariestiy Ananda Pramujie, nomor mahasiswa 05 05 09183, Fakultas
Hukum Atmajaya Yogyakarta, pada tahun 2010 dengan judul penelitian, Tinjauan
Yuridis Terhadap Malpraktik Dokter Dalam Tindakan Abortus
Provocatus/Terapeuticus. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana
upaya hukum di Indonesia dalam memberantas/mencegah tindakan malpraktek
aborsi, yang sebagaimana diketahui bahwa Negara Indonesia melarang adanya
tindakan aborsi yang diatur pada Pasal 75 (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009, untuk mengetahui tindakan-tindakan apa yang diambil untuk
memberantas/mencegah tindakan malpraktik aborsi legal, yang sampai sekarang

8
ini malpraktik aborsi legal masih merupakan suatu masalah hukum yang belum
terselesaikan, untuk mengetahui faktor- faktor apa sajakah yang menyebabkan
dokter dapat melakukan malpraktik dalam tindakan abortus provocatus
medicinalis/therapeuticus. Hasil Penelitian adalah faktor-faktor yang menyebakan
dokter dapat melakukan malpraktik dalam tindakan abortus provocatus
medicinalis/therapeuticus adalah faktor pertimbangan keuntungan pribadi, faktor
kelalaian dalam pelayanan medis, faktor kehamilan yang tidak diinginkan
berdasarkan pertimbangan sosio ekonomis, dan faktor penyalahgunaan wewenang
merupakan faktor-faktor sosiologis yang menyebakan seorang dokter

dapat melakukan perbuatan malpraktik dalam tindakan abortus provocatus


medicinalis/therapeuticus, faktor-faktor yuridis yang bertentangan dengan Pasal
75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 mengenai abortus provocatus
medicinalis/therapeuticus: a) KUHP: Pasal 299, 346, 347, 348, 349 dan 535
mengenai perbuatan pidana aborsi, dan 359, 360 mengenai kelalaian yang
mengakibatkan luka- luka/kematian. b) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009:
Pasal194 mengenai ketentuan pidana apabila melakukan aborsi di luar Pasal 75. c)
Kode etik kedokteran: Pasal 3, mengenai tidak boleh melakukan tindakan
berdasarkan atas keuntungan pribadi dan Pasal 11, mengenai kewajiban merujuk
pasien apabila dokter tidak mampu/tidak berwenang dalam melakukan tindakan
medis.

Penelitian yang disusun oleh penulis ini lebih mengkhususkan pada kajian
mengenai tinjauan terhadap aborsi dari aspek hukum kesehatan dan perlindungan
anak, dan dalam hal ini supaya pembahasan lebih konkrit, penulis menyoroti
mengenai ketentuan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang
Perlindungan Anak Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 12 dan dokter yang
melakukan aborsi berdasarkan Pasal 75 tidak melanggar Undang-Undang
Perlindungan Anak.

6. Batasan Konsep

Batasan konsep dari penulisan hukum mengenai Tinjauan Terhadap


Aborsi Dari Aspek Hukum Kesehatan Dan Perlindungan Anak adalah:

1. Tinjauan
Hasil meninjau, pandangan, pendapat sesudah menyelidiki.

2. Aborsi
Pengguguran kandungan. Apapun alasannya, aborsi adalah

9
perbuatan melanggar hukum, baik hukum agama maupun hukum
pidana.

3. Hukum
Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat, yang
dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.

4. Kesehatan
Keadaan sehat, kebaikan keadaan badan.

5. Perlindungan
Menempatkan diri di balik/di bawah sesuatu.

6. Anak
Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk

anak yang masih di dalam kandungan.

7. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yakni penelitian hukum normatif.

Penelitian hukum normatif diperlukan untuk mengetahui secara normatif,

10

Apakah aborsi menurut ketentuan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun


2009 Tentang Kesehatan bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 12, Apakah
dokter yang melakukan aborsi berdasarkan Pasal 75 tidak melanggar Undang-
Undang Perlindungan Anak.

2. Sumber Data
Dalam melakukan penelitian hukum normatif ini data yang dipergunakan

adalah:

1. a) Data Primer yaitu data yang diperoleh dalam penelitian secara

langsung dari narasumber melalui wawancara tanya jawab dengan pihak


pihak terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti oleh penulis.

2. b) Data sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan


mengenai bahan hukum primer, seperti buku buku, hasil penelitian
berupa pendapat hukum yang berhubungan dengan institusi kedokteran,

10
media internet untuk memperluas pengetahuan mengenai tinjauan terhadap
aborsi dari aspek hukum kesehatan dan perlindungan anak selain itu data
yang diperoleh dari bahan hukum primer yang kekuatan berlakunya
mengikat seperti peraturan perundang undangan, dalam hal ini berupa:

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 setelah amandemen,


Pasal 28A;

2) Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;

11

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak;

3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini

adalah:

1. a) Wawancara yaitu tanya jawab secara langsung antar penulis


dengan

pemberi pelayanan kesehatan yaitu dokter kebidanan yang terkait


dalam penelitian hukum penulis yaitu tentang Tinjauan Terhadap
Aborsi dari Aspek Hukum Kesehatan dan Perlindungan Anak

2. b) Studi kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yaitu


dengan cara membaca dan mempelajari literatur literatur dan
hasil penelitian yang berkaitan dengan Tinjauan Terhadap Aborsi
dari Aspek Hukum Kesehatan dan Perlindungan Anak .

4. Metode Analisis Data


Data yang telah diperoleh dikumpulkan dan dipilah pilah sesuai dengan

permasalahan kemudian diambil yang diperlukan. Setelah dikelompokan


sesuai dengan permasalahan kemudian dianalisis dengan memahami dan
merangkai kata yang dikumpulkan secara sistematis, sehingga
memperoleh gambaran yang jelas tentang apa yang diteliti. Kemudian data
yang sudah dianalisis disajikan secara diskriptif, sedangkan metode
penyimpulan menggunakan metode penyimpulan induktif yaitu menarik
kesimpulan dari hal hal yang bersifat khusus menuju kesimpulan yang
bersifat umum.

12

H. Sistematika Penulisan Hukum BAB I : PENDAHULUAN

11
Bab pendahuluan ini menguraikan tentang Latar Belakang Masalah, Rumusan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitiaan, Keaslian Penelitian, Batasan
Konsep, dan Metode Penelitian.
BAB II : ABORSI DARI ASPEK HUKUM KESEHATAN DAN
PERLINDUNGAN ANAK

Dalam bagian ini dibagi menjadi dua bagian yang pertama berisi mengenai
tinjauan umum tentang aborsi, yang menguraikan tentang pengertian aborsi dan
macam-macam aborsi, hal-hal yang dapat mempengaruhi pertimbangan medis
mengenai aborsi, sebab akibat aborsi. Bagian yang kedua berisi hasil penelitian
mengenai ketentuan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 Tentang
Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 12, serta dokter yang melakukan aborsi
berdasarkan Pasal 75 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
tidak melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak.

BAB III : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dari penulisan hukum yang berisi mengenai
kesimpulan yang diambil dari penyusunan pokok bahasan yang diangkat untuk
dapat menjawab identifikasi masalah dan membuat saran- saran terhadap masalah
tinjauan terhadap aborsi dari aspek hukum kesehatan dan perlindungan anak.

B.
1. Definisi Menstrual Religion
Menstrual Regulation merupakan istilah bahasa Inggris, yang telah
diterjemahkan oleh dokter Arab yang artinya pengguguran kandungan
yang masih muda. Menstrual Regulation secara harfiah artiya pengaturan
menstuasi atau datang bulan atau haid. Tetapi dalam praktek menstrual
regulation ini dilaksanakan terhadap wanita yang merasa terlambat waktu
mentruasi dan berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium ternyata positif
mengandung. Maka ia meminta janinnya dihilangkan atu dilenyapkan.
2. Pandangan Islam terhadap Menstrual Religion
Islam juga melarang menstrual regulation,karena pada hakikatnya
sama dengan abortus, merusak atau menghancurkan janin calon manusia
yang dimuliakan Allah, karena ia berhak tetap survive dan alhir dalam
keadaan hidup, sekalipun eksistensinya hasil dari hubungan yang tidak sah
(di luar perkawinan yang sah). Sebab menurut Islam setiap anak lahir
dalam keadaan suci (tidak bernoda)

12
C. EUGENETIKA
1. Definisi Eugenetika
Eugenetika yaitu sebuah pemikiran yang berpijak pada konsep
evolusi dan genetika dimana menganggap suatu ras, suku, agama, atau
kelompok tertentu lebih pantas unggul dan dihormati dibandingkan
kelompok lainnya. Sedangkan para pengangguran, orang-orang cacat,
penjahat, dan idiot dianggap sebagai pembawa masalah dan harus
dimusnahkan. Dalam teori eugenetika, faktor gen sangatlah penting, sakral
dan menjadi penentu keunggulan suatu bangsa. Menurut mereka, orang
cerdas akan melahirkan anak yang cerdas
2. Pandangan islam terhadap eugenetika
Eugenetika sebagai bentuk usaha dalam mencegah lahirnya bayi
yang cacat, pada dasarnya memeiliki hukum yang sama dalam masalah
abortus ataupun menstrual regulation. Karena pembunuhan terhadap
makhluk ciptaan Allah, baik yang telah lahir ataupun yang masih dalam
kandugan, merupakan perbuatan zalim atau penganiyaan, karena setiap
makhluk memiliki hak untuk menikmati kehidupan.
Dalil yang sama dijelaskan Allah dalam QS. al-Anm : 151 dan
QS. al-Isra: 33
QS. al-Anm : 151
...
...
Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena
kemiskinan. Kami akan memberikan rizki kepada mereka dan kepadamu.
QS. al-Isra: 33


...
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) melainkan dengan (alasan) yang benar (menurut
syara).
Namun,apabila pengguguran dilakukan dengan alasan down
syndrome,masih dapat ditolerir karena mengingat resikonya jauh lebih
besar daripada mashlahatnya,jika mempertahankan kehidupan janin itu.

13
Akan tetapi eugenetika yang dilakukan atas dasar permintaan ibu atau
keluarga dengan alasan jenis kelaminnya tidak sesuai dengan
harapannyamaka perbuatan tersebutlah yang sangat dilarang sebagai
bentuk perbuatan yang tidak manusiawi dan perbuatan kriminal. Selain itu
juga bertentangan dengan norma agama, pancasila, dan peraturan per-UU-
an yang berlaku (KUH Pidana dan UU No. 23 Tahun 1992 tentang
kesehatan)

D. TRANSPLANTASI ORGAN
1. Definisi Transplantasi
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ
manusia tertentu, dari suatu tempat ke tempat lain, pada tubuhnya sendiri
atau tubuh orang lain untuk menggantikan organ tubuh yang tidak sehat
atau tidak berfungsi dengan baik. Dalam dunia medis, masih sering
ditemukan orang yang melakukan transplantasi organ. Disamping
kebutuhan jasmani, ada juga yang melakukan hal tersebut dengan alasan
kebutuhan ekonomi, yaitu dengan menjual organ yang bertujuan untuk
mendapatkan imbalan.
2. Tipe transplantasi
a. Transplantasi dalam keadaan sehat
b. Transplantasi dalam keadaan koma
c. Transplantasi dalam keadaan mati
3. Pandangan islam terhadap Transplantasi
Hukum tentang transplantasi sangat bermacam-macam, ada yang
mendukung dan ada pula yang menolaknya. Ada beberapa alasan yang
menolak akan transplantasi organ baik dari orang yang masih sehat sampai
orang yang sudah meninggal. Hal ini dapat diperkuat dengan hadits Nabi
SAW, Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan
melanggarnya dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih
hidup.
Dan ada juga yang mendukung pelaksanaan transplantasi organ,
karena hal ini sama halnya dengan menolong sesama umat manusia
terutama umat muslim, sesuai firman Allah swt Dan saling tolong

14
menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling
tolong monolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan (Qs.Al-Maidah
2).
Transplantasi organ ketika masih hidup.
Donor yang dilakukan dalam keadaan masih hidup hukumnya tidak
Boleh (Haram).Meskipun pendonoran tersebut untuk keperluan medis
(pengobatan) bahkan sekalipun telah sampai dalam kondisi darurat. Ini
termuat dalam Firman Allah SWT Dan janganlah kamu membunuh dirimu
sendiri, sesungguhnya Allah mah penyayang kepadamu ( Q.S.An-
Nisa:4:29) dan Firman Allah SWT Surat Al Baqarah ayat 195 Dan
Janganlah kamu jatuhkan dirimu dalam kebinasaan dan berbuat baiklah
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat baik
Maksudnya adalah bahwa Allah SWT melarang manusia untuk
membunuh dirinya atau melakukan perbuatan yang membawa kepada
kehancuran dan kebinasaan. Sedangkan orang yang mendonorkan salah satu
organ tubuhnya secara tidak langsung telah melakukan perbuatan yang
membawa kepada kehancuran dan kebinasaan. Padahal manusia tidak disuruh
berbuat demikian, manusia hanya disuruh untuk menjaganya (organ tubuhnya)
sesuai ayat di atas. Manusia tidak memiliki hak atas organ tubuhnya
seluruhnya,karena pemilik organ tubuh manusia Adalah Allah swt.
Transplantasi organ ketika dalam keadaan koma.
Melakukan transplantasi organ tubuh donor dalam keadaan masih
hidup, meskipun dalam keadaan koma, hukumnya haram seperti Dalil yang
menyebtkan bahwa Sesungguhnya perbuatan mengambil salah satu organ
tubuh manusia dapat membawa kepada kemudlaratan, sedangkan perbuatan
yang membawa kepada kemudlaratan merupakan perbuatan yang terlarang
sesuai Hadist nabi Muhammad saw Tidak boleh melakukan pekerjaan yang
membawa kemudlaratan dan tidak boleh ada kemudlaratan
Manusia wajib berusaha untuk menyembuhkan penyakitnya dem
mempertahankan hidupnya, karena hidup dan mati itu berada ditangan Allah
SWT. Oleh sebab itu, manusia tidak boleh mencabut nyawanya sendiri atau

15
mempercepat kematianorang lain, meskipun mengurangi atau menghilangkan
penderitaan pasien.
Transplantasi organ ketika dalam keadaan telah meninggal.
Ada 2 pendapat yaitu mengharamkan dan memperbolehkan
1. Hukumnya Haram karena kesucian tubuh manusia setiap bentuk agresi atas
tubuh manusia merupakan hal yang terlarang.
Ada beberapa perintah Al-Quran dan Hadist yang melarang.
Diantara hadist yang terkenal, yaitu:
Mematahkan tulang mayat seseorang sama berdosanya dan
melanggarnya dengan mematahkan tulang orang tersebut ketika ia masih
hidup
Tubuh manusia adalah amanah, pada dasarnya bukanlah milik
manusia tapi merupakan amanah dari Allah yang harus dijaga, karena itu
manusia tidak memiliki hak untuk mendonorkannya kepada orang lain.\
2. Hukumnya Boleh.
Dalam kaidah fiqiyah menjelaskan bahwa Apabila bertemu dua hal
yang mendatangkan mafsadah (kebinasaan), maka dipertahankan yang
mendatangkan madharat yang paling besar dengan melakukan perbuatan
yang paling ringan madharatnya dari dua madharat. Selama dalam
pekerjaan transplantasi itu tidak ada unsur merusak tubuh mayat sebagai
penghinaan kepadanya.
3. Alasan Dasar Pandangan-Pandangan Transplantasi
Pandangan yang menentang pencangkokan organ. Ada tiga alasan
yang mendasar, yaitu:
a. Kesucian hidup/tubuh manusia.
Setiap bentuk agresi terhadap tubuh manusia dilarang, karena
ada beberapa perintah yang jelas mengenai ini dalam Al-Quran.
Dalam kaitan ini ada satu hadis (ucapan) Nabi Muhammad yang
terkenal yang sering dikutip untuk menunjukkan dilarangnya
manipulasi atas tubuh manusia, meskipun sudah menjadi mayat,
Mematahkan tulang mayat seseorang adalah sama berdosa dan

16
melanggarnya dengan mematahkan tulang orang itu ketika ia masih
hidup
b. Tubuh manusia adalah amanah.
Hidup dan tubuh manusia pada dasarnya adalah bukan miliknya
sendiri, tapi pinjaman dari Tuhan dengan syarat untuk dijaga, karena
itu manusia tidak boleh untuk merusak pinjaman yang diberikan oleh
Allah SWT.
c. Tubuh tak boleh diperlakukan sebagai benda material semata
Pencangkokan dilakukan dengan mengerat organ tubuh
seseorang untuk dicangkokkan pada tubuh orang lain, disini tubuh
dianggap sebagai benda material semata yang bagian-bagiannya bisa
dipindah-pindah tanpa mengurangi ketubuh seseorang.
Pandangan yang mendukung pencangkokan organ.
a. Kesejahteraan publik (maslahah).
Pada dasarnya manipulasi organ memang tak diperkenankan,
meski demikian ada beberapa pertimbangan lain yang bisa
mengalahkan larangan itu, yaitu potensinya untuk menyelamatkan
hidup manusia yang mendapat bobot amat tinggi dalam hukum Islam.
b. Altruisme.
Ada kewajiban yang amat kuat bagi muslim untuk membantu
manusia lain khususnya sesama muslim, pendonoran organ secara
sukarela merupakan bentuk altruisme yang amat tinggi (tentu ini
dengan anggapan bahwa si donor tak menerima uang untuk
tindakannya), dan karenanya dianjurkan.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama Islam mengizinkan wanita mencegah kehamilan karena sesuatu
sebab, tetapi melarangnya mengakhiri kehamilannya dengan cara abortus, atau
bahkan melalui praktek menstrual regulation. Hal yang sama juga berlaku
dalam raktek eugenetika, sebagai bentuk penyesalan atas nikmat atau rezki
yang diberikan Allah. Dari sisi pandang islam, ketiga kasus ini, tidak
bergantung pada masalah apakah janin itu berstatus manusia (sudah
bernyawa) atau tidak. Kendatipun islam tidak mengakui janin sebagai
manusia, namun islam tetap memberinya hak untuk kemungkinan hidup.

18
Transplantasi merupakan hal yang sangat rumit dalam pengambilan
tindakan yang tepat, karena banyak pendapat yang menentang dan mendukung
tentang pelaksanaan transplantasi dengan berbagai alasan yang berbeda-beda.
dari uraian pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hukum
pelaksanaan transplantasi organ itu bergantung pada alasana mengapa harus
melakukan hal tersebut. jika alasannya tidak mendukung maka kegiatan
transplantasi tesebut sangat dilarang dan hukumnya haram serta ilegal.

B. Saran
Kehidupan merupakan anugrah dari Allah SWT. Semua makhluk
ciptaan Allah berhak untuk merasakan kehidupan. Maka hendaklah kita saling
menghargai kehidupan semua makhluk karena tidak satupun alasan yang bisa
dibenarkan untuk mengakhiri kehidupan makhluk hidup apalagi manusia.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://indahbyduri.blogspot.com/2012/07/abortus-menstrual-regulation-dan.html
M.Ali Hasan, Masail Fiqhiyah Al-Haditsah pada Masalah-masalah Kontemporer
Hukum Islam,(Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1998),hal.44
Masjfuk Zuhdi,Masail Fiqhiyah (Kapita Selekta Hukum Islam),(Jakarta:PT Toko
Gunung Agung,1997)
Masjfuk Zuhdi, ibid
Nata, Abudin (Ed). 2006. Masail Al-Fiqhiyah. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Baiquni,Achmad. 1994. Al-Quran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Yogyakarta : PT Dana Bhakti Wakaf.

20

Anda mungkin juga menyukai