Kelompok 3B
Tujuan pembelajaran
Anatomi dan fisiologi penghidu
Definisi dan klasifikasi Rhinitis dan Sinusitis
Etiologi Rhinitis dan Sinusitis
Patofisiologi dan Manifetasi Rhinitis Alergica
Patofisiologi dan Manifetasi Sinusitis
Pemeriksaan
Diagnosis kerja
Tatalaksana
Komplikasi
Anatomi dan fisiologi
menghidu
Definisi & klasifikasi
Definisi Rhinitis
Rhinitis dari kata; rhinnos = hidung dan
itis= peradangan
Rhinitis adalah peradangan selaput lendir
hidung (Dorland, 2002)
Rhinitis merupakan suatu peradangan
(inflamasi) pada mukosa di hidung yang
dikarakterisasi dengan adanya gejala-
gejala nasal seperti rinore anterior atau
posterior, bersin-bersin, hidung tersumbat,
dan/atau hidung gatal (Dipiro, 2005)
Klasifikasi Rhinitis
Kronis
Rhinitis Allergica
Rhinitis Vasomotor
Rhinitis Sika
Rhinitis Hipertrofi
Rhinitis Atropi (Azoena)
Rhinitis Sifilis
Rhinitis Tuberculosis
Rhinitis Difteri
Rhinitis et causa jamur
Definisi Rhinosinusitis
Rhinosinusitis adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan peradangan pada mukosa
hidung dan sinus paranasal. Peradangan
terjadi akibat alergi atau infeksi karena
bakteri, virus atau jamur
Etiologi :
1. Virus (Rhinovirus, Virus influenza.)
2. Bakteri (Pneumococcus, Streptococcus pneumoniae.)
3. Jamur (Phaeohyphomycosis, Pseudallescheria.)
Sinusitis allergic
Rhinogenik : Dentogenik/
segala sesuatu
menyebabkan sumbatan pada
yang Odontogenik
hidung dapat menyebabkan :
sinusitis.
flu biasa, rhinitis alergi Sering
(pembengkakan pada lapisan menyebabkan
hidung), polip hidung sinusitis infeksi
(pertumbuhan kecil di lapisan
hidung), atau septum pada gigi geraham
menyimpang (pergeseran di atas (pre molar
rongga hidung) dan molar)
Patofisiologi dan
Manifestasi klinis
Rinitis Alergi
IgE akan
mengikat an
Patofisiologi
alergen, mediato
Rinitis Alergi
terjadi r- Penebalan
Kontak
degranula mediato dinding
pertama
si r kimia mukosa
tubuh
dengan hidung
Makrofag Hista
alergen (Radang)
atau
monosit Taha min
Bersin- Konka
menangkap p bersin
alergen di Merangsang edema
mukosa sensi reseptor H1 di Sensasi
Mukosa
ujung saraf rasa
hidung tisasi gatal
pucat,
vidianus livide
Sel limfosit (Pruritu
B aktif (kebiruan)
s) pada
Kelenjar mukosa atau
hidung
dan sel goblet hiperemis
Menghasilka dan
n IgE pallatu
Terjadi m
hipersekresi dan
Hematog permeabilitas
kapiler meningkat
en
Sekresi yang
berlebihan dari
Masuk ke hidung
jaringan Sumbatan
Stasi
Rinore s
IgE diikat Terpap encer pada vena
seku
oleh basofil ar sinus nder
atau Hidung
alerge
monosit tersumbat
n Allergic
Basofil yang Shiner
Allergic
menjadi sama Crease
aktif
Sudah Buku Ajar Ilmu Kesehatan: THT, kepala
tersensitisas dan Leher FKUI. Edisi ke-7. Tahun
Hidung
tersumbat
Ostitis
media
Allergic
Allergic
Shiner
Crease
Patofisiologi dan
Manifestasi Klinis Sinusitis
Paparan Interaksi
(debu, makrofag dan Pengeluaran IL-4
virus,dll) limfosit T
Mengeluarkan Permeabilitas
mediator kapiler Transudasi
histamine meningkat
Produksi Bersihan
Sekret jalan nafas
Transudasi
meningkat tidak
efektif
Masuk ke
sinus
Silia Non
fungsional
Sumbatan
di ostium
Keluar
Transudasi cairan
serous
Manifestasi klinis
Sakit kepala menjalar
Demam
Lesu
Hidung tersumbat
Sekresi lendir hidung kental dan bau
Pembengkakan pada daerah bawah
orbita
Pemeriksaan Rhinitis
Anamnesis Pemeriksaan Pemeriksaan
Fisik Penunjang
Rhinitis Alergika Khas: Serangan Rinoskopi In vitro:
bersin berulang Anterior: Eosinofil(N/meni
Gejala lain: Mukosa edema, ngkat)
Rinore encer, basah, IgE
hidung berwarna total(N/meningk
tersumbat, pucat/ livid, at)meningkat
hidung dan allergic shiner, kalau ada
mata gatal, allergic salute, penyakit lain
lakrimasi allergic crease, In Vivo:
geographic Uji Intrakutan
tongue
Rhinitis Khas: Hidung Rinoskopi Eosinofil pada
Vasomotor tersumbat, Anterior: Edem hidung sedikit.
rinore mukosa hidung, Tes cukit kulit
mukoid/serosa konka berwarna negatif
Jarang disertai merah tapi bisa IgE spesifik
dengan gejala pucaat. tidak meningkat
mata Permukaan
konka
licin/benjol
Rhinitis Hidung Edema atau Tidak ada yang
Medikamentosa tersumbat terus hipertrofi konka spesifik
Diagnosis Kerja
Diagnosis Banding
Gejala Rhinitis Rhinitis Sinusitis
Alergi
Alergen
Sakit
kepala
Demam
Bersin Tergantung
Alergen
Sekret Mukoid Mukoid Mukopurulen
Hidung
buntu
Hidung
gatal
Lakrimasi
Nyeri
wajah
Bersin yang mengganggu
Keluhan:
Bersin 1 mgg pagi dan malam hari
Hidung gatal
19 tahun
Pilek encer
Hidung buntu
Penciuman berkurang
Pemeriksaan Fisik:
RPK: Garis Dennies-Morgan
Ibu menderita Asma Allergic Shiner
Allergic Crease
Rinoskopi Anterior:
Konka Edema
Rinore Encer
Mukosa Livide
Tatalaksana
Pencegahan
Pengobatan
Antihistamin
Antihistamin
Secara garis besar dibedakan atas antihistamin H1 Klasik dan antihistamin H1
golongan baru.
Antihistamin H1 Klasik : Diphenhydramine, Tripolidine, Chlorpheniramine dan
lain-lain.
Antihistmanin H1 gol.baru : Terfenadine, Loratadine, Desloratadine dan lain-
lain.
Kontraindikasi : Antihistamin yang menyebabkan kantuk, harus digunakan dengan
hati-hati pada : hipertrofi prostat, retensi urin, pasien dengan risiko galukoma
sudut sempit, obstruksi pyloroduodenal, penyakit hati dan epilepsi.
Dosis mungkin perlu diturunkan pada gangguan ginjal.
Efek samping :
Mengantuk adalah efek samping utama pada sebagian besar antihistamin golongan lama
Antihistamin golongan lama meliputi sakit kepala, gangguan psikomotor, dan efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, pandangan kabur, dan gangguan saluran
cerna.
Efek samping lain yang jarang dari antihistamin termasuk hipotensi, efek ekstrapiramidal,
pusing, bingung, depresi, gangguan tidur, tremor, konvulsi, palpitasi, aritmia, reaksi
hipersensitivitas
Dekongestan hidung
Dekongestan hidung
Obat - obatan dekongestan hidung menyebabkan vasokonstriksi karena
efeknya pada reseptor-reseptor -adrenergik. Efek vasokonstriksi
terjadi dalam10 menit, berlangsung selama 1 sampai 12 jam.
Kombinasi antihistamin dan dekongestan oral dimaksud untuk mengatasi
obstruksi hidung yang tidak dipengaruhi oleh antihistamin.
Efek samping :
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah menggunakan obat ini
adalah: Iritasi pada lapisan hidung
Mulut terasa kering
Mual
Sakit kepala
Tremor atau gemetar
Merasa gelisah
Sulit buang air kecil (pada pria)
Sulit tidur
Ruam (reaksi alergi)
Jantung berdebar
Kortikosteroid
Pemakaian sistemik kadang diberikan peroral atau
suntikan sebagai depo steroid intramuskuler.
Pemakaian sistemik kadang diberikan peroral atau
suntikan sebagai depo steroid intramuskuler.
Efek samping sistemik dari pemakaian jangka panjang
kortikosteroid sistemik baik peroral atau parenteral
dapat berupa : steoporosis, hipertensi, memperberat
diabetes, obesitas, katarak, glukoma, cutaneous striae.
Pemakaian kortikosteroid topikal (intranasal) untuk
rinitis alergi seperti Beclomethason dipropionat,
Budesonide, Flunisonide acetate fluticasonedan
Triamcinolone acetonide.
Antikolinergik
Antikolinergik menghambat aksi asetilkolin pada reseptor
muskarinik sehingga mengurangi volume sekresi kelenjar
dan vasodilatasi.
Lumen
Eustachius
menyempit
Mucociliary
terganggu
Mekanisme
pembersihan
juga
terganggu
Nanah Otitis
bertambah media
banyak
Polip
Peradangan mukosa hidung dan
sinus paranasal kronik dan berulang.
EdemaPeningkatan tekanan cairan
interstitial sehingga timbul edema
mukosa hidung. Terjadinya edema ini
dapat dijelaskan oleh fenomena
Bernoulli.
Fenomena bernouli : udara yang
mengalir melalui celah sempit akan
mengakibatkan tekanan negatif pada
daerah sekitarnya, sehingga jaringan
yang lemah akan terhisap oleh
tekanan negatif ini polip.
Prognosis
Meskipun rhinitis alergi tidak
dianggap sebagai kondisi yang
serius, tetap dapat mengganggu
banyak aspek penting kehidupan
(quality of life
Rhinitis alergi dapat mengganggu
pekerjaan atau kinerja sekolah,
mengalami gangguan tidur dan
kelelahan siang hari.
Daftar pustaka
Doo Hee Han and Chae-Seo Rhee.
Comorbidities of Allergic Rhinitis.
sumber :
http://cdn.intechopen.com/pdfs/3178
0.pdf
Complications of allergic rhinitis.
Sumber :
https://www.healthexchange.org.uk/bod
y-parts/complications-of-allergic-rhi
nitis/
Hipotesis
Terima Kasih