Suwarto
Abstrak
Pendahuluan
Tes uraian adalah tes yan g butir-butirnya berupa suatu pertanyaan atau suatu
suruhan yang menghendaki jawaban yang berupa uraian -uraian yang relatif panjang.
Bentuk-bentuk pertanyaan atau suruhan yang diminta kepada siswa untuk menjelaskan,
membandingkan, menginterprestasikan dan mencari perbedaan. Semua bentuk
pertanyaan atau suruhan tersebut mengharapkan agar siswa menunjukkan pengertian
mereka terhadap materi yang dipelajari. Tes uraian ini dapat mengungkap untuk
mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal -hal yang sudah
dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam
bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata -katanya sendiri. Tes dapat menilai
berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan
menyimpulkan. (Depdiknas, 2004: 41).
91
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
Gronlund & Linn (1990: 212 -213) menyatakan bahwa tes uraian dikelompokkan
menjadi dua yaitu tes uraian dengan respons yang terbatas (umumnya pembatasan pada
isi dan respons) dan tes uraian dengan respons yang diperluas ( memberikan kebebasan
pada siswa untuk memberikan informasi berdasar fakta, mengorganisasi jawaban,
mengintegrasikan gagasan dan mengevaluasi gagasan yang sesuai dengan anggapan
siswa). Mehrens & Lehmann (1973: 207) tes uraian dikelompokkan menjadi dua yai tu
tes uraian dengan respons yang terbatas (terbatas format dan lingkup jawabannya sebab
siswa telah diberitahu secara rinci) dan tes uraian dengan respons yang diperluas
(memberikan kebebasan pada siswa untuk mendiskusikan dan tipe pengorganisasian
yang akan digunakan).
Pengelompokan tes uraian oleh Gronlund & Linn sejalan dengan
pengelompokan tes uraian oleh Mehrens & Lehmann. Mereka mengelompokkan tes
uraian menjadi dua, yaitu tes uraian dengan respons yang terbatas dan tes uraian dengan
respons yang diperluas. Tes uraian dengan respons yang terbatas umumnya jawaban
siswa dibatasi dalam format, isi, dan respons. Sedangkan tes uraian dengan respons
yang diperluas umumnya siswa diberikan kebebasan untuk mendiskusikan, memberikan
informasi berdasar fakta, me ngorganisasikan jawaban, mengintegrasikan gagasan dan
mengevaluasi gagasan yang sesuai dengan anggapan siswa.
Djemari Mardapi (2004: 75) menyatakan bahwa tes uraian ini ada dua bentuk:
yaitu bentuk uraian objektif dan bentuk uraian non -objektif. Bentuk tes uraian objektif
sangat tepat digunakan untuk bidang Matematika dan Sains, karena kunci jawabannya
hanya satu. Pengerjaan tes ini melalui suatu prosedur tertentu. Setiap langkah ada
skornya. Objektif di sini dalam arti hasil penskorannya apabila diperiksa oleh beberapa
guru dalam bidang studi tersebut hasilnya akan sama. Bentuk tes uraian non -objektif,
penilaian yang dilakukan cenderung dipengaruhi subjektivitas dari penilai. Bentuk tes
ini menuntut kemampuan siswa untuk menyampaikan, memilih, menyusun, da n
memadukan gagasan atau ide yang telah dimilikinya dengan menggunakan kata -katanya
sendiri.
Penjelasan tentang pengelompokan tes uraian menurut Gronlund & Linn
maupun Mehrens & Lehmann pada dasarnya juga sejalan dengan penjelasan dari
Djemari Mardapi. Gronlund & Linn maupun Mehrens & Lehmann mengelompokkan
tes uraian menjadi dua, yaitu tes uraian dengan respons yang terbatas dan tes uraian
dengan respons yang diperluas, sedangkan Djemari Mardapi menyebutnya dengan tes
uraian objektif dan tes uraian non -objektif.
92 WIDYATAMA
Suwarto, Mengungkap Karakteristik Tes Uraian
jawaban yang lebih panjang. Tes objektif biasanya terdiri dari banyak pertanyaan yang
lebih spesifik yang membutuhkan jawaban -jawaban singkat. (7) Para siswa
menghabiskan kebanyakan waktu mereka dalam memikirkan dan menulis ketika
menghadapi tes uraian. Mereka menghabiskan kebanyakan waktu mereka untuk
membaca dan berfikir ketika menghadapi tes objektif. (8) Kualitas tes objektif secara
luas ditentukan oleh keahlian dari pembuat tes. Kualitas tes uraian secara luas
ditentukan oleh keahlian dari penilai tes tersebut. (9) Tes uraian relatif mudah
dipersiapkan tapi lebih membosankan dan sulit untuk dinilai secara akurat. Tes objektif
yang baik relatif membosankan dan sulit dipersiapkan tapi cukup mudah dalam
penilaian. (10) Tes uraian memberi kan banyak kebebasan kepada para siswa untuk
mengungkapkan individualitas mereka dalam jawaban -jawaban yang mereka berikan
dan banyak kebebasan bagi para penilai yang dibimbing oleh pilihan pribadinya dalam
penilaian jawaban. Tes objektif memberi banyak ke bebasan bagi pembuat tes untuk
mengungkapkan pengetahuan dan nilai -nilai pribadinya tapi hanya memberikan para
siswa kebebasan untuk menunjukkan, dengan proporsi jawaban benar yang mereka
berikan, seberapa banyak atau sesedikit yang mereka ketahui atau mer eka dapat
lakukan. (11) Dalam tes objektif, tugas siswa dan dasar dimana penguji akan
memutuskan tingkatan mana jawaban yang telah diselesiankan dinyatakan dengan lebih
jelas daripada di tes uraian. (12) Tes objektif mengizinkan, adakalanya mendorong,
tebak-tebakan. Tes uraian mengijinkan, dan kalanya mendorong mengarang indah.
(13) Skor numerik yang didapatkan dari tes uraian dapat dikontrol dalam tingkatan yang
diinginkan oleh penilai; bentuk tes objektif hampir seluruhnya ditentukan oleh tes itu
sendiri.
WIDYATAMA 93
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
Dalam tipe ini, para siswa lebih terbatas dalam hal bentuk dan jangkauan
jawaban yang bisa mereka sampaikan. Ada konteks khusus yang diberikan dalam soal
dan para siswa diminta untuk menye suaikan jawaban mereka dengan konteks tersebut.
Salah satu contoh tipe soal ini adalah: Jelaskan proses pembelahan mitosis yang melalui
empat fase yaitu profase, metafase, anafase, dan telofase; dan gambarkan masing -
masing fase tersebut. Sampaikan jawaban Anda sepanjang satu setengah halaman. Soal
tersebut memiliki jawaban yang lebih terbatas daripada contoh soal sebelumnya karena
dalam soal kedua ini para siswa harus memfokuskan dirinya pada area jawaban tertentu
dan bukannya memberikan berbagai macam alte rnatif jawaban.
Dengan sengaja mengarahkan para siswa untuk memberikan jawaban yang
diinginkan oleh guru, guru telah meminimalkan permasalahan yang sering muncul
dalam hal penilaian yang akurat. Selain itu, guru juga membuat proses penilaian
menjadi lebih mudah. Namun, dengan membatasi jawaban para siswa, guru telah
mengorbankan salah satu kelebihan utama dari tes uraian, yaitu kelebihan tes uraian
untuk mengukur kemampuan para siswa dalam mensintesiskan pemikirannya dan
menyampaikan pemikiran mereka terseb ut secara logis dan bertautan. Oleh karena itu,
tipe ini sangat berguna untuk mengukur hasil belajar pada level pemahaman, penerapan
dan analisa. Dan tipe ini memang sebaiknya hanya digunakan untuk mengukur tiga hal
tersebut saja.
Contoh-contoh Berbagai Tipe Soal Uraian
Klasifikasi soal uraian yang lebih rinci dapat dibuat dengan berdasarkan pada
aktifitas mental yang dilakukan oleh para siswa. Weidemann mengklasifikasikan tes
uraian kedalam 11 kategori utama sebagai berikut: (1) apa, siapa, kapan, yang ma na,
dan dimana (what, who, when, which, and where ); (2) sebutkan (list); (3) garis besar
(outline); (4) deskripsi (describe); (5) perbedaan (contrast); (6) perbandingan
(compare); (7) penjelasan (explain); (8) pembahasan (discuss); (9) pengembangan
94 WIDYATAMA
Suwarto, Mengungkap Karakteristik Tes Uraian
(develop); (10) merangkum (sumarrize), dan (11) evaluasi (evaluation). Monroe dan
Carter menggunakan 20 kategori. Peneliti akan membahas kategori Monroe dan Carter
karena soal-soal yang mereka ciptakan dapat mendeskripsikan secara spesifik jenis -jenis
informasi yang harus diingat kembali oleh para siswa saat menjawab soal. Kategori
menurut Weidemann, Monroe dan Carter walaupun literatur sudah tua, tetapi klasifikasi
ini masih berlaku.
Monroe dan Carter dalam membedakan 20 kategori butir soal tes uraian, yaitu
butir soal yang: (1) Bersifat ingatan yang terpilih . Misalnya: Sebutkan tiga cara
mencegah erosi di lahan kritis . (2) Bersifat ingatan evaluatif. Misalnya: Sebutkan dua
tokoh yang paling besar peranannya di dalam menjelaskan model double helix DNA.
(3) Membandingkan dua hal terbatas. Misalnya: Bandingkan teori evolusi menurut
Charles Darwin dan Lamark. (4) Membandingkan dua hal secara umum. Misalnya:
Bandingkan binatang pemakan tumbuh -tumbuhan dengan binatang buas. (5)
Mengambil keputusan (bersifat pro dan kont ra). Misalnya: Haruskah hukuman mati
dilarang? Berikan bukti untuk jawabanmu. (6) Menguraikan sebab dan akibat .
Misalnya: Apakah sebabnya tumbuh -tumbuhan yang selalu terlindung dari sinar
matahari kelihatan kurus dan kemudian mati? (7) Menjelaskan penggunaan atau
pengertian suatu frasa atau pernyataan dalam suatu karangan.
Misalnya: Definisikan arti frasa makan hati dalam kalimat berikut ini. Ibu tua itu
selalu makan hati melihat kelakuan anaknya. (8) Meringkas dari sejumlah unit teks
atau artikel yang pernah dibaca. Misalnya: Uraikanlah secara singkat siklus air (tidak
lebih dari 100 kata). (9)Menganalisis Misalnya: Mengapa penyakit darah tidak dapat
membeku (haemofili) hanya terjadi pada orang laki -laki dan tidak ditemukan pada anak
wanita? (10) Pernyataan hubungan. Misalnya: Mengapa tanaman yang hidup di padang
pasir selalu mempunyai daun yang kecil -kecil atau bahkan daunnya berbentuk jarum ?
(11) Memberikan ilustrasi atau contoh . Misalnya: Berikan dua contoh tindakan manusia
yang menyebabkan terganggun ya keseimbangan alam. (12) Mengklasifikasi (biasanya
keterbalikan dari no 11). Misalnya: Termasuk kedalam kelompok senyawa manakah
sukrosa dan laktosa? Jelaskan jawabanmu. (13) Menerapkan suatu prinsip pada situasi
yang baru. Misalnya: Ada sebuah balon yang terisi penuh dengan gas helium. Balon
tersebut kemudian dibiarkan melayang antara lantai dan langit -langit pada ruangan
berukuran 4 x 4 x 5 m. Jika suhu ruangan meningkat 10 d erajat, apakah yang akan
terjadi pada balon tersebut? (14) Membahas sesuatu. Bahaslah macam-macam tanaman
berdasarkan hal-hal sebagai berikut: (a) Tanaman yang hidup di darat . (b) Tanaman
yang hidup di air. (15) Menyatakan maksud atau tujuan . Misalnya: Kenapa penulis
artikel menganggap reboisasi dan penghijauan itu sangat penting bagi kehidupan
manusia? (16) Mengeritik secara tepat, terpercaya, dan relevan . Misalnya: Coba tuliskan
kritik atau pertahankan pendapat yang menyatakan bahwa semua bakteri berbahaya bagi
kesehatan manusia. (17) Membuat garis besar. Misalnya: Tulislah secara garis besar
cara untuk menghitung harga satuan suhu dari skala Celsius ke skala Fahrenheit. (18)
Menyusun kembali fakta. Misalnya: Runutlah proses perkembangan penyiapan asam
nitrit secara industri (berlawanan dari secara laboratoris). (19) Menyusun permasalahan
baru. Misalnya: Kenyataan menunjukkan bahwa laju peningkatan penduduk di
Indonesia masih berkisar antara 1,5% sampai dengan 2,0% untuk masa 25 tahun
mendatang, dan laju pertumbuhan ekonomi kita akan berkisar antara 2% sampai dengan
5%. Rumuskanlah tiga masalah pokok yang akan timbul pada awal abad ke 21 yang
akan datang di Indonesia. (20) Menyatakan metode atau prosedur baru . Misalnya:
Dalam keadaan yang biasa (normal) tumbuh -tumbuhan yang baru ditanam akan tumbuh
WIDYATAMA 95
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
dengan pucuk mengarah ke atas dan ak ar mengarah ke bawah. Dapatkah anda jelaskan
bila keadaan tersebut tidak berlaku? Tulislah persyaratan yang harus dipenuhi?
96 WIDYATAMA
Suwarto, Mengungkap Karakteristik Tes Uraian
WIDYATAMA 97
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
siswa sangat lama dan mengukur kemampuan menyatakan pikiran secara tertulis. Sudut
pandang siswa: waktu untuk menyelesaikan soal lama dan jawaban kadang -kadang
disertai dengan bualan. Sudut tes adalah reliabilitas tes yang rendah. Sebagian pendapat
Zainul dan Nasoetion tentang kelemahan tes uraian ada yang sejalan dengan pendapat
Mehrens dan Lehmann. Mehrens & Lehmann (1973: 210 -211) merinci kelemahan tes
uraian sebagai berikut: (1) keterbatasan kemampuan dari jawaban tes uraian untuk
memenuhi semua materi pelajaran; (2) rendahnya tingkat keterpercayaan pemeriksa
atau sejauh mana pemeriksa jawaban tersebut dapat dipercaya kemampuannya untuk
memberikan penilaian (reader reliability). Meskipun tes uraian disusun secara
menyeluruh, peneliti tetap tidak mungki n menampilkan semua materi pelajaran yang
telah disampaikan pada suatu periode pengajaran hanya dalam 6 butir uraian panjang
seperti yang bisa peneliti lakukan bila menggunakan 90 butir pilihan ganda. Oleh sebab
itu, ada sejumlah siswa yang bisa menjawab s uatu bagian butir saja sementara siswa
yang lainnya hanya bisa menjawab bagian butir yang lain. Dengan demikian, nilai
mentah siswa akan sangat tergantung pada butir -butir soal yang bisa mereka jawab saja.
Semakin banyak butir soal semakin kecil kemungkina n seorang siswa untuk dirugikan
dalam hal nilai karena keterbatasan cakupan materi ajar dan semakin reliabel hasil tes
tersebut. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan sejumlah butir dalam tes uraian
dengan jawaban pendek daripada hanya satu butir soal ur aian dengan jawaban panjang.
Masalah rendahnya tingkat keterpercayaa pemeriksa atau sejauh mana orang yang
memeriksa jawaban tersebut dapat diandalkan kemampuannya untuk memberikan
penilaian. Masalah tersebut dapat diminimalkan melalui penyusunan butir soa l yang
teliti dan penetapan prosedur penilaian yang spesifik. Adanya variasi yang besar antar
penilai yang muncul dikalangan para pembaca, sangatlah wajar jika para ahli sangat
mencemaskan masalah kelayakan tes uraian sebagai prosedur penilaian. Jika nilai
seorang siswa sangat tergantung pada pemeriksa pekerjaannya dan bukannya pada
pekerjaan tulisan siswa itu sendiri, maka tes uraian mungkin bukan merupakan alat
pengukur pencapaian siswa yang cukup akurat. (3) Kenyataan bahwa ada kalanya
sejumlah siswa tidak memahami sepenuhnya soal yang diajukan sehingga mereka tidak
begitu yakin bagaimana cara mereka harus menjawab soal tersebut. (Masalah yang
sama juga muncul di soal pilihan ganda namun dalam tingkatan yang lebih rendah); (4)
Banyaknya waktu yang diper lukan untuk memeriksa dan menilai pekerjaan siswa.
Meskipun sistem penilaian yang terpercaya sudah dapat dijamin, tetap saja proses
memeriksa semua uraian siswa adalah pekerjaan yang memakan waktu lama dan
melelahkan. Berbeda dari butir -butir pilihan ganda, uraian siswa hanya dapat dibaca
sendiri oleh para guru atau oleh orang -orang profesional yang berkompeten dan
bukannya oleh para juru ketik sekolah maupun para asisten guru yang biasanya ikut
diminta untuk membantu memeriksa hasil tes.
Menurut Walstad (2006: 4) tes uraian memiliki beberapa kelemahan antara lain:
(1) skor dapat berbeda ketika dinilai oleh guru yang sama pada waktu yang berbeda atau
oleh guru yang berbeda pada waktu yang sama; (2) penilaian pada tes uraian
memerlukan waktu untuk mengoreksi lembar jawab sangat lama; (3) dengan jumlah
siswa yang besar pada setiap kelas, hampir mustahil guru mempunyai waktu untuk
menggunakan tes uraian, kecuali jika mereka mempunyai mesin penilai; (4) biaya
yang diperlukan untuk mengoreksi tes uraian adalah sangat besar.
Kelemahan tes uraian yang telah diungkap oleh Walstad, dapat dilihat dari sudut
pandang guru yaitu: skoring dapat berbeda ketika dinilai oleh guru yang sama pada
waktu yang berbeda atau oleh guru yang berbeda pada waktu yang sama, waktu untuk
98 WIDYATAMA
Suwarto, Mengungkap Karakteristik Tes Uraian
mengoreksi lembar jawaban sangat lama, apabi la jumlah siswa besar maka hampi r
mustahil guru mampu mengoreksi kecuali guru mempunyai mesin penilai, biaya
untuk mengoreksi sangat besar. Walstad dalam mengungkap kelemahan tes uaraian
lebih mendalam daripada Ornstein.
Menurut Ornstein (1992: 1) tes uraian memiliki dua kelemahan: (1) waktu
pantas dipertimbangkan diperlukan untuk membaca dan mengevaluasi jawaban dan
kesubyektipan skoring; (2) panjangnya jawaban dan kompleksitas jawaban, seperti
halnya standard untuk menjawab, dapat mendorong kearah permasalahan reliabilitas di
dalam skoring. Satu jalan untuk meningkatkan reliabilitas pada tes uraian adalah
meningkatkan banyaknya pertanyaan dan membatasi panjangnya jawaban.
Kelemahan tes uraian yang telah diung kap oleh Ornstein, dapat dilihat dari sudut
pandang guru yaitu: ada kendala di dalam reliabilitas skoring, dan pertimbangan waktu.
Adapun tentang jumlah siswa yang besar dan biaya untuk mengoreksi, Ornstein tidak
mengungkap hal tersebut seperti yang diungk ap oleh Walstad. Ornstein dan Walstad
dalam mengungkap kelemahan tes uraian mempunyai kesamaan, yaitu: ada kendala
skoring dan pertimbangan waktu.
Uraian dua ahli di bidang p engukuran di atas dapat penulis simpulkan bahwa
pendapat Walstad lebih luas dari p ada pendapat Ornstein, pendapat Ornstein tidak
mengungkap penilai (guru) yang mengoreksi jawaban dari tes uraian dan jumlah siswa
yang besar pada setiap kelas akan menimbulkan kendala tersendiri bagi guru. Pendapat
Ornstein dan pendapat Walstad tentang ke lemahan tes uraian adalah sejalan, tidak ada
yang bertentangan. Dengan demikian maka peneliti menyimpulkan bahwa kelemahan
tes uraian adalah sebagai berikut: (1) skor dapat berbeda ketika dinilai oleh penilai yang
sama pada waktu yang berbeda atau oleh pen ilai yang berbeda pada waktu yang sama;
(2) panjangnya jawaban dan kompleksitas jawaban dapat menimbulkan permasalahan
reliabilitas di dalam skoring; (3) waktu yang diperlukan untuk mengoreksi lembar
jawaban dari tes uraian adalah sangat lama; (4) dengan j umlah siswa yang besar pada
setiap kelas, hampir mustahil guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
masing-masing siswa, kecuali jika guru mempunyai soft ware untuk keperluan tersubut
dan dapat mengoperasikannya; (5) biaya yang diperlukan untuk men goreksi tes uraian
adalah sangat besar.
WIDYATAMA 99
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
mempersiapkan tes uraian. (2) Pertanyaan harus ditul is sehingga akan menunjukkan
jenis penilaian yang akan diukur. (3) Menetapkan suatu kerangka kerja dalam domain
kerja siswa. (4) Menunjukkan faktor -faktor yang dapat memajukan penilaian satu
jawaban. (5) Jangan memberikan pertanyaan opsional. (6) Pergunaka n sejumlah
pertanyaan yang banyak yang mewajibkan jawaban singkat. (7) Jangan memulai
pertanyaan uraian dengan kata -kata seperti: daftar/urutkan, siapa, apa, apakah.
(8) Sesuaikan panjang jawaban dan kompleksitas pertanyaan serta jawaban terhadap
tingkat kematangan siswa. (9) Gunakan jenis pertanyaan yang menarik. (10)
Menyiapkan sebuah kunci skoring. Pertimbangan menulis tes uaian menurut Gronlund
& Linn (1990: 217-221) yaitu: (1) Melarang digunakannya tes uraian dalam pelajaran
yang tidak dapat dijadikan pedoman yang objektif yang memuaskan. (2) Merumuskan
pertanyaan yang akan mendatangkan jalan keluar. (3) Pertanyaan menunjukkan
kenyataan yang ada. (4) Menunjukkan estimasi batas waktu rata -rata untuk setiap
pertanyaan. (5) Hindari penggunaan perta nyaan opsional.
Pertimbangan secara umum dari Mehrens & Lehmann dengan pertimbangan dari
Gronlund & Linn maupun dari Nurkancana & Sumartana mempunyai kesamaan dalam
hal: jangan menggunakan pertanyaan opsional, semua siswa harus mengerjakan soal
yang sama. Jangan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih beberapa butir
dari sejumlah butir yang dikemukakan. Pertimbangan dari Mehrens & Lehmann dengan
pertimbangan dari Gronlund & Linn mempunyai kesamaan yang lain, yaitu
menggunakan pertanyaan yang menar ik (pertanyaan menunjukkan kenyataan yang ada).
Pertimbangan yang lain merupakan pertimbangan yang saling melengkapi. Sehingga
pertimbangan secara umum untuk membuat tes uraian adalah: (1) Memberikan waktu
dan berfikir yang cukup untuk mempersiapkan tes ur aian. (2) Pertanyaan harus ditulis
sehingga akan menunjukkan jenis penilaian yang akan diukur. (3) Menetapkan suatu
kerangka kerja dalam domain kerja siswa. (4) Menunjukkan faktor -faktor yang dapat
memajukan penilaian satu jawaban. (5) Jangan memberikan pe rtanyaan opsional. (6)
Pergunakan sejumlah pertanyaan yang banyak yang mewajibkan jawaban singkat. (7)
Jangan memulai pertanyaan uraian dengan kata -kata seperti: daftar/urutkan, siapa,
apa, apakah. (8) Sesuaikan panjang jawaban dan kompleksitas per tanyaan serta
jawaban terhadap tingkat kematangan siswa. (9) Gunakan jenis pertanyaan yang
menarik (Pertanyaan menunjukkan kenyataan yang ada). (10) Menyiapkan sebuah kunci
skoring. (11) Melarang digunakannya tes uraian dalam pelajaran yang tidak dapat
dijadikan pedoman yang objektif yang memuaskan. (12) Merumuskan pertanyaan yang
akan mendatangkan jalan keluar. (13) Menunjukkan estimasi batas waktu rata -rata
untuk setiap pertanyaan.
Secara khusus Djemari Mardapi (2004: 76) memberikan gambaran langkah -
langkah untuk membuat tes uraian non -objetif adalah sebagai berikut: (1) Gunakan
kata-kata: mengapa, uraikan, jelaskan, bandingkan, tafsirkan, hitunglah, buktikan. (2)
Hindari penggunaan pertanyaan: siapa, apa, bila. (3) Menggunakan bahasa Indonesia
yang baku. (4) Hindari penggunaan kata -kata yang dapat ditafsirkan ganda. (5) Buat
petunjuk mengerjakan soal. (6) Buat kunci jawaban. (7) Buat pedoman penskoran.
Sedangkan untuk membuat tes uraian objektif adalah: (1) Menulis soal berdasar kisi -kisi
pada indikator. (2) Mengedit pertanyaan: (a) Apakah pertanyaan mudah dimengerti? (b)
Apakah data yang digunakan benar? (c) Apakah tata letak keseluruhan baik? (d) Apakah
pemberian bobot skor sudah tepat? (e) Apakah kunci jawaban sudah benar? (f) Apakah
waktu untuk mengerjakan tes cukup?
100 WIDYATAMA
Suwarto, Mengungkap Karakteristik Tes Uraian
WIDYATAMA 101
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
menjaga tercapainya keseragaman standar dalam memberikan nilai antar penguji dan
keseragaman standar antar jawaban.
Idealnya, Analisa Metode akan dapat meminimalkan atau mencegah pengaruh
dari hal-hal yang tidak berkaitan yang disertakan dalam jawaban para siswa, baik benar
maupun salah. Namun, pada praktek nyatanya, keberagaman antar manusia sangatlah
sulit untuk dikendalikan, meskipun sudah ada garis -garis besar penilaian yang
mendetail. Hal tersebut dikarenakan oleh tingkat validitas yang berbeda antar penguji.
Kelebihan utama dari Metode Analisa adalah: (a) Metode ini dapat menghasilkan nilai
yang valid apabila diterapkan oleh penguji yang teliti, (b) Proses penyusunan jawaban
ideal dapat menyadarkan para guru akan sejumlah kesalahan seperti salah kata -kata
dalam soal yang sudah ditulis, tingkat kesulitan yang terlalu tinggi, dan alokasi waktu
menjawab yang kurang. Oleh karena itu, jika para guru menerapkan proses penyusunan
jawaban ideal sebelum tes, soal tes yang salah tulis dapat ditulis ulang sebelum
diberikan kepada para siswa dan waktu jawab yang kurang dapat ditambah. (3)
Pembagian-pembagian poin-poin pada jawaban ideal dapat membantu dalam
pembahasan nilai yang akan diberikan kepada seorang siswa. Salah satu permasalahan
tes uraian adalah subjektivitas penguji diguna kan dalam proses pemberian nilai.
Sangatlah sulit untuk menunjukan subjektivitas tersebut, dan sering kali semua
subjektivitas tersebut pada akhirnya dibenarkan. Dua kelemahan utama dari Metode
Analisa adalah: (1) Metode ini sangat melelahkan dan memakan b anyak waktu; (2) saat
guru berusaha menemukan poin -poin ideal akan jawaban siswanya, perhatiannya dapat
teralihkan ke hal-hal yang tidak berguna yang terdapat dalam jawaban para siswanya.
Meskipun Metode Analisa dapat diterapkan pada tes uraian bebas dan t es uraian
terbatas, metode ini lebih disarankan untuk diterapkan pada tes uraian terbatas karena
jawaban yang diperlukan oleh soal semacam itu memang lebih spesifik dan tidak luas.
102 WIDYATAMA
Suwarto, Mengungkap Karakteristik Tes Uraian
penilai secara terpisah. Ketiga penilai tersebut kemudian membuat klasifikasi kualitas
pekerjaan siswa. Sebuah standar akan tercipta saat ketiga penilai memberikan nilai yang
sama pada sebuah soal. Sampel pekerjaan siswa dari ketiga penilai tersebut kemudian
diperbanyak dan diberikan kepada kelompok lain yang terdiri dari para penilai terlatih
dan berpengalaman. Namun nilai yang telah diber ikan kepada ketiga penilai di atas tadi
tidak disertakan pada sampel pekerjaan siswa yang diberikan kepada kelompok kedua
tersebut. Kelompok yang kedua harus memeriksa dan memberikan nilai pada sampel
pekerjaan siswa tersebut. Jika terdapat perbedaan antar a nilai yang diberikan oleh
kelompok kedua tersebut dari nilai yang diberikan oleh ketiga penilai utama, akan
diadakan suatu pembahasan mengenai perbedaan nilai tersebut. Jika tidak ada
pemecahan dalam diskusi tersebut, sampel pekerjaan siswa yang telah di gunakan
tersebut kemudian tidak digunakan lagi sebagai tolok ukur atau standar yang layak.
Namun, jika tidak timbul perbedaan dalam penilaian sampel pekerjaan siswa, para
penilai atau pemeriksa tersebut kemudian diminta untuk konsisten dalam menilai
pekerjaan para siswa.
Memeriksa Pekerjaan siswa. Tergantung dari sistem penilaian yang digunakan,
pekerjaan para siswa bisa diperiksa berdasarkan skala 2 poin untuk kategori bisa
diterima-tidak bisa diterima atau 5 poin untuk kategori superior -inferior. 4 sampai
lima kategori penilaian dianggap cukup untuk sebagian besar ujian, meskipun Coffman
pernah menyatakan bahwa dalam ujian yang diperiksa oleh para pemeriksa yang
terlatih, 15 kategori penilaian bisa digunakan tanpa memperlambat proses penilaian atau
berkurangnya validitas penilai.
Meskipun latihan yang telah diikuti para pemeriksa ujian harusnya dapat
membuat para pemeriksa tersebut konsisten dalam menerapkan standar yang telah
ditentukan, pemeriksaan ulang juga sebaiknya dilakukan oleh pemeriksa utama. Dalam
pemeriksaan tes menulis dalam ujian NAEP, setiap pekerjaan siswa diperiksa sebanyak
dua kali dan nilai yang diperoleh dalam kedua proses pemeriksaan tersebut di
jumlahkan dan merupakan nilai total dari pekerjaan siswa tersebut. Ketua pemeriksa
sesekali memeriksa proses penilaian dan apabila terjadi perbedaan nilai lebih dari satu
poin untuk satu pekerjaan siswa dalam dua kali pemeriksaan, pembahasaan akan
dilakukan dengan kedua pihak pemeriksa pekerjaan siswa tersebut. Jika dalam diskusi
tersebut tidak bisa dihasilkan sebuah kesepakatan, ketua pemeriksa tersebut kemudian
memeriksa pekerjaan siswa tersebut sendiri. Nilai yang diberikan ketua tersebut adalah
nilai yang dianggap resmi. Dibawah ini adalah cotoh penilaian dengan skala 5 poin
untuk kategori superior-inferior. Kategorinya terdiri dari: (1) Superior; (2) Diatas
rata-rata; (3) Rata-rata; (4) Dibawah rata-rata; (5) Inferior.
Melalui proses pemeriksaan yang cepat terhadap suatu pekerjaan siswa,
pemeriksa akan memberikan nilai berdasarkan salah s atu dari lima kotak. Masing -
masing kotak mewakili satu dari kelima kategori di atas. Penilaian berdasarkan kualitas
pekerjaan siswa dihubungkan dengan sampel -sampel pekerjaan siswa yang telah
digunakan sebagai standar. Sebagai contohnya, seorang siswa yang diberi nilai rata-
rata, kertas jawabannya akan dimasukkan ke dalam kotak kategori tiga. Hal itu untuk
memudahkan proses penulisan nilai.
Melalui metode pemeriksaan global, setiap kategori nilai (setiap kotak) harus
melalui proses pemeriksaan dan klasifi kasi sebanyak dua kali oleh dua orang pemeriksa
yang berbeda yang akan memberikan nilainya secara tersendiri. Hal tersebut tidak
berarti kerja keras yang memakan waktu karena pada kenyataannya, begitu standar nilai
WIDYATAMA 103
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
telah ditetapkan, metode global merupakan metode yang cukup lebih cepat
dibandingkan metode analisa.
Pendekatan metode global ini sangat efektif apabila terdapat banyak pekerjaan
siswa yang harus diperiksa. Metode ini dapat diterapkan oleh guru yang kelasnya terdiri
ndari 30 siswa. Namun memang a gak sulit untuk menemukan pekerjaan siswa yang
akan digunakan sebagai sampel tolok ukur nilai apabila hanya ada sedikit pekerjaan
siswa (apabila jika kelas yang terlibat cukup homogen). Apabila memang hanya ada
sedikit tulisan pekerjaan siswa yang harus di periksa, maka yang perlu dilakukan seorang
guru adalah melakukan pemeriksaan pendahuluan dan kemudian memasukkan masing -
masing pekerjaan kedalam salah satu kotak jawaban. Kemudian guru itu harus
melakukan pemeriksaan kedua agar pekerjaan -pekerjaan yang telah salah
diklasifikasikan dapat dibetulkan .
Penutup
Tes uraian dapat mengungkap untuk mengingat, memahami, dan
mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis
104 WIDYATAMA
Suwarto, Mengungkap Karakteristik Tes Uraian
dengan menggunakan kata -katanya sendiri. Tes uraian dapat menilai berbagai jenis
kemampuan, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Tes
uraian dikelompokkan menjadi dua yaitu tes uraian dengan respons yang terbatas dan
tes uraian dengan respons yang diperluas. K ebaikan tes uraian: (1) tes uraian dapat
digunakan untuk menilai tingkat pemahaman siswa pada level yang tinggi; (2) para
siswa mempunyai kebebasan untuk memilih, menyiapkan, dan menyajikan gagasan di
dalam kata-kata mereka sendiri; (3) tes uraian dapat menunjukkan kebaikan siswa
dalam mengorganisir pemikiran, pendukungan pandangan, dan menciptakan gagasan,
metoda, dan solusi; (4) kompleksitas pertanyaan tes uraian dan kompleksitas berpikir
yang diharapkan dari siswa dapat disesuaikan dengan umur siswa, kemampuan siswa,
dan pengalaman siswa; (5) guru dapat memahami siswanya dalam membuat jawaban
dan tidak hanya memilih jawaban yang terbaik dari alternatif pilihan yang ditetapkan,
seperti pada tes pilihan ganda; (6) tes uraian juga dapat digunakan untuk tes diagnostik
yang kompleks berhubungan dengan aplikasi konsep, analisa permasalahan, atau
evaluasi keputusan; (7) dalam waktu yang singkat dapat menyusun tes uraian.
Kelemahan tes uraian: (1) skor dapat berbeda ketika dinilai oleh penilai yang sama pada
waktu yang berbeda atau oleh penilai yang berbeda pada waktu yang sama; (2)
panjangnya jawaban dan kompleksitas jawaban dapat menimbulkan permasalahan
reliabilitas di dalam skoring; (3) waktu yang diperlukan untuk mengoreksi lembar
jawaban dari tes uraian adalah sangat lama; (4) dengan jumlah siswa yang besar pada
setiap kelas, hampir mustah il guru dapat mengetahui kekuatan dan kelemahan dari
masing-masing siswa, kecuali jika guru mempunyai soft ware untuk keperluan tersubut
dan dapat mengoperasikannya; (5) biaya yang diperlukan untuk mengoreksi tes uraian
adalah sangat besar. Penilaian tes uraian dapat menggunakan metode analisa atau
metode global. Lima saran untuk mengkoreksi tes uraian: menyiapkan pedoman
penilaian, membaca jawaban siswa dan membandingkan dengan pedoman yang ada,
memberikan skor yang sesuai, memeriksa seluruh jawaban siswa pada nomor yang
sama kemudian dilanjutkan ke nomor berikutnya, menghindarkan faktor -faktor yang
tidak relevan dalam pemberian skor.
Daftar Rujukan
Depdiknas. 2004. Penilaian kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Djemari Mardapi. 2004. Penyusunan tes hasil bela jar. Yogyakarta: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Ebel, R. L. 1979. Essential of educational measurement . New Jersey: Prentice Hall Inc.
Gronlund, N.E. & Linn, R. L. 1990. Measurement and evaluation in teaching . (Ed 6).
New York: Macmillan Publishing co.,Inc.
Mehrens, W.A., & Lehmann, I.J. 1973. Measurement and evaluation in education and
psychology. New York: Holt, Rinehart and Winston. Inc.
Nurkancana, W. & Sumartana. 1986. Evaluasi pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Ornstein, A. C. 1992. Essay tests: Use, development, and grading . ProQuest Education
Journals. Volume 65, No 3. Diambil pada tanggal 10 April 2007, dari:
http://proquest.umi.com/pqdweb?index=6&did=5219974&
SrchMode=1&sid=7&Fmt=6&VInst=PROD&VType=PQD&RQT=309&VName
=PQD&TS=1176126452&clientId=68516
Walstad, W. B. 2006. Testing for depth of understanding in economics us ing essay
questions. Journal of Economic Education . Washington: Winter. Diambil pada
tanggal 10 April 2007, dari: http://proquest.umi.com/
WIDYATAMA 105
No.2/ Volume 19 / 2010 WIDYATAMA
pqdweb?index=0&did=973267711&SrchMode=1&sid=7&Fmt=3&VInst=PROD
&VType=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1176126452&clientId=68516
Zainul, A. & Nasoetion, N. 1996 . Penilaian hasil belajar. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
106 WIDYATAMA