Anda di halaman 1dari 5

BAB III

IDENTIFIKASI SISTEM SURVEILANS KURANG GIZI DI

PUSKESMAS SURADITA

Dalam mengidentifikasi sistem surveilans Kurang Gizi di PKM Suradita mengacu pada
sistem survei epidemiologi yang mencakup pada proses, pengumpulan data, pengolahan data,
analisa data dan penyajian data.

A. Definisi Surveilans

Surveilans Epidemiologi adalah kegiatan pengamatan secara sistematis dan terus menerus
terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang mempengaruhi resiko
terjadinya penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan
penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan, pengolahan data dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan.

Menurut WHO (2004), surveilans merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis


dan interpretasi data secara sistemik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit
yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Berdasarkan definisi diatas dapat
diketahui bahwa surveilans adalah suatu kegiatan pengamatan penyakit yang dilakukan secara
terus menerus dan sistematis terhadap kejadian dan distribusi penyakit serta faktor-faktor yang
mempengaruhi nya pada masyarakat sehingga dapat dilakukan penanggulangan untuk dapat
mengambil tindakan efektif.

Proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interprestasi data secara sistematik dan
diolah dengan cara yang baik akan membuat mempengaruhi pengamatan penyakit yang
dilakukan secara terus menerus pada kejadian suatu penyakit serta faktor-faktor yang
mempengaruhi nya. Dengan demikian, agar data dapat berguna, data harus akurat, tepat waktu,
dan tersedia dalam bentuk yang dapat digunakan.

. B. Tujuan Surveilans

Tujuan Surveilans menurut Depkes RI (2004) adalah untuk pencegahan dan pengendalian
penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya
kejadian luar biasa (KLB), memperoleh informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal
pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat administrasi.

Memantau kecenderungan penyakit


Deteksi dan prediksi terjadinya KLB
Memantau kemajuan suatu program pemberantasan
Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan pelayanan kesehatan
Pembuatan policy dan kebijakan pemberantasan penyakit

C. Definisi Kasus (Kurang Gizi)

Menurut Depkes RI (2008), gizi buruk adalah suatu keadaaan kurang


gizi tingkat berat pada anak berdasarkan indeks berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB) < -3 standar deviasi WHO-NCHS dan atau ditemukan tanda-
tanda klinis marasmus, kwashiorkor dan marasmus kwashiorkor.

Menurut perkiraan WHO, sebanyak 54% penyebab kematian bayi dan


balita disebabkan oleh keadaan gizi anak yang buruk. Risiko meninggal dari
anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan anak yang normal
(World Bank, 2006). Sementara di Indonesia berdasarkan data Susenas
tahun 2005 prevalensi balita gizi buruk masih sebesar 8.8%.

D. Definisi Kasus Kurang Gizi di Puskesmas Suradita

Berdasarkan data yang didapatkan dari bagian Gizi di Puskesmas suradita, untuk
mendefinisikan kasus kurang gizi mengacu pada standar pertumbuhan anak (WHO 2005),
sebagai berikut :

kurang gizi merupakan suatu keadaan atau salah satu dari keadaan dimana :
- Berat badan kurang atau sangat kurang (dibawah -2 atau -3 garis z-score BB/U)
- Kurus atau sangat kurus (dibawah -2 atau -3 garis z-score BB/PB, TB atau IMT/U)
- Pendek atau sangat pendek (dibawah -2 atau -3 garis z-score PB, TB/U)

Keterangan :

- PB/U : Indicator pertumbuhan yang menghubungkan panjang atau tinggi badan menurut
umur
- IMT : Indeks masa tubuh (IMT) atau body mass index (BMI) ; angka yang menunjukan
proporsi berat badan seseorang menurut tingginya/panjangnya. Dihitung berdasarkan
rumus sebagai berikut :
IMT = BB (kg) atau IMT = BB (kg)

TB (m) TB (m) PB (m) PB (m)

D. Data Kasus

Data Gizi Kurang di PKM Suradita didapat dengan mengacu pada sistem pencatatan dan
pelaporan yang baku dari Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementrian
Kesehatan RI 2011 (Kemenkes, 2011) yang bekerjasama dengan World Health Organization
(WHO).

Data kasus kurang gizi di Puskesmas Suradita didapatkan melalui 2 jalur laporan, yaitu
laporan aktif dan laporan pasif.

Posyandu Puskesmas Dinas


Bidan Desa
Kesehatan

Tuberculosi

Laporan Pasif BP. Anak

Pada laporan pasif ini kami mencari data yang telah diidentifikasi. Alur pertama data
yang dicari pada laporan posyandu yang dilakukan oleh bidan desa dan kader setempat
berdasarkan laporan bulanan dan data bulan penimbangan balita (BPB) pada bulan Februari dan
Agustus, karena pada dua bulan tersebut 100 % balita perlu ditimbang, jika teridentifikasi balita
yang mengalami masalah Gizi khususnya Kurang Gizi maka dilaporkan kepada bagian Gizi di
Puskesmas Suradita langsung oleh bidan desa. Ketika data sudah masuk dibagian Gizi di
Puskesmas, selanjutnya pihak puskesmas melakukan Validasi untuk membuktikan apakah
memang data yang dilaporkan terkait permasalahan Gizi oleh Bidan Desa memang terbukti
merupakan permasalahan kurang Gizi. Tahap akhir setelah data masuk kebagian puskesmas dan
sudah didapatkan permasalahan kurang gizi akan dilaporkan kebagian dinas kesehatan yang akan
membantu puskesmas suradita dengan memberikan fasilitas dan kebutuhan pokok untuk
menunjang penyelesaian permasalahan kurang gizi.

Laporan Aktif

Validasi dilakukan oleh bagian Gizi puskesmas Suradita langsung ke sasaran yang ada
dimasyarakat dengan melihat ciri-ciri balita yang terkena kasus dan dilakukan pengukuran
berdasarkan definisi kasus menurut Sistem Informasi puskesmas (SIP) Suradita. Jika hasil
validasi terbukti, maka selanjutnya data kasus dikoordinasikan terlebih dahulu ke bagian
Tuberculosis dan BP. Anak yang ada di puskesmas suradita berupa LBB (laporan gizi) yang
sudah direkap oleh bagian Gizi di Puskesmas kemudian barulah dilaporkan ke Dinas Kesehatan
setiap ahir bulan selama 12 bulan setiap tahunnya.

Umpan balik dari Dinas kesehatan berdasarkan data yang telah dilaporkan oleh
Puskesmas Suradita yaitu dengan mengalokasikan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) berupa
susu bebelac dan sun yang bisa diperoleh oleh kasus kurang gizi setiap melakukan pemeriksaan
rutin.

Selain itu, laporan aktif dapat pula diperoleh pada saat bagian Gizi dari pihak Puskesmas
datang langsung kerumah sasaran ketika pasien tidak melakukan pemeriksaan. Hal tersebut perlu
dilakukan karena tidak boleh ada laporan atau catatan yang terlewat setiap jadwal rutin
pemeriksaan, adapun jadwal pemeriksaan rutin yang harus dilakukan oleh pasien disesuai kan
dengan tingkat status gizi nya. Untuk status gizi kurus sekali maka perlu dilakukan pemeriksaan
rutin 1 minggu sekali, dan untuk status gizi kurus maka perlu dilakukan pemeriksaan rutin 2
minggu sekali, sedangkan untuk status gizi kurang maka perlu dilakukan pemeriksaan rutin 1
bulan sekali.

DATA KASUS GIZI KURANG di PKM SURADITA BULAN JANUARI-NOVEMBER


TAHUN 2016

Anda mungkin juga menyukai