Artikel KLB Tgs Penyelidikan Wabah
Artikel KLB Tgs Penyelidikan Wabah
Kampung adalah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur.
Tepatnya di Desa Tiwuriwu, Kecamatan Aimere, sekitar 19 km selatan Bajawa. Tempo/Rully Kesuma
Hingga Kamis, 29 Januari 2015, kata dia, jumlah kasus diare di Timor
Tengah Selatan mencapai 224. Kasus ini tersebar di lima desa di
Kecamatan Noebeba, yakni Desa Enonabuasa 111 kasus, Oebaki 28
kasus, Oepliki 54 kasus, Teas 26 kasus, dan Oe'ekam 25 kasus. "Dari
jumlah itu, 33 kasus masih ditangani dengan rawat jalan, sedangkan
satu kasus rawat inap," katanya.
YOHANES SEO
https://m.tempo.co/read/news/2015/01/30/058638736/bupati-tetapkan-
timor-tengah-selatan-klb-diare
Waduh, Kota Sukabumi KLB Campak
Jumat, 30 September 2016 18:15 WIB
Pewarta: Aditya A Rohman
Seluruh anak yang terkena penyakit tersebut sampel darahnya sudah diambil,
serta sudah dikirim ke PT Bio Farma untuk dilakukan uji laboratorium.
Selain itu, dari 70 anak yang terkena penyakit tersebut, sebanyak 67 anak
dinyatakan positif yakni sebanyak 60 anak dari Kota Sukabumi dan tujuh anak
dari Kabupaten Sukabumi, tetapi yang tinggal di Kota Sukabumi.
"Atas dasar tersebut, kami menetapkan kasus penyakit campak ini menjadi KLB
campak. Sedangkan yang menjadi salah satu dasar dan alasannya sebab
kasusnya selama 2 bulan terakhir mengalami peningkatan," tambahnya.
Berita Terkait
KLB Rabies di Kalbar, Pemda Minta Bantuan BNPB
Kera Diduga Rabies Gagal Ditangkap Warga di Karangasem
Penyakit Anjing Gila Masih Endemis di NTT
Kapolda Sumut Berikan Bantuan 1.500 Vaksin Rabies
[PONTIANAK] Sesuai dengan data informasi yang diterma bahwa sejak Januari hingga Angustus
2016 ini, jumlah warga Kalimantan Barat (Kalbar) yang digigt anjing sudah mencapai 877 orang. Dari
jumlah itu 9 orang dinyatakan meningal dunia karena menderita penyakit rabies akibat gigitan anjing.
Hal itu dikataklan Kepala Dinas Peternakan Pemprov Kalbar A Manaf, Jumat (26/8).
Ia mengatakan, sejak tahun 2014 yang lalu, beberapa kabupaten di Wilayah Kalbar sudah dinyatakan
kondisi luar biasa (KLB) rabies. Dimana pada tahun 2015, empat kabupaten dinyatakan KLB Rabies
dan tahun 2016 ini sudah meningkat menjadi 8 kabupaten yang menyatakan KLB rabies yaitu
Kabupaten Ketapang, Melawi, Sekadau, Sintang, Kapuashulu, Bengkayang, Kayong Utara dan
Sanggau.
Menurut Manaf, saat ini pihaknya sudah berhasil mendata jumlah anjing di Kalbar yaitu mencapai 179
ribu ekor. Dari jumlah itu baru 20.459 yang sudah divaksin jadi masuh jauh dari yang diharapkan,
dimana seharusnya jumlah hewan yang sudah di vaksin seharusnya mencapai 70 persen.
Permasalahan dan kendala yang dihadapi untuk melakukan vaksin terhadap anjing adalah luas
daerah wilayah yang dihadapi sangat luas dan jauh. Selain itu juga saran dan prasana serta Sumber
Daya Manusia (SDM) yang paham masalah penyakit anjing sangat terbatas. Dimana bisa kita
temukan di salah satu kebupaten tidak memiliki dinas peternakan dan kehewanan. Selain itu tenaga
dokter hewan juga sangat terbatas serta SDM dalam bidang kesehatan hewan sangat terbatas, jelas
Manaf.
Selain itu juga masalah anggaran untuk penanganan rabies serta vaksin yang memerlukan dana yang
sangat besar. Sementara Kabupaten dan provinsi tidak memiliki anggaran yang cukup dalam
menangani masalah rabies.
Untuk mengantisipasi semakin meluasnya rabies di Kalbar, Pemprov Kalbar sudah menyatakan KLB
Rabies sejak bulan Februari yang lalu. Selanjutnya pihaknya sudah meminta bantuan baik anggaran
dan juga SDM kepada pemerintah pusat.
Sementara itu Bupati Kabupaten Kapuashulu M Nasir mengatakan,penyakit rabies sudah merebak di
Wilayah Kabupaten Kapashulu sejak tahun 2014 yang lalu. Sejak timbulnya penyakit rabies itu,
pihaknya juga sudah melaksanakan vaksin sejak tahun 2014.
Ia mengatakan, hingga saat ini sudah 15 keamatan di Kabupaten Kapuashulu yang terserang
penyakit rabies. Dimana hingga saat ini sudah 54 orang yang digigit anjing dan dari jumlah itu 1 orang
dinyatakan meninggal dunia. Semua anjing yang sudah di vaksin langsung diberikan tanda berupa
kalung di leher anjing. Sehingga dapat dengan mudah diketahui bahwa anjing itu sudah di vaksin,
ungkap Nasir.
Saat ini yang menjadi kendala dalam menanggulangi masalah rabies ini adalah vaksin untuk manusia
belum tersedia. Untuk itu pihaknya sudah membuka posko di beberapa kecamatan yaitu untuk
memudahkan dalam penanganan penyakit rabies. [146]
http://sp.beritasatu.com/home/klb-rabies-di-kalbar-9-meninggal-akibat-gigitan-anjing/116647
Kalbar Tetapkan Rabies sebagai Kejadian
Luar Biasa
127
Shares
Dalam rapat itu, Cornelis menegaskan, pihaknya butuh bantuan pemerintah pusat
untuk mengantisipasi virus rabies di daerahnya karena keterbatasan anggaran.
"Bupati dan Wali Kota saya harap untuk serius menangani dua kejadian bencana ini,
asap dan vaksin untuk rabies," ujar Cornelis, seperti dikutip dari siaran pers BNPB,
Kamis malam.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho
mengatakan, penyelesaian merebaknya virus rabies di Kalimantan Barat dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yakni penggunaan vaksin dan depopulasi.
"Selain itu, mengedukasi masyarakat agar selalu waspada terhadap rabies. Awasi
sumber virusnya (peternakan). Lalu awasi juga pergerakan hewannya," ujar Sutopo.
http://nasional.kompas.com/read/2016/08/25/22433731/kalbar.tetapkan.rabies.se
bagai.kejadian.luar.biasa
SERAMBI/M ANSHAR
Pasien memenuhi ruang IGD RS Meuraxa Banda Aceh, Jumat (3/2/2017). Sebagian besar pasien yang dirawat
menderita Demam Berdarah Dengue (DBD). SERAMBI/M ANSHAR
Menurut Hanif, rapat kerja antara Dinkes Aceh dan RSUZA dengan Komisi VI
DPRA dilaksanakan atas inisiatif pimpinan beserta ketua dan anggota Komisi
VI DPRA. Pihak DPRA mengundang pihak Dinas Kesehatan dan Direktur
RSUZA untuk mendapat laporan kasus DBD dan difteri yang dilaporkan cukup
tinggi.
Menurut Hanif, KLB DBD masih berlangsung sampai Februari 2017 karena
menurut laporan dari sejumlah rumah sakit di daerah, korban yang dirawat
inap masih banyak. Di RSUZA dan RSUD Meuraxa Banda Aceh, misalnya,
masih ada puluhan pasien DBD lagi yang dirawat.
Khusus di Aceh Tengah, kata Hanif, kasus DBD pada 2016 terbanyak se-
Aceh, mencapai 293 kasus, namun belum ada laporan korban meninggal.
Selanjutnya, kabupaten/kota yang penanganan sampah masyarakatnya
belum begitu baik, seperti Kota Lhokseumawe, jumlah kasus DBD-nya masih
besar, mencapai 280 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 4 orang.
Aceh Tamiang 248 kasus, korban meninggal 3 orang, Aceh Timur 156 kasus,
korban meninggal 5 orang.
Berikutnya, Aceh Utara 108 kasus, korban meninggal 3 orang, Aceh Tenggara
44 kasus, meninggal 2 orang, Pidie 189 kasus, meninggal 1 orang, dan Aceh
Jaya 5 kasus, meninggal 1 orang.
Editor: hasyim
http://aceh.tribunnews.com/2017/02/04/aceh-klb-dbd
Kota Banda Aceh 152 kasus, Aceh Besar 115 kasus, Sabang 64 kasus,
namun belum ada laporan korban meninggal di ketiga daerah itu.
Pada 2016, daerah yang paling sedikit kasus DBD adalah Gayo Lues yaitu 1
kasus, Aceh Jaya 5 kasus, dan Subulussalam 7 kasus. Sedangkan Kota
Banda Aceh dan Aceh Besar, kasus DBD masih tinggi, selain karena
perubahan iklim juga penularan dari korban yang pernah terserang di dalam
keluarga.
Penderita difteri bisa saja tidak sakit karena dilindungi kekebalan tubuhnya,
tetapi ia bisa menjadi penular bagi orang disekitarnya dengan melalui kontak
langsung. Contohnya seperti, bersin dan batuk.
Penyakit ini sangat menular dan termasuk infeksi serius yang dapat
mengancam jiwa jika tidak segera ditangani, imbuhnya.
Semua golongan umur baik anak-anak maupun orang dewasa dapat tertular
oleh penyakit ini. Namun, anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua diatas
60 tahun sangat beresiko tertular penyakit membahayakan ini. Penyakit
difteri dapat dicegah lewat imunisasi sejak usia dini, []