PENDAHULUAN
Batuan memiliki sifat fisik dan sifat mekanik. Sifat fisik batuan meliputi
spesific gravity, porositas, void ratio, berat isi, derajat kejenuhan, dan kadar air.
Sedangkan sifat mekanik batuan meliputi kuat tekan, kuat tarik, modulus
elastisitas, dan rasio Poisson. Pokok bahasan pada makalah ini lebih
terkonsentrasi pada sifat mekanik batuan. Ilmu yang berhubungan dengan sifat
mekanik batuan adalah mekanika batuan.
ISI
Menurut geologiwan:
2. Batuan adalah semua material yang membentuk kulit bumi yang dibagi
atas batuan yang terkonsolidasi (consolidated rock) dan batuan yang tidak
terkonsolidasi (unconsolidated rock).
1. Istilah batuan hanya untuk formasi yang keras dan padat dari kulit bumi.
2. Batuan adalah suatu bahan yang keras dan koheren atau yang telah
terkonsolidasi dan tidak dapat digali dengan cara biasa, misalnya dengan
cangkul dan belincong.
Menurut Talobre:
Talobre adalah orang pertama yang memperkenalkan mekanika batuan di
Perancis pada tahun 1948. Menurut Talobre, batuan adalah material yang
membentuk kulit bumi termasuk fluida yang berada di dalamnya (seperti air,
minyak, dan semacamnya).
Batuan adalah suatu bahan yang terdiri dari mineral padat (solid) berupa
massa yang berukuran besar ataupun berupa fragmen-fragmen.
Suatu batuan dikatakan bersifat diskontinyu karena massa batuan di alam tidak
kontinu (diskontinu) karena adanya bidang-bidang lemah (crack, joint, fault,
fissure) di mana kekerapan, perluasan dan orientasi dari bidang-bidang lemah
tersebut tidak kontinu. Suatu batuan dikatakan bersifat anisotrop karena
mempunyai sifat-sifat yang berbeda pada arah yang berbeda
Selain ketiga penbagian sifat batuan di atas, sifat batuan juga dapat
dibagi menjadi sifat fisik dan sifat mekanik. Sifat fisik batuan meliputi porositas,
densitas batuan, kadar air, dan adsorbsi. Sebenarnya masih ada siifat fisik lain
yang dimiliki oleh batuan, namun karena konsentrasi penulisan makalah ini
mengenai sifat mekanik batuan, maka 4 sifat fisik saja yang akan dijelaskan
secara singkat.
Densitas batuan adalah berat jenis dari batuan yang dinyatakan dalam
pon per kaki kubik atau kilonewton per meter kubik. Specific gravity suatu
padatan adalah perbandingan densitas padatan dengan densitas air.
Kadar air adalah perbandingan berat air dengan berat total dari batuan.
Sedangkan adsorbsi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses
pengumpulan substansi terlarut yang ada dalam larutan oleh permukaan zat
atau benda penyerap dimana terjadi suatu ikatan kimia fisik antara substansi
dengan zat penyerap.
Sifat mekanik pada batuan meliputi kuat tekan, kuat tarik, modulus
elastisitas, dan rasio Poisson. Kuat tekan adalah kemampuan batuan dalam
menerima tekanan yang magnitudnya dapat mengakibatkan batuan tersebut
berdeformasi hingga mengalami kehancuran. Sedangkan kuat tarik adalah
kemampuan batuan dalam menerima tarikan yang magnitudnya dapat
mengakibatkan batuan tersebut berdeformasi hingga mengalami kehancuran.
Modulus elastisitas adalah angka yang digunakan untuk mengukur obyek atau
ketahanan bahan untuk mengalami deformasi elastis ketika gaya diterapkan
pada benda itu. Modulus elastisitas suatu benda didefinisikan sebagai
kemiringan dari kurva tegangan-regangan di wilayah deformasi elastis.
Sedangkan rasio Poisson merupakan rasio kontraksi terhadap ekstensi atau rasio
dari tegangan yang terjadi tegak lurus dengan beban terhadap tegangan aksial.
Rasio Poisson juga dapat didefinisikan sebagai rasio dari lateral (atau melintang)
regangan kontraksi (dalam arah utama yang kedua) dengan strain longitudinal
(dalam arah utama pertama.)
Bila suatu padatan atau batuan dikenai tekanan atau gaya yang
meningkat, ia akan mengalami 3 fase deformasi, yaitu:
1. Tekanan;
2. Suhu;
3. Waktu;
4. Gejala pelarutan melalui pori-pori batuan;
5. Ketakseragaman dalam susunan lapisan batuan.
Uji kuat tekan adalah pengujian suatu benda (dalam hal ini batuan) yang
besarnya sama dengan gaya per satuan luas yang menyebabkan benda yang
diuji hancur bila dibebani dengan gaya tekan tersebut. Tujuan dari pengujian
kuat tekan ini adalah untuk mengetahui kuat tekan maksimum yang dapat
diterima oleh batuan hingga batuan tersebut berada pada deformasi kekal atau
batuan uji tersebut patah atau hancur.
Uji kuat tekan uniaksial adalah pengujian suatu batuan yang besarnya
sama dengan gaya per satuan luas yang menyebabkan benda yang diuji hancur
bila dibebani dengan gaya tekan yang hanya memiliki satu arah.
Bahan uji yang digunakan dalam pengujian kuat uji tekan diatur
berdasarkan standardisasi. Standardisasi bahan uji dilakukan untuk menghindari
variasi bentuk bahan uji. Bahan uji kuat tekan dikelompokkan ke dalam dua jenis
bahan uji, yaitu bahan uji dalam standardisasi ketentuan secara proporsional dan
non-proporsional. Bahan uji dalam standardisasi secara proporsional diatur
berdasarkan standar Dp, yaitu:
Dp-5 dan Dp-10, di mana Dp-5 adalah Lo=5.do dan Dp-10 adalah
Lo=10.do.
Beberapa bagian lain dari bentuk bahan uji proporsional ini adalah pada
bagian prismatik Le=Lo+2m
Untuk bahan uji bulat, harga Le harus di antara Lo+d dan Lo+2d.
Untuk bahan uji segi empat, perbandingan antara lebar dengan lebarnya
adalah 1:4, tetapi tidak berlaku untuk bahan uji yang tipis.
Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan
(t ), modulus Young (E), nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-regangan.
beban
=
luas permukaan
E=
a
l
V=
a
Pada uji kuat tekan uniaksial terdapat tipe pecah bahan uji saat runtuh.
Tipe pecah pada bahan uji tergantung pada tingkat ketahanan dan kualitas
permukaan bahan uji yang bersentuhan secara langsung dengan permukaan alat
tekan saat pembebanan. Tipe pecah pada uji kuat tekan uniaksial adalah
cataclasis, belahan arah aksial, hancuran kerucut, hancuran geser, hancuran
geser dari sudut ke sudut, kombinasi belahan aksial dan geser, serta serpihan
mengulit bawang dan menekuk.
Harga batas elastis dinotasikan dengan C dimana pada grafik diukur pada
saat grafik regangan aksial meninggalkan keadaan linier pada suatu titik
tertentu, Titik ini dapat ditentukan dengan membuat sebuah garis singgung pada
daerah linier dengan kelengkungan tertentu hingga mencapai puncak (peak).
Pada titik tersebut diproyeksikan tegak lurus ke sumbu tegangan aksial sehingga
didapat nilai batas elastis C.. Dari kurva ini, maka kita dapat menentukan sifat
mekanik batuan, seperti kuat tekan, modulus Young, dan rasio Poisson.
Alat yang digunakan dalam uji kuat tekan uniaksial adalah mesin kuat
tekan, sepasang plat baja yang diletakkan pada kedua ujung permukaan bahan
uji dengan diameter yang sama, dan dial gauge. Sedangkan bahan yang
digunakan dalam uji kuat tekan uniaksial adalah bahan uji berupa batuan.
Gambar 1.1 Mesin kuat tekan
1. Menyediakan bahan uji atau spesimen yang akan digunakan (dalam hal ini
batuan) dengan dimensi panjang minimal dua kali diameternya.
2. Meletakkan spesimen di antara pelat baja dan pastikan tepat dengan pelat
penekan alat.
3. Menyalakan mesin dan pastikan kembali bahwa kedua permukaan
spesimen menyetuh plat baja.
4. Menetapkan skala pengukuran bebas pada keadaan nol.
5. Memasang tiga buah dial gauge yang akan mengukur deformasi aksial,
deformasi lateral kiri, dan deformasi lateral kanan.
6. Membaca jarum penunjuk pembebanan pada aksial dial gauge tiap 30
detik kemudian catat hasil pengukurannya.
7. Mencatat nilai deformasi aksial dan lateral yang ditunjukkan oleh dial
gauge selama pembebanan berlangsung. Pembacaan ini dilakukan secara
periodik tiap 30 detik.
8. Menambah beban sedikit demi sedikit hingga spesimen pecah.
9. Menghentikan pembebanan saat spesimen telah pecah.
BAB III
PENUTUP
Uji kuat tekan uniaksial adalah pengujian suatu batuan yang besarnya
sama dengan gaya per satuan luas yang menyebabkan benda yang diuji
hancur bila dibebani dengan gaya tekan yang hanya memiliki satu arah.
Uji kuat tekan uniaksial dilakukan untuk menentukan kuat tekan batuan
(t ), modulus Young (E), nisbah Poisson (v) , dan kurva tegangan-
regangan.
Sifat mekanik dapat ditentukan dengan uji kuat tekan uniaksial melalui
beberapa prosedur, yaitu:
1. Menyediakan bahan uji atau spesimen yang akan digunakan (dalam
hal ini batuan) dengan dimensi panjang minimal dua kali diameternya.
2. Meletakkan spesimen di antara pelat baja dan pastikan tepat dengan
pelat penekan alat.
3. Menyalakan mesin dan pastikan kembali bahwa kedua permukaan
spesimen menyetuh plat baja.
4. Menetapkan skala pengukuran bebas pada keadaan nol.
5. Memasang tiga buah dial gauge yang akan mengukur deformasi
aksial, deformasi lateral kiri, dan deformasi lateral kanan.
6. Membaca jarum penunjuk pembebanan pada aksial dial gauge tiap 30
detik kemudian catat hasil pengukurannya.
7. Mencatat nilai deformasi aksial dan lateral yang ditunjukkan oleh dial
gauge selama pembebanan berlangsung. Pembacaan ini dilakukan
secara periodik tiap 30 detik.
8. Menambah beban sedikit demi sedikit hingga spesimen pecah.
9. Menghentikan pembebanan saat spesimen telah pecah.