Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pertambangan memiliki peran yang sangat penting dalam

pembangunan nasional. Pertambangan memberikan peran yang sangat

signifikan dalam perekonomian nasional, baik dalam sektor fiscal, moneter,

maupun sektor riil. Peran pertambangan terlihat jelas dimana

pertambangan menjadi salah satu sumber penerimaan negara;

berkontribusi dalam pembangaunan daerah, baik dalam bentuk dana bagi

hasil maupun program community development atau coorporate social

responsibility; memberikan nilai surplus dalam neraca perdagangan;

meningkatkan investasi; memberikan efek berantai yang positif terhadap

ketenagakerjaan; menjadi salah satu faktor dominan dalam menentukan

Indeks Harga Saham Gabungan; dan menjadi salah satu sumber energy dan

bahan baku domestik.

Salah satu karakteristik industri pertambangan adalah padat modal,

padat teknologi dan memiliki risiko yang besar. Oleh karena itu, dalam

rangka menjamin kelancaran operasi, menghindari terjadinya kecelakaan

kerja, kejadian berbahaya dan penyakit akibat kerja maka diperlukan

implementasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada kegiatan

pertambangan.

1
Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang

besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya

berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah

timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber

daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia

adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh

teknologi apapun.

Upaya pencegahan dan pengendalian bahaya kerja yang dapat

menyebabkan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat

dilakukan dengan penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tempat

kerja.Secara keilmuan K3, didefinisikan sebagai ilmu dan penerapan

teknologi tentang pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Dari aspek hukum K3 merupakan kumpulan peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

Melalui peraturan yang jelas dan sanksi yang tegas, perlindungan K3

dapat ditegakkan, untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan

yang mengatur tentang K3. Bahkan ditingkat internasionalpun telah

disepakati adanya konvensi-konvensi yang mengatur tentang K3 secara

universal sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

baik yang dikeluarkan oleh organisasi dunia seperti ILO, WHO, maupun

tingkat regional.

Ditinjau dari aspek ekonomis, dengan menerapkan K3, maka tingkat

kecelakaan akan menurun, sehingga kompensasi terhadap kecelakaan juga

2
menurun, dan biaya tenaga kerja dapat berkurang. Sejalan dengan itu, K3

yang efektif akan dapat meningkatkan produktivitas kerja sehingga dapat

meningkatkan hasil produksi. Hal ini pada gilirannya kemudian dapat

mendorong semua tempat kerja/industri maupun tempat-tempat umum

merasakan perlunya dan memiliki budaya K3 untuk diterapkan disetiap

tempat dan waktu, sehingga K3 menjadi salah satu budaya industrial.

Dengan melaksanakan K3 akan terwujud perlindungan terhadap

tenaga kerja dari risiko kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang

dapat terjadi pada waktu melakukan pekerjaan di tempat kerja. Dengan

dilaksanakannya perlindungan K3, diharapkan akan tercipta tempat kerja

yang aman, nyaman, sehat dan tenaga kerja yang produktif, sehingga akan

meningkatkan produktivitas kerja dan produktivitas perusahaan. Dengan

demikian K3 sangat besar peranannya dalam upaya meningkatkan

produktivitas perusahaan, terutama dapat mencegah korban manusia..

Dengan demikian untuk mewujudkan K3 diperusahaan perlu

dilaksanakan dengan perencanaan dan pertimbangan yang tepat, dan salah

satu kunci keberhasilannya terletak pada peran serta pekerja sendiri baik

sebagai subyek maupun obyek perlindungan dimaksud dengan

memperhatikan banyaknya risiko yang diperoleh perusahaan, mulai

diterapkan manajemen risiko, sebagai inti dan cikal bakal SMK3. Penerapan

ini sudah mulai menerapkan pola preventif terhadap kecelakaan kerja yang

akan terjadi.

Ditahap pengontrolan risiko, peran manajemen sangat penting karena

pengontrolan risiko membutuhkan ketersediaan semua sumber daya yang

dimiliki oleh perusahaan, karena pihak manajemen yang sanggup

3
memenuhi ketersediaan ini. Semua konsep-konsep utama tersebut semakin

menyadarkan akan pentingnya kebutuhan pengelolaan K3 dalam bentuk

manajemen yang sistematis dan mendasar agar dapat terintegrasi dengan

manajemen perusahaan yang lain. Integrasi ini diawali dengan kebijakan

dari perusahaan untuk mengelola K3 menerapkan suatu Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

1.2 Maksud dan Tujuan


1.2.1 Maksud
Makalah ini dibuat dengan maksud yaitu mempelajari dan

mengetahui tentang sarana dan prasana atau infrastruktur yang

harus dimiliki di lingkungan tempat kerja pertambangan, dan apa-apa

saja masalah yang dapat terjadi terhadap infrastruktur tersebut serta

bagaimana cara penanggulangannya.


1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Menjelaskan apa saja sarana yang dimiliki tambang .
2. Mengetahui masalah apa saja yang dapat terjadi terhadap sarana-

sarana tersebut.
3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah.
4. Mengetahui cara pencegahan terhadap masalah tersebut.

1.3 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu:
1. Apa saja sarana yang harus dimiliki tambang sesuai dengan

peraturan yang ada?


2. Apa saja masalah yang terjadi terhadap sarana-sarana yang ada di

tambang?
3. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah pada

sarana-sarana yang ada di tambang?


4. Bagaimana cara pencegahan terhadap maslaah tersebut?

4
BAB II

ISI

2. 1 Infrastruktur di Lingkungan Tambang

Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan

transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas

publik lainnya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia

dalam lingkup sosial dan ekonomi (Grigg dan Kodoatie, 2003:8). Sistem

infrastruktur merupakan pendukung utama fungsi-fungsi sistem sosial dan

sistem ekonomi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Sistem infrasturktur yang berapa di lingkungan tambang dapat

didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas atau struktur-struktur dasar,

peralatan-peralatan, instalasi yang dibangun dan yang dibutuhkan dalam

melakukan kegiatan penambangan yang juga dapat menunjang kinerja

pekerja-pekerja yang berada di lingkungan tamabang. Kebutuhan akan

pembangunan sarana pendukung menjadi prioritas utama dalam persiapan

kegiatan. Sarana transportasi alat, material dan manusia, berupa jalan,

saluran / pipa-pipa dan sistim angkutan lainnya menjadi urat nadi kegiatan

pertambangan. Sedangkan bangunan untuk keperluan kegiatan

perkantoran, bengkel kerja, gudang, tempat tinggal pekerja dan sebagainya

juga sudah harus disiapkan lengkap dengan fasilitas penunjangnya berupa

listrik, air bersih dan sebagainya.

5
Semakin besar skala eksploitasi dan semakin besar target produksi

yang diharapkan, semakin besar dan komplek pula sarana pendukung yang

harus dibangun untuk mengamankan kelancaran produksi. Pada kondisi ini

sangat dibutuhkan manajemen sarana pendukung yang mampu mengelola

berbagai sarana tersebut secara efisien agar tidak menjadi beban dan

kendala bagi kegiatan utama yakni aktivitas pertambangan itu sendiri.

Adanya gangguan pada salah satu sarana pendukung dapat berakibat fatal

terhadap kelancaran siklus produksi, yang pada akhirnya mengakibatkan

timbulnya kerugian waktu dan finansial. Adapun infrastruktur yang

dibutuhkan di area tambang adalah sebagai berikut:

2. 1. 1Jalan Rintasan
Jalan rintasan berfungsi sebagai jalur lewatnya alat alat berat

ke lokasi tambang, kemudian dikembangkan sebagai jalan angkut

material dari front penambangan ke lokasi pabrik peremukan.

Pembuatan jalan digunakan dengan memakai Bulldozer yang

nantinya digunakan pula sebagai pengupasan lapisan penutup.


2. 1. 2Penerangan
Sarana penerangan dimaksudkan untuk memberikan

penerangan disekitar bangunan, jalan, dan terutama sekali didalam

kegiatan penunjang kerja. Sumber listrik untuk penerangan ini tidak

menjadi satu dengan listrik untuk pabrik, sehingga khusus untuk

sarana penerangan ini diperlukan sebuah generator.


2. 1. 3Bangunan
Bangunan-bangunan yang berada di daerah tambang dibagi

menjadi:
a. Pabrik Peremuk
Untuk penempatan mesin peremuk dibutuhkan pondasi yang

cukup kuat agar dapat bertahan cukup lama sesuai dengan proyek

yang diselenggarakan dan masalah konstruksi pondasi diborongkan

6
kepada pihak kontraktor dengan pihak pemasok mesin peremuk

sebagai konsultan.
b. Kantor
Sarana perkantoran digunakan sebagai pusat pengaturan dan

pelaksanaan kegiatan kerja penambangan dan direncanakan berada

pada daerah yang mudah dicapai dan dekat dengan jalan masuk.

Bangunan ini dibuat permanen karena dipakai dalam jangka waktu

yang sangat lama sesuai dengan umur proyek.


c. Pusat Perawatan Alat
Dalam menunjang kelancaran operasi dibutuhkan peralatan-

peralatan yang selalu dalam kondisi yang baik dan siap pakai. Untuk

itu sangat dibutuhkan suatu sarana sebagai tempat perawatan

peralatan (spare part), agar perawatan terhadap peralatan atau

mesin-mesin yang digunakan dapat dilakukan secara rutin baik itu

dalam jenis perawatan yang ringan maupun pergantiaan suku

cadangnya.
2. 1. 4Sumber Air
Air merupakan sumber sarana yang sangat vital bagi sebuah

proyek yang melibatkan banyak tenaga kerja. Disamping air

digunakan sebagai kebutuhan sehari-hari, air juga dipakai dalam

kegiatan penambangan yang didapat dari air tanah dengan

melakukan pemboran.
2. 1. 5Infrastruktur Lainnya
Yang dimaksud dengan infrastruktur lain disini adalah

infrastruktur yang dipakai untuk kepentingan umum dimana selain

digunakan oleh perusahaan juga dapat dipakai oleh masyarakat

setempat sehingga mempunyai dampak yang positif terhadap

kehidupan masyarakat sekitar. Infrastruktur lainnya meliputi saran

olahraga, saran tempat peribadatan, poliklinik, power house, dan pos

keamanan.

7
2. 2 Kecelakaan Kerja yang Terjadi Terhadap Infrasturktur

Tambang

Menurut Direktur Teknik MIGAS selaku Kepala Inspeksi Tambang

MIGAS mendefinisikan Kecelakaan Kerja Tambang adalah setiap kecelakaan

yang menimpa pekerja tambang, pada waktu melakukan pekerjaannya di

tempat kerja pada pada WKP nya yang mengakibatkan pekerja kehilangan

kesadaran, memerlukan perawatan medis, mengalami luka-luka, kehilangan

anggota badan, atau kematian. Pekerjaan tambang adalah semua kegiatan

yang dilakukan sehubungan dengan tugas atau kepentingan perusahaan

termasuk kegiatan insidentil, kegiatan sukarela dan kegiatan lain yang

dilakukan atas perintah/izin perusahaan.

2.2.1 Ledakan

Ledakan dapat terjadi jika ada 5 syarat yang terpenuhi, yakni ada

panas (heat), bahan bakar (fuel), udara (oxygen), ruang terisolasi

(confinement), dan ada tahanan (suspension). Ledakan dpaat menimbulkan

tekanan udara yang sangat tinggi disertai nyala api. Setelah itu diikuti

dengan kepulan asap yang berwarna hitam.

2.2.2 Kebakaran
Secara umum kebakaran dapat terjadi bila dipenuhi tiga unsur

pemicu kebakaran itu, yakni adanya api, oksigen dan bahan bakar (triangle

fire). Kebakaran merupakan akumulasi dari gas-gas yang mengalami suatu

getaran hebat, yang diakibatkan berbagai hal, seperti gerakan roda-roda

mesin, tiupan angin pada kompresor, dan lain-lain sehingga gas terangkat

8
ke udara (beterbangan) dan kemudian membentuk awan gas dalam kondisi

batas ledak (explosive limit) dan ketika ada sulutan api, maka akan terjadi

ledakan yang disusul dengan kebakaran.

2. 3 Faktor-Faktor Penyebab Kecelakaan Kerja


2.3.1 Faktor Teknis
a. Tempat Kerja
Tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja,

seperti ukuran ruangan tempat kerja, penerangan, ventilasi udara,

suhu tempat kerja, lantai dan kebersihan luangan, kelistrikan ruang,

pewarnaan, gudang dan lain sebagainya.Jika tempat kerja tidak

memenuhi persyaratan yang telah ditentukan, maka kecelakaan

kerja sangat mungkin terjadi.


b. Kondisi Peralatan
Mesin-mesin dan peralatan kerja pada dasarnya mengandung

bahaya dan menjadi sumber terjadinya kecelakaan kerja. Misalnya

karena mesin atau peralatan yang berputar, bergerak, bergesekan,

bergerak bolak-balik, belt atau sabuk yang berjalan, roda gigi yang

bergerak, transmisi serta peralatan lainnya. Oleh karena itu, mesin

dan perlatan yang potensial menyebabkan kecelakaan kerja harus

diberi pelindung agar tidak membahayakan operator atau manusia.


c. Bahan-Bahan dan Peralatan yang Bergerak
Pemindahan barang-barang yang berat atau yang berbahaya

(mudah meledak, pelumas, dan lainnya) dari satu tempat ke tempat

yang lain sangat memungkinkan terjadi kecelakaan kerja. Untuk

menghindari kecelakaan kerja tersebut, perlu dilakukan pemikiran

dan perhitungan yang matang, baik metode memindahkannya, alat

yang digunakan, jalur yang akan di lalui, siapa yang bisa

memindahkan dan lain sebagainya. Untuk bahan dan peralatan yang

berat diperlukan alat bantu seperti forklift. Orang yang akan

mengoperasikan alat bantu ini harus mengerti benar cara

9
menggunakan forklift, karena jika tidak, kemungkinan akan timbul

kesalahan dan mengancam keselamatan lingkungan maupun tenaga

kerja lainnya.
d. Alat
Kondisi suatu peralatan baik itu umur maupun kualitas sangat

mempengaruhi terjadinya kecelakaan kerja. Alat-alat yang sudah tua

kemungkinan rusak itu ada. Apabila alat itu sudah rusak, tentu saja

dapat mengakibatkan kecelakaan.Melakukan peremajaan pada alat-

alat yang sudah tua dan melakukan kualitas kontrol pada alat-alat

yang ada di tempat kerja.

2.3.2 Faktor Non Teknis


a. Bekerja tanpa Alat Keselamatan
Pekerjaan tertentu, mengharuskan pekerja menggunakan

peralatan keselamatan kerja. Peralatan keselamatan kerja dirancang

untuk melindungi pekerja dari bahaya yang diakibatkan dari

pekerjaan yang baru dilaksanakan. Dengan berkembangnya

teknologi, saat ini telah dibuat peralatan keselamatan yang nyaman

dan aman ketika digunakan.Perlatan keselamatan tersebut

diantaranya pakaian kerja (wearpack), helm pengaman, kacamata,

kacamata las, sarung tangan, sepatu kerja, masker penutup debu,

penutup telinga dari kebisingan, tali pengaman untuk pekerja di

ketinggian dan sebaginya. Terkadang orang yang sudah merasa

mahir justru tidak menggunakan peralatan keselamatan, misal

dalam mengelas tidak menggunakan topeng las. Hal ini sangatlah

salah, pekerja yang mahir dan profesional justru selalu

menggunakan peralatan keselamatan kerja untuk menjaga kualitas

pekerjaan yang terbaik serta keselamatan dan kesehatan dirinya

selama bekerja

b. Kurangnya Kemampuan dan Keterampilan

10
Tingkat pendidikan teknisi otomotif sangat dibutuhkan untuk

proses produksi dan proses maintenance atau perawatan. Orang

yang memiliki kemampuan tinggi biasanya akan bekerja dengan

lebih baik serta memperhatikan faktor keslamatan kerja pada

pekerjannya. Oleh sebab itu, untuk selalu mengasah kemampuan

akan menjadi lebih baik. Setelah kemampuan pengetahuan teknisi

baik, maka diperlukan latihan secara terus-menerus.Hal ini untuk

lebih selalu mengembangkan ketrampilan gunasemakin

meminimalkan kesalahan dalam bekerja dan mengurangi angka

kecelakaan kerja. Di dunia keteknikan, kegiatan latihan ini sering

disebut dengan training.

2. 4 Pencegahan Kecelakaan Kerja

Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada wilayah tambang,

terutama dalam bentuk ledakan gas dan kebakaran perlu dilakukan

tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan dan kebakaran ini

harus dilakukan oleh segenap pihak yang terkait dengan pekerjaan pada

wilayah tambang tersebut. Beberapa hal yang perlu dipelajari dalam rangka

pencegahan ledakan dan kebakaran adalah:

Pengetahuan dasar-dasar terjadinya ledakan, membahas:

Gas-gas yang mudah terbakar/meledak

Karakteristik gas

Sumber pemicu kebakaran/ledakan

Metoda eliminasi penyebab ledakan, antara lain:

11
Pengukuran konsentrasi gas

Pengontrolan sistem ventilasi tambang

Pengaliran gas (gas drainage)

Penggunaan alat ukur gas

Penyiraman air (sprinkling water)

Pengontrolan sumber-sumber api penyebab kebakaran dan ledakan

Teknik pencegahan ledakan tambang

Penyiraman air (water sprinkling)

Penaburan debu batu (rock dusting)

Pemakaian alat-alat pencegahan standar.

Fasilitas pencegahan penyebaran kebakaran dan ledakan, antara lain:

Lokalisasi penambangan dengan penebaran debu batuan

Pengaliran air ke lokasi potensi kebakaran atau ledakan

Penebaran debu batuan agak lebih tebal pada lokasi rawan

Tindakan pencegahan kerusakan akibat kebakaran dan ledakan:

Pemisahan rute (jalur) ventilasi

Evakuasi, proteksi diri, sistemperingatandini, dan

penyelamatansecara tim.

12
Sesungguhnya kebakaran tambang dan ledakan gas tidak akan terjadi jika

sistem sirkulasi udara di wilayah penambangan itu cukup baik

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infrastruktur-infrastruktur yang ada di lingkungan tambang adalah:
1. Jalan rintasan
2. Penerangan
3. Bangunan (kantor, pusat perawatan alat, dan lain-lain)
4. Sumber air
5. Infrastruktur lainnya (klinik, cafetaria, wisma, tempat peribadatan,

dan lain-lain)
Kecelakaan-kecelakaan kerja yang terjadi pada infrastruktur di

lngkungan tambang:
1. Ledakan
2. Kebakaran
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja:
1. Faktor Teknis
a. Tempat kerja
b. Kondisi alat
c. Peralatan yang bergerak
2. Faktos Non Teknis
a. Bekerja tanpa alat keselamatan
b. Kurangnya kemampuan dan keterampilan
Cara pencegahan terhadap kecelakaan kerja:

Guna menghindari berbagai kecelakaan kerja pada wilayah

tambang, terutama dalam bentuk ledakan gas dan kebakaran perlu

dilakukan tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan ledakan dan

kebakaran ini harus dilakukan oleh segenap pihak yang terkait dengan

pekerjaan pada wilayah tambang tersebut. Sesungguhnya kebakaran

tambang dan ledakan gas tidak akan terjadi jika sistem sirkulasi udara

di wilayah penambangan itu cukup baik.

13
3.2 Saran
Semoga penulis dapat mempertahankan dan meningkatkan kinerja

kedepannya dalam menyelesaikan tugas-tugas mata kuliah yang telah

diberikan oleh dosen-dosen pembimbing. Dan semoga pembaca dapat

mengambil berkah dari apa yang telah ditulis oleh penulis dan bijak dalam

menanggapinya.

14

Anda mungkin juga menyukai