Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN TUTORIAL BLOK 7.

2
SKENARIO I

Tutor : dr. Wahyu Indah Dewi Aurora


Anggota Kelompok 8

M. Yudhi Surya Chandra G1A13137


Ali Subekti G1A13138
Agustina Br Pakpahan G1A113139
Yamin Shabira Wityaningsih G1A113140
Loli Melatina Putri G1A113141
Diah Media Rizki G1A113142
Fitrah Nurfauziah G1A11143
Zaujah Nurhanni Zulaisa G1A113144
M. Galihka Ayatullah G1A113145
G1A113088

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN


FAKULATAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
Skenario
Dokter Noni Menuju Dokter Teladan
Dokter Noni adalah dokter yang baru saja diangkat menjadi kepala puskesmas dalam
kabupaten/kota X. sebagai dokter yang mempelajari ilmu kedokteran komunitas, dia ingin
memajukan puskesmasnya dengan menerapkan fungsi-fungsi manajemen pelayanan kesehatan.
Dengan gaya kepemimpinannya menjalankan Sistem Kesehatan Nasional dan standar pelayanan
minimal. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dan mengatas masalah gizi masyarakat.
Untuk meningkatkan cakupan programnya, dokter noni juga menggiatkan program promosi dan
perilaku kesehatan. Dokter noni sedang berupaya menerapkan ilmu epidemiologinya dan
surveilence nya dalam mengatasi masalah kesehatan di wilayah kerjanya termasuk bencana
kabutasap yang juga mengganggu kesehatan matra. Pada sore hari dokter noni juga membuka
praktek dokter keluarga sebagai bentuk kewirausahawan yang bermitra dengan asuransi
kesehatan BPJS. Di prakteknya, selain memberikan resep obat konvensional, beliau juga
memberikan pelayanan kesehatan tradisional, alternative dan komplementer.

Klarifikasi Istilah
1. Puskesmas : Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari dinkes kabupaten/kota yang bertanggung
jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu/sebagian wilayah kecamatan1
2. Manajemen : Suatu proses yang dilakukan oleh satu orang/lebih untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain guna mencapai hasil (tujuan) yang
tidak dapat dicapai oleh satu orang saja.2
3. Pelayanan Kesehatan : Upaya yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat
mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan
dalam satu sistem.3
4. Sistem Kesehatan Nasional : Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin
terccapainya derajat kesehatan setinggi-tingginya.3
5. Standar Pelayanan Minimal : Suatu standar dengan batas tertentu untuk mengukur
kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan pelayanan
dasar kepada masyarakat.4
6. Promosi Kesehatan : Proses penyadaran atau peningkatan pengetahuan masyarakat
tentang kesehatan dan upaya- upaya memfasilitasi perubahan dibidang kesehatan.5
7. Kepemimpinan : Sikap dari seorang individu yang memimpin berbagai kegiatan dari
suatu kelompok menuju suatu tujuan yang ignin dicapai bersama-sama5
8. Epidemiologi : Ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit, serta
upaya pengendalian penyakit tersebut.6,7,8
9. Kesehatan Matra : Upaya kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan diri terhadap lingkungan
yang serba berubah secara bermakna, baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.9
10. Dokter Keluarga : Dokter yang memperoleh pendidikan lanjutan khusus untuk
menerapkan prinsip kedokteran keluarga , dengan cakupan ilmu dan keterampilan yang
lebih luas dan lebih dalam sebagai dokter pelayanan kesehatan strata pertama (dokter
layanan primer).10
11.BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan yang selanjutnya disingkat BPJS
Kesehatan adalah badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
Jaminan Kesehatan.11
12. Asuransi Kesehatan : Jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya
dibayar oleh pemerintah.12
13. Obat Konvensional : Bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat.13
14. Pengobatan Tradisional : Pengobatan atau perawatan yang mengacu pada pengalaman
dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dilakukan sesuai dengan norma
yang berlaku di masyarakat.13
15. Pengobatan Alternatif : Pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat meliputi upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan
dan efektifitas yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik tapi belum diterima
dalam kedokteran konvensional.13
16. Pengobatan Komplementer : metode penyembuhan yang caranya berbeda dari
pengobatan konvensional di dunia kedokteran, yang mengandalkan obat kimia dan
operasi, yangdapat dilakukan oleh tenaga kesehatan.13

Identifikasi Masalah
1. Apa visi, misi, tujuan dan fungsi puskesmas ?
2. Jelaskan sustur dari sistem puskesmas dan fungsinya ?
3. Bagaimana upaya kesehatan di puskesmas ?
4. Apa saja tipe-tipe puskesmas ?
5. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan puskesmas ?
6. Bagaimana pelaksanaan sistem kesehatan nasional ?
7. Tujuan landasan dari sistem kesehatan nasional ?
8. Apa fungsi, tujuan, prinsip dasar dari standar pelayanan minimal ?
9. Apa tujuan, visi, misi, dan ruang lingkup promkes ?
10. Apa bentuk promkes dan strategi sasarannya ?
11. Apa saja contoh upaya perubahan perilaku kesehatan ?
12. Apa karakteristik dan ruang lingkup epidemiologi ?
13. Apa peranan, tujuan, dan jenis-jenis epidemiologi kesehatan ?
14. Apa saja yang termasuk kedalam unsure-unsur epidemiologi ?
15. Apa saja kegiatan dari surveilence epidemiologi ?
16. Apa saja jenis-jenis dan manfaat kesehatan matra ?
17. Bagaimana tujuan penerapan dan ruang lingkup kesehatan matra ?
18. Bagaimana bentuk, konsep dan karakteristik pelayanan doga ?
19. Apa saja ruang lingkup praktik doga ?
20. Bagaimana pembiayaan dalam praktik doga ?
21. Apa saja yang termasuk kedalam standar layanan dokter keluarga ?
22. Apa saja dasar hokum yang mengatur dokter keluarga ?
23. Apa perbedaan pelayanan dokter keluarga dan pelayanan dokter umum ?
24. Apa saja yang termasuk anggota BPJS?
25. Bagaimana penjelasan tentang BPJS?
26. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh fasilitas kesehatan tingkat 1 ?
27. Apa saja yang dimaksud ilmu kedoteran konvensional, komplementer, alternative ?
28. Apa saja jenis-jenis pengobatan tradisional ?
29. Jelaskan apa yang dimaksud dengan kedokteran komunitas !
30. Jelaskan apa saja jenis gaya kepemimpinan !
31. Jelaskan tentang gizi masyarakat !
32. Jelaskan tentang KLB !
Analisis Masalah

1. Apa visi, misi, tujuan dan fungsi puskesmas?5,14

Visi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran
masayarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan,
yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan berperilaku sehat, memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni:
a. Lingkungan sehat
b. Perilaku sehat
c. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
d. Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus mengacu pada visi pembangunan
kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat

Misi
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.
Misi tersebut adalah:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakkan pembngunan sektor lain yang diselenggarakan di
wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek kesehatan, yaitu pembangunan yang tidak
menimbulkan dampak negative terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan
dan prilaku masyarakat.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat yang bertempat
tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang kesehatan, melalui peningkatan
pengetahuan dan kemampuan, menuju kemandirian untuk hidup sehat.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan pemerataan pelayanan
kesehatan serta meningkatkan efisiensi pengelolaan dana, sehingga dapat dijangkau oleh
seluruh anggota masyarakat.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit, serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga dan
masyarakat yang berkunjung dan yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa
diskriminasi dan dengan penerapan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan sesuai. Upaya
pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas mencakup pula aspek
lingkungan dari yang bersangkutan.

Tujuan
Pasal 4 Permenkes No. 75 Th 2014
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung terwujudnya
kecamatan sehat.

Fungsi
Pasal 5 Permenkes No. 75 Th 2014
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Puskesmas
menyelenggarakan fungsi: a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya; dan
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.

2. Jelaskan struktur dari sistem puskesmas beserta tugasnya!5


Berdasarkan Permenkes No. 75 Th 2014 BAB VI tentang Penyelenggaraan Bagian Kesatu
tentang Kedudukan dan Organisasi dalam Pasal 33 dijelaskan tentang struktur organisasi
Puskesmas, yaitu:
(1) Puskesmas dipimpin oleh seorang Kepala Puskesmas.
(2) Kepala Puskesmas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan seorang Tenaga
Kesehatan dengan kriteria sebagai berikut:
a. tingkat pendidikan paling rendah sarjana dan memiliki kompetensi manajemen
kesehatan masyarakat;
b. masa kerja di Puskesmas minimal 2 (dua) tahun; dan
c. telah mengikuti pelatihan manajemen Puskesmas.
(3) Kepala Puskesmas bertanggungjawab atas seluruh kegiatan di Puskesmas.
(4) Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3), Kepala
Puskesmas merencanakan dan mengusulkan kebutuhan sumber daya Puskesmas kepada
dinas kesehatan kabupaten/kota.
(5) Dalam hal di Puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil tidak tersedia seorang
tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, maka Kepala Puskesmas
merupakan tenaga kesehatan dengan tingkat pendidikan paling rendah diploma tiga.

3. Bagaimana upaya kesehatan di puskesmas?5

Berdasarkan Permenkes No. 75 Th 2014 BAB VI tentang Penyelenggaraan pada Bagian


Kedua dijelaskan tentang Upaya Kesehatan yang secara detail dijabarkan dalam pasal-pasal,
yaitu:
Pasal 35
(1) Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya
kesehatan perseorangan tingkat pertama.
(2) Upaya kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara terintegrasi
dan berkesinambungan.
Pasal 36
(1) Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan.
(2) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. pelayanan promosi kesehatan;
b. pelayanan kesehatan lingkungan;
c. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
d. pelayanan gizi; dan
e. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
(3) Upaya kesehatan masyarakat esensial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan
minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.
(4) Upaya kesehatan masyarakat pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang sifatnya
inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan
prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia
di masing-masing Puskesmas.
(5) Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dapat dilakukan oleh Puskesmas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 37
(1) Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
dilaksanakan dalam bentuk:
a. rawat jalan;
b. pelayanan gawat darurat;
c. pelayanan satu hari (one day care);
d. home care; dan/atau
e. rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
(2) Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan.
Pasal 38
Untuk melaksanakan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, Pasal 36, dan
Pasal 37, Puskesmas harus menyelenggarakan:
a. manajemen Puskesmas;
b. pelayanan kefarmasian;
c. pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat; dan
d. pelayanan laboratorium

4. Apa saja tipe-tipe puskesmas?15

Berdasarkan wilayah kerja


1. Puskesmas kecamatan (puskesmas pembina)
2. Puskesmas kelurahan/desa (puskesmas pembantu)
3. Puskesmas keliling (dalam unit ambulans dan perahu)

Berdasarkan kemampuan penyelenggaraan terbagi menjadi:


1. Puskesmas rawat inap
adalah puskesmas yang diberi tambahan sumber daya untuk menyelenggarakan pelayanan
rawat inap, sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan.
2. Puskesmas non rawat inap
adalah puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap, kecuali
pertolongan persalinan normal.

5. Bagaimana manajemen pelayanan kesehatan puskesmas?16

Berdasarkan Permenkes No. 44 Th 2016 BAB VI tentang Pedoman Manajemen Puskesmas,


yaitu:
Pasal 1
Pedoman manajemen Puskesmas harus menjadi acuan bagi:
a. Puskesmas dalam:
1) menyusun rencana 5 (lima) tahunan yang kemudian dirinci kedalam rencana tahunan;
2) menggerakan pelaksanaan upaya kesehatan secara efesien dan efektif;
3) melaksanakan pengawasan, pengendalian dan penilaian kinerja Puskesmas;
4) mengelola sumber daya secara efisien dan efektif; dan
5) menerapkan pola kepemimpinan yang tepat dalam menggerakkan, memotivasi, dan
membangun budaya kerja yang baik serta bertanggung jawab untuk meningkatkan mutu
dan kinerjanya.
b. Dinas kesehatan kabupaten/kota dalam melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis
manajemen Puskesmas.
Pasal 2
Ruang lingkup Pedoman Manajemen Puskesmas meliputi:
a. perencanaan;
b. penggerakkan dan pelaksanaan;
c. pengawasan, pengendalian, dan penilaian kinerja; dan
d. dukungan dinas kesehatan kabupaten/kota dalam manajemen Puskesmas.
Pasal 3
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pedoman Manajemen Puskesmas sebagaimana tercantum
dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 4
(1) Pembinaan dan pengawasan dalam pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai
tugas dan fungsi masing-masing.
(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diarahkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dan kinerja Puskesmas yang berkualitas secara
optimal.
Pasal 5
Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal diundangkan.
6. Bagaimana pelaksanaan SKN ?3
Proses Penyelenggaraan SKN
Penyelenggaraan SKN menerapkan pendekatan kesisteman yang meliputi masukan,
proses, luaran, dan lingkungan serta keterkaitannya satu sama lain, sebagai berikut:
a. Masukan dalam SKN meliputi subsistem sumber daya manusia, subsistem
pembiayaan kesehatan, dan subsistem sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan;
b. Proses dalam SKN meliputi subsistem upaya kesehatan, subsistem penelitian dan
pengembangan kesehatan, subsistem pemberdayaan masyarakat, dan subsistem
manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan;
c. Keluaran dari SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan yang berhasil
guna dan berdaya guna, bermutu, merata, dan berkeadilan;
d. Lingkungan SKN meliputi berbagai keadaan yang menyangkut ideologi, politik,
ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan
baik nasional, regional maupun global, dan tingkat fisik/alam yang berdampak
terhadap pembangunan kesehatan. Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Wawasan Nusantara, dan Ketahanan Nasional
merupakan landasan bagi penyelenggaraan SKN.
Penyelenggaraan SKN memerlukan penerapan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi, dan sinergisme yang dinamis, baik antar pelaku, antar subsistem SKN,
maupun dengan sistem serta subsistem lain di luar SKN.
Pengelolaan kesehatan mencakup kegiatan perencanaan, pengaturan, pembinaan
dan pengawasan serta penilaian penyelenggaraan upaya kesehatan dan sumber dayanya
secara sistematis, berjenjang, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan dengan
memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Tahun 2005-
2025 (RPJP-K).
Penyelenggaraan SKN dilaksanakan secara bertahap, sebagai berikut:
1. Penetapan SKN;
Untuk memperoleh kepastian hukum yang mengikat semua pihak, SKN perlu
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berbagai materi
SKN yang terpilih dapat digunakan untuk penyusunan dan penetapan peraturan
perundang-undangan pada tingkat kebijakan strategis, kebijakan manajerial, dan
kebijakan teknis operasional.\
Sosialisasi dan advokasi SKN;
SKN perlu disosialisasikan dan diadvokasikan ke seluruh pelaku pembangunan
kesehatan dan seluruh pemangku kepentingan kesehatan untuk memperoleh
komitmen dan dukungan dari semua pihak. Sasaran sosialisasi dan advokasi
SKN adalah semua penentu kebijakan, baik di pusat maupun daerah, baik di
sektor publik maupun di sektor swasta
Fasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah.
Fasilitasi Pengembangan Kebijakan Kesehatan di Daerah. Dalam
pembangunan kesehatan di daerah perlu dikembangkan kebijakan kesehatan,
seperti: Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJP-D), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM-D), Rencana Strategis Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) yang penyelenggaraannya
disesuaikan dengan kondisi, dinamika, dan masalah spesifik daerah dalam
kerangka SKN.
Pemerintah memfasilitasi pengembangan kebijakan kesehatan di daerah,
memfasilitasi pengukuhannya dalam bentuk peraturan perundang-undangan
daerah, serta memfasilitasi sosialisasi dan advokasi penyelenggaraan
pembangunan kesehatan di daerah sesuai kebutuhan.
Dalam pelaksanaan desentralisasi pembangunan kesehatan perlu adanya
registrasi sumber daya, registrasi komoditi, standar pelayanan, sinergi
pelaksanaan kegiatan dan adanya pencatatan serta pelaporan yang dilaksanakan
secara tertib.
Penyelenggaraan SKN dalam kaitannya dengan pengembangan kebijakan
kesehatan di daerah dilakukan dengan berbagai kegiatan, yaitu:
a. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah
diwujudkan dalam kerangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan, baik
secara nasional maupun dalam lingkup daerah;
b. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah
diselenggarakan melalui penataan ulang ketujuh subsistemnya secara
bertahap, sistematis, terpadu, dan berkelanjutan;
c. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan di daerah
didukung dengan penyusunan kebijakan, standar, dan pedoman dalam bentuk
berbagai peraturan perundang-undangan;
d. Penyelenggaraan SKN, termasuk pengembangan kebijakan kesehatan di
daerah diselenggarakan sesuai dengan asas desentralisasi yang bertanggung
jawab, demokratisasi, dan good governance dalam kerangka Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI).
Dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan global, regional, nasional,
dan lokal yang dinamis dan cepat berubah, maka dilakukan pengendalian dan
penilaian SKN sebagai berikut:
a. Pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah
bertujuan untuk memantau dan menilai keberhasilan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan berdasarkan sistem kesehatan yang berlaku;
b. Pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah
diselenggarakan secara berjenjang dan berkelanjutan dengan menggunakan
tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan, baik tingkat nasional
maupun tingkat daerah;
c. Pengendalian dan penilaian SKN termasuk kebijakan kesehatan di daerah
perlu didukung dengan pengembangan sistem monitoring dan evaluasi di
tingkat nasional dan daerah secara terpadu.
Tata Cara Penyelenggaraan SKN
1. Penyelenggaraan SKN harus memperhatikan semua peraturanperundang-
undangan yang berlaku.
2. Dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan di daerah
perlumemperhatikan SKN dan peraturan daerah setempat.
3. Secara operasional, semua peraturan perundang-undangan yangberkaitan
harus dilaksanakan secara konsisten dengan tatapemerintahan yang baik
(good governance).
4. Unsur dari tata pemerintahan yang baik, meliputi partisipatif,berorientasi
pada konsensus, efektif, efisien, inklusif, transparan, danmengikuti kaidah
hukum yang berlaku.
5. Untuk menjaga kepentingan rakyat, penyelenggaraan SKNmemerlukan
peran regulasi dari pemerintah sesuai dengantingkatannya (pusat, provinsi,
kabupaten/kota).
6. Tata pemerintahan yang baik disertai regulasi pada ketujuh subsistemSKN
merupakan langkah menuju kesinambungan pelaksanaan sistemkesehatan.
7. Selain tata pemerintahan yang baik, pemerintah juga harus secarakonsisten
dan konsekuen mengawasi kepatuhan hukum masyarakat,swasta, dan
organisasi bukan pemerintah lainnya.
8. Pelaku pelanggaran peraturan perundang-undangan harus ditindak secara
tegas.
9. Dalam penyelenggaraan SKN perlu kejelasan dan ketegasan
tentangpelimpahan urusan pemerintahan di bidang kesehatan
sampaikabupaten/kota, termasuk sumber daya manusia
yangmelaksanakannya. Untuk itu, pengaturan lebih lanjutnya
perludikoordinasikan dengan Kementerian Dalam Negeri.
10. Masyarakat madani dan seluruh sektor terkait perlu secara jelas dantegas
diberi peran dalam pelaksanaan berbagai subsistem SKN.
11. Pemerintah daerah, dalam konteks desentralisasi perlu jelas dan tegasdalam
memberikan arahan untuk pembangunan kesehatan didaerahnya.

7. Apa tujuan dan landasan SKN ?3


Tujuan Sistim Kesehatan Nasional (SKN)
Tujuan SKN adalah terselenggaranya pembangunan kesehatan oleh semua potensi bangsa, baik
masyarakat, swasta, maupun pemerintah secara sinergis, berhasil guna dan berdayaguna, sehingga
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
Landasan Sistim Kesehatan Nasional (SKN)
1. Landasan Idiil, yaitu Pancasila
2. Landasan Konstitusional, yaitu UUD 1945, khususnya:
Pasal 28 A, setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya;
Pasal 28 H ayat (1), setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan dan ayat (3), setiap orang berhak atas jaminan
sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang
bermartabat;
Pasal 34 ayat (2), Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat kemanusiaan dan ayat (3), Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak;
Pasal 28 B ayat (2), setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
berkembang;
Pasal 28 C ayat (1), setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya
dan demi kesejahteraan umat manusia.
3. Landasan Operasional, meliputi seluruh ketentuanperaturanperundangan yang
berkaitandenganpenyelenggaraan SKN danpembangunankesehatan.
Beberapaperaturanperundangantersebutterdapatdalam Lampiran-1 dari RPJP-K
Tahun 2005-2025.

8. Apa fungsi, tujuan, dan prinsip dasar dari standar pelayanan minimal ?17
Fungsi Standar Pelayanan Minimal
a. Hak masyarakat untuk menerima suatu pelayanan dasar dari Pemerintah Daerah
menjadi lebih terjamin dengan mutu tertentu
b. Sebagai landasan untuk menentukan perimbangan keuangan yang lebih merata dan
transparan
c. Menentukan total anggaran yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan
dasar
d. Mempermudah terselenggaranya sistem manajemen penganggaran berbasis kinerja.
Tujuan Standar Pelayanan Minimal
Panduan ini bertujuan untuk memberikan kemudahan dan kesamaan visi kepada
pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota dalam melaksanakan perencanaan,pelaksanaan dan
pengendalian, serta pengawasan danpertanggung jawaban penyelenggaraan standar pelayanan minimal
bidang kesehatan di Kabupaten/Kota.Adapun sasaran dari panduan ini adalah tersusunnya
perencanaan pembiayaan SPM bidang kesehatan oleh pemerintah Daerah Kab/Kota
dalam rangka pencapaian secara bertahap SPM Bidang kesehatan di daerahnya.
Prinsip Dasar Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Dalam menyusun dan menetapkan SPM, Menteri/Pimpinan Lembaga Pemerintah Non-
Departemen memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. konsensus, yaitu disepakati bersama oleh komponen-komponen atau unit-unit
kerjayang ada pada departemen/Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang
bersangkutan;
b. sederhana, yaitu mudah dimengerti dan dipahami;
c. nyata, yaitu memiliki dimensi ruang dan waktu serta persyaratan atau prosedur
teknis;
d. terukur, yaitu dapat dihitung atau dianalisa;
e. terbuka, yaitu dapat diakses oleh seluruh warga atau lapisan masyarakat;
f. terjangkau, yaitu dapat dicapai bersama SPM jenis-jenis pelayanan dasar lainnya
dengan menggunakan sumber-sumber daya dan dana yang tersedia;
g. akuntabel, yaitu dapat dipertanggungjawabkan kepada publik; dan
h. bertahap, yaitu mengikuti perkembangan kebutuhan dan kemampuan
keuangan,kelembagaan, dan personil dalam pencapaian SPM.
SPM Bidang Kesehatan disusun dengan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Diterapkan pada urusan wajib. Oleh karena itu SPM merupakan bagian integral dari
pembangunan kesehatan yang berkesinambungan, menyeluruh, terpadu sesuai
rencana pembangunan jangka menengah nasional.
b. Diberlakukan untuk seluruh daerah kabupaten dan daerah kota. SPM harus mampu
memberikan pelayanan kepada publik tanpa kecuali (tidak hanya masyarakat miskin),
dalam bentuk, jenis, tingkat dan mutu pelayanan yang esensial dan sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.
c. Menjamin akses masyarakat mendapat pelayanan dasar tanpa mengorbankan mutu
dan mempuyai dampak luas pada masyarakat (Positive Health Ekstenality).
d. Merupakan indikator kinerja buan standar teknis, dikelola dengan manajerial
professionnal sehingga tercapai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumberdaya.
e. Bersifat dinamis.
f. Ditetapkan dalam ranka penyelenggaraan pelayanan dasar.

9. Apa tujuan, visi, misi dan ruang lingkup promosi kesehatan ?18,19
Tujuan Promkes
a. Tersosialisasinnya program-program kesehatan
b. Terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya bersih dan sehat
c. Tumbuhnya gerakan hidup sehat di masyarakat
d. Menuju terwujudnya kabupaten/kota sehat, provinsi sehat dan Indonesia sehat
Visi Promkes
Visi Promosi Kesehatan adalah: PHBS 2010, yang mengindikasikan tentang
terwujudnya masyarakat Indonesia baru yang berbudaya sehat. Visi tersebut adalah
benar-benar visioner, menunjukkan arah, harapan yang berbau impian, tetapi bukannya
tidak mungkin untuk dicapai. Visi tersebut juga menunjukkan dinamika atau gerak maju
dari suasana lama (yang ingin diperbaiki) ke suasana baru (yang ingin dicapai). Visi
tersebut juga menunjukkan bahwa bidang garapan Promosi kesehatan adalah aspek
budaya (kultur), yang menjanjikan perubahan dari dalam diri manusia dalam interaksinya
dengan lingkungannya dan karenanya bersifat lebih lestari.
Misi Promkes
Misi Promosi Kesehatan yang ditetapkan adalah: (1) Memberdayakan individu,
keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat; (2) Membina suasana atau lingkungan yang
kondusif bagi terciptanya phbs di masyarakat; (3) Melakukan advokasi kepada para
pengambil keputusan dan penentu kebijakan. Misi tersebut telah menjelaskan tentang apa
yang harus dan perlu dilakukan oleh Promosi Kesehatan dalam mencapai visinya. Misi
tersebut juga menjelaskan fokus upaya dan kegiatan yang perlu dilakukan. Dari misi
tersebut jelas bahwa berbagai kegiatan harus dilakukan serempak.
Ruang Lingkup Promkes
1. Integrasi Promosi Kesehatan dalam Program Kesehatan Ibu dan Anak yang
difokuskan pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
2. Integrasi Promosi Kesehatan dalam Program Gizi Masyarakat yang difokuskan pada
balita diberi ASI Eksklusif.
3. Integrasi Promosi Kesehatan dalam Program Lingkungan Sehat yang difokuskan pada
kemudahan akses terhadap air bersih dan jamban secara berkesinambungan, lantai
rumah bukan dari tanah (kedap air), kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni
rumah.
4. Integrasi Promosi Kesehatan dalam program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan yang
difokuskakn pada kepesertaan masyarakat dalam jaminan pemeliharaan kesehatan.
5. Integrasi Promosi Kesehatan dalam Program pencegahan dan Penanggulangan
Penyakit Tidak Menular yang difokuskan pada konsumsi buah dan sayur, melakukan
aktivitas fisik dan tidak merokok.

10. Apa bentuk dari promosi kesehatan beserta strategi sasarannya ?18,20
Bentuk promosi kesehatan
a. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
b. Dinamika Kelompok
c. Pengorganisasian masyarakat
d. Pengembangan kesehatan masyarakat desa (PKMD)
e. Pendidikan/pelatihan
Strategi dan sasaran promosi kesehatan
Strategi Promosi Kesehatan yang selama ini dikenal adalah ABG, yaitu: Advokasi,
Bina Suasana dan Gerakan Pemberdayaan Masyarakat. Ketiga strategi tersebut dengan
jelas menunjukkan bagaimana cara menjalankan misi dalam rangka mencapai visi.
Strategi tersebut juga menunjukkan ketiga strata masyarakat yang perlu digarap, yaitu:
- Strata primer adalah masyarakat langsung perlu digerakkan peran aktifnya
melalui upaya gerakan atau pemberdayaan masyarakat (community development,
PKMD, Posyandu, Poskestren, Pos UKS, dll).
- Strata sekunder adalah para pembuat opini di masyarakat, perlu dibina atau diajak
bersama untuk menumbuhkan norma perilaku atau budaya baru agar diteladani
masyarakat. Ini dilakukan melalui media massa, media tradisonal, adat, atau
media apa saja sesuai dengan keadaan, masalah dan potensi setempat.
- strata tertier adalah para pembuat keputusan dan penentu kebijakan, yang perlu
dilakukan advokasi, melalui berbagai cara pendekatan sesuai keadaan, masalah
dan potensi yang ada. Ini dilakukan agar kebijakan yang dibuat berwawasan
sehat, yang memberikan dampak positif bagi kesehatan.

Sasaran Promkes adalah :


a. Perorangan/keluarga
b. Tatanan-tatanan lain (sekolah, tempat kerja, temppat umum, sarana kesehatan dll)
c. Organisasi kemasyarakatan/organisasi profesi/LSM
d. Petugas program/Institusi kesehatan
e. Lembaga pemerintah/lintas sektor/politisi/swasta
Berdasarklan pentahapan upaya promosi kesehatan, maka sasaran dibagi dalam tiga
kelompok sasaran, yaitu :
1. Sasaran Primer (primary target)
Sasaran umumnya adalah masyarakat yang dapat dikelompokkan menjadi, kepala
keluarga untuk masalah kesehatan umum, Ibu hamil dan menyusui anak untuk
masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) serta anak sekolah untuk kesehatan remaja
dan lain sebagianya. Sasaran promosi ini sejalan dengan strategi pemberdayaan
masyarakat (empowerment).
2. Sasaran Sekunder (secondary target)
Sasaran sekunder dalam promosi kesehatan adalah tokoh-tokoh masyarakat, tokoh
agama, tokoh adat, serta orang-orang yang memiliki kaitan serta berpengaruh penting
dalam kegiatan promosi kesehatan, dengan harapan setelah diberikan promosi
kesehatan maka masyarakat tersebut akan dapat kembali memberikan atau kembali
menyampaikan promosi kesehatan pada lingkungan masyarakat sekitarnya.
Tokoh masyarakat yang telah mendapatkan promosi kesehatan diharapkan pula agar
dapat menjadi model dalam perilaku hidup sehat untuk masyarakat sekitarnya.
3. Sasaran Tersier (tertiary target)
Adapun yang menjadi sasaran tersier dalam promosi kesehatan adalah pembuat
keputusan (decission maker) atau penentu kebijakan (policy maker). Hal ini
dilakukan dengan suatu harapan agar kebijakan-kebijakan atau keputusan yang
dikeluarkan oleh kelompok tersebut akan memiliki efek/dampak serta pengaruh bagi
sasaran sekunder maupun sasaran primer dan usaha ini sejalan dengan strategi
advokasi (advocacy).
11. Apa saja contoh upaya perubahan perilaku kesehatan ?21
Hal yang penting di dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan dan
perubahan perilaku. Karena perubahan perilaku merupakan tujuan dari pendidikan
kesehatan atau penyuluhan kesehatan sebagai penunjang program kesehatan lainnya.
Perubahan yang dimaksud bukan hanya sekedar convert behaviour tapi juga overt
behaviour.
Didalam program-program kesehatan, agar diperoleh perubahan perilaku yang sesuai
dengan norma-norma kesehatan diperlukan usaha-usaha yang konkrit dan positif. Beberapa
strategi untuk memperoleh perubahan perilaku bisa dikelompokkan menjadi tiga bagian :
a Menggunakan kekuatan/kekuasaan atau dorongan
Dalam hal ini perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran sehingga ia mau melakukan
perilaku yang diharapkan. Misalnya dengan peraturan-peraturan/ undang-undang yang
harus dipatuhi oleh masyarakat. Cara ini menyebabkan perubahan yang cepat akan tetapi
biasanya tidak berlangsung lama karena perubahan terjadi bukan berdasarkan kesadaran
sendiri. Sebagai contoh adanya perubahan di masyarakat untuk menata rumahnya dengan
membuat pagar rumah pada saat akan ada lomba desa tetapi begitu lomba/penilaian
selesai banyak pagar yang kurang terawat.
b Pemberian informasi
Adanya informasi tentang cara mencapai hidup sehat, pemeliharaan kesehatan, cara
menghindari penyakit dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat.
Selanjutnya, diharapkan pengetahuan tadi menimbulkan kesadaran masyarakat yang pada
akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai pengetahuan yang dimilikinya.
Perubahan semacam ini akan memakan waktu lama tapi perubahan yang dicapai akan
bersifat lebih langgeng.
c Diskusi Partisipatif
Cara ini merupakan pengembangan dari cara kedua dimana penyampaian informasi
kesehatan bukan hanya searah tetapi dilakukan secara partisipatif. Hal ini berarti bahwa
masyarakat bukan hanya penerima yang pasif tapi juga ikut aktif berpatisipasi di dalam
diskusi tentang informasi yang diterimanya. Cara ini memakan waktu yang lebih lama
dibanding cara kedua ataupun pertama akan tetapi pengetahuan kesehatan sebagai dasar
perilaku akan lebih mantap dan mendalam sehingga perilaku mereka juga akan lebih
mantap.
12. Apa saja ruang lingkup dan karakteristik epidemiologi ?22
a Karakteristik epidemiologi yaitu :
1) Membahas kelompok, bukan individu
2) Membandingkan antara kelompok yang satu dengan yang lainnya
3) Mempelajari kelompok yang memiliki kondisi tertentu dengan yang tidak ada kondisi
tertentu.
b Ruang lingkup epidemiologi :
1. Epidemiologi penyakit menular
2. Epidemiologi penyakit tidak menular
3. Epidemiologi kesehatan reproduksi
4. Epidemiologi perencanaan
5. Epidemiologi perilaku
6. Epidemiologi genetik
7. Epidemiologi gizi
8. Epidemiologi remaja
9. Epidemiologi demografi
10. Epidemiologi klinik
11. Epidemiologi kausalitas
12. Epidemiologi pelayanan kesehatan

13. Apa saja peran dan tujuan dan jenis ilmu epidemiologi ?6,7
a Perananan epidemiologi :
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yang utama yang sedang dihadapi masyarakat
2) Mengetahui faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya masalah kesehatan atau
penyakit dalam masyarakat
3) Menyediakan data yang diperlukan unntuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan
4) Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan
5) Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
6) Mengarahkan intervensi yang diperukan untuk menanggulangi masalah-masalah
yang perlu dipecahkan.

b Tujuan epidemiologi yaitu :


1 Tersedianya informasi tentang situasi, kecenderungan penyakit, dan faktor resiko,
serta masalah kesehatan masyarakat dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
sebagai bahan pengambilan keputusan
2 Terselenggaranya kewaspadaan dini terhadap kemungkinan terjadinya KLB/Wabah
dan dampaknya
3 Dasar penyampaian informasi kesehatan kepada pada pihak yang berkepentingan
sesuai dengan pertimbangan kesehatan.

c. Jenis epidemiologi
1. Epidemiologi Deskriptif
Mempelajari tentang frekuensi dan distribusi suatu masalah kesehatan dalam
masyarakat (who: Siapa, where; dimana, when: kapan)
2. Epidemiologi Analitis
Upaya epidemiologi utk menganalisis faktor-faktor (determinan) masalah kesehatan.
3. Epidemiologi Eksperimental
Upaya epidemiologi untuk menguji faktor kebenaran tentang penyakit dengan
percobaan atau eksperimen.

14. Apa saja yang termasuk unsur epidemiologi ?23,24


Unsur (komponen) epidemiologi menurut Azrul dan Notoatmojo adalah:
1) Frekuensi penyebaran penyakit
2) Penyebaran masalah kesehatan
3) Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya masalah kesehatan

15. Apa saja kegiatan dari survielence ?25


a Pengumpulan data Pencatatan insidensi terhadap population at risk.
Pencatatan insidensi berdasarkan laporan rumah sakit, puskesmas, dan sarana pelayanan
kesehatan lain, laporan petugas surveilans di lapangan, laporan masyarakat, dan petugas
kesehatan lain; Survei khusus; dan pencatatan jumlah populasi berisiko terhadap penyakit
yang sedang diamati. Tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara dan
pemeriksaan. Tujuan pengumpulan data adalah menentukan kelompok high risk;
Menentukan jenis dan karakteristik (penyebabnya); Menentukan reservoir; Transmisi;
Pencatatan kejadian penyakit; dan KLB.
b Pengelolaan data
Data yang diperoleh biasanya masih dalam bentuk data mentah (row data) yang masih
perlu disusun sedemikian rupa sehingga mudah dianalisis. Data yang terkumpul dapat
diolah dalam bentuk tabel, bentuk grafik maupun bentuk peta atau bentuk lainnya.
Kompilasi data tersebut harus dapat memberikan keterangan yang berarti.
c Analisis dan interpretasi data untuk keperluan kegiatan
Data yang telah disusun dan dikompilasi, selanjutnya dianalisis dan dilakukan interpretasi
untuk memberikan arti dan memberikan kejelasan tentang situasi yang ada dalam
masyarakat.
d Penyebarluasan data dan keterangan termasuk umpan balik
Setelah analisis dan interpretasi data serta telah memiliki keterangan yang cukup jelas
dan sudah disimpulkan dalam suatu kesimpulan, selanjutnya dapat disebarluaskan kepada
semua pihak yang berkepentingan, agar informasi ini dapat dimanfaatkan sebagai mana
mestinya.
e Evaluasi
Hasil evaluasi terhadap data sistem surveilans selanjutnya dapat digunakan untuk
perencanaan, penanggulangan khusus serta program pelaksanaannya, untuk kegiatan
tindak lanjut (follow up), untuk melakukan koreksi dan perbaikan-perbaikan program dan
pelaksanaan program, serta untuk kepentingan evaluasi maupun penilaian hasil kegiatan.
16. .Apa saja jenis-jenis manfaat kesehatan matra?9
Jenis Kesehatan Matra meliputi:
a) Kesehatan Lapangan;
Kesehatan Lapangan sebagaimana terdiri atas:
a. kesehatan perpindahan penduduk;
b. kesehatan migran;
c. kesehatan haji dan umrah;
d. kesehatan penanggulangan bencana;
e. kesehatan bawah tanah;
f. kesehatan gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat;
g. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di darat;
h. kesehatan pada arus mudik
i. kesehatan pada kegiatan di area tertentu; dan
j. kesehatan dalam penugasan khusus kepolisian.
b) Kesehatan Kelautan dan Bawah Air; dan
Kesehatan Kelautan dan Bawah Air terdiri atas:
a. kesehatan penyelaman;
b. kesehatan pelayaran dan lepas pantai; dan
c. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di laut.
c) Kesehatan Kedirgantaraan.
Kesehatan Kedirgantaraan terdiri atas:
a. kesehatan penerbangan dan ruang angkasa; dan
b. kesehatan dalam tugas operasi dan latihan militer di udara.

Manfaat kesehatan matra meliputi :


1. Travel atau perjalanan
2. Industri
3. Militer
4. Penanganan bencana.
17. Bagaimana tujuan dan ruang lingkup kesehatan matra?9
Tujuan
a. mewujudkan upaya kesehatan pada Kondisi Matra secara cepat, tepat, menyeluruh dan
terkoordinasi guna menurunkan potensi Risiko Kesehatan, meningkatkan kemampuan
adaptasi, dan mengendalikan Risiko Kesehatan.
b. untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
menurunkan risiko serta memelihara kesehatan masyarakat dalam menghadapi Kondisi
Matra agar tetap sehat dan mandiri.

Ruang Lingkup penyelenggaraan Kesehatan Matra meliputi :


a. Pengurangan potensi Risiko Kesehatan;
Pengurangan potensi Risiko Kesehatan merupakan upaya yang dilakukan terhadap semua
variabel atau faktor untuk mencegah dan mengurangi Risiko Kesehatan.
b. Peningkatan kemampuan adaptasi; dan
Peningkatan kemampuan adaptasi merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
menyesuaikan diri dengan Kondisi Matra agar tidak menimbulkan Risiko Kesehatan.
c. Pengendalian Risiko Kesehatan.
Pengendalian Risiko Kesehatan merupakan upaya yang dilakukan untuk menurunkan
dan menghilangkan variabel atau faktor dalam rangka mencegah terjadinya penyakit,
kecacatan, dan/atau gangguan kesehatan serta melakukan pengobatan.
Penyelenggaraan Kesehatan Matra dilakukan dengan memenuhi standar dan persyaratan yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan
Kesehatan Matra harus dilakukan pelaporan secara berjenjang yang meliputi laporan pra
kejadian, kejadian, dan pasca kejadian.

18. Bagaimana bentuk ,konsep, dan karakteristik pelayanan dokter keluarga?10


a. Bentuk pelayanan dokter keluarga (doga)
pelayanan doga sebagai bagian pelayanan Rumah Sakit
pelayanan doga dilaksanakan oleh klinik doga

b. Konsep pelayanan doga


Pelayanan yang menyeluruh yang memusatkan pelayanannya kepada keluarga
sebagai suatu unit (pelayananparipurna).
Pelayanan tanpa memandang jenis penyakit, organ, golongan usia dan jenis kalamin.
Pelayanan kontak pertama pasien untuk menyelesaikan semua masalah kesehatan
yang dihadapi.
Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga bersama tim disuatu sarana
pelayanan kesehatan strata pertama (layanan primer)

Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak macamnya. Secara
umum dapat dibedakan atas tiga macam :
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan. Pada bentuk ini, pelayanan yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja.
Dokter yang menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan
pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di
rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke
tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan
pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak
mempunyai akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan pasien di rumah,
serta pelayanan rawat inap di rumah sakit. Pada bentuk ini, pelayanan yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan,
kunjungan dan perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit.
Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga yang telah
berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat dan rumah sakit tersebut
memberi kesempatan kepada dokter keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di
rumah sakit.
19. Apa saja ruang lingkup praktik dokter keluarga?10
Ruang lingkup pelayanan dokter keluarga mencakup bidang amat luas sekali.Jika
disederhanakan secara umum dapat di bedakan atas dua macam :
1. Kegiatan yang dilaksanakan Pelayanan yang diselenggarakan oleh dokter keluarga harus
memenuhi syarat pokok yaitu pelayanan kedokteran menyeluruh (comprehensive medical
services). Karakteristik :
- jenis pelayanan yang diselenggarakan mencakup semua jenis pelayanan kedokteran
yang di kenal di masyarakat.
- Tata cara pelayanan tidak di selenggarakan secara terkotak-kotak ataupun terputus-
putus melainkan di selenggarakan secara terpadu (integrated) dan berkesinambungan
(continu).
- Pusat perhatian pada waktu menyelenggarakan pelayanan kedokteran tidak
memusatkan perhatiannya hanya pada keluhan dan masalah kesehatan yang di
sampaikan penderita saja, melainkan pada penderita sebagai manusia seutuhnya.
- Pendekatan pada penyelenggaraan pelayanan tidak di dekati hanya dari satu sisi
saja, melainkan dari semua sisi yang terkait (comprehensive approach) yaitu sisi
fisik, mental dansosial (secaraholistik).
2. Sasaran pelayanan dokter keluarga adalah kelurga sebagai suatu unit. Pelayanan dokter
keluarga harus memperhatikan kebutuhan dan tuntutan kesehatan keluarga sebagai satu
kesatuan, harus memperhatikan pengaruh masalah kesehatan yang di hadapi terhadap
keluarga dan harus memperhatikan pengaruh keluarga terhadap masalah kesehatan yang di
hadapi oleh setiap anggota keluarga.

20. Bagaimana pembiayaan dalam praktik dokter keluara?10,11


Bentuk- bentuk pembiayaan :
1) Pembiayaan dengan system kapitasi
Adalah sebuah system pembayaran yang memberikan imbalan jasa kepada PPK
berdasarkan jumlah orang yang dikontrakan/harus dilayani, yang di terimaoleh
PPK secara PraUpaya dalam jumlah tetap, tanpa memperhatikan jumlah
kunjungan, pemeriksaan, tindakan, obat dan pelayanan medik lain
Tarif yang berlaku difasilitas kesehatan tingkat pertama :
a. Puskesmas : Rp 3.000 6.000
b. Rs. Pratama, klinikpratama, praktekdoktekdanklinikspesialis yang setara :
Rp 8.000 Rp 10.000
c. PraktekdoktergigiRp 2.000
2) Sistempaket
3) Sistemanggaran

Kerjasama dokter keluarga dengan asuransi kesehatan


Pembiayaan pada dokter keluarga dapat berupa pembiayaan tunai dalam arti setiap
kali pasien dating berobat diharuskan membayar biaya pelayanan.Kedua, pembiayaan
melalui program asuransi kesehatan (health insurance), dalam arti setiap kali pasien dating
berobat tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah ditanggung
oleh pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah badan asuransi.
Asuransikesehatan seperti BPJS menerapkan alur pelayanan dengan rujukan
berjenjang.Sebelum kerumahsakit atau dokter spesialis, peserta wajib terlebih dahulu
kefasilitas kesehatan (faskes) tingkat I yang telah ditunjuk, yaitu puskesmas, dokter
keluarga atau klinik, untuk mendapatkan surat rujukan. Kecuali gawat darurat, peserta
tidak bias langsung kerumahsakit atau dokter spesialis.

21. Apasaja yang termasuk dalam standar layanan dokter keluarga?10


a. Anamnesis g. Rujukan
b. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang h. Tindak Lanjut
c. Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding i. Tindakan
d. Prognosis j. Pengobatan rasional
e. Konseling h. Pembinaan Keluarga
f. Konsultasi
Menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia (PDKI), standar pelayanan dokter
keluarga meliputi:
A. Standar pemeliharaan kesehatan di klinik
1. Standar pelayanan paripurna
Sifat paripurna pada kedokteran keluarga yaitu termasuk pemiliharaan dan peningkatan
kesehatan (promotive), pencegahan kesehatan (curative), pencegahan kecacatan
(disability limitation), dan rehabilitasi setelah sakit (rehabilitation)dengan
memperlihatkan kemampuan sosial serta sesuai dengan mediko legal etika kedokteran
Pelayanan medis strata pertama untuk semua orang
Memiliki izin pelayanan dokter keluarga dan surat persetujuan tempat praktik
Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pasien dan keluarganya
Pencegahan penyakit dan proteksi khusus
Deteksi dini terhadap penyakit dan melakukan pentalaksanaan yang tepat terhadap
pasien dan keluarganya
Kuratif medik
Melaksanakan pemulihan kesehatan dan pencegahan kecacatan pada strata
pelayanan tingkat pertama, termasuk kegawatdaruratan medik, atau perujukan
Rehabilitasi medik dan sosial pada pasien dana atau keluarganya
Setelah mengalami masalah kesehatan baik dari segi fisik, jiwa maupun sosial
Kemampuan sosial keluarga
Pelayanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memeprhatikan kondisi sosial
pasien dan keluarganya
2. Standar pelayanan medis (standard of medical care)
Pelayanan sebuah dokter keluarga harus sesuai dengan lege artis
Anamnesis
Dengan pendekatan patient centered approach dalam rangka memperoleh keluhan
utama pasien, kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut,
serta memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
Pemeriksaan fisik, penunjang serta diagnosis dan diagnosis banding
Melakukan secara diagnosis holistik
Konseling
Untuk membantu pasien dan keluarga menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk pasien
Konsultasi
Saat diperlukan, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter yang dianggap
lebih piawai dan atau berpengalaman.
3. Standar pelayanan bersinambung (standard of continuum care)
Pelayanan yang diberikan dokter keluarga merupakan pelayanan bersinambung yang
melaksanakan pelayanan kedokteran secara efektif efisien, proaktif dan terus menerus
demi kesehatan pasien
Rekam medik berkesinambung
Informasi riwayat kesehatan pasien sebelumnya pada saat datang sigunakan untuk
memaastikan bahwa penatalaksanaan yang diterapkan telah sesuai
Pelayanan efektif efisien
Pelayanan dokter keluarga menyelenggarakan pelayanan rawat jalan efektif
efisien bagi pasien, menjaga kualitas, sadar mutu dan biaya
Pendampingan
Saat dilaksanakan konsultasi dana atau rujukan, dokter keluarga menawarkan
kemudian melakasanakan pendampingan pasien, demi kepentingan pasien
Pelayanan proaktif
Pelayanan dokter keluarga menjaga kesinambungan
4. Standar pelayanan menyeluruh (standard of holistic of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat menyeluruh, yaiut peduli nahwa
pasien adalah seorang manusia seutuhnya yang terdiri dari fisik, mental, social dan
spiritual, serta berkehidupan di tengah lingkungan fisik dan sosialnya
Pasien adalah manusia seutuhnya
Pelayanan dokter keluarga memiliki system untuk memandang pasien sebagai
manusia yang seutuhnya
Pasien adalah bagian dari keluarga dan lingkungannya
Pelyanan dokter keluarga memiliki sistem untuk memandang pasien sebagai
bagian dari keluarga pasien, dan memperhatikan bahwa keluarga pasien dapat
mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kesehatan pasien.
Pelayanan menggunakan segala sumber di sekitarnya
Pelayanan dokter keluarga mendayagunakan segala sumber di sekitar kehidupan
pasien untuk meningkatkan keadaan kesehatan pasien dan keluarganya.
5. Standar pelayanan terpadu (standard of integration of care)
Pelayanan yang disediakan dokter keluarga bersifat terpadu, selain merupkan kemitraan
antara dokter dengan pasien pada saat proses penatalaksanaan medis, juga merupakan
kemitraan lintas program dengan berbagai institusi yang menunjang pelayanan
kedokteran baik dari formal maupun informal.
koordinator penatalaksanaan pasien kerja sama dengan dokter pasien -
keluarga, maupun bersama antara dokter pasien dokter spesialis / rumah sakit.
Mitra dokter pasien saat proses pentalaksanaan medis
Mitra lintas sektoral medik
Dokter keluarga bekerja sebahai mitra penyedia pelayanan kesehatan dengan
berbagai sektor pelayanan kesehatan formal di sekitarnya.
Mitra lintas sektoral alternatif dan komplimenter medik
Dokter keluarga memperdulikan dan memperhatikan kebutuhan dan perliaku
pasien dan kelaurganya sebagai masyarakat yang menggunakan berbagai
pelayanan kesehatan nonformal di sekitarnya.
B. Standar perilaku dalam praktik (standard of behaviour in practice)
a. Standar perilaku terhadap pasien
Dokter keluarga menyediakan kesempatan bagi pasien untuk menyampaikan
kekhawatiran dan masalah kesehatannya, serta memberikan kesempatan kepada pasien
untuk memperoleh penjelasan yang dibutuhkan guna dapat memutuskan pemilihan
penatalaksanaan yang akan dilaksanakannya.
Informasi memperoleh pelayanan
Dokter keluarga memberikan keterangan yang adekuat mengenai cara untuk
memperoleh pelayanan yang diinginkan
Masa konsultasi
Menyediakan waktu konsultasi untuk menjelaskan keluhan dan keinginanannya
Informasi medik menyeluruh
Dokter keluarga memberikan informasi yang jelas kepada pasien mengenai
keadaan dan tindakan terhadap pasien, sehingga memungkin pasien dapat
memutuhkan tindakan yang akan dilakukan terhadapnya
Menghormati hak dan kewajiban pasien dan dokter
Standar perilaku dengan mitra kerja di klinik (standard of partners relationship in practive) Baik
dengan klinik, tim, sejawat, pegawai klinik, pemimpin klinik

22. apasaja dasar hukum yang mengatur mengenai dokter keluarga?


1) UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
2) Sistem Kesehatan Nasional (SKN)
3) UU No 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial nasional (SJSN)
4) Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2004-2009 telah memasukkan pengembangan pelayanan
dokter keluarga sebagai salah satu program yang harus dilaksanakan.
5) KepMenKes No. 331/Menkes/SK/V/2006 tentang Rencana Strategis Depkes

23. apa yang membedakan pelayanan dokter keluarga dengan dokter umum?10

24. Siapa saja yang termasuk dalam anggota BPJS?11


Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola oleh
BPJS, termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di Indonesia dan
telah membayar iuran
Syarat dan Ketentuan :
a. Pengguna Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan harus memiliki usia yang cukup secara
hukum untuk melaksanakan kewajiban hukum yang mengikat dari setiap kewajiban
apapun yang mungkin terjadi akibat penggunaan Layanan Pendaftaran BPJS Kesehatan
b. Mengisi dan memberikan data dengan benar dan dapat dipertanggungjawabkan,
c. Mendaftarkan diri dan anggota keluarganya menjadi peserta BPJS Kesehatan.
d. Membayar iuran setiap bulan selambat-lambatnya tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
e. Melaporkan perubahan status data peserta dan anggota keluarga, perubahan yang
dimaksud adalah perubahan fasilitas kesehatan, susunan keluarga/jumlah peserta, dan
anggota keluarga tambahan
f. Menjaga identitas peserta (Kartu BPJS Kesehatan atau e ID) agar tidak rusak, hilang atau
dimanfaat oleh orang yang tidak berhak
g. Melaporkan kehilangan dan kerusakan identitas peserta yang diterbitkan oleh BPJS
Kesehatan kepada BPJS Kesehatan
h. Menyetujui membayar iuran pertama paling cepat 14 (empat belas) hari kalender dan
paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender setelah menerima virtual account untuk
mendapatkan hak dan manfaat jaminan kesehatan
i. Menyetujui mengulang proses pendaftaran apabila :
a. Belum melakukan pembayaran iuran pertama sampai dengan 30 (tiga puluh) hari
kalender sejak virtual account diterima; atau
b. Melakukan perubahan data setelah 14 (empat belas) hari kalender sejak virtual
account diterima dan belum melakukan pembayaran iuran pertama

25. Bagaimana penjelasan mengenai BPJS?11


Visi dan Misi BPJS
CAKUPAN SEMESTA 2019
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki jaminan
kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
Misi BPJS Kesehatan :
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong partisipasi
masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang efektif, efisien
dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang optimal dengan fasilitas kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS Kesehatan
secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk mendukung kesinambungan program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip tata kelola
organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai untuk mencapai kinerja unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan evaluasi, kajian,
manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh operasionalisasi BPJS Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan

Prinsip Penyelenggaraan BPJS


Terdapat sembilan prinsip penyelenggaraan BPJS Kesehatan (UU No. 24 Tahun 2011 Pasal
4), yaitu:
1. Kegotong-royongan
Prinsip kegotongroyongan adalah prinsip kebersamaan antar peserta dalam menanggung
beban biaya Jaminan Sosial, yang diwujudkan dengan kewajiban setiap peserta membayar
iuran sesuai dengan tingkat gaji, upah, atau penghasilannya.
2. Nirlaba
Prinsip nirlaba adalah prinsip pengelolaan usaha yang mengutamakan penggunaan hasil
pengembangan dana untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi seluruh peserta.
3. Keterbukaan
Prinsip keterbukaan adalah prinsip mempermudah akses informasi yang lengkap, benar, dan
jelas bagi setiap peserta.
4. Kehati-hatian
Prinsip kehati-hatian adalah prinsip pengelolaan dana secara cermat, teliti, aman, dan tertib.
5. Akuntabilitas
Prinsip akuntabilitas adalah prinsip pelaksanaan program dan pengelolaan keuangan yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.
6. Portabilitas
Prinsip portabilitas adalah prinsip memberikan jaminan yang berkelanjutan meskipun
peserta berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
7. Kepesertaan bersifat wajib
Prinsip kepesertaan bersifat wajib adalah prinsip yang mengharuskan seluruh penduduk
menjadi peserta Jaminan Sosial, yang dilaksanakan secara bertahap.
8. Dana amanat
Prinsip dana amanat adalah bahwa iuran dan hasil pengembangannya merupakan dana
titipan dari peserta untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kepentingan peserta Jaminan
Sosial.
9. Hasil pengelolaan dana jaminan kesehatan dipergunakan seluruhnya untuk
pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

Syarat bagi Fasilitas Kesehatan untuk bekerjasama dengan BPJS


Syarat Fasilitas Fasilitas kesehatan tingkat pertama yang ingin bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan harus dapat melayani: pelayanan kesehatan promotif, pelayanan kesehatan
preventif, pelayanan kesehatan kuratif, pelayanan kesehatan rehabilitatif, pelayanan
kebidanan, pelayanan kesehatan darurat medis, pelayanan penunjang (laboratorium
sederhana dan farmasi). Jika faskes tidak memiliki layanan penunjang, maka wajib
membangun jejaring dengn sarana penunjang tersebut.
Kelengkapan dokumen
a. Praktik dokter atau dokter gigi: Surat Ijin Praktik (SIP); Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP); Perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan Surat
pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

b. Puskesmas atau yang setara: Surat Ijin Operasional; Surat Ijin Praktik (SIP) bagi
dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik
atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain; Perjanjian kerja sama dengan
jejaring, jika diperlukan; dan Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait
dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
c. Klinik Praktek atau yang setara: Surat Ijin Operasional; Surat Ijin Praktik (SIP) bagi
dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga
kesehatan lain; Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian; Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan Surat pernyataan kesediaan
mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

d. Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara: Surat Ijin Operasional; Surat Ijin Praktik
(SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik; Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan Surat pernyataan kesediaan
mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.
e. Persyaratan bagi praktik bidan dan/atau praktik perawat pada wilayah yang tidak terdapat
dokter: Surat Ijin Praktik (SIP); Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Perjanjian kerja sama
dengan dokter atau puskesmas pembinanya; dan Surat pernyataan kesediaan mematuhi
ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional

26. Apa saja persyaratan yang harus dipenuhi oleh faskes tingkat I?12
Persyaratan yang harus dipenuhi bagi Fasilitas Kesehatan tingkat pertama terdiri atas:
a. untuk praktik dokter atau dokter gigi harus memiliki:
1. Surat Ijin Praktik;
2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
3. perjanjian kerja sama dengan laboratorium, apotek, dan jejaring lainnya; dan
4. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

b. untuk Puskesmas atau yang setara harus memiliki:


1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi, Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA)
bagi Apoteker, dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga
kesehatan lain;
3. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan 4. surat pernyataan
kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan Kesehatan Nasional.

c. untuk Klinik Pratama atau yang setara harus memiliki:


1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) bagi dokter/dokter gigi dan Surat Ijin Praktik atau Surat Ijin
Kerja (SIP/SIK) bagi tenaga kesehatan lain;
3. Surat Ijin Praktik Apoteker (SIPA) bagi Apoteker dalam hal klinik menyelenggarakan
pelayanan kefarmasian;
4. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
5. perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
6. surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

d. untuk Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara harus memiliki :
1. Surat Ijin Operasional;
2. Surat Ijin Praktik (SIP) tenaga kesehatan yang berpraktik;
3. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) badan;
4. Perjanjian kerja sama dengan jejaring, jika diperlukan; dan
5. Surat pernyataan kesediaan mematuhi ketentuan yang terkait dengan Jaminan
Kesehatan Nasional.

27. Apa saja yang dimaksud ilmu kedokteran konvensional, komplementer, alternatif?13
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1109/MENKES/PER/IX/2007
tentang Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, yang dimaksud pengobatan komplementer alternatif adalah pengobatan non
konvensional yang ditujukan untuk meningktakan derajat kesehatan masyarakat meliputi
upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diperoleh melalui pendidikan
terstruktur dengan kualitas, keamanan, dan efektivitas yang tinggi yang berlandaskan ilmu
pengetahuan biomedik, yang belum diterima dalam kedokteran konvensional.
Tujuan pengaturan penyelenggaraan pengobatan komplementer alternative adalah:
a. Memberikan perlindungan kepada pasien
b. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
c. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dan tenaga pengobatan komplementer-
alternatif
Pengobatan komplementer alternatif dilakukan sebagai upaya pelayanan yang
berkesinambungan mulai dari peningkatan kesehatan promotif, pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan atau pemulihan kesehatan (rehabilitatif).
Pengobatan komplementer alternatif yang berlandaskan pengetahuan biomedik adalah:
a. Intervensi tubuh dan fikiran
b. System pelayanan pengobatan alternatif
c. Cara penyembuhan manual
d. Pengobatan farmakologi dan biologi
e. Diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan
f. Cara lain dalam diagnosa dan pengobatan.
28. Apa saja jenis pengobatan tradisional?26
Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional menurut UU 36 tahun
2009 pasal 59 ayat 1 ,terbagi menjadi:
a. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan; dan
b. pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan.
Keterampilan yang dimaksud dalam pengobatan tradisional termasuk :
- Manual : pijat/urut, shiatsu, patah tulang, refleksi
- Alat/teknologi : akupuntur, bekam
- Mental : qigong, kebatinan, paranormal, dll.
Dan ramuan yang dimaksud dalam pengobatan tradisional termasuk : jamu, homeopath,
terapi sengat, dll.

29. Jelaskan apa yang dimaksud kedokteran komunitas !27


Kedokteran komunitas (community medicine) adalah cabang kedokteran yang
memusatkan perhatian kepada kesehatan anggota-anggota komunitas, dengan menekankan
diagnosis dini penyakit, memperhatikan faktor-faktor yang membahayakan (hazard)
kesehatan yang berasal dari lingkungan dan pekerjaan, serta pencegahan penyakit pada
komunitas.
Kedokteran komunitas memberikan perhatian tidak hanya kepada anggota komunitas
yang sakit tetapi juga anggota komunitas yang sehat. Sebab tujuan utama kedokteran
komunitas adalah mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan anggota-anggota
komunitas. Karena menekankan upaya pencegahan penyakit, maka kedokteran komunitas
kadang-kadang disebut juga kedokteran pencegahan (preventive medicine).
Kedokteran komunitas memberikan pelayanan komprehensif dari preventif, promotif,
kuratif hingga rehabilitatif. Fokus perhatian kedokteran komunitas adalah masalah kesehatan
dan penyakit yang terjadi pada komunitas di mana individu tersebut tinggal, bekerja, atau
bersekolah. Implikasinya, kedokteran komunitas memberikan prioritas perhatian kepada
penyakit-penyakit yang menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada populasi, yang
disebut public health importance.
30. Apa saja jenis gaya kepemimpinan?28
Terdapat 8 jenis gaya kepemimpinan, yaitu:
a. Bureaucrat
Model kepemimpinan yang menekankan pada orientasi tugas dan orientasi hubungan
yang sangat sedikit dalam suatu lembaga yang didalamnya tidak terdapat kebebasan
untuk membuat keputusan atau menyimpang dari prosedur yang dibuat oleh pimpinan
yang memiliki kedudukan lebih tinggi.
b. Deserter
Model kepemimpinan dimana pemimpin ini tidak hanya berfokus pada usaha untuk
meningkatkan Orientasi Tugas karyawannya, tetapi juga berusaha untuk meningkan
Orientasi Hubungan, dalam hal ini ada hubungan komunikasi yang baik antara karyawan
dengan pimpinannya.
c. Developer
Tipe kepemimpinan yang berusaha untuk menjalin hubungan yang lebih baik dengan
orang-orang yang dipimpinnya dalam upaya mengembangkan lembaga yang
dipimpinnya.
d. Missionary
Tipe kepemimpinan yang cenderung kurang tertarik untuk menjalin hubungan dengan
orang-orang yang dipimpinnya, akan tetapi pemimpin ini lebih mengutamakan
bagaimana melaksanakan tugas dengan efektif.
e. Executive
Tipe kepemimpinan ini dapat dikatakan telah mencapai tingkat kepemimpinan puncak.
Dikatakan demikian karena pemimpin dengan tipe ini mampu menjalin hubungan yang
baik dengan anggotanya, sehingga antara pemimpin dan bawahan saling memahami apa
yang diinginkan oleh kedua belah pihak tersebut, sehingga dalam hal orientasi tugas yang
akan diberikan pemimpin, bawahan tidak memiliki perasaan terbebani dalam
menjalankan tugas.
f. Compromiser
Tipe kepemimpinan yang kurang menekankan orientasi tugas namun hal ini tidak berarti
pemimpin tersebut tidak memberi tugas kepada bawahannya. Jika pemimpin ini
memberikan tugas pada bawahannya, tidak dituntut mencapai hasil yang maksimal.
Pemimpin mampu menerima hasil kerja yang ditunjukkan bawahannya. Keadaan seperti
ini tidak berarti pemimpin membiarkan hal ini terjadi begitu saja, akan dicoba untuk
memahami penyebabnya dan jika penyebab masalah itu dapat diterima secara logis maka
seorang pemimpin akan menerima keadaaan tersebut.
g. Autocrat
Tipe kepimpinan dimana kekuatan/kekuasaan lembaga terletak penuh pada dirinya dan
dalam proses pengambilan keputusan akhir, pemimpin ini senantiasa mengutamakan
pandangan/sudut pandangnya sendiri. Dalam hal pelaksanaan tugas, bawahannya
senantiasa menunggu instruksi dan hanya bertindak di bawah pengawasan pemimpin.
Jika dikaitkan dengan teori tiga dimensi, maka dapat disimpulkan bahwa lembaga yang
dipimpin oleh tipe kepemimpinan seperti ini memiliki orientasi tugas yang sedikit karena
ketika suatu tugas akan dilaksanankan harus ada instruksi dan diawasi oleh pemimpin.
h. Benevolent Autocrat
Tipe kepemimpinan yang berorientasi pada tugas tetapi tidak seekstrim model
kepemimpinan autocrat. Seorang pemimpin tetap menuntut hasil yang sesuai dengan
keinginan dan harapannya, namun dalam pelaksanaan tugas tidak terlalu menekan
bawahannya (tidak mengawasi sepanjang pelaksanaan tugas, memberikan kepercayaan
kepada bawahannya)

31. Jelaskan tentang gizi masyarakat!


Gizi masyarakat (community nutrition) adalah gizi yang berkaitan dengan gangguan gizi
pada kelompok masyarakat, sedangkan gizi klinik (clinical nutrition) adalah gizi yang
berkaitan dengan masalah gizi pada individu yang sedang menderita gangguan kesehatan
akibat kekurangan atau kelebihan gizi.

Permasalahan Gizi Masyarakat dapat dilihat pada bagan berikut :


UNICEF (1988) telah mengembangkan kerangka konsep makro sebagai salah satu strategi
untuk menanggulangi masalah kurang gizi. Dalam kerangka tersebut ditunjukkan bahwa
masalah gizi kurang dapat disebabkan oleh:
1. Penyebab langsung
Makanan dan penyakit dapat secara langsung menyebabkan gizi kurang. Timbulnya
gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan makanan yang kurang, tetapi juga
penyakit. Anak yang mendapat cukup makanan tetapi sering menderita sakit, pada
akhirnya dapat menderita gizi kurang. Demikian pula pada anak yang tidak
memperoleh cukup makan, maka daya tahan tubuhnya akan melemah dan akan
mudah terserang penyakit.
2. Penyebab tidak langsung
Ada 3 penyebab tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang yaitu :
Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai. Setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya.

Pola pengasuhan anak kurang memadai. Setiap keluarga dan mayarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan terhadap anak agar dapat
tumbuh kembang dengan baik baik fisik, mental dan sosial.

Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai. Sistim pelayanan kesehatan


yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan.
Ketiga faktor tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan keluarga. Makin tinggi tingkat pendidikan, pengetahuan dan
ketrampilan, makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola
pengasuhan maka akan makin banyak keluarga yang memanfaatkan pelayanan
kesehatan.
3. Pokok masalah di masyarakat
Kurangnya pemberdayaan keluarga dan kurangnya pemanfaatan sumber daya masyarakat
berkaitan dengan berbagai faktor langsung maupun tidak langsung.
4. Akar masalah
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga serta kurangnya pemanfaatan sumber
daya masyarakat terkait dengan meningkatnya pengangguran, inflasi dan kemiskinan
yang disebabkan oleh krisis ekonomi, politik dan keresahan sosial yang menimpa
Indonesia sejak tahun 1997. Keadaan tersebut teleh memicu munculnya kasus-kasus gizi
buruk akibat kemiskinan dan ketahanan pangan keluarga yang tidak memadai.

Masalah gizi terbagi menjadi masalah gizi makro dan mikro. Masalah gizi makro adalah
masalah yang utamanya disebabkan kekurangan atau ketidakseimbangan asupan energi dan
protein. Manifestasi dari masalah gizi makro bila terjadi pada wanita usia subur dan ibu hamil
yang Kurang Energi Kronis (KEK) adalah berat badan bayi baru lahir yang rendah (BBLR). Bila
terjadi pada anak balita akan mengakibatkan marasmus, kwashiorkor atau marasmic-kwashiorkor
dan selanjutnya akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak usia sekolah. Anak balita yang
sehat atau kurang gizi secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat
badan menurut umur atau berat badan menurut tinggi, apabila sesuai dengan standar anak disebut
Gizi Baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut Gizi Kurang, sedangkan jika jauh di bawah
standar disebut Gizi Buruk. Bila gizi buruk disertai dengan tandatanda klinis seperti ; wajah
sangat kurus, muka seperti orang tua, perut cekung, kulit keriput disebut Marasmus, dan bila ada
bengkak terutama pada kaki, wajah membulat dan sembab disebut Kwashiorkor. Marasmus dan
Kwashiorkor atau Marasmus Kwashiorkor dikenal di masyarakat sebagai busung lapar. Gizi
mikro (khususnya Kurang Vitamin A, Anemia Gizi Besi, dan Gangguan Akibat Kurang Yodium).

32. Jelaskan tentang KLB !29


Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah suatu kejadian kesakitan/kematian dan atau
meningkatnya suatu kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada
suatu kelompok penduduk dalam kurun waktu tertentu dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.
Suatu daerah dikatakan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu criteria sebagai
berikut:
1. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal pada suatu daerah.
2. Peningkatan kejadian kesakitan terus menerus selama 3 kurun waktu dalam jam,
hari atau minggu berturut-turut menurut jenis penyakitnya.
3. Peningkatan kejadian kesakitan dua kali atau lebih dibandingkan dengan periode
sebelumnya dalam kurun waktu jam, hari atau minggu menurut jenis penyakitnya
4. Jumlah penderita baru dalam periode waktu 1 bulan menunnjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata per bulan dalam tahun
sebelumnya.
5. Rata-rata jumlah kejadian kesakitan per bulan selama 1 tahun menunjukkan
kenaikan dua kali atau lebih dibandingkan denga rata-rata jumlah kejadian
kesakitan per bulan pada tahun sebelumnya.
6. Angka kematian kasus suatu penyakit dala 1 kurun waktu tertentu menunjukkan
kenaikan 50% ata lebih dibandingkan dengan angka kematian kasus suatu
penyakit periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama.
7. Angka proporsi penyakit penderita baru satu periode menunjukkan kenaikan dua
kali atau lebih dibandingkan satu periode sebelumnya dalam kurun waktu yang
sama.

PBKDJ er e ns eg he ar t t i a a n n , Ilmu kedokteran komusitas, teori


kepemimpinan, sistem kesehatan
nKPeojTau e r kr ga a n a r d i a s i k , s t ip oe e nr r i a s a l t t , i unasional,
k r , standar
a pelayanan
n minimal,
gizi masyarakat, promosi kesehatan
ePJskpnat e r tl ea t i rn e u rs n i p ad , ta i nf gd aa nn
aTSetyik l u om a n j mn, u g a p n lm e , me n e g n a t te u r
MJhesrud e o an n f a a t
iar,eks s tp , i
Ptmde e re s
eaNmk er it l o
anolus o a g i
Mnfr g
ai
ta
rt
a

Peta konsep

Anda mungkin juga menyukai