Anda di halaman 1dari 7

Organization practices leadership, mission statmen,

effective oprating produres, staff support, training

Qualitu principles custumer focus, continous


improvement benchmarking, jus-in-time, toll of TQM

Employee fulfillment emprowerment, organizational


commitment yield: employee attitude that e

Custumer statisfaction winning order, repeat costumers


yield : an affective organization with a competitive

e. hambatan dalam penerapan TQM

pada pelaksanaan TQM masih terhadap hambatan dalam penerapannya. Dalam


sawarjuono ( 1996 ) disebutkan suatu stady tentang kegagalan atau factor penghambat
penerapan TQM. Show et all ( 1995 ) peneliti factor kegagalan penerapan TQM pada strong
memorial di Rochester. Hasil study menemukan delapan hal sebagai penyebab kegagalan atau
hambatan dalam penerapan TQM yaitu:

1. Pembentukan tim yang keliru


2. Tujuan pembentukan yang tidak jelas
3. Seringnya terjadi pergantian tim padahal penggantinya tidak pernah mengikuti
pelatihan TQM
4. Kurangnya pemahaman tentang TQM
5. Komunikasi antar anggota tim yang tidak lancer
6. Identifikasi masalah tidak dilakukan berdasar prinsip-prinsip TQM
7. Prinsip-prinsip TQM tidak dilaksanaan secara menyeluruh pada semua lapisan
manajemen
8. Pimpinan puncak menghendaki pemecahan masalah secara cepat, tanpa proses yang
bertele-tele
Berdasarkan hasil penelitian tersebut, sawarjuono (1996) mengklasifikasikan
factor penyebab kegagalan penerapan TQM menjadi 2 yaitu :
1. Factor internal instansi pelayanan kesehatan meliputi:
a. Top manajemen tidak melaksanakan komitmennya
b. Kurangnya keterlibatan seluruh elemen
c. Struktur yang tidak sesuai kebutuhan TQM
d. Kurangnya pemahaman tentang apa yang dimaksud filosofi TQM
e. Kurangnya pelatihan yang memadai
f. Kepemimpinan yang kurang memadai
g. Keengganan anggota untuk menerima perubahan
h. Manajemen tidak tanggap terhadap dampak sosial akibat perubahan lingkungan
kerja
i. Upaya perbaikan kualitas mengakibatkan biaya
j. Manajamen kurang memperhatikan penghargaan terhadap para karyawan
k. Manajemen mengakibatkan factor waktu, artinya manajemen mengingkinkan
perubahan yang dapat tanpa melalui proses perubahan manajemen
l. Para karyawan tidak diberi kesempatan untuk menempukan cara pemecahan
masalah
2. Factor eksternal instensi pelayanan kesehatan meliputi :
a. Ketidakmampuan mengontrol kualitas produk pemasok
b. Manajemen kurang menaruh perhatian terhadap kepentingan konsumen
c. Lack of guidance, artinya pengarahan yang diberikan oleh konsultan kurang
memadai atau pihak manajemen kurang sepenuhnya member kepercayaan kepada
konsultan sehingga peran konsultan tidak optimal
Berdasarkan temuan tatikonda dan tatikonda maka mengidentifikasi 10
hambatan dalam penerapan TQM yaitu :
1. Lack of vision
Visi merupakan gambaran tentang masa depan dan apa yang ingin dicapai
pada masa dating. Dalam visi disebutkan target dan identifikasi masa depan.
2. Lack of coustomer focus
Ketidak pahaman terhadap kepuasan konsumen, kurangnya pemahaman yang
mendorong loyalitas konsumen, dan perbaikan kualitas yang tidak
memberikan nilai pada konsumen merupakan penyebab kegagalan TQM
3. Lack of management commitmen
Semua guru yang berkualitas menyatakan bahwa hambatan terbesar perbaikan
kualitas adalah kurangnya komitmen top manajemen.
4. Training with no purpose
Banyaknya program pelatihan berkaitan dengan TQM yang tidak relevan
dengan tujuan atau para karyawan tidak memiliki ide dan pemahaman arti
pentingnya pelatihan
5. Lack of cost and benefit analisys
Tidak mengukur biaya sebagai akibat kualitas yang rendah merupakan
keuntungan program perbaikan
6. Organization structure
Struktur, pengukuran, dan system penghargaan. Tidan ada pelatihan yang bias
membantu jika instansi memiliki birokrasi yang berlaku berlapis-lapis. Para
menejemen tidak jelas, seringkali pertanggung jawaban TQM di delegasikan
kepada middle manajer sehingga menghasilkan perebutan kekuasaan dalam
tim kualitas.
7. TQM creating its own bureaucrac
Seringkali usaha usaha TQM didelegasikan kepada kaisar/raja kualitasnya
menciptakan kerajaan kualitas. Kualitas menjadi proses pararel, tercipta
lapisan birokrasi baru dengan aturan, standart dan pelaporan staf sendiri
8. Lack of measurement or erroneous measurements
Penggunaan indicator keberhasilan yang keliru atau tidak adanya indicator
kinerja perbaikan mutu merupakan penyebab kegagalan TQM. Misalnya
mengukur kinerja jangka pendek menggunakan ukuran kinerja jangka
panjang.
9. Rewards and recognition
Agar TQM berhasil, instansi memberi pengakuan dan penghargaan kepada
tim yang memiliki kinerja baik dan mendukung realisasi perbaikan mutu.
Perilaku karyawan sangat ditentukan oleh system.
10. Accuoning systems
System akuntasi sering kali hanya mencatat biaya pengerjaan ulang, biaya
produk yang rusak/cacat dan biaya lain yang terkait dengan biaya over head.
Ketidakpuasan kosumen, hilangnya penjualan dan konsumen yang pindah
kepada instensi lain seharusnya menjadi bagian dari biaya mutu yang harus
dicatat dan dilaporkan, karena biaya tersebut mengurangi perolehan laba.
Program penjaminan mutu pelayanan kebidanan
Jaminan mutu pelayanan kesehatan secara umum dapat diartikan sebagai
keseluruhan upaya yang bertujuan untuk memberikan suatu layanan kesehatan yang
terbaik mutunya, yaitu layanan kesehatan yang sesuai dengan standar layanan kesehtan
yang disepakati. Pengertian oprasional jaminan mutu layanan kehatan adalah upaya
yang sistematis dan berkesinambungan dalam memantau dan mengukur mutu serta
melakukan peningkatan mutu yang diperlukan agar mutu layanan kesehatan senantiasa
sesuai dengan standar layanan kesehatan yang disepakati ( L.D.Brown,1992)
Secara umum mutu layanan kesehatan dapat diukur melalui cara pengukuran mutu
perspektif, konkruen, retrospektif, internal dan eksternal.
1. Program menjaga mutu prespektif
Pengukuran mutu prosfektif adalah pengukuran terhadap mutu layanan
kesehatan yang dilakukan sebelum layanan kesehatan diselenggarakan.
Oleh sebab itu, pengukurannya akan ditentukan terhadap struktur atau
masukan layanan kesehatan dengan asumsi bahwa layanan kesehatan
harus memiliki sumber daya tertentu agar dapat menghasilkan layanan
kesehatan yang bermutu, seperti : standarisasi, lisensi, sertifikasi, dan
akreditasi.
a. Standarisasi
Penerapan standarisasi, seperti standarisasi peralatan, tenaga, gedung,
system organisasi, anggaran, dan lain-lain. Setiap fasilitas layanan
kesehatan yang memiliki standart yang sama mutunya. Stanrarisasi
dapat membangun klasifikasi layanan kesehatan contoh standarisasi
layanan rumah sakit kedalam berbagai kelas tertentu, misalnya rumah
sakit umumnya kelas A. kelas B, kelas C, dan kelas D, rumah sakit
jiwa kelas A dan kelas B,C
b. Lisensi
Perizinan atau lisens merupakan salah mekanisme untuk menjamin
mutu layanan kesehatan. Surat izin praktik bidan (SIPB) yang
diberikan merupakan suatu pengakuan bahwa seorang telah memenuhi
syarat untuk melakukan praktik sesuai dengan profesinya. Demikian
juga dengan profesi kesehatan lain, harus mempunyai izin kerja sesuai
dengan profesinya. Rumah sakit, rumah bersalin/bidan praktik mandiri
mautun fasilitas layanan kesehatan lain akan mendapat izin oprasional
setelah memenuhi persyaratan tertentu dabn izin itu harus diperbarui
dalam kuryn waktu teryentu. Mekanisme perijinan belum menjamin
sepenuhnya kopentensi profesi layanan kesehatan yang ada atau mutu
layanan kesehtan fasilitas layanan kesehatan tersebut.
c. Sertifikasi
Sertifikasi adalah langkah selanjutnya dari perijinan. Pengakuan
sebagai bidan adalah contoh sertifikasi. Di Indonesia perijinan itu
dilakukan oleh department kesehatan dan / dinan kesehatan, sedangkan
sertifikasi oleh majelis tenaga kesehatan Indonesia (MTKI)
d. Akreditasi
Akreditasi adalah pengukuran bahwa suatu institusi layanan kesehatan
seperti rumah sakir telah memenuhi beberapa standar layanan
kesehatan tertentu. Indonesia telah melakukan akreditasi rumah sakit
umum melalui departemen kesehatan. Pengukuran mutu prospektif
berfokus pada penilaian sumber daya, bukan pada kinerja
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Inilah salah satu kekurangan
pengukuran mutu dengan cara prospektif.
D. program menjaga mutu konkurent

1. pengertian

Pengertian program menjaga mutu terdiri dari beberapa bentuk antara lain
adalah:
a. Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang
berkesinambungan, sistematis dan objektif dalam memantau dan
menilai pelayanan yang diselenggarakan dibandingkan dengan
standart yang telah ditetapkan, serta menyelesaikan masalah yang
ditemukan untuk memperbaiki mutu pelayanan (Maltos &
Keller,1989)
b. Program menjaga mutu adalah suatu proses untuk memperkecil
kesenjangan antara penampilan yang ditemukan dengan keluaran
yang diinginkan dari suatu system, sesuai dengan batas-batas
teknologi yang dimiliki oleh system tersebut (Ruels & Frank,
1988)
c. Program menjaga mutu adalah suatu upaya terpadu yang
mencakup identifikasi dan penyelesaian masalah pelayanan yang
diselenggarakan, serta mencapai dan memanfaatkan berbagai
peluang yang ada untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan (The
American Hospital Association, 1988).
d. Program menjaga mutu adalah suatu program berlanjut yang
disusun secara objektif dan sistematis dalam memantau dan
menilai mutu dan kewajaran pelayanan, menggunakan berbagai
peluang yang tersedia untuk meningkatkan pelayanan yang
diselenggarakan serta menyelesaikan berbagai masalah yang
ditemukan (joint commission on accreditation of hospitals, 1988).
Keempat pengertian program menjaga mutu ini meski
rumusannya tidak sama namun pengertian pokok yang terkandung
didalamnya tidaklah berbeda. Pengertian pokok yang dimaksud
paling tidak mencangkup tiga rumusan utama, yakni rumusan
kegiatan yang akan dilakuakan, karakteristik kegiatan yang akan
dilakuakn, serta tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan
kegiatan tersebut.
Jika ketiga rumusan tersebut disarikan dari keempat
pengertian program menjaga mutu diatas, dapatlah dirumuskan
pengertian program menjadi mutu yang lebih terpadu. Program
menjaga mutu adalah suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu dalam
menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu pelayanan
berdasarkan standart yang telah ditetapkan, menetapkan dan
melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta meniali hasil yang dicapai dan
menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu
pelayanan.
Program menjaga mutu konkurent ( concurrent quality assurance )
Yang di maksud dengan program menjaga mutu konkurent adalah yang
diselenggarakan bersamaan dengan pelayanan kesehtan. Pda bentuk ini perhatian
utama lebih ditujukkan pada standart proses, yakni memantau dan menilai tindakan
medis, keperawatan dan non medis yang dilakukan.
Program menjaga mutu konkurent adalah program menjaga mutu yang
dilaksanakan bersamaan dengan penyelenggaraan bersamaan pelayanan kesehatan.
Pada bentuk ini, perhatian utama lebih ditunjukan pada unsure proses, yakni
menilai tindakan medis dan nonmedis yang dilakukan. Apabila kedua tindakan
tersebut tidak sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, maka bearti pelayanan
kesehatan yang

Anda mungkin juga menyukai