BABI
KONSEP DASAR GAWAT DARURAT
Kompetensi praktis
- Respek terhadadap keterbatasan yang dimiliki.
- Melakukan tindakan dan prosedur sesuai aturan.
m
Transfortasi
Pada umunya,dalam penanganan pasien dengan kondisi gawat
darurat dapat melakukan trasfortasi dengan prinsip : do not further harm
(jangan menyimbulkan kerusakan lebih lanjut)
Secara prinsip lakukan penangangan penderita
sebelum di bawab S Airway: efektip (bebas )
S Breathing: stabil
S Circulation:
( stabil)
Three men lift orang yang terlatih. Artinya jika memungkinkan, lakukan
pengangkatan pasien dengan 3 orang yang terlatih untuk melakukan
pengangkatan pada bagian :
Kepala dan bahu
- Pinggang
- Anggota tubuh bagian bawah
Kunci keberhasilan
- Personil terlatih
- Peralatan yang memadai
BAB II
BANTUAN HIDUP DASAR
I. Deskripsi singkat
Bantuan hidup dasar (BHD) bertujuan untuk memberikan
oksigensi segera,yang terdiri dari langkah-langkah; circulation ( C =
Sirkulasi ), Airway control ( A = Kontrol jalan napas ), Breathing
support ( B = Bantuan nafas ), dan Potensi seseoran untuk dapat
diselamatkan dari gagal nafas henti jantung dengan melakukan
resulasi jantung paru (RJP), manajemen jalan nafas dan ventilasi
serta pemberian obat-obatan intra vena, dapat berhasil dengan baik.
Masing-masing langkah tersebut tidak dapat dipisahkan untuk
keberhasilan resusitasi dan jika ada langkah-langkah tersebut yang
hilang atau tidak adekuat diharapkan sirkulasi kemungkinan survival
akan berkurang. Dengan RJP yang adekuat diharapkan sirkulasi dan
oksigen dapat dipertahankan sampai datang alat, untuk itulah
diperlukan seseorang perawatEmergency yang mampu dan terampil
dalam penatalaksaan RJP.
Pada materi ini peserta akan dijelaskan tentang langkah-langkah
dalam melakukan bantuan hidup dasar, demonstrasi, dan sirmulasi
m
IILUraian Materi
A. Anatomi dan fisiologi sistem pernapasan
Sistem pernafasan dimulai dari:
> Mulut, hidung, dan taring
Udara akan masuk melalui rongga hidung maupun
rongga mulut dan akan masuk ke rongga faring.
Pernafasan adekuat:
Inspeksi:
Tidak tampak dispnu .
Pergerakan dinding dada kiri dan
kanan simetris Tidak menggunakan
otot-otot nafas tambahan.
Frekuensi:
o Dewasa : 12 - 20 *
/menit o Anak : 15 - 30 x
/menit o Bayi : 25 - 50
x /menit
Inspeksi:
Tampak pernafasan sesak nafas (dispnoe), henti
nafas (apnoe). Tampak ekspansi paru tidak
sismentris kiri dan kanan Tampak menggunakan
otot-otot nafas tambahan.
Frekuensi;
Dewasa : < 10 x/menit atau > 30
x/menit Anak : < 15 x /menit
atau > 40 x /menit Bayi : < 25
x/menit atau > 50 x/menit Irama
pemapasan : irreguler.
Infark Miokard
Tersambar petir
Koma akibat berbagai macam kasus
2. Henti jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti
sirkulasi, Henti sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabakan otak
dan organ vital kekurangan oksigen. Pemapasan yang terganggu
( tersengal-sengal ) merupakan tanda awal akan teijadinya henti
jantung. Pada kondisi henti jantung, sirkulasi terhenti dan semua
organ tubuh mengalami hipoksia.
Tujuan BHD:
Bantuan hidup dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat
darurat medik yang bertujuan:
1. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya pemapasan
m
Langkah-langkah BHD
1. Pastikan keamanan penolong, pasien dan lingkungan.
2. Periksa kembali keadaan pasien dengan cara menggoncangakan bahu
pasien.
e. Jika arteri karotis teraba, cukup berikan napas buatan setiap 5 detik
sekali.
f. Namun bila arteri karotis tidak teraba lakuakn kombinasi nafas
buatan dan kompresi jantung luar dengan perbandingan 30 : 2 (baik
1 atau 2 orang penolong), dengan tehnik sebagai berikut;
1) Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang
iga kanan atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada
(stemum)
2) Dari pertemuan tulang stemum diukur kurang lebih 2 atau 3 jari
keatas daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakan
tangan penolong dalam memberikan bantuan sirkulasi.
3) Letakan salah satu pangkal telapak tangan penolong pada
pertengahan dari seperdua bagian bawah dada (stemum).
Evaluasi.
1. Sesudah 5 siklus ventilasi dan kompresi kemudian pasien dievaluasi
kembali.
2. Jika tidak ada nadi karotis, dilakukan kembali kompresi dan bantuan nafas
dengan ratio
30:2.
3. Jika ada nafas dan denyut nadi teraba letakkan pasien pada posisi
mantap.
4. Ika tidak ada nafas tetapi nadi teraba, berian bantuan nafas sebanyak
10-12x/menit dan monitor nadi setiap 10 detik.
5. Jika sudah terdapat pernafasan spontan dan adekuat serta nadi teraba,
jaga agar jalan
\
H. Breathing (pernafasan)
Memberikan bantun nafas
Jika pasien tida bernafas bantuan nafas dapat dilakukan melalui
mulut ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma, dengan cara
memberikan hembusan nafas sebanyak 2 kali hembusan, waktu yang
dibutuhkan tiap kali menghembuskan adalah 1 , 5 - 2 detik dan volume
udara yang dihembuskan 700-1000 (lOml/Kg/BB) atau sampai dada
pasien terlihat mengembang. Penolong harus menarik nafas dalam pada
saat akan menghembuskan nafas agar tercapai volume udara yang
cukup. Penolong harus memperhatikan respon dari pasien atau pasien
setelah diberikan bantuan nafas.
Cara memberikan bantuan pernafasan.
1. Mulut ke mulut
Bantuan pernafasan degan menggunakan cara ini yang cepat dan
efektif untuk memberikan udara ke paru-paru pasien. Pada saat
dilakukan nafas hembusan dari mulut ke mulut, penolong harus dapat
menutup seluruh mulut pasien dengan baik agar tidak terjadi
kebocoran saat menghembuskan nafas dan juga penolong harus
menutup lubang hidung pasien dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mencegah udara keluar kembali ke hidung.
Volume udara yang berlebihan dan kaju inspirasi yang terlalu
cepat dapat menyebabkan udara memasuki lambung sehingga terjadi
distensi lambung.
2. Mulut ke hidung
Tehnik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut ke
mulut pasien tidak memungkinkan, misalnya pada trismus atau
m
dimana mulut pasien mengalami luka yang berat, dan sebaliknya jika
melalui mulut ke hidung penolong harus menutup pasien.
3. Mulut ke stoma
Pasien yang mengalami laringotomi mempunyai lobang (stoma)
yang menghubung-kan trakhea langsung ke kulit. Bila pasien mengalami
kesulitan bernafas maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.
Evaluasi
d. Jika mengalami kesulitan untuk memberikan nafas buatan yang efektif,
perksa apakah masih ada sumbatan du mulut pasien serta perbaiki
posisi tengadah kepala dan angkat dagu yang belum adekuat. Lakukan
sampai dapat dilakukan 2 kali nafas buatan yang adekuat.
Bila pasien kembali bernafas spontan dan normal tetapi tetap belum
sadar, ubah posisi pasien ke posisi miring mantap, bia pasien muntah
tidak terjadi asprasi ( ).
Waspada terhadap kemungkinan pasien mengalami henti nafas kembali,
jika teijadi segera terlentangkan pasien dan lakukan nafas buatan
kembali.
m
bawah tulang stemum, genggam kepalan itu dengan kuat dan berikan
tekanan ke atas arah diafragma dengan gerkan cepat, jika tidak
berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi
meja atau belakang meja.
d. Penyapuan jari
Manuver ini hanya dilakukan atau digunakan pada pasien tidak
sadar, dengan muka menghadap ke atas buka mulut pasien dengen
memegang lidah dan rahanag diantara ibu jari dan jari-jarinya,
kemudian mengangkat rahang bawah. Tindakan ini akan menjauh
lidah dari kerongkongan serta menjauhkan benda asing yang mungkin
menyangkut ditempat tersebut. Masukkan jari telunjuk tangan lain
menelusuri bagan dalam pipi, jauh ke dalam kerongkongan di bagian
dasar lidah kemudian lakukan gerakan mengait untuk melepaskan
benda asing serta menggerakkan benda asing tersebut kp dalam
mulut sehingga memudahkan untu diambil. Hati-hati agar tidak
mendorong benda asing lebih jauh ke dalam jalan nafas.
2. Mintalah pertolongan
Bila telah dipastikan tidak ada respon atau terdapat tanda-tanda
gagal nafas penolong harus meminta pertolongan. Jika penolong
sendiri, dan anak jelas tidak bernafas, RJP harus dilakukan selama 1
menit sebelum meminta pertolongan.
3. Posisi penolong
Agar RJP dapat dilakukan efektif, harus dibuat posisi terlentang pada
permukaan yang keras dan rata. Pada saat akan menelentangkan anak
bila anak didapatkan perlukaan pada kepala dan leher harus dilakukan
kontrol servikal.
Caranya:
a. Tengadahkan kepala-topang dagu (chin lift-head tilt)
Penolong meletakkan tangan pada dahi kepala anak dan
menengadahkan kepala perlahan-lahan ke belakang atau posisi netral
pada bayi dan lebih ke belakang pada anak-anak agar struktur-
struktur di dalamnya termasuk lidah dapat terangkat dari jalan nafas.
Gunakan jari-jari tangan yang bebas untuk menopang dagu dan
diletakkan pada bagian tulang dari rahang bawah sehingga dagu
ditopang ke depan. Agar tidak menutup jalan nafas, harus dijaga agar
tidak sampai mulut terkatup atau menekan bagian-bagian lunak dari
rahang.
Sedangkan tangan lain dari penolong harus mempertahankan
kepala tengadah.
b. Gerakan mengedepankan rahang (mencakilan) juw thrust
Penolong meletakkan 2 atau 3 jari di bawah ke dua sisi dari
rahang bawah pada sudutnya dan kemudian mendorong rahang ke
depan.
Siku penolong harus diletakkan pada alas dimana pasien
berbaring. Gerakan pencangkilan ini dapat disertai dengan kepala
sedikit tengadah, sedangkan bila pasien diduga cedera leher
sebaliknya pencakilan tanpa posisi kepala tengadah.
Pada anak lebih dari 1 tahun, arteri karotis adalah ateri yang paling
baik untuk dinilai. Sedangkan pada anak kurang dari 1 tahun, arteri
brakhialis lebih dianjurkan.
m
8. Kompresi dada
Melakukan kompresi dada terdiri dari gerakan iramam yang teratur,
sehingga darah dapat dipompakan pada organ-organ penting seperti
jantung, paru dan otak, sehingga pasien tetap hidup sampai bantuan
hidup lanjut diberikan. Kompresi dada harus selalu disertai dengan
bantuan nafas. Untuk kompresi yang optimal, anak harus dalam posisi
horizontal terlentang pada permukaan yang keras.
m
a. Pada anak-anak
1) Cari dan raba batas bawah dari iga-iga yang terletak dekat penolong
dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah.
2) Kemudian diikuti tengah pada tonjolan tersebut, jari telunjuk
ditelentangkan disamping jari tengah.
3) Dengan jari tengah pada tonjolan tersebut, jari telunujuk
ditelentangkan disamping jari tengah.
4) Letakkan pangkal telapak tangan disamping jari telunjuk, dengan
arah axis memanjang dari pangkal telapak tangan sejajar stemum.
5) Kompresi dada dilakukan dengan satu tanagn sampai kedalaman 1-
1,5 inchi (2,5-3,8 cm) dengan kecepatan 80-100x/menit.
m
Menghentikan RJP
Bila RJP dilakukan dengan efektif, kematian biologis akan tertunda.
Saat menghentikan RJP merupakan keputusan yang sangat sulit yang
tergantung:
1. Lamanay kematian klinis.
2. Prognosis pasien (ditinjau dari penyebab henti jantung).
3. Penyebab henti jantung (pada henti jantung karena listrik minimal 1 jam)
Sebanyak keputusan penghentian RJP diserahkan kepada dokter.
m
Komplikasi RJP:
1. Fraktiriga.
Sering terjadi terutama pada orang tua. RJP tetap diteruskan
walaupun terasa ada fraktur iga. Fraktur mungkin terjadi bila posisi
tangan salah.
a. Pada bayi
Bayi ditunggakan pada lengan penolong dengan kepala lebih
rendah dari badan dan kepala ditahan dengan menahan pada rahang
bawah. Pada bayi terletak pada lengan atas penolong. Kemudian
dengan menggunakan pangkal telapak tangan yang lain, berikan 4
pukulan diantara kedua tulang belikat. Setelah memberikan pukulan,
penolong meletakkan tangan yang bawah pada punggung bayi
sehingga terjepit diantara kedua tangan, tangan bawah menahan
leher, rahang dan dada, sedangkan tangan lainnya menahan
punggung. Sambil tetap menahan kepala dan leher, bayi dilentangkan
di atas pangkuan penolongdengan kepala lebih rendah dari badan,
kemudian 4x hentakkan di dada dilakukan seperti pada kompresi dada
tetapi dengan kecepatan yang lambat. Penolong yang mermpunyai
tangan kecil mungkin akan mengalami kesulitan melakukan gerakan-
gerakan di atas apalagi jika bayi besar.