Bab II Pembahasan
Bab II Pembahasan
PENDAHULUAN
1
perilaku dan partisipasi masyarakat yang masih kurang dalam kegiatan PSN
(pemberantasan sarang nyamuk), serta faktor pertambahan jumlah penduduk
dam peningkatan sarana transportasi menyebabkan menyebabkan penyebaran
virus DBD semakin mudah dan semakin luas. Hal tersebut jelas sekali bahwa
peningkatan dan penyebaran kasus kejadian DBB bukan hanya karena faktor
alam tetapi perilaku masyarakat pun termasuk pendukung terjadinya kejadian
DBD.
2
B Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis merumuskan rumusan
masalah Apakah ada Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD)?
C Tujuan Makalah
1 Tujuan umum
Mengetahui hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).
2 Tujuan khusus
Mendeskripsikan teori atau hasil penelitian mengenai hubungan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan kejadian demam berdarah dengue
(DBD).
D Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi program
kesehatan, masyarakat dan ilmu pengetahuan.
1 Bagi Penulis
Mengetahui upaya pencegahan untuk mengurangi kejadian demam
berdarah dengue.
2 Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan
Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk
penyusunan makalah selanjutnya tentang upaya pencegahan untuk
mengurangi kejadian demam berdarah dengue dan sebagai informasi
untuk mahasiswa fakultas ilmu kesehatan.
3 Bagi Masyarakat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi pada masyarakat
tentang hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
kejadian demam berdarah dengue (DBD), sehingga masyarakat dapat
mengetahui pentingnya untuk berperilaku hidup bersih dan sehat
terutamaya melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk dengan
melakukan 3M (menguras, menutup dan mengubur) supaya bisa
mencegah terjadinya DBD diwilayah tertentu dan mengurangi angka
kejadian DBD .
3
Makalah ini disusun dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Melalui
metode ini penulis akan menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan
komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini dikumpulkan dengan
menggunakan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil data
melalui kegiatan membaca berbagai literatur yang relevan dengan tema makalah.
Data tersebut diolah dengan teknik analisis isi melalui kegiatan mengeksposisikan
data serta mengaplikasikan data tersebut dalam konteks tema makalah. Makalah
ini terdiri dari: Bab I Pendahuluan dengan subbab latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan masalah, manfaat makalah, dan metode penyusunan
makalah, Bab II Pembahasan dengan subbab kajian teoritis dengan sub subab
definisi dan faktor penyebab demam berdarah dengue (DBD), tanda dan penularan
DBD, faktor-faktor yang mempengaruhi penularan DBD, upaya-upaya
pencegahan penyakit DBD, pengertian perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),
indikator PHBS dan manfaat PHBS, serta subbab kedua adalah pembahasan
dengan sub subab hubungan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan
kejadian demam berdarah dengue , Bab III Simpulan dan Saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kajian Teoritis
1. Definisi dan Faktor Penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disertai
dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan dapat
menyebabkan kematian, umumnya menyerang pada anak < 15 tahun, namun
tidak tertutup kemungkinan menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit
ini adalah demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang
4
jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di
kulit (petechoae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang
mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock) (Depkes RI,
2003 dalam Roose, A. 2008: 9)
5
Penularan tidak akan terjadi jika kita mencegah faktor-faktor yang
mempengaruhi penularan penyakit DBD.
b. Partisipasi masyarakat
Menurut Notoatmodjo (2007: 124).
Partisipasi masyarakat adalah ikut sertanya seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat
tersebut. Partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan
seluruh anggota masyarakat dalam memecahka masalah kesehatan mereka
sendiri.
6
berbagai jeni penyakit yang disebabkan serangga dengan program
pemberantasan DBD agar memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu,
peran partisipasi masyarakat dapat ditingkatkan dengan pemberian intensif
seperti pemberian kelambu atau bubuk abate secara gratis bagi berperan
aktif. (Soegijanto, 2006:7 dalam Sitorus, Rotua Sumihar, 2009: 28).
6. Indikator PHBS
7
Hasil Riskesdas 2013 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) terdiri dari sepuluh indikator yang mencakup perilaku individu dan
gambaran rumah tangga. (Promkes, 2009 dalam Kemenkes RI, 2003:147).
7. Manfaat PHBS
Menurut Kementrian Kesehatan RI, (2016: 3) dalam Booklet PHBS di
Rumah Tangga Manfaat perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dibagi
menjadi dua, diantaranya yaitu:
a. Manfaat bagi Rumah Tangga
1) Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit
2) Anak tumbuh sehat dan cerdas
3) Anggota keluarga giat bekerja
4) Pengeluaran biaya rumah tangga dapat digunakan untuk memenuhi gizi
keluarga, pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan
keluarga
b. Manfaat bagi Masyarakat
1) Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat
2) Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan
3) Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada
4) Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat (UKBM) seperti posyandu, tabungan ibu bersalin, arisan
jamban, ambulans desa dan lain-lain.
B. Pembahasan
Alasan penulis mengambil judul hubungan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan kejadian DBD, karena masalah DBD di Indonesia setiap tahunnya
cenderung meningkat, hal ini dapat dibuktikan pada gambar 2.1 jumlah
kabupaten/kota terjangkit dbd di indonesia tahun 2009-2015.
8
Gambar 2.1 jumlah Kabupaten/Kota terjangkit Dbd di Indonesia tahun 2009-2015
Sumber Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015 dalam Kementrian Kesehatan RI,
(2016: 187)
Berdasarkan gambar grafik diatas menurut Kementrian Kesehatan RI,
(2016: 187) bahwa angka kesakitan DBD per kota/kabupaten cenderung terus
meningkat. Hal ini mencerminkan bahwa penyakit DBD suatu penyakit yang
tidak bisa dikesampingkan yang membutuhkan pencegahan dan penanggulangan
segera agar tidak terjadi pada tahun berikutnya.
Penyebab terjadinya DBD adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor
penular, adapun ciri-ciri nyamuk aedes aegypti dapat dilihat pada gambar 2.2
nyamuk Aedes aegypti sedang mengigit manusia.
9
barang yang selalu ditemukan didalam kehidupan sehari-hari seperti ember,vas
bunga, botol, kaleng, potongan bambu, dan lain sebagainya.
Hal tersebut jika didiamkan maka akan membantu persebaran sumber
penular penyakit DBD, maka dari itu dibutukan kegiatan yang menunjang untuk
mengendalikan perkembangbiakkan nyamuk tersebut. Salah satu kegiatan yang
menunjang untuk kegiatan tersebut adalah berperilaku hidup bersih dan sehat
karena perilaku adalah penentu derajat kesehatan setelah lingkungan.
1.pengetahuan
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Supriyadi, Agus (2016: 65) yang
menyatakan bahwa berdasarkan hasil analisis somers i D dengan ada hubungan
tingkat pengetahuan PHBS dengan upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen
ditunjukkan dengan siginifikan 0,000 dengan arah positif sebesar 0,668 sehingga
menunjukkan hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan PHBS dengan
upaya pencegahan Demam Berdarah Dengue.
10
Pengetahuan seseorang menurut Wawan, A. dan M. Dewi, (2011:17) dapat
dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan dan umur. Menurut YB Mantra dalam
Notoatmodjo (2003) dalam Wawan, A. dan M. Dewi, (2011: 17) pendidikan dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi untuk sikap berberapa serta dalam pembangunan,
pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima
informasi.
2. sikap
11
meningkatkan kejadian penyakit DBD. Sikap hanyalah suatu persepsi masyarakat
mengenai suatu objek, maka dari itu untuk membuat suatu sikap itu menjadi
perbuatan nyata maka yang harus dilakukan adalah mempraktikkannya.
3. praktik
12
Gambar 2.3 Gerakkan 3M+plus
Sumber Zaki, S. (2016)
13
3M Plus populasi nyamuk penyebab DBD dan penularan penyakit DBD menjadi
terkendali, kemungkinan terhindar dari berbagai jenis penyakit yang diakibatkan
nyamuk tersebut, kejadian penyakit DBD diharapakan setiap tahunnya berkurang,
dan tentunya lingkungan menjadi bersih dan sehat.
Manfaat tersebut dapat dirasakan jika semua rumah tangga atau masyarakat
melakukan kegiatan tersebut atau berpartisipasi dalam memberantas penyakit
DBD. Angka perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia dapat dilihat pada
gambar 2.4 proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) baik menurut provinsi, Indonesia 2013.
Gambar 2.4 proporsi rumah tangga yang memenuhi kriteria perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) baik menurut provinsi, Indonesia 2013.
Sumber Hasil Riskesdas Tahun 2013, (2013:150).
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2013 (2013: 150), dapat
disimpulkan bahwa proporsi nasional rumah tangga dengan PHBS baik adalah
32,3 % dan terdapat 20 dari 33 provinsi yang masih memiliki rumah tangga PHBS
baik di bawah proporsi nasional.
Hal tersebut menunjukkan masih banyaknya masyarakat atau rumah tangga
yang tidak melaksanakan sepuluh indikator perilaku hidup bersih dan sehat, yang
sudah dijelaskan pada kajian teoritis, dengan adanya hal tersebut maka sebaiknya
ada suatu kebijakan berupa sanksi tentang upaya pencegahan penyakit DBD.
Sanksi tersebut diberikan kepada masyarakat yang tidak menjalankan atau
melakukan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk. Sanksi tersebut diharapkan
mampu mengurangi angka kejadian penyakit DBD. Sebenarnya sanksi untuk
14
masyarakat yang tidak melaksanakan PSN sudah diterapkan di negara lain seperti
negara Singapura dan Malaysia. Kedua negara tersebut telah menerapkan sanksi
bagi siapapun yang dirumahnya masih terdapat jentik.
Menurut Wong, C.H., (2013). Singapura, berpenduduk sekitar 5,3 juta jiwa,
menerapkan kendali penyakit dan pengawasan terhadap nyamuk secara ketat.
Otoritas setempat pun menerapkan sanksi berat bagi siapapun yang lalai
membersihkan lokasi bertelur nyamuk di rumah penduduk, Pemerintah meminta
warga membersihkan rumah dan tempat umum dari genangan air. Pihak
berwenang juga memperkenalkan sistem peringatan berbasis warna untuk
memperingatkan warga di sejumlah wilayah jika wabah DBD terjadi.
Berdasarkan kutipan di atas, jelas sekali terlihat adanya suatu ketegasan dan
keseriusan pemerintah dalam mengatasi kejadian penyakit DBD, maka dari itu
diharapkan negara Indonesia mempunyai suatu kemauan dan keseriusan
mengatasi masalah penyakit DBD dengan cara menghukum dengan memberi
sanksi kepada masyarakat yang dirumahnya masih terdapat jentik nyamuk yang
menjadi penyebab penyakit DBD.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Purnamasari, I.K., (2011)
mengenai hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian DBD adalah
sebagai berikut.
Terdapat hubungan yang signifikan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Dengan Kejadian DHF (Dengue Haemorhagic Fever) pada anak. Di Polindes Waru
Kulon Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan Tahun 2010. Seseorang yang memiliki
perilaku yang sehat akan terhindar dari penyakit DHF, karena dalam kejadian DHF
dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan fisik, fasilitas kesehatan, PHBS dan petugas
kesehatan. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang terkena DHF sebagian besar
mempunyai perilaku yang tidak sehat, dalam hal ini kebiasaan perilaku hidup bersih dan
sehat ibu atau keluarga yang berhubungan dengan DHF. (Purnamasari, I.K., 2011: 25)
Perilaku hidup bersih dan sehat untuk suatu upaya pencegahan yang sederhana
untuk mencegah penyakit khususnya penyakit DBD, adapun pencegahan yang dilakukan
adalah dengan melakukan gerakkan 3M Plus. Gerakkan tersebut tidak akan berhasil jika
masih kurangnya partisipasi masyarakat terhadap berperilaku hidup bersih dan sehat dan
peduli terhadap lingkungan baik lingkungan rumah dan sekitarnya. Berdasarkan kutipan
di atas, penulis menyimpulkan bahwa seseorang yang sudah menjalankan perilaku hidup
bersih dan sehat akan terhindar dari penyakit DBD, begitu pun sebaliknya seseorang yang
15
belum menjalan perilaku hidup bersih dan sehat khususnya 3M Plus akan memperbesar
peluang terhadap dirinya untuk terkena penyakit DBD.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A SIMPULAN
Berdasarkan hasil uraian dari BAB II maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Penyakit ini dapat menyerang semua orang, mengakibatkan kesakitan bahkan
kematian. Setiap tahunnya negara Indonesia adalah salah satu negara yang
16
menjadi endemik penyakit DBD, maka dari itu dibutuhkan suatu pencegahan dan
penanggulangan. Pencegahan yang dapat dilakukan dengan berperilaku hidup
bersih dan sehat yaitu dengan memberantas jentik nyamuk. Pemberantasan jentik
nyamuk dilakukan dengan gerakkan 3M Plus yaitu (menguras, menutup dan
mengubur serta menghindari gigitan nyamuk). Masyarakat yang berperilaku hidup
bersih dan sehat dapat mencegah atau mengurangi peluang untuk terkena penyakit
DBD, sebaliknya masyarakat yang tidak menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat akan memberikan peluang yang besar terhadap dirinya untuk terkena
penyakit DBD. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Ida
Kasi Purnamasari di Polindes Waru Kulon Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan
Tahun 2010 yang menyatakan sebagai berikut.
Terdapat hubungan yang signifikan antara Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Dengan Kejadian DHF (Dengue Haemorhagic Fever) pada anak. Di Polindes Waru
Kulon Kecamatan Pucuk Kabupaten Lamongan Tahun 2010. Seseorang yang memiliki
perilaku yang sehat akan terhindar dari penyakit DHF, karena dalam kejadian DHF
dipengaruhi oleh kebersihan lingkungan fisik, fasilitas kesehatan, PHBS dan petugas
kesehatan. Begitu juga sebaliknya, seseorang yang terkena DHF sebagian besar
mempunyai perilaku yang tidak sehat, dalam hal ini kebiasaan perilaku hidup bersih dan
sehat ibu atau keluarga yang berhubungan dengan DHF. (Purnamasari, I.K., 2011: 25)
B SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan tersebut, maka beberapa saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut.
1 bagi tenaga kesehatan dan calon tenaga kesehatan diharapkan mampu
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya
mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat agar terhindar dari penyakit
atau memperkecil peluang untuk sakit, khususnya sakit demam berdarah
dengue dan mensosialisasikan terkait dengan gerakkan memberantas jentik
nyamuk yaitu 3M Plus.
2 bagi pemerintah ataupun pihak terkait seperti puskesmas, diharapkan
membuat kebijakan berupa sanksi tegas bagi yang dirumahnya masih terdapat
jentik nyamuk.
17