Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan penyakit beresiko tinggi pada ibu hamil
yang dapat mengancam keselamatan dari ibu dan janin. Penyakit ini disebabkan dari
kehamilan itu sendiri. Seorang ibu hamil yang mengalami pre-eklampsia dan eklampsia
biasanya karena ada riwayat hipertendi (tekanan darah yang tinggi), sehingga ini dapat
mengganggu dalam proses kehamilan, melahirkan, dan juga dapat terjadi setelah
melahirkan.
Di Indonesia, banyak kasus dari pre-eklampsia dan eklampsia yang mengorbankan
ibu dan bayi. Hal ini terjadi karena banyak dari ibu hamil yang tidak mengetahui gejala-
gejala dari pre-eklampsia dan eklampsia itu sendiri karena umumnya gejala tersebut biasa
terjadi pada ibu hamil seperti hipertensi dan edema. Sehingga setelah penyakit ini
menjadi berat, baru diketahui bahwa ibu menderita pre-eklampsia bahkan ada yang
sampai menderita eklampsia.
Dengan melihat fenomena ini, seorang perawat seharusnya lebih mengetahui lagi
bagaimana tanda dan gejala dari preeklampsia dan eklampsia itu sendiri sehingga kasus
ini dapat diketahui dan ditangani dengan cepat dan korban ibu dan bayi dapat
diminimalisir.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah defenisi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
b. Apa saja etiologi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
c. Apa saja manifestasi Klinis dari pre-eklampsia dan eklampsia?
d. Apa saja klasifikasi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
e. Bagaimana patofisiologi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
f. Bagaimana penatalaksanaan medis dan keperawatan pre-eklampsia dan eklampsia?
g. Apa saja pemeriksaan penunjang dan diagnostik pre-eklampsia dan eklampsia?
h. Apa saja komplikasi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien pre eklampsia dan eklampsia?

1
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui defenisi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
b. Untuk mengetahui etiologi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
c. Untuk mengetahui manifestasi Klinis dari pre-eklampsia dan eklampsia?
d. Untuk mengetahui klasifikasi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
e. Untuk mengetahui patofisiologi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
f. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dan keperawatan pre-eklampsia dan
eklampsia?
g. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan diagnostik pre-eklampsia dan
eklampsia?
h. Untuk mengetahui komplikasi dari pre-eklampsia dan eklampsia?
i. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien pre eklampsia dan eklampsia?

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2
2.1 Landasan Teoritis Pre-Eklampsia & Eklampsia
2.1.1 Defenisi
Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan. Eklampsia merupakan peningkatan yang lebih berat dan
berbahaya dari pre-eklampsia, dengan tambahan gejala-gejala tertentu. Sindroma pre-
eklampsia ringan dengan hipertensi, edema, dan proteinuria sering tidak disadari,
sehingga dalam waktu singkat dapat timbul pre-eklampsia berat, bahkan eklampsia.
Pre-eklampsi merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan dimana hipertensi
terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita yang sebelumnya memiliki tekanan darah
normal (Bobak, 2005:62).
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan. Umumnya terjadi pada triwulan ke-3
kehamilan, tetapi dapat terjadi sebelumnya. Pada hipertensi, kenaikan tekanan sistolik
harus 30 mmHg atau lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, dan mencapai 140
mmHg atau lebih. Jika tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih, atau menjadi
90 mmHg atau lebih.
Eklampsia merupakan keadaan yang dapat terjadi mendadak dengan atau tanpa
didahului oleh preklampsia. Ditandai dengan serangan kejang yang menyerupai kejang
pada epilepsi grand mal dengan pengecualian bahwa pada eklampsia biasanya tidak
terdapat gangguan pengendalian sfingter. Eklampsia paling sering ditemukan selama atau
sesaat sesudah persalinan. (Hellen Farrer, 1999)

2.1.2 Etiologi
Sampai sekarang yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia masih
belum diketahui dengan jelas. Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi
dari kelainan tersebut sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu :
Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan.
Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.

3
Faktor imunologis
Penyebab dari eklampsia belum diketahui pasti, namun salah satu teori
mengemukakan bahwa eklampsia disebabkan iskemia rahim dan plasenta (Ischaemia
Utera Placentoe).

2.1.3 Manifestasi Klinis


Pada pre-eklampsia ringan tidak ditemukan adanya gejala-gejala subjektif.
Biasanya tanda-tanda pre-eklampsia timbul dalam urutan : pertambahan berat badan
yang berlebihan, diikuti edema, hipertensi, dan akhirnya proteinuria.
Pada eklampsia berat ditemukan gejala :
Sakit kepala di daerah frontal, diplopia, skotoma
Nyeri perut pada bagian ulu hati yang kadang disertai dengan muntah
Gangguan pernafasan sampai cyanosis
Terjadi gangguan kesadaran
Tekanan darah lebih meningkat, tekanan darah sistolik 160 mmHg, ekanan darah
diastolik 110 mmHg
Peningkatan kadar enzim hati atau/dan ikterus
Trombosit < 100.000/mm3
Oliguria < 400 ml/24 jam
Proteinuria > 3 gr/L
Perdarahan retina
Edema pulmonum
Koma

Gejala pada eklampsia diawali dengan timbulnya tanda-tanda preeklampsia yang


semakin buruk. Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat yakni :

a. Tingkat aura / awal, berlangsung 30 detik, mata penderita terbuka tanpa melihat,
kelopak mata bergetar demikian pula tangannya dan kepada diputar ke kanan / kiri.
b. Tingkat kejangan tonik, berlangsung 30 detik, seluruh otot menjadi kaku, wajahnya
kelihatan kaku, tangan mengggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan
berhenti, muka mulai menjadi sianosis, lidah dapat tergigit.

4
c. Tingkat kejangan klonik, berlangsung antara 1-2 menit, spesimustonik tonik
menghilang, semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam tempo yang cepat,
mulut membuka dan menutup dan lidah dapat tergigit kembali, bola mata menonjol,
dan mulut keluar ludah yang berbusa muka menunjukkan kongesti dan sianosis.
Kejangan dapat terhenti dan penderita menarik nafas secara mendengkur.

d. Tingkat koma, lamanya ketidaksadaran tidak selalu sama, secara perlahan-lahan


penderita menjadi sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul
serangan baru dan yang berulang, sehingga ia tetap dalam koma.

2.1.4 Klasifikasi
Pre-eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu sebagai berikut :
1. Pre-eklampsia Ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring
terlentang, atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih, atau kenaikan sistolik
30 mmHg atau lebih .Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada 2 kali
pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka, atau kenaikan berat 1 kg atau lebih
per minggu.
Proteinuria kwantatif 0,3 gr atau lebih per liter.
2. Pre-eklampsia Berat
Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam .
Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis.

Klasifikasi eklampsia
1. Eklampsia gravidarum
Kejadian 150 % sampai 60 %
Serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklampsia parturientum
Kejadian sekitar 30 % sampai 35 %
5
Saat sedang inpartu
Batas dengan eklampsia gravidarum sukar ditentukan terutama saat mulai
inpartu.
3. Eklampsia puerperium
Kejadian jarang
Terjadinya serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir

2.1.5 Patofisiologi
Pada pre eklampsia terdapat penurunan plasma dalam sirkulasi dan terjadi
peningkatan hematokrit. Perubahan ini menyebabkan penurunan perfusi ke organ ,
termasuk ke utero plasental fatal unit. Vasospasme merupakan dasar dari timbulnya
proses pre eklampsia. Konstriksi vaskuler menyebabkan resistensi aliran darah dan
timbulnya hipertensi arterial. Vasospasme dapat diakibatkan karena adanya peningkatan
sensitifitas dari sirculating pressors. Pre eklampsia yang berat dapat mengakibatkan
kerusakan organ tubuh yang lain. Gangguan perfusi plasenta dapat sebagai pemicu
timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat berakibat terjadinya Intra
Uterin Growth Retardation.
Patofisiologi preeklamsia-eklamsia setidaknya berkaitan dengan perubahan
fisiologis kehamilan. Adaptasi fisiologis normal pada kehamilan meliputi peningkatan
volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskuler sistemik, peningkatan
curah jantung, dan penurunan tekanan osmotik koloid. Pada preeklamsia, volume plasma
yang beredar menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit
maternal. Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke
unit janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ
dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal
menurun.
Predisposisi genetik dapat merupakan fakktor imunologi lain( Chesley, 1984 ).
Sibai menemukan adanya frekuensi preeklamsia dan eklamsia pada anak dan cucu
wanita yang memiliki riwayat eklampsia, yang menunjukkan suatu gen resesif autosom
yang mengatur respons imun maternal.

2.1.6 Penatalaksanaan Medis & Keperawatan


1. Penatalaksanaan pre eklamsia
6
a. Pencegahan
Pemeriksaan antenatal teratur dan bermutu serta teliti, mengenal tanda-tanda
sedini mungkin (pre elkamsia ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup
supaya penyakit tidak menjadi lebih berat.
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre eklamsi kalau ada
faktor-faktor peredisposisi.
b. Penanganan, tujuannya :
Untuk mencegah terjadinya pre-eklamsi dan eklamsi
Agar janin lahir hidup
Meminimalisir trauma pada janin

Prinsip penanganan preeklampsia:


a. Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
Tujuan pengobatan ini adalah untuk mengurangi resiko pada ibu seperti
infark cerebri atau gagal jantung dan juga untuk mengurangi gangguan pada
sirkulasi uteroplasenter.Penurunan tekanan darah yang terlalu rendah dapat
mengganggu sirkulasi aliran darah pada janin.
b. Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
c. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio plasenta, pertumbuhan janin
terhambat, hipoksia sampai kematian janin)

Penanganan pre-eklampsia terdiri atas penanganan medik dan penanganan


obsetrik. Penanganan obsetrik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat optimal,
sebelum janin mati dalam kandungan, namun sudah cukup matur untuk hidup di luar
uterus. Waktu optimal tersebut tidak selalu dapat dicapai pada penanganan pre-
eklampsia, terutama bila janin masih sangat prematur, oleh karena itu tindakan medis
harus menunggu janin lebih matur.
Pengobatan pre-eklampsia yang tepat adalah pengakhiran kehamilan karena
tindakan tersebut menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia
dengan bayi yang masih prematur penundaan pengakhiran kehamilan mungkin dapat
menyebabkan eklampsia atau kematian janin. Cara pengakhiran dapat dilakukan
dengan induksi persalinan atau seksio sesarea menurut keadaan dengan indikasi pre-
eklampsia ringan dengan kehamilan labih cukup-bulan, pre-eklampsia dengan

7
hipertensi dan/atau proteinuria menetap selama 10-14 hari, dan janin sudah cukup
matur, pre-eklampsia berat, eklampsia.
Penatalaksanaan Pre-eklamsi ringan
1. Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk penanganan pre-
eklampsia
2. Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya, tidak perlu
dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100
mmHg
3. Pemberian luminal 1 sampai 2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
4. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg / hari
5. Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat anti
hipertensi: metildopa 3 x 125 mg/hari (maksimal 1500 mg/hari), atau nifedipin 3-
8 x 5 10 mg / hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg / hari atau pindolol 1-3 x 5
mg / hari 9 maks. 30 mg / hari
6. Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu
7. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap 1 minggu
8. Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah rawat jalan,
peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien
menunjukkan preeklampsia berat.
9. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai preeklampsia berat
10. Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
11. Pengakhiran kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia
atau indikasi terminasi kehamilan lainnya.
12. Persalinan dalam preeklampsia ringan dapat dilakukan spontan atau dengan
bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala II.

Penatalaksanaan Pre-eklamsi berat, kehamilan kurang 37 minggu:


a. Janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru
Berikan suntikan sulfat magnesium dosis 8gr IM, kemudian disusul dengan
injeksi tambahan 4 gr Im setiap 4 jam( selama tidak ada kontra dindikasi)

8
Jika ada perbaikan jalannya penyakit, pemberian sulfas magnesium dapat
diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklamsia ringan
(kecuali jika ada kontraindikasi)
Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan:
induksi partus atau cara tindakan lain, melihat keadaan.
b. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin, maka
penatalaksan kasus sama seperti pada kehamilan di atas 37 minggu.

Pre-eklamsi berat kehamilan 37 minggu ke atas:


a. Penderita di rawat inap
Istirahat mutlak dan di tempatkan dalam kamar isolasi
Berikan diit rendah garam dan tinggi protein
Berikan suntikan sulfas magnesium 8 gr IM (4 gr bokong kanan dan 4 gr
bokong kiri), Suntikan dapat di ulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam. Syarat
pemberian Mg So4 adalah: reflek patela (+), diurese 100cc dalam 4 jam yang
lalu, respirasi 16 permenit dan harus tersedia antidotumnya: kalsium lukonas
10% ampul 10cc.
Infus detroksa 5 % dan ringer laktat
b. Obat antihipertensif: injeksi katapres 1 ampul IM dan selanjutnya diberikan tablet
katapres 3x tablet sehari
c. Diuretika tidak diberikan, kecuali terdapat edema umum, edema paru dan
kegagalan jantung kongesif. Untuk itu dapat diberikan IV lasix 1 ampul.
d. Segera setelah pemberian sulfas magnesium kedua, dilakukan induksi dipakai
oksitosin (pitosin atau sintosinon) 10 satuan dalam infus tetes.
e. Kala II harus dipersingkat dengan ekstrasi vakum dan forsep, ibu dilarang
mengedan.
f. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi pendarahan disebabkan
atonia uteri.
g. Bila ada indikasi obstetik dilakukan sectio cesaria.

9
2. Penatalaksanaan eklamsi
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan
menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya
dengan cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan.
Timbulnya eklampsia dapat dicegah atau frekuensinya dikurangi. Usaha-usaha
untuk menurunkan frekuensi eklampsia, terdiri atas :
a. Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan mengusahakan agar
semua wanita hamil memeriksakan diri sejak hamil-muda
b. Mencari pada tiap pemeriksaan tanda-tanda pre-eklampsia dan mengobatinya
segera apabila ditemukan
c. Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke atas
apabila setelah dirawat tanda-tanda pre-eklampsia tidak juga dapat dihilangkan

Tujuan pertama pengobatan eklamsia adalah menghentikan kejangan


mengurangi vasospasmus, dan meningkatkan diuresis. Pertolongan yang perlu
diberikan jika kejang adalah mempertahankan jalan pernapasan bebas,
menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen, dan menjaga agar penderita
tidak mengalami trauma. Untuk mencegah terjadinya kejangan lagi, dapat diberikan
obat, misalnya :
a. Penderita eklamsia harus di rawat inap di rumah sakit, tujuan :
Menghentikan konvulsi
Mengurangi vaso spasmus
Meningkatkan diuresis
Mencegah infeksi
Memberikan pengobatan yang tepat dan cepat
Terminasi kehamilan dilakukan setelah 4 jam serangan kejang terakhir dengan
tidak memperhitungkan tuannya kehamilan.
b. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah
kejang-kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan
pethidin 100 mg atau luminal 200mg atau morfin 10 mg.
c. Pertolongan pertama setelah sampai di rumah sakit adalah:
Membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
Menghindari lidah tergigit
10
Pemberian oksigen
Pemasangan infus dekstrosa atau glukosa 10 %-20%-40%
Menjaga jangan terlalu trauma
Pemasangan kateter tetap(dauer kateter)
d. Observasi ketat penderita:
Dalam kamar isolasi: tenang, lampu redup- tidak terang, jauh dari kebisingan
dan rangsangan.
Dibuat daftar catatan yang dicatat selama 30 menit: tekanan darah, nadi,
respirasi, suhu badan, reflek, dan diuresis diukur. Kalau dapat dilakukan
funduskopi sekali sehari. Juga dicatat kesadaran dan jumlah kejang.
Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter
dalam 24 jam.
Diperiksa kadar protein urine 24 jam kuantitatif
e. Penatalaksanaan pengobatan
Sulfas Magnesium injeksi MgSO4% dosis 4 gram IV perlahan-lahan selama 5-
10menit, kemudian disusul dengan suntikan IM dosis 8 gram. Jika tidak ada
kontraindikasi suntikan IM diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam.
Pemberian ini dilakukan sampai 24jam setelah konvulsi berakhir atau setelah
persalinan, bila tidak ada kontraindikasi(pernapasan,reflek, dan diuresis).
Harus tersedia kalsium glukonas sebagai ntidotum. Kegunaan MgSO4 adalah:
Mengurangi kepekaan syaraf pusat untuk mencegah konvulsi
Menambah diuresis, kecuali bila ada anuria
Menurunkan pernafasan yang cepat
Pentotal sodium
Dosis inisal suntikan IV perlahan-lahan pentotal sodium 2,5% sebanyak
0,2 0,3gr.
Dengan infus secara tetes (drips)tiap 6 jam:
- 1 gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %
- gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 10 %
- gr pentotalsodium dalam 500 cc dektrosa 5 %
- gr pentotal sodium dalam 500 cc dektrosa 5 %(selama 24 jam)

11
Kerja pentotal sodium; menghentikan kejang dengan segara. Obat ini
hanya diberikan di rumah sakit karena cukup berbahaya menghentikan
pernapasan (apnea).
Valium (diazepam)
Dengan dosis 40 gr dalam 500cc glukosa 10% dengan tetesan 30 tetes
permenit. Seterusnya berikan setiap 2 jam 10mg dalam infus atau suntikan IM,
sampai tidak ada kejang. Obat ini cukup aman.
Litik koktil, ada 2 macam kombinasi obat:
Largatil (100mg)+ phenergen(50mg)+phetidin (100mg)
Phetidin (100mg)+Chorpromazin(50mg)+Promezatin(50mg)
Dilarutkan dalam glukosa 5% 500cc dan diberikan secara infuse tetes
IV 4 jumlah tetesan disesuaikan dengan serangan kejang dan tensi penderita.
Sfonograf
Pertama kali morfin 20mg SC
jam stelah 1 MgSO415 % 40cc SC
2jam setelah 1 morfin 20 mg SC
5 jam setelah 1 MgSO4 15% 20-40cc SC
11 jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC
19 jam setelah 1 MgSO4 15% 10cc SC Lama pengobatan 19 jam , cara
ini sekarang sudah jarang dipakai.
Pemberian antibiotika
Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari
Penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan.
f. Penanganan Obstetrik
Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status
obsterikus penderita: keadaan janin, keadaan serviks dan sebagainya. Setelah
kejang dapat diatasi, keadaan umum penderita , direncanakan untuk mengakhiri
keh amilan atau mempercepat jalannya persalinan dengan cara yang aman.
Kalau belum inpartu,maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam bebas
kejang dengan atau tanpa amniotomi. Kala II harus dipersingkat dengan ekstraksi
vakum atau ekstraksi forsep. Bila janin mati embriotom. Bila serviks masih
tertutup dan lancip(pada Primi), kepala janin masih tinggi, atu ada kesan

12
disproporsi sefalopelvik atau ada indikasi obstetrik lainnya sebaiknya dilakukan
sectio secaria(bila janin hidup). Anestesi yang dipakai lokal atau umum
dikonsultasikan dengan ahli anestesi.

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang & Diagnostik


1. Pemeriksaan spesimen urin mid-stream untuk menyingkirkan kemungkinan infeksi
urin.
2. Pemeriksaan darah, khususnya untuk mengetahui kadar ureum darah (untuk menilai
kerusakan pada ginjal) dan kadar hemoglobin.
3. Pemeriksaan retina untuk mendeteksi perubahan pada pembuluh darah retina.
4. Pemeriksaan kadar human laktogen plasental (HPL) dan estriol di dalam plasma serta
urin untuk menilai faal unit fetoplasental.

2.1.8 Komplikasi
Komplikasi yang terberat ialah kematian ibu dan janin. Usaha utama ialah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita pre-eklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang tersebut di bawah ini biasanya terjadi pada pre-eklampsia berat dan
eklampsia.
1. Solusia plasenta. Komplikasi ini biasanya terjadi pada ibu yang menderita
hipertensi akut dan lebih sering terjadi pada pre-eklampsia.di rumah sakir Dr. Cipto
Mangunkusumo 15,5% solusio plasenta disertai pre-eklampsia.
2. Hipofibrinogenemia. Pada pre-ekslampsia berat Zuspan (1978) menemukan 23%
hipofibrinogenemia, maka dari itu penulis menganjurkan pemeriksaan kadar
fibrinogen secara berkala.
3. Hemolisis. Penderita dengan pre-eklampsia berat kadang-kadang menunjukkan
gejala klinik hemolisis yang dikenal karena ikterus. Belum diketahui dengan pasti
apakah ini merupakan kerusakan sel-sel hati atau destruksi sel darah merah.
Nekrosis periportal hati yang sering ditemukan pada autopsi penderita eklampsia
dapat menerangkan ikterus tersebut.
4. Pendarahan otak. Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal
penderita eklampsia,
5. Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai
seminggu, dapat terjadi. Pendarahan kadang-kadang terjadi pada retina; hal ini
merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri.
13
6. Edema paru-paru. Zuspan (1978) menemukan hanya satu penderita dari 69 kasus
eklampsia hal ini disebabkan karena payah jantung.
7. Nekrosis hati. Nekrosis periportal hati pada pre-eklampsia-eklampsia merupakan
akibat vasopasmus arteriol umum. Kelainan ini diduga khas untuk eklampsia,
tetapi ternyata juga ditemukan pada penyakit lain. kerusakan sel-sel hati dapat
diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-enzimnya.
8. Sindroma HELLP, yaitu haemolysis, elevated liver enzymes, dan low platelet.
9. Kelainan ginjal. Kelainan ini berupa endoteliosis glomerolus yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan
lain yang dapat timbul ialah anuria sampai gagal ginjal.
10. Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-
kejang pneumonia aspirasi, dan DIC (disseminated intravascular coogulation)
11. Permaturitas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin.

2.1.9 WOC (terlampir)

14
2.2 Landasan Teoritis Asuhan Keperawatan Pada Klien Resiko Tinggi Pada
Persalinan : Preeklampsia & eklampsia

2.2.1 Pengkajian

a. Identitas pasien
Nama, Jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, No. rekam medis, diagnose
medis, dll.
b. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama
Biasanya keluhan berupa sakit kepala terutama area kuduk bahkan
mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur. Umumnya pasien
memiliki tekanan darah yang tinggi. proteinuria (protein dalam urin), peka
terhadap cahaya, nyeri ulu hati. Tanyakan bagaimana pasien menangani apa
yang dirasakannya tersebut.
Riwayat penyakit sekarang
Biasanya ditanyakan apa yang dirasakan klien sekarang. Biasanya
terdapat tanda-tanda pada pasien seperti mudah letih, nyeri kepala, diplopia,
nyeri abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam) serta nokturia
dan sebagainya. Perlu ditanyakan apakah sekarang kilen menderita
diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau scleroderma. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut.
Riwayat penyakit dahulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis
sebelumnya seperti hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil),
obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan
sebagainya.
Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga yang bermasalah dan memiliki
penyakit selama kehamilan dan saat melahirkan. Apakah ada keluarga yang
pernah menderita pre-eklampsia dan eklampsia, karena faktor keturunan
atau geneti memiliki resiko yang lebih besar untuk menurunkan oenyakit
tersebut. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan meningkatkan
resiko empat sampai delapan kali.
2.2.2 Pemeriksaan fisik

a. Aktivitas

15
Biasanya kelemahan, penambahan berat badan, reflek fisiologis +/+ , reflek
patologis -/-. Terdapat pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Biasanya terjadi penurunan oksigen
c. Abdomen
Inspeksi : Perut membuncit sesuai usia kehamilan atermaddanya bekas operasi
atau tidak
Palpasi :
Leopold I : teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus
teraba massa besar, lunak, noduler
Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian bagian
kecil janin di sebelah kanan.
Leopold III : teraba masa keras, terfiksir
Leopold IV : bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
Auskultasi : DJJ 142 x/1 regular
d. Eliminasi
Dapat terjadi gejala proteinuria, oliguria
e. Pemenuhan nutrisi
Dapat terjadi peningkatan berat badan, mual dan muntah.
f. Integritas ego
Terdapat perasaan takut dan cemas
g. Neurosensori
Terjadi hipertensi, kejang atau koma
h. Nyeri / kenyamanan
Terasa nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan. Ibu merasa gelisah,
i. Pernafasan
Auskultasi bunyi nafas (vesikuler atau sonor, adakah rhonki atau whezing)
biasanya irama pernafasan teratur, bising tidak ada
j. Keamanan
Adanya kemungkinan jatuh, gangguan pengihatan, perdarahan spontan
k. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus

16
Pemeriksaan Diagnostik
1. Darah lengkap: trombositopeni
2. Urin : proteinuria, oliguri
3. USG

2.2.3 Pengkajian 11 Fungsional Gordon


a. Pola persepsi terhadap kesehatan
Biasanya klien lebih memperhatikan kesehatannya saat hamil sehingga
klien selalu memeriksa kehamilannya secara teratur untuk mengetahui status
kesehatan klien dan janin. Namun jika terdapat keluhan terhadap kehamilan,
terkadang ada klien yang tidak mengetahui bagaimana cara untuk
mengatasinya. Ada juga yang tidak terlalu memperhatikan perubahan yang
terjadi pada dirinya karena menganggap itu hal yang biasa terjadi saat
kehamilan.
b. Pola aktivitas dan latihan
Biasanya klien selalu melaksanakan pekerjaan rumah, walaupun
kadang juga dibantu oleh keluarga dan suami. Klien tidak melakukan
pekerjaan yang berat.
c. Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien kurang tidur karena tidak nyaman dengan posisi
perutnya dan terkadang juga merasakan nyeri di perut.
d. Pola nutrisi dan metabolic
Biasanya klien tidak terlalu mengalami gangguan dalam pemenuhan
nutrisi dan metabolik. Terkadang mengalami mual dan muntah
e. Pola eliminasi BAK /BAB
Biasanya klien mengalami oliguri.

f. Pola kognitif
Biasanya klien tahu bagaimana cara merawat kehamilannya,
bagaimana memenuhi nutrisi, serta apa saja yang harus dihindarinya. Tapi
klien tidak tahu banyak mengetahui tanda dan gejala khas dari pre-eklampsia
dan eklampsia karena gejala awalnya mirip dengan perubahan yang biasa
terjadi pada ibu hamil.
g. Pola konsep diri
Biasanya klien sangat senang dengan kehamilannya. Klien tidak
merasa terbebani dan malu dengan perutnya yang semakin membesar.
h. Pola koping

17
Biasanya dalam mengatasi masalah dan mengambil suatu keputusan,
klien membicarakan dengan keluarga dan suami sehingga tidak menjadi beban
pikiran sendiri dan tidak mengganggu kehamilan. Namun terkadang klien juga
merasa cemas atas perubahan yang terjadi pada dirinya.
i. Pola hubungan social
Biasanya dalam berhubungan dengan orang lain, baik keluarga
maupun tetangga, klien memiliki hubungan yang baik dan dapat
berkomunikasi dengan baik.
j. Pola seksual- reproduksi
Biasanya dalam hubungan seksual dengan suaminya klien tidak
mengalami masalah, tidak ada keluhan terkait alat reproduksinya.
k. Pola keyakinan
Biasanya klien taat beribadah dan selalu memohon ampun kepada
Tuhan Yang Maha Esa agar tidak terdapat masalah yang berarti dalam
kehamilan hingga persalinan agar semuanya dapat dilakukan dengan baik dan
anaknya dpat lahir dengan selamat dan sehat.

2.2.4 Perumusan NANDA, NOC, dan NIC

NO NANDA NOC NIC


1 Gangguan perfusi a. Keseimbangan cairan 1. monitor elektrolit
Indikator : monitor level serum dari
jaringan
- Tekanan darah
- Keseimbangan berat elektrolit
monitor serum albumin dan
badan
- Elektrolit serum total protein
- Hematokrit identifikasi kemungkinan
- Edema periperal karena ketidakseimbangan
b. Status pernafasan
Indikator : elektrolit
- Laju pernafasan monitor mual dan muntah
- Ritme pernafasan monitor tanda dan gejala
- Sianosis dari hiponatremia
- Somnolen instruksikan pasien untuk
- Dispnea saat istirahat
c. Keseimbangan elektrolit, memodifikasi diet
2. Perawatan prenatal
asam, basa
Monitor status nutrisi
Indikator :
- Albumin serum Monitor berat badan selama
- Kreatinin serum kehamilan
- Glukosa serum Monitor tekanan darah
- BUN Monitor glukosa urin dan
- Fatigue
- Kram perut level protein

18
- mual Monitor level Hb
3. Monitoring pernapasan
Monitor laju, ritme,
kedalaman, dan usaha
dalam pernafasan
Monitor pola nafas
Monitor adanya dispnea
2 Penurunan curah a. Perfusi jaringan : organ 1. Cardiac care
Catat tanda dan gejala dari
jantung abdomen
Indikator : penurunan curah jantung
- Tekanan darah sistolik Monitor atnda-tanda vital
- Tekanan darah diastolik monitor status
- Nyeri abdomen
- Distensi abdomen kardiovaskular
b. Status kardiopulmoner monitor keseimbangan
Indikator : cairan
- Intoleransi aktifitas monitor toleransi aktifitas
- Sianosis
- Edema periperal pasien
- Edema pulmoner 2. induksi persalinan
- dispnea jelaskan indikasi
c. Manajemen penyakit
dilakukannya induksi
jantung review riwayat obstetri pada
Indikator :
- Cari informasi tentang asien yang dapat

metoda untuk memperoleh mempengaruhi induksi


3. perawatan intrapartal
kesehatan kardiovaskuler ajarkan pasien mengenai
- Monitor tanda dan gejala
- Gunakan tindakan persalinan
auskultasi denyut jantung
preventif untuk mencegah
janin
terjadinya komplikasi monitor nyeri
- Monitor tekanan darah observasi efek pengobatan
pada ibu dan janin
4. cardiac precaution
hindari situasi yang
meningkatkan emosi
instruksikan kepada pasien
mengenai tanda dan gejala
yahg mengharuskan pasien
untuk beristirahat
identifikasi metode pasien

19
untuk menangani stress
ajarkan teknik untuk
mengurangi stress
tunjukkan terapi relaksasi
3 Resiko cedera a. status maternal : post 1. pencegahan aspirasi
monitor status pulmonary
partum
indikator : perhatikan jalan nafas
- status kognitif atur posisi klien
- refleks neurologis 2. perawatan bed rest
- tekanan darah tempatkan pada kasur yang
- protein urin terapeutik
b. pencegahan jatuh monitor fungsi urinaria
indikator : miringkan pasien jika perlu,
- menggunakan handrails
- waspada jika dilihat dengan kondisi kulit
3. perawatan kehamilan resiko
menggunakan obat yang
tinggi
akan meningkatkan resiko
ketahui faktor pengobatan
jatuh
- atur ketinggian tempat yang berhubungan dengan

tidur kehamilan resiko tinggi


c. kontrol resiko ketahui pengetahuan klien
indikator : mengidentifikasi faktor
- ketahui faktor resiko
- monitol faktor resiko resiko
instruksikan klien untuk
personal
- monitor faktor resiko menggunakan pengobatan

lingkungan yang diberikan


diskusikan resiko terhadap
janin pada masa kehamilan
sediakan petunjuk antisipasi
yang biasa digunakan oleh
ibu hamil beresiko tinggi
selama post partum
monitor status fisik dan
psikologis selama
kehamilan

20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pre eklampsia dan eklampsia merupakan penyakit yang terjadi pada ibu hamil
yang memiliki kehamilan resiko tinggi. Salah satu penyebabnya adalah hipertensi.
Namun penyakit ini jarang diketahui dengan cepat karena tanda dan gejalanya mirip
dengan perubahan yang biasa terjadi pada ibu hamil. Sehingga banyak yang sudah
mengetahu penyakitnya setelah menjadi pre eklampsia berat, bahkan eklampsia. Ini
juga diakibatkan karena kurangnya pengetahuan dari ibu.
Untuk itu disarankan kepada ibu hamil untuk dapat memeriksakan
kehamilannya secara rutin dan memperhatikan perubahan-perubahan yang terjadi, baik
itu perubahan fisiologis dan psikologis. Ibu sebaiknya menjaga tekanan darah agar tetap
21
normal, menjaga asupan nutrisi, dan menjaga pola istirahat dan tidur, karena salah satu
penatalaksanaan dari pre eklampsia adalah dengan beristirahat dan menjaga asupan
nutrisi. Pada pre eklampsia berat, tindakan yang dapat dilakukan adalah dengan
tindakan pembedahan dan mengakhiri kehamilan.

3.2 Saran
Dengan penulisan makalah ini penulis mengharapkan dapat menambah
pengetahuan pada ibu hamil dan tenaga kesehatan sehingga korban dari kasus pre
eklampsia dan eklampsia dapat berkurang, dan ibu serta bayi dapat sehat.

DAFTAR PUSTAKA

Prawirohardjo, Sarwono.2006.Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Alih Bahasa: dr. Andry Hartono, DAN.
Jakarta : EGC

Bobak. 2004. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Jakarta : EGC

Bulechek, Gloria M., Howard K. Butcher, Joanne McCloskey Dochterman. 2008. Nursing
Interventions Classification (NIC) : Fifth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.
22
Moorhead, Sue., Marion Johnson, Meridean L. Maas, Elizabeth Swanson. 2008. Nursing
Outcomes Classification (NOC) : Fourth Edition. Missouri : Mosby Elsevier.

Wiley, John dan Sons Ltd. 2009. NANDA International : 2009-2011. United Kingdom :
Markono Print Media.

23

Anda mungkin juga menyukai