Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM TERMODINAMIKA

VOLUME MOLAR GAS

Oleh

Nama : Nuril Laili Mujidah


NIM : 151810301029
Kelompok : III / B
Asisten : Sita Yuliatul W

LABORATORIUM KIMIA FISIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Volume molar gas merupakan suatu hal yang sangat penting dalam perhitungan kimia.
Volume molar suatu gas dapat dinyatakan dengan besarnya ruang yang ditempati oleh satu
mol gas itu dalam keadaan STP. Mol gas yang ditempati oleh ruang sangat sulit untuk
ditentukan, maka untuk memudahkan pengukurannya dapat dilakukan dengan menentukan
volume sejumlah mol gas agar lebih mudah diukur dengan berat yang ditimbang dan tekanan
yang dapat diukur.
Volume molar gas yang telah diketahui, suhu dan tekanannya, maka volume ruang
(wadah gas) dapat dicari. Adapun gas yang ditentukan volume molarnya dalam percobaan kali
ini adalah gas oksigen dan karbon dioksida. Oksigen dan karbon dioksida merupakan gas
yang dekat dengan kehidupan kita. Kedua gas itu terlibat dalam reaksi pembakaran
mengahasilkan energi.
Oleh karena itu untuk mengukur besarnya gas O2 dan CO2 maka dilakukan percobaan
ini. Percobaan tentang volume molar gas ini untuk mengukur ruang yang ditempati oleh gas
yang relatif sukar agar lebih mudah diukur.

1.2 Tujuan Percobaan


Menentukan volume satu mol gas O dan satu mol gas CO.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Kalium klorat
Kalium klorat memiliki wujud padat, warna, bau, rasa tidak tersedia. Berat molekunya
122,55g/mol sedangkan berat jenisnya 2,34. Titik didih kalium kromat tidak tersedia

sedangkan titik lelehnya 368 C . Kelarutannya sangat sedikit larut dalam air dingin.

Identifikasi bahaya yang ditimbulkan dari kalium kromat adalah berbahaya dalam
kasus kontak kulit (korosif, iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi. Sangat berbahaya
dalam kasus kontak kulit (permeator). Tindakan pertolongan pertama jika terkontak dengan
kulit yaitu segera cuci kulit dengan air mengalir selama minimal 15 menit dan apabila terhirup
segera pindahkan ke udara segar (Anonim, 2016).

2.1.2 Natrium Karbonat


Natrium karbonat memiliki penampilan padatan granular, berbau, berwarna putih dan
tidak berasa. Berat molekul dari natrium karbonat yaitu sebesar 124 g/mol dan berat jenisnya
2,25. Titik didih, titik leleh dan suhu kritis tidak tersedia. Natrium karbonat larut dalam air
panas sebagian larut dalam air dingin, larut dalam alkohol dan larut dalam gliserol.
Identifikasi bahaya dari natrium karbonat yaitu berbahaya dalam kasus kontak kulit
(korosif, iritan), kontak mata (iritan), menelan, inhalasi serta korosif terhadap mata dan kulit.
Tindakan penanganan utama saat natrium karbonat terkontak dengan mata yaitu segera
lepaskan lensa kontak dan basuh mata dengan air mengalir selama minimal 15 menit, jika
terkontak dengan mata maka segera basuh mata dengan air sebanyak-banyaknya
(Anonim, 2016).

2.1.3 Asam sulfat


Asam sulfat memiliki wujud cair tebal dan berminyak, berbau, berasa asam kuat dan
tidak berwarna. Berat molekul dari asam sulfat yaitu 98,08g/mol dan berat jenis cairannya
1,84. Asam sulfat memiliki pH asam, titik didih dan titik lelehnya 270 C (518 F) dan 35
C (-31F). Kelarutan asam sulfat yaitu mudah larut dalam air dingin, air panas dan etil
alkohol.
Identifikasi bahaya yang disebabkan oleh asam sulfat yaitu berbahaya dalam kasus
kontak kulit (korosif, iritan, permeator), kontak mata (iritasi, korosif). Sangat berbahaya
apabila menelan atau ataupun menghirup. Tindakan pertolongan utama apabila asam sulfat
terkontak dengan kulit yaitu segera cuci kulit dengan air mengalir selama minimal 15 menit
dan apabila asam sulfat tertelan maka jangan dipaksakan muntah kecuali diarahkan oleh
tenaga medis (Anonim, 2016).

2.2 Dasar Teori


Suatu gas akan memuai memenuhi ruangan dan akan menyerupai bentuk ruangan
tempatnya berada. Gas tidak kasat mata, dalam arti tidak ada partikel-partikel gas yang dapat
dilihat. Empat sifat dasar penentuan tingkah laku fisis dari gas adalah banyaknya molekul gas,
volume gas, suhu dan tekanan (Petrucii, 1987).
Gas terdiri dari molekul-molekul yang jaraknya saling berjauhan sehingga gaya tarik
menariknya sangat lemah. Gaya tarik yang lemah mengakibatkan molekul-molekul gas bebas
bergerak ke segala arah. Molekul-molekul gas itu bergerak sangat cepat dan terus
bertumbukan satu sama lain dan juga dengan dinding wadahnya. Adanya tumbukan ini
menghasilkan tekanan. Molekul-molekul gas cepat sekali berdifusi atau bercampur satu
dengan yang lain. Jika beberapa macam gas yang tidak saling bereaksi ditempatkan dalam
wadah yang sama maka gas-gas tersebut akan segera bercampur sehingga membentuk
campuran yang homogen. Hal ini karena di antar molekul gas terdapat ruang kosong sehingga
molekul itu dapat bebas bergerak dan hanya sedikit yang mengalami rintangan. Berbeda
dengan cairan atau zat padat, gas tidak mempunyai bentuk dan volume tertentu. Gas mudah
sekali dimampatkan dan dikembangkan serta dapat mengisi semua bagian ruangan yang
ditempatinya. Volume gas adalah volume wadahnya atau volume yang ditempati oleh gas
tersebut. Banyaknya gas biasanya ditetapkan dengan cara mengukur volumenya. Namun
karena volume gas berubah-ubah tergantung tekanan dan suhu, kedua faktor tersebut juga
harus diukur (Atkins, 1990).
Sifat-sifat gas dapat dirangkumkan sebagai berikut.
1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun bentuk ruangnya.
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume sejumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi, volume
gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi tak hingga kecilnya.
5. Gas berdifusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan luar.
6. Bila dua atau lebih gas bercampur, gas-gas itu akan terdistribusi merata.
7. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan mengembang.
8. Bila dipanaskan gas akan mengembang, bila didinginkan akan mengkerut
Untuk menghitung tekanan gas dapat digunakan rumus sebagai berikut:
Pgas = Ptotal PH2O (1 - r) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.1)
Ptotal = Pbar C . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.2)
Dimana:
Ptotal = tekanan terkoreksi barometer
Pba = tekanan barometer terbaca
C = koreksi barometer
PH2O= tekanan parsial H2O (lihat dalam tabel untuk temperatur percobaan)
r = kelembaban relatif (untuk air = 0,8)
Pgas = tekanan gas sesungguhnya
Gas dianggap memenuhi hukum-hukum gas ideal, maka dapat dihitung volume molar pada
keadaan STP.
P0 V0 / T0 = PV/T atau V0 = (PV/T) x (T0 / P0) V0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.3)
Dimana :
V0 = volume gas keadaan STP
P0 = tekanan gas keadaan STP (1 atm)
T0 = temperatur absolut ( 00 C = 273,15 K)
P = Tekanan gas pada temperatur percobaan
T = Temperatur percobaan
V = volume percobaan
(Tim kimia fisika, 2016)
Volume molar dilambangkan V m, merupakan volume yang ditempati oleh satu mol zat
pada suatu temperatur dan tekanan. Hal ini sama dengan massa molar (M) dibagi dengan
massa jenis (). Sifat persaamaan lebih praktis untuk menggunakan unit decimetres kubik per
3 3
mol (dm / mol) untuk gas dan sentimeter kubik per mol (cm / mol ) untuk cairan dan
padatan. Volume molar suatu gas diukur dengan menentukan volume sejumlah mol gas agar
lebih mudah diukur dengan berat yang dapat ditimbang dan tekanan yang dapat diukur. Gas
yang akan diukur dianggap bersifat ideal maka persamaan yang menghubungkan jumlah mol
gas, tekanan, suhu dan volume adalah:
PV = nRT . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2.4)
Hukum gas ideal, PV = nRT, memberikan gambaran yang akurat perilaku gas nyata pada
tekanan rendah dan pada suhu yang tinggi relatif terhadap titik didih. Persamaan ini
digunakan untuk gas yang dianggap memiliki perilaku dan memenuhi ketentuan-ketentuan
gas ideal. Hukum gas ideal didasarkan pada asumsi bahwa molekul-molekul tidak mengalami
gaya antarmolekul dan molekul-molekul gas tidak menempati volume. Asumsi ini berlaku
pada gas dalam tekanan rendah dan temperatur tinggi karena di bawah kondisi ini kerapatan
molekul rendah. Molekul yang terlalu jauh tidak memiliki kekuatan menarik yang diberikan
oleh molekul lain karena molekul-molekul terpisah jauh volume yang ditempati oleh molekul
dapat diabaikan dibandingkan dengan total volume yang ditempati oleh gas (Sukardjo, 1997).
BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1. Alat
- Buret 50 mL 2 buah
- Statif
- Klep
- Selang
- Erlenmeyer 3 buah
- Tabung reaksi 1 buah
- Termometer 1 buah
- Batang pengaduk 1 buah
- Kaki tiga 1 buah
- Bunsen 1 buah
- Korek api 1 buah
- Botol semprot 1 buah
- Penggaris 1 buah
3.1.2 Bahan
- Kalium klorat
- Natrium karbonat
- Asam sulfat
- Vaselin

3.2. Skema Kerja


3.2.1 Pemasangan alat

Alat
- dipasang sesuai dengan prosedur
- dipasang dan dipastikan tidak ada kebocoran dan diisi buret sampai 25 mL
- ditimbang erlenmeyer dengan teliti

Hasil

3.2.2 Pemanasan kalium kromnat

Kalium klorat
- ditimbang 0,2 gram
- dimasukkan pada erlenmeyer
- dipasang alat sesuai prosedur
- diamati kondisi setimbang permukaan air pada buret
- dipanaskan pelan-pelan erlenmeyer
- dicatat volume oksigen yang tertampung
- dicatat temperature dan tekanan barometer
- diulangi sebanyak 3 kali

Hasil

3.2.3 Reaksi natrium karbonat dengan asam sulfat

Natrium karbonat
- ditimbang 0,2 gram
- dimasukkan pada erlenmeyer
- ditimbang tabung reaksi dan diisi dengan 3 mL asam sulfat pekat kemudian
ditempatkan pada erlenmeyer (jangan direaksiakn dulu)
- dipasang alat sesuai prosedur
- digoyang pelan-pelan erlenmeyer hingga kedua reaktan bereaksi
- dicatat volume karbondioksida yang tertampung
- dicatat temperatur dan tekanan barometer
- diulangi sebanyak 3 kali

Hasil

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Data Percobaan
4.1.1.1 Penentuan Volume Molar Gas O2
Massa T Volume
Percobaan
KClO3( O2 h (cm)
ke- o
( C)
g) (mL)

1. 0.2 60 0.4 0.3

2. 0.2 60 2.0 1.5

3. 0.2 60 0.9 0.6


4.1.2 Penentuan Volume Molar Gas CO2

Massa T Volume h
Percobaan
Na2CO3 CO2
ke- o
( C) (cm)
(g) (mL)

1. 0.2 31 8.7 6.3

2. 0.2 31 1.0 1.8

3. 0.2 34 4.6 4.0

4.1.2 Pengolahan Data


4.1.2.1 Penentuan Volume Molar Gas O2

ptotal pgas Vm
(
p (
( (
L
mmHg mmHg
mmHg mol

) )
) )

KClO 0.60 0.17 -149.71 -138.3

4.1.2.2 Penentuan Volume Molar Gas CO2


ptotal pgas Vm
( (
p

mmHg (
(
mmHg
mmHg ) L
) mol
) )

NaO 3.002 2.602 -4.53 -4197.4

4.2 Pembahasan
Percobaan yang telah dilakukan adalah volume molar gas. Volume molar gas sendiri
pengertiannya merupakan ukuran satu molar gas pada suhu dan tekanan tertentu yang dimana
keadaannya pada keadaan standar (STP). Percobaan kali ini menghitung volume molar gas
oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2)
Percobaan pertama yaitu penentuan volume molar gas oksigen O 2 dengan
menggunakan KClO3 yang ditimbang sebanyakk 0,2 gram dan di lakukan dengan tiga kali
pengulangan. KClO3 digunakan kareana bahan tersebut bersifat konduktor. Prosedurnya
memanaskan kristal KClO3 yang sebelumnya di masukkan ke dalam sebuah erlenmeyer yang
telah di hubungkan dengan pipa kapiler bentuk U berskala yang berukuran 50 ml buret dan
pipa satunya tidak berskala. Reaksi pemanasan menghasilkan O 2 yang tekanannya akan
mendorong cairan akuades dalam pipa U tersebut maka besar pergeseran atau volume cairan
tersebut yang dapat di asumsikan sebagai volume dari gas O 2 tersebut. Gas memiliki volume
yang sama dengan wadahnya, jika gas tidak diberi wadah maka besarnya voleme gas dan
tekanan gas menjadi tak hingga. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

2 KClO3(s) 3 O2(g) + 2 KCl(aq)

Percobaan menghitung volume molar gas O2 mendapatkan tiga data yaitu pada suhu 60C
ketinggian yang diperoleh adalah 0,3 cm dan volume gas O 2 percobaan menghasilkan sebesar
0,4 ml, data yang kedua pada suhu 60 C memperoleh ketinggian1,5 cm dan volume gas O 2
percobaan menghasilkan sebesar 2,0 ml dan data yang ketiga memperoleh ketinggian 0,6 cm
pada suhu 60 C dan volume gas O2 percobaan menghasilkan 0,9 ml. Semakin tinggi suatu
percobaan yang didapatkan maka tekanan Pbar kan semakin tinggi pula dan juga volume gas
O2 yang didapatkan akan semakin banyak. Menurut teori semakin tinggi suatu suhu maka
volume yang dihasilkan akan semakin besar. Percobaan yang pertama menggunakan suhu
yang sama yaitu 60 C. Perhitungan yang dihasilkan volume molar gas oksigen pada saat STP

L
data pertama sebesar 22,24 mol .
Pada percobaan ke dua yaitu mereaksikan Na2CO3 dengan H2SO4 tanpa dipanaskan
sebab kedua senya tersebut tanpa perlu diberi perlakuan sudah dapat bereaksi untuk
menghasilkan gas CO2, pada reaksi ini prinsip pengukuran volumenya sama seperti pada
penentuan volume gas O2 diatas. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Na2CO3(s) + H2SO4(aq) Na2SO4(aq) + H2O(l)+ CO2(g)


H2SO4 saat ditambahkan ke dalam padatan Na 2CO3 menimbulkan gelembung yang
lama kelamaan akan larut. Gelembung tersebut adalah gas CO 2 yang merupakan hasil reaksi
dari Na2CO3 dan H2SO4.
Pengukuran volume CO 2 dalam percobaan ini kurang efektif karena pada saat
penyumbatan di mulut tabung erlenmeyer harus benar benar ditutup rapat secara cepat dan
tidak boleh terdapat gas CO2 yang lolos pada saat tepat bereaksi. Percobaan ini dilakukan
sampai 3 kali pengulangan. Na2CO3 dtimbang sebanyak 0,2 gram dan dicampur dengan 3 ml
H2SO4. Fungsi penambahan H2SO4 adalah untuk membentuk gas karbondioksida karena sifat
H2SO4 yang mudah menguap membentuk gas. Pada suhu 31C, 31C dan 34C masing-masing
data yang diperoleh ketinggian pertama sebesar 6.3 cm dengan volume gas CO 2 sebesar 8.7
ml, perolehan data yang kedua sebesar 1.0 ml volume gas CO 2 pada saat percobaan dengan
ketinggian sebesar 1.8 cm dan perolehan data yang ketiga sebesar 4.6 ml dengan ketinggian
4.0 cm. Semakin tinggi cairan air yang diperoleh dari percobaan maka gas karbondioksida
yang menekan cairan akuades semakin banyak dan pula Pbar yang didapatkan semakin tinggi
pula. Hasil perhitungan yang di dapat dalam pengukuran volume molar gas yaitu pada gas O

L L
adalah sebesar -1906,84 mol dan gas CO2 yang diperoleh sebesar -4570,87 mol .

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat dari praktikum ini yaitu gas O didapat dari hasil
pemanasan KClO dan gas CO diperoleh dari reaksi NaCO dengan HSO4. Volume molar
L
gas O yang diperoleh adalah sebesar -1906,84 mol dan gas CO2 yang diperoleh sebesar

L
-4570,87 mol .

5.2 Saran
Saran untuk praktikum kali ini yaitu praktikan diharapkan untuk lebih berhati-hati
dalam melakukan percobaan dan juga praktikan harus lebih cekatan. Percobaan ini
menggunakan gas yang sangat cepat hilang dan harus dilakukan dengan cekatan dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim.2016.Material Safety Data Sheet of Sodium Carbonat. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927263. [diakses pada tanggal 16
Oktober 2016].
Anonim.2016.Material Safety Data Sheet of Sulfuric Acid. [Serial Online].
https://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925146.[diakses pada tanggal 16
Oktober 2016].
Anonim.2016.Material Safety Data Sheet of Calsium Chlorate. [Serial Online].
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927704.[diakses pada tanggal 16
Oktober 2016].
Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Jakarta :
Erlangga.
Sukardjo. 1997. Kimia Anorganik. Yogyakarta : Rineka Cipta.
Tim Penyusun.2016. Petunjuk Praktikum Kimia Fisik I. Jember : FMIPA Kimia Universitas
Jember
LAMPIRAN

A. Pemanasan KClO3
1. Perhitungan Tekanan
P =gh
* 1
Kg m
1000 3
9,8 2 (0,3 102 m)
m s
29,4 Pa
P2=gh
*
Kg m 2
1000 3
9,8 2 (1,5 10 m)
m s
147 Pa
P3=gh
*
Kg m
1000 3
9,8 2 (0,6 102 m)
m s
58,8 Pa

2. Perhitungan Rata rata Temperatur


T +T +T
T gas = 1 2 3
3
60 +60 +60

3
60
333 K

3. Perhitungan Barometer Terbaca


P1 + P 2+ P 3
=
3
P
29,4 Pa+147 Pa+58,8 Pa

3
1 atm 760 mmHg

5
1 10 Pa 1 atm )
78,4 Pa
0,60 mmHg

4. Perhitungan Tekanan Total


c
9
Ptotal =P

3,95
0,60 mmHg mmHg
9
0,60 mmHg0,43 mmHg
0,17 mmHg 5. Perhitungan Tekanan Gas O2

Pgas O =Ptot al P H O ( 1r )
2 2

0,1755,3 ( 10,8 )
0,17 11,06
10,89 mmHg

6. Perhitungan Volume Gas O2


P0 V 0 P gas V gas
=
T0 T gas

P0 V 0 T gas
V gas =
T0 P gas

L
760 mmHg 22,4
mol 333 K

273 K (10,89)mmHg
L
1906,84
mol

B. Reaksi Na2CO3 dengan H2SO4


1. Perhitungan Tekanan
P =gh
* 1
6,3 102 m
Kg m
1000 3 9,8 2 )
m s
617,4 Pa
P2=gh
*
Kg m
1000 3
9,8 2 (1,8 102 m)
m s
176,4 Pa
P3=gh
*
4,0 102 m
Kg m
1000 3 9,8 2 )
m s
392,0 Pa

2. Perhitungan Rata rata Temperatur


T +T +T
T gas = 1 2 3
3
31 +31 + 34

3
32
305 K

3. Perhitungan Barometer Terbaca


P1 + P 2+ P 3
=
3
P
617,4 Pa+176,4 Pa+392,0 Pa

3
1 atm 760 mmHg

395,0 Pa 5
1 10 Pa 1 atm )

3,002mmHg

4. Perhitungan Tekanan Total


c
9
Ptotal =P

3,95
3,002mmHg mmHg
9
3,002mmHg0,4 mmHg
2,602mmHg

5. Perhitungan Tekanan Gas O2


Pgas CO =P totalPH O ( 1r )
2 2

2,60233,8 ( 10,8 )
4,16 mmHg

6. Perhitungan Volume Gas CO2


P0 V 0 P gas V gas
=
T0 T gas

P0 V 0 T gas
V gas =
T0 P gas

L
760 mmHg 22,4
mol 305 K

273 K (4,16)mmHg
L
4570,87
mol

Anda mungkin juga menyukai