Anda di halaman 1dari 2

Hayo Pilih yang Mana? Sukarela atau Dipaksakan?

Pagi itu, 11 Maret 2016, di sebuah oleh John, suasana sosialisasi pun berubah
Kabupaten di ujung timur Indonesia, John dan Alex menjadi tegang dan kaku.
ditugaskan oleh atasannya untuk melakukan
sosialisasi pajak kepada masyarakat di dua desa Tak begitu jauh dari lokasi John berada, di
yang berbeda. Pukul 07.35 WIT, sesaat setelah desa sebelahnya, sosialisasi lainnya telah dimulai
melakukan absensi kerja, keduanya pun berangkat oleh Alex dengan cara yang agak berbeda. Alex
menuju lokasi yang telah ditentukan dengan penuh tidak berbicara tentang Pajak di awal pidatonya.
semangat dan rasa percaya diri. Keduanya Alex membuka acara dengan candaan dan sesekali
berharap setelah mendengarkan sosialisasi yang melemparkan senyum tipis kepada para peserta
akan mereka lakukan, WP yang sebelumnya tidak sembari memperlihatkan dua buah gambar yang
patuh akan menjadi patuh. Sebuah harapan mulia ditampilkannya di sebuah layar besar. Gambar
dari dua orang pegawai di ujung negeri ini. Seperti pertama menunjukkan sebuah bangunan sekolah
diketahui bahwa keduanya memiliki karakter yang yang mangkrak, kotor, dan tidak terurus. Di gambar
berbeda, John adalah sosok yang berapi-api saat berikutnya, Alex menunjukkan sebuah bangunan
bersosialisasi, memiliki suara lantang meskipun sekolah yang gagah berdiri dan tampak baru
dengan gaya sedikit kaku ketika menyampaikan selesai dibangun. Kemudian Alex mengajak peserta
sesuatu. Sebaliknya, Alex adalah seorang pegawai berinteraksi dengan sebuah pertanyaan. Nah
muda yang terbiasa Bapak Ibu, kira-kira apa
menyampaikan sesuatu yang berbeda dari kedua
dengan sedikit candaan di gambar tersebut? tanya
sela-sela materi yang Alex kepada para peserta.
disosialisasikannya. Ada berbagai jawaban yang
dilontarkan peserta pagi itu,
Dari kejauhan salah satunya seperti ini:
terdengar sayup-sayup Itu Mas, gambar pertama
panitia memanggil nama ndak ada dananya makanya
pemuda berbadan tegap itu. mangkrak, kalo yang kedua
Sejenak seusai namanya ada dananya mas buat
dipanggil oleh Panitia, dengan langkah tegap dan membangun makanya bagus tukas salah satu
dengan semangat yang tinggi, John pun peserta. Alex pun menyahut jawaban peserta
melangkah ke podium yang telah disediakan. tersebut dengan ucapan: Tepat sekali pak,
Selamat Pagi Bapak Ibu, perkenalkan saya John perbedaan ada di dana pembangunannya, dan
dari KPP Pratama Tobelo, izinkan saya hari ini yang perlu Bapak Ibu ketahui adalah ada tidaknya
menyampaikan apa yang sangat penting untuk dana tersebut bergantung pada niat baik kita
Bapak Ibu ketahui, yaitu sosialisasi tentang Apa itu semua.
Pajak?. Pajak menurut Undang-Undang KUP
adalah sesuatu yang dapat dipaksakan dengan Kita tahu bahwa penerimaan negara kita
timbal balik tidak secara langsung, oleh karena itu ditopang oleh sektor pajak dan apabila penerimaan
Bapak Ibu yang merasa telah memenuhi tersebut tidak tercapai maka akan semakin banyak
persyaratan sebagai Wajib Pajak, diharapkan untuk pembangunan yang tidak terlaksana dengan baik,
patuh dan taat akan kewajiban masing-masing, dan pada akhirnya akibat ketidakpatuhan tersebut
sebab jika Bapak Ibu tidak patuh dan ketahuan dapat Bapak Ibu lihat sendiri seperti gambar
melanggar, maka Bapak Ibu akan dikenakan denda bangunan yang mangkrak tadi, sambung Alex
yang cukup besar. Oleh karena itu untuk menanggapi jawaban salah seorang WP yang ikut
menghindari denda tersebut, bayarlah Pajak sosialisasi. Nah Bapak Ibu, kira-kira demi masa
dengan taat tukas John di akhir pidatonya. depan anak cucu kita nanti mau nggak kalau sama-
Sejenak setelah mendengar apa yang disampaikan sama kita bayar pajak untuk negeri ini?. Serentak
para peserta sosialisasi pun menyahut: mau pak, dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
mau banget. Itulah sedikit gambaran tentang kepercayaan WP kepada Pemerintah dengan tetap
bagaimana kedua pemuda tersebut menggunakan menjaga kewenangan Pemerintah pada level yang
dua pendekatan yang berbeda untuk sewajarnya. Kondisi kepercayaan publik yang tinggi
menumbuhkan rasa percaya di masyarakat dalam akan mampu memicu peningkatan kepatuhan
rangka meningkatkan kepatuhan perpajakan. Taat perpajakan oleh Wajib Pajak. Terkait dengan
atau tidaknya WP terhadap apa yang diwajibkan kewenangan Pemerintah, peningkatan
bisa jadi dipengaruhi oleh pendekatan yang kewenangan melalui peningkatan jumlah
dilakukan oleh Pemerintah melalui Aparat Pajak pemeriksaan serta kenaikan denda ternyata secara
terhadap WP tentang bagaimana kepatuhan itu subjektif tidak dapat memberikan efek jera bagi WP
sendiri dilakukan. yang melanggar, karena ada persepsi dari WP
tentang sejauh manakah Pemeriksa mampu
Masalah tentang kepatuhan perpajakan mendeteksi ketidakpatuhan dan berbagai bentuk
sudah cukup lama dan mungkin sudah setua usia kecurangan yang dilakukan WP. Ternyata
pajak itu sendiri. Kepatuhan pajak adalah istilah kewenangan Pemerintah yang berlebihan secara
yang kompleks untuk dijelaskan. Simpelnya, tidak langsung dapat menimbulkan hubungan
kepatuhan pajak adalah memenuhi semua antagonistik antara Pemerintah dan WP.
kewajiban perpajakan yang disebutkan oleh Kepatuhan yang lebih diharapkan terlaksana di
peraturan atau undang-undang yang berlaku. Yang Indonesia adalah kepatuhan sukarela, di mana
manakah yang lebih cocok dan diterima di kepatuhan sukarela dapat terlaksana ketika
Indonesia antara kepatuhan secara sukarela atau terdapat hubungan yang harmonis dan rasa saling
melalui penegakan kepatuhan yang dipaksakan percaya antara pemerintah dan wajib pajak.
oleh Pemerintah. Sebuah hubungan antara dua Sependapat dengan apa yang telah disampaikan
pihak tidak bisa tercipta jika ada rasa oleh James Adreoni, Brian Erand, dan Jonathan
ketidakpercayaan diantara keduanya. Begitu pula Feinstein dalam tulisannya tentang Tax
hubungan antara Pemerintah dengan Wajib Pajak, Compliance bahwa tingkat kepatuhan dapat
tak akan tercipta keharmonisan apabila tidak ada meningkat ketika masyarakat merasa puas dengan
rasa saling percaya di antara keduanya. Menurut peningkatan pelayanan Pemerintah, perbaikan
Slippery Slope Framework Kirchler, Hoelzl, dan kinerja birokrasi, berkurangnya tingkat korupsi,
Wahl (2008) ada dua dimensi yang mempengaruhi penegakan hukum yang adil, serta pembangunan
kepatuhan perpajakan. Pertama, Kepercayaan yang merata dan berkelanjutan. Apabila semua hal
masyarakat akan Otoritas Pajak. Kedua adalah tersebut dapat diwujudkan Pemerintah, maka tidak
kewenangan Otoritas Pajak itu sendiri. Ada mustahil akan timbul rasa malu bagi WP yang tidak
hubungan yang unik antara kepercayaan mematuhi kewajibannya, sehingga pada akhirnya
masyarakat, kewenangan Pemerintah dan Wajib Pajak akan secara sukarela mematuhi
kepatuhan WP. Ketika kepercayaan WP dan kewajibannya tanpa ada paksaan dan rasa takut
kewenangan Pemerintah rendah, maka kepatuhan akan pemeriksaan maupun denda.
perpajakan menjadi rendah. Sedangkan ketika
kepercayaan WP rendah dimana kewenangan
Otoritas Pajak meningkat, ternyata kepatuhan ikut
meningkat, tetapi kepatuhan tersebut sifatnya tidak
secara sukarela, bisa jadi itu akibat dari
meningkatnya pemeriksaan dan kenaikan sanksi
yang diterapkan oleh Pemerintah.

Berdasarkan kultur budaya yang ada di


Indonesia di mana aspek religius masih cukup
tinggi dan adat ketimuran masih cukup dipegang,
menurut penulis, peningkatan kepatuhan pajak

Anda mungkin juga menyukai