Anda di halaman 1dari 3

BAB V

PEMBAHASAN

Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan dimana kadar gulanatau kadar glukosa

plasma lebih rendah dari 45-50 mg/dl(Mansjoer.2000).

Farmakodinamik glibenklamida: merangsang insulin dari granul, sel beta langerhans

pangkreas. Rangsanganya melalui interaksi ATP-sensitive K chanel pada membran sel-

sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal

Ca. Dengan terbukanya kanal Ca maka ion Ca ++ akan masuk sel , merangsang granula

yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen

dengan peptida-C. Kecuali itu sulfonilurea dapat mengurangi klirens insulin di hepar.

Farmakokinetik glibenklamida: potensinya 200x lebih kuat dari tolbutamid, masa

paruhnya sekitar 4 jam. Metabolismenya dihepar, pada pemberian dosis tunggal hanya

25 % metabolitnya dieksresi melalui urin, sisanya melalui empedu. Pada penggunaan

dapat terjadi kegagalan primer dan sekunder, dengan seluruh kegagalan kira-kira 21 %

selama11/2 tahun. Karena semua sulfonilurea dimetabolisme di hepar dan dieksresi

melalui ginjal, sediaan ini tidak boleh diberikan pada pasien gangguan fungsi hepar

atau ginjal yang berat.

Indikasi glibenklamida: Pada keadaan yang gawat seperti stres,komlikasi infeksi dan

pendarahan, insulin tetap merupakan terapi standar

Kontra indikasi glibenklamida: Hipoglikemia, bahkan sampai koma tentu dapat timbul

. Reaksi ini lebih sering terjadi pada pasien usia lanjut dengan masa kerja panjang.

Efek samping lain yaitu reaksi alergi jarang sekali terjadi mual,muntah, diare, gejala

hemtologik, susunan saraf pusat,mata dan sebagainya.


Praktikum pada percobaan ini mengenai obat Hipoglikemik dimana digunakan hewan uji

yaitu mencit jantan, hal ini disebabkan karena mencit betina mengalami fase estrus dimana

pada fase ini terjadi peningkatan hormone estrogen dan hormone pertumbuhan yang akan

mempengaruhi sekresi insulin. Selain itu penggunan mencit sebagai ewan uji karena

tergolong hewan uji yang mudah diperoleh,harganya ekonomis, serta penanganannya

mudah. Sebelum percobaan dilakukan hewan terlebi dahulu dipuasakan yang bertujuan

agar obat dapat mengasilkan efek maksimal karena tidak adanya makanan yang

menghalangi bahan obat diserap oleh tubuh serta kerja enzim pada tubuh mencit yang satu

dan yang lainnya sama.

Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini yaitu mengecek kadar gula

darah awal pada setiap masing-masing hewan uji. Tujuan dilakukannya pengecekan ini

yaitu untuk mengetahui apakah mencit tersebut sudah mengidap diabetes atau tidak serta

untuk mengetahui penurunan kadar gula darah setelah diberi sediaan obat. Dimana

pengujian kadar gula darah pada mencit ini dengan memakai alat glucose meter dan test

script yang merupakan alat yang dipakai untuk mengukur kadar gula darah. Alasan

memakai alat ini yaitu karena glucose meter dan test script merupakan alat yang otometik

memudahkan dalam memperoleh hasil glokosa darah, periksaan dengan menggunakan alat

ini memerlukan waktu yang reltif singkat, akurat, waktu tesnya minimal 30 detik.

Mekanisme kerja dari alat glukometer ini yaitu dalam strip terdapat enzim glukooksigenase

yang mana jika sampel darah mengenai strip maka akan langsung terbaca oleh glucose

meter.

Obat yang digunkan pada percobaan ini yaitu glibenklamid sebab obat ini sebagai

penurun kadar gula darah pada penderita penyakit diabetes. Srta penggunaan Na. CMC pada
percobaan ini memiliki dua gungsi ya itun sebagai control negative dan sebagai suspending

agent bagi glibenklaid, karena tidak larut dalam air.

Setelah dilakukan pengukuran kadar gula darah awal mencit, kemudian dilakukan

diinduksi dengan pemberian glibenklamid dan Na. CMC pada dua mencit yang berbeda,

lalu diukur kembali kadar gula darah masing-masing mencit tersebut pada menit 30 dan 60

setelah pemberian glibenklamid dan Na. CMC dengan perolehan data pada mencit control

negative berturut-turut yaitu 152 mg/dl , 184 mg/dl, 171 mg/dl, dan 192 mg/dl, adapun

mpada mencit yang diberikan glibenklamid berturut yaitu 161 mg/dl , 153 mg/dl , 110

mg/dl, dan 108 mg/dl. Dari data tersebut menunjukkanketidak sesuaian pada saat pengamata

kadar gula darah seteah pemberian glukosa yang seharusnya menunjukkan peningkatan

kadar glukosa pada mencit tetapi dat yang diperoleh menyatakan sebaliknya . Hal ini terjadi

akibat adanya factor kesalahan yaitu pada saat pemberan glukosa terhadap mencit terlalu

banyak glukosa yang tidak masuk kedala ubu menci selain itu mencit yang digunakan tdak

dipuasakan sehingga terjadi ketidak sesuaian mekanisme enzim pada mencit sebagaimana

mestinya. Akan tetapi berdasarkan data mekanisme obat telah sesuai sabab data

menunjukkan penurunan kadar gula darah yang singifikan.

Anda mungkin juga menyukai