Anda di halaman 1dari 22

Tugas Kelompok Makassar, 25

April 2008
Dosen Pengajar: Sukma Saini S.Kep, Ns

POST POWER SYNDROM

Disusun Oleh : Kelompok 3

NURSUFIANI
RUSMAWATI LATIEF
MARIA HERLINA KAMAN
IRMAYANTI YUSUF
ANDI FITRIANTI
FITRI SAM
DARMAWATI B
HIDARYONO
NATALIA DEWI
SUMARNI

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2008
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan segala rahmat dan puji syukur atas kehadirat Allah

SWT atas kesempatan, keselamatan, dan kesehatan yang diberikan kepada penulis

sehingga pembuatan makalah ini terselesaikan. Makalah yang berjudul Post Power

Syndrom yang merupakan tugas dari Bapak Sukma Saini S.Kep, Ns dosen pada

mata kuliah Keperawatan Gerotik. Makalah yang penulis buat ini tidak lepas dari

bantuan yang sangat mempengaruhi tersusunnya makalah ini, maka dari itu melalui

kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Sukma Saini S. Kep, Ns atas segala bimbingan dan arahan serta

cara membawakan materi kuliah yang sangat menyenangkan bagi kami,

yang tentunya memberikan wawasan yang lebih luas bagi kami, kami

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

2. Kepada warnet atas infonya

3. Kepada teman-teman khususnya kelompok 3 yang tidak dapat disebutkan

satu persatu. TERIMAKASIH

Penulis berharap semoga segala bantuan yang diberikan mendapat berkah

dari Allah SWT, amin....


Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

penulis. Sehubungan dengan itu penulis tetap membuka diri untuk menerima

masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna

penyempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amien

Makassar, 25 April 2008

Kelompok 3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam perubahan-perubahan baik secara jasmani dan social dapat

mempengaruhi fungsi-fungsi psikis seseorang. Tetapi dalam fungsi-fungsi psikis

juga kita temukan perubahan-perubahan karena proses penuaan (P.J.M steven,

dkk, 1999).

Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat kita hindari. Aspek-aspek

psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak. Salah pengertian umum

tentang lansia adalah bahwa mereka mempunyai kemampuan memori dan

kecerdasan mental yang kurang (Roger Watson, 2003).

Adapun beberapa faktor yang dihadapi para lansia yang sangat

mempengaruhi kesehatan jiwa mereka salah satunya adalah Perubahan Aspek

Psikososial. Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami

penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses

belajar, persepsi, pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga

menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi

psikomotorik (konatif) meliputi hal-hal yang berhubungan dengan dorongan


kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat bahwa lansia

menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia

juga mengalami perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan

kepribadian lansia.

Old age (masa tua) bisa menjadi masa yang menyenangkan atau
sebaliknya menyedihkan. "Old age can be a time of joy, playfulness, and wonder,
but it is also a time of senility, depression, and despair," (Erikson dalam Fiest &
Fiest, 2002). Kekuatan di masa ini adalah wisdom (kebijaksanaan) yang oleh
Erikson digambarkan sebagai kondisi kaya akan pemahaman dan obyektif
terhadap kehidupan dalam menghadapi akhir dari kehidupan itu sendiri,
"informed and detached concern with life itself in the self of death itself."
Individu usia 55-65 tahun mengalami fase ke-7 (fase generativitas vs
stagnasi) dan ke-8 (fase integritas diri vs putus asa) dalam tahap perkembangan
Erikson. Pada usia seperti diatas adalah sangat rentan bagi lansia untuk
mengalami Post Power Syndrom (PPS). Pada individu yang mengalami PPS,
fase stagnasi dan putus asalah yang mendominasi perilakunya.
Fase stagnasi adalah fase di mana individu terpaku dan berhenti dalam

beraktivitas atau berkarya, sementara pada fase putus asa, individu merasakan

kecemasan yang mendalam, merasa hidupnya sia-sia, tidak berarti.

B. Tujuan

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan makalah ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui defenisi dari Post Power Syndrome dan apa penyebabnya.

2. Untuk mengetahui bagaiman penanganan dari Post Power Syndrome ini pada

lansia.
3. Untuk dapat membantu kami dalam mengaplikasikannya pada lansia jika

pengambilan profesi nanti.

BAB 11

KONSEP MEDIK

A. Pengertian

Status sosial berpengaruh terhadap sikap dalam menghadapi

berakhirnya periode jabataan (masa pensiun). Jika semasa kerja lansia

mempunyai status sosial tinggi sebagai hasil dari prestasi dan kerja keras

(sehingga mendapatkan penghargaan dan pengakuan dari civitas akademia atau

organisasi), maka ia cenderung lebih memiliki kemampuan adaptasi yang lebih

baik (karena konsep diri yang positif dan hubungan sosial yang baik). Namun jika

status sosial itu didapat bukan murni dari hasil jerih payah prestasinya (misalnya

lebih karena politis) maka orang atau pergerakan ini justru cenderung mengalami

kesulitan saat menghadapi masa pensiun, karena begitu pensiun, maka

kebanggaannya lenyap sejalan dengan hilangnya atribut dan fasilitas yang

menempel padanya selama ia masih menjabat.

Kecemasan akan kehilangan atribut dan fasilitas ini menimbulkan

gangguan psikis. Bila subjek memiliki jabatan, kekuasaan dan pengaruh yang

cukup besar di masa kerjanya, begitu memasuki pensiun semua itu tidak

dimilikinya, sehingga timbullah berbagai gangguan psikis yang semestinya tidak

perlu. Hal ini berdampak negatif terhadap dirinya, mereka mendadak menjadi
sangat sensitif dan merasa eksistensi yang dibangun selama ini akan punah hanya

karena masa kejayaannya telah berlalu. Periode ini disebut sebagai Post Power

Syndrome

Post-power syndrome adalah gejala yang terjadi di mana penderita

hidup dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,

ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa

memandang realita yang ada saat ini.

Post power sindrome. adalah gejala kejiwaan yang kurang stabil yang

muncul tatkala seseorang turun dari kekuasaan atau jabatan tinggi yang

dimilikinya sebelumnya.

Post power syndrome Adalah gejala-gejala yang bersifat negative.

Dalam artian orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat suatu

jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlaihat gejala-

gejala kejiwaan atau emosi yang kurang stabil.

Post power syndrome adalah menurunnya atau hilangnya kemampuan

yang dialami pada masa muda menyebabkan kegagalan adaptasi dengan masa

lanjut usia.

B. Penyebab

Ada banyak faktor yang menyebabkan terjadinya post-power syndrome.

Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang

mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah

tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi
yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrom akan dengan mudah

menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif

dan ditolak ketika melamar di perusahaan lain, post-power syndrom yang

menyerangnya akan semakin parah.

Kejadian traumatik juga menjadi salah satu penyebab terjadinya post-

power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang

menyebabkan kakinya harus diamputasi. Bila dia tidak mampu menerima

keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika

terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan

dideritanya.

Post-power syndrome hampir selalu dialami terutama orang yang sudah

lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil

melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang

lapang. Tetapi pada kasus-kasus tertentu, dimana seseorang tidak mampu

menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus

mendesak, dan dirinya adalah satu-satunya penopang hidup keluarga, resiko

terjadinya post-power syndrome yang berat semakin besar.

Beberapa kasus post-power syndrome yang berat diikuti oleh gangguan

jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang

berat, atau pada pribadi-pribadi introfert (tertutup) terjadi psikosomatik (sakit

yang disebabkan beban emosi yang tidak tersalurkan) yang parah.


Turner & Helms (dalam Supardi, 2002) menggambarkan penyebab

terjadinya post power syndrom dalam kasus kehilangan pekerjaan yakni:

1. Kehilangan harga diri-hilangnya jabatan menyebabkan hilangnya perasaan

atas pengakuan diri;

2. Kehilangan fungsi eksekutif- fungsi yang memberikan kebanggaan diri;

3. Kehilangan perasaan sebagai orang yang memiliki arti dalam kelompok

tertentu;

4. Kehilangan orientasi kerja;

5. Kehilangan sumber penghasilan terkait dengan jabatan terdahulu.

Semua ini bisa membuat individu pada frustrasi dan menggiring pada

gangguan psikologis, fisik serta sosial

Post power syndrom tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal

seperti dipaparkan di atas, melainkan juga ditentukan oleh faktor internal seperti

kepribadian dan sikap mental.

Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome

karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise

dan kekuasaan itu lebih dihargai oleh pria.

C. Gejala

Beberapa gejala post power syndrome adalah sebagai berikut:

1. Gejala fisik, menjadi jauh lebih cepat terlihat tua tampaknya dibandingkan

waktu ia bekerja. Rambutnya didominasi warna putih (uban), berkeriput, dan

menjadipemurung, sakit-sakitan, tubuhnya menjadi lemah.


2. Gejala emosi, munculnya sensitivias emosional seperti mudah kecewa, cepat

tersinggung, uring-uringan tanpa sebab yang jelas, gelisah juga diliputi

kecemasan berlanjut, cepat tersinggung kemudian merasa tidak berharga,

ingin menarik diri dari lingkungan pergaulan, ingin bersembunyi,

3. Gejala perilaku, malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola

kekerasan atau menunjukkan kemarahan baik di rumah atau di tempat yang

lain

Ciri-ciri orang yang rentan menderita post power syndrome;

Orang-orang yang senangnya dihargai dan dihormati orang lain, yang

permintaannya selalu dituruti, yang suka dilayani orang lain.

Orang-orang yang membutuhkan pengakuan dari orang lain karena kurangnya

harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.

Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada

kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang

lain. Istilahnya orang yang menganggap kekuasaan itu segala-galanya atau

merupakan hal yang sangat berarti dalam hidupnya.

D. Penanganan

Tindakan preventif yang dapat kita lakukan untuk mencegah atau

mengurangi resiko post power syndrome adalah:

a. Kita perlu sadari bahwa segala sesuatu itu adalah dari Sang Pencipta.

Kekuasaan, jabatan, adalah karunia Sang Pencipta.


b. Kita harus menyadari bahwa kekuasaan itu tidak bersifat permanen dan kita

harus menyiapkan diri untuk suatu ketika kuasa itu lepas dari diri kita. Apabila

tiba-tiba kita Kehilangan kekuasaan, tetapi kita ,mempunyai persiapan

sebelumnya maka kita akan lebih tahan menghadapi krisis ini.

c. Sebaiknya selama berkuasa, kita tidak memikirkan bagaimana

mempertahankan kekuasaan tetapi kita memikirkan untuk melakukan

kaderisasi.

d. Sebanyak mungkin kita menanamkan kebaikan selam kita berkuasa. Tujuan

utama kekuasaan bukan bagaiman kita dihargai, tetapi supaya kita berbuat

banyak bagi kesejahteraan orang lain.

e. Hadapi masa pensiun secara rileks. Ketegangan dan kecemasan tidak

menjadikan segalanya menjadi lebih baik. Pengalaman dan keterampilan

dapat digunakan untuk merencanakan masa depan

f. Gunakan waktu pensiun dengan sebaik-baiknya dan serileks mungkin.

Lakukan kegiatan yang menjadi hobi seperti berkebun, olah raga, dan lainnya

agar tidak merasa jenuh

g. Lakukanlah kegiatan sosial yang menarik dan mulailah meniti karir di

kehidupan pasca-pensiun disertai optimisme bahwa hidup akan menjadi jauh

lebih baik lagi dari sebelumnya

h. Hilangkan kesepian dan libatkan diri pada orang-orang terdekat

i. Jangan biarkan pesimisme mempengaruhi dan menguasai pikiran


j. Kita perlu belajar menerima kenyataan.

Apabila seeorang telah menderita post power syndroma, maka apabila

penderita dapat menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat

menolong baginya. Misalnya seorang manajer yang terkena PHK, tetapi bisa

beraktualisasi diri di bisnis baru yang dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan

terhindar dari resiko terserang post-power syndrome.

Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga,

dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-

power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan

keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding

dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.

Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu

penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya memahami

dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak mampuannya mencari nafkah,

ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara dingin.

Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan produktifitasnya, meskipun tidak

sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah mengejek dan

selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan mengolok-oloknya.

Post-power syndrome menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.

Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk melewati

fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power
syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power

syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup mewah,

akibatnya akan lebih parah.

BAB III

KONSEP KEPERAWATAN

Focus asuhan keperawatan pada lansia meliputi:

1. Peningkatan kesehatan ( Health Promotion)

2. Pencegahan penyakit (Preventif)

3. Mengoptimalkan fungsi mental

4. Mengatasi Gangguan kesehatan secara umum.

A. Pengkajian

Pengkajian pada lansia meliputi pengkajian fisik, psikologis, social

ekonomi, dan spiritual.

Data-dasar yang harus dikaji pada lansia adalah sebagai berikut:

1. Temperatur

2. Denyut nadi

3. Respirasi

4. Tekanan darah

5. Berat badan

6. Tingkat Orientasi
7. Penyesuaian Psikososial

8. Memori (ingatan)

9. Pola tidur

Sedangkan pengkajian persistem pada lansia adalah sebagai berikut:

1. Sistem persarafan

2. Sistem kardiovaskuler;

3. Sistem Gastrointestinal;

4. Sistem genitourinarius;

5. sistem muskuloskeletal

B. Diagnosa

Adapun diagnosa yang dapat diangkat adalah sebagai berikut:

1. Menarik diri dari lingkungan sehubungan dengan perasaan tidak mampu.

2. Harga diri rendah sehubungan dengan perasaan ditolak.

3. Koping tidak adekuat sehubungan dengan ketidakmampuan mengemukaan

perasaan secara tepat.

4. Cemas sehubungan dengan sumber keuangan yang terbatas.

C. Rencana Keperwatan

Rencana keperawatan pada lansia meliputi:

1. Melibatkan klien dan keluarganya dalam perencanaan;

2. Bekerjasama dengan profesi kesehatan lainnya;

3. Tentukan prioritas:

Klien mungkin puas dengan situasi demikian


Bangkitkan perubahan tetapi jangan memaksa

Keamanan atau rasa aman adalah utama yang merupakan kebutuhan

Cegah timbul masalah-masalah

Sediakan klien cukup waktu untuk mendapat input atau pemasukan

Tulis semua rencana dan jadwal

Tujuan tindakan keperawatan lanjut usia diarahkan pada pemenuhan

kebutuhan dasar antara lain:

Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Peningkatan keamanan dan kesehatan

Memelihara kebersihan diri

Memelihara keseimbangan dan tidur

Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif.

1. Pemenuhan kebutuhan nutrisi

Penyebab gangguan nutrisi pada lanjut usia ;

Penurunan alat penciuman dan pengecap

Pengunyahan kurang sempurnah

Gigi yang kurang lengkap

Rasa perih pada perut dan susah buang air besar

Melemah otot-otot lambung dan usus

Masalah gizi yang timbul pada lanjut usia

Gizi berlebihan

Gizi kurang
Kekurangan vitamin

Kelebihan vitamin

Rencana makanan untuk lanjut usia

Berikan makan porsi sedikit tapi sering

Banyak minum tetapi kurangi makan yang terlalu asin

Berikan makanan yang mengandung serat

Membatasi minum kopi dan teh

2. Meningkatkan keamanan dan keselamatan

Penyebab kecelakaan pada lanjut usia adalah sebagai berikut;

Fleksibilitas kaki yang kurang

Fungsi penglihatan dan pendengaran yang kurang

Pencahayaan yang kurang

Lantai licin dan tak rata

Tangga tidak ada pangaman

Kursi dan tempat tidur yang mudah bergerak

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan;

a. Klien atau lanjut usia

Biarkan lanjut usia menggunakan alat bantu untuk meningkatkan

keselamatan.

Latih lanjut usia pindah dari tempat tidur ke kursi

Biasakan menggunakan pengamatan tempat tidur bila tidur.


Bila mengalami masalah fisik, misalnya Rheumatik, latih klien untuk

menggunakan alat bantu untuk berjalan.

Bantu klien ke kamar mandi terutama untuk lanjut usia yang

menggunakan obat penenang atau diuretika.

Usahakan ada yang menemani jika berpergian.

b. Lingkungan

Tempatkan klien ditempat khusus dekat kantor sehingga mudah

diobservasi bila lanjut usia tersebut dirawat.

Letakkan bel dibawah bantal dan ajarkan cara menggunakannya

Gunakan tempat tidur yang tidak terlalu tinggi

Letakkan meja kecil dekat kecil agar lanjut usia meletakkan alat-alat

yang selalu digunakan

Upayakan lantai bersih, rata, tidak licin dan basah

Kunci semua peralatan yang menggunakan roda untuk lanjut usia

yang menggunakannya

Hindari lampu yangredup dan menyilaukan, sebaiknya menggunakan

lampu 70-100 watt

Jika pindah dari ruangan yang terang ke gelap ajarkan klien untuk

memejamkan mata sesaat.

Gunakan sandal atau sepatu yang beralas karet, gunakan perabotan

yang penting saja diruangan lanjut usia.

3. Memelihara kebersihan diri


Penyebab kurangnya perawatan diri pada lanjut usia adalah:

Penurunan daya ingat;

Kurangnya motivasi;

Klemahan dan ketidakmampuan fisik

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:

Mengingakan atau membantu lanjut usia untuk melakukan pembersihan

diri

Menganjurkan lanjut usia untuk menggunakan sabun lemak yang

mengandung minyak atau berikan skin lotion

Mengingatkan lanjut usia untuk membersihkan lubang telinga, mata dan

gunting kuku.

4. Memelihara keseimbangan istirahat atau tidur

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk kebersihan diri antara lain:

Menyediakan tempat atau waktu yang nyaman

Mengatur lingkungan yang cukup ventilasi, bebas dari bau-bauan

Melatih lanjut usia untuk latihan fisik ringan untuk memperlancar

sirkulasi dan melentukan otot (dapat disesuaikan hobi).

Memberikan minuman hangat sebelum tidur misalnya susu hangat.

5. Meningkatkan hubungan interpersonal melalui komunikasi efektif

Masalah yang biasa dikemukakan lansia adalah daya ingat menurun,

depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan

hubungan interpersonal yang tidak adekuat.


Upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah pada lansia

adalah sebagai berikut:

Menghargai pendapat lanjut usia;

Memberikan kesempatan kepada lanjjut usia untuk mengekspresikan atau

tanggapan terhadap respon nonverbal.

Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan usia lanjut.

Memberikan stimulus atau mengingatkan lanjut usia terhadap kegiatan

yang akan dilakukan.

Tindakan keperawatan yang dilakukan meliputi:

Sediakan cukup penerangan;

o Penerangan alam lebih baik

o Hindari cahaya yang menyilaukan

o Penerangan malam sepanjang waktu, kamar mandi dan ruangan

Tingkatkan rancangan pancra indra

o Buku-buku yang dicetak besar

o Perubahan lingkungan

o Berikan warna-warna yang dapat dilihat klien

Pertahankan dan latih daya orientasi nyata dapat menggunakan;

o Kalender atau penanggalan

o Jam

o Saling mengunjingi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Post-power syndrome adalah gejala yang terjadi di mana penderita hidup

dalam bayang-bayang kebesaran masa lalunya (karirnya, kecantikannya,

ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak

bisa memandang realita yang ada saat ini. Banyak hal yang nenyebabkan post

power syndrome, diantaranya pensium dini, PHK, Kejadian traumatic dan

masih banyak lagi factor lain.

2. Bila seorang penderita post-power syndrome dapat menemukan aktualisasi

diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang

manajer yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang

dirintisnya (agrobisnis misalnya), ia akan terhindar dari resiko terserang post-

power syndrome.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan

kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-

power syndrome ini. Seseorang yang bisa menerima kenyataan dan

keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding

dengan seseorang yang memiliki konflik emosi.

Dukungan dan pengertian dari orang-orang tercinta sangat membantu

penderita. Bila penderita melihat bahwa orang-orang yang dicintainya

memahami dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak mampuannya

mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu

berpikir secara dingin. Hal itu akan mengembalikan kreativitas dan

produktifitasnya, meskipun tidak sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya

jika keluarga malah mengejek dan selalu menyindirnya, menggerutu, bahkan

mengolok-oloknya.

Post-power syndrome menyerang siapa saja, baik pria maupun wanita.

Kematangan emosi dan kehangatan keluarga sangat membantu untuk

melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-

power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila

post-power syndrome menyerang, sementara penderita sudah terbiasa hidup

mewah, akibatnya akan lebih parah.

B. Saran
Pembuatan makalah dengan topik ini merupakan suatu pengalaman

pertama dan sangat berharga bagi kami sebagai mahasiswa keperawatan. Adapun

saran kami selaku penulis agar kiranya kegiatan seperti ini bisa sering dilakukan

karena ini membantu kami dalam berusaha untuk mandiri dan menambah

pengetahuan lebih dalam tentang Keperawatan Gerontik.

DAFTAR PUSTAKA

http://all-about-stress.com.

http://komunitasembunpagi.blogspot.com.

http://www.e-psikologi.com.

Nugroho Wahjudi. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran


EGC, Jakarta.

Stevens P.J.K, dkk. 1999. Ilmu Keperawatan. Jilid 2. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.

Watson Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

www.google.com.

Anda mungkin juga menyukai