Post Power Syndroma
Post Power Syndroma
April 2008
Dosen Pengajar: Sukma Saini S.Kep, Ns
NURSUFIANI
RUSMAWATI LATIEF
MARIA HERLINA KAMAN
IRMAYANTI YUSUF
ANDI FITRIANTI
FITRI SAM
DARMAWATI B
HIDARYONO
NATALIA DEWI
SUMARNI
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2008
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan segala rahmat dan puji syukur atas kehadirat Allah
SWT atas kesempatan, keselamatan, dan kesehatan yang diberikan kepada penulis
sehingga pembuatan makalah ini terselesaikan. Makalah yang berjudul Post Power
Syndrom yang merupakan tugas dari Bapak Sukma Saini S.Kep, Ns dosen pada
mata kuliah Keperawatan Gerotik. Makalah yang penulis buat ini tidak lepas dari
bantuan yang sangat mempengaruhi tersusunnya makalah ini, maka dari itu melalui
1. Bapak Sukma Saini S. Kep, Ns atas segala bimbingan dan arahan serta
yang tentunya memberikan wawasan yang lebih luas bagi kami, kami
penulis. Sehubungan dengan itu penulis tetap membuka diri untuk menerima
masukan dan kritikan yang bersifat membangun dari berbagai pihak guna
penyempurnaan tugas ini. Semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amien
Kelompok 3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dkk, 1999).
psikologis pada lansia tidak dapat langsung tampak. Salah pengertian umum
menyebabkan reaksi dan perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi
menjadi kurang cekatan. Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia
kepribadian lansia.
Old age (masa tua) bisa menjadi masa yang menyenangkan atau
sebaliknya menyedihkan. "Old age can be a time of joy, playfulness, and wonder,
but it is also a time of senility, depression, and despair," (Erikson dalam Fiest &
Fiest, 2002). Kekuatan di masa ini adalah wisdom (kebijaksanaan) yang oleh
Erikson digambarkan sebagai kondisi kaya akan pemahaman dan obyektif
terhadap kehidupan dalam menghadapi akhir dari kehidupan itu sendiri,
"informed and detached concern with life itself in the self of death itself."
Individu usia 55-65 tahun mengalami fase ke-7 (fase generativitas vs
stagnasi) dan ke-8 (fase integritas diri vs putus asa) dalam tahap perkembangan
Erikson. Pada usia seperti diatas adalah sangat rentan bagi lansia untuk
mengalami Post Power Syndrom (PPS). Pada individu yang mengalami PPS,
fase stagnasi dan putus asalah yang mendominasi perilakunya.
Fase stagnasi adalah fase di mana individu terpaku dan berhenti dalam
beraktivitas atau berkarya, sementara pada fase putus asa, individu merasakan
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi dari Post Power Syndrome dan apa penyebabnya.
2. Untuk mengetahui bagaiman penanganan dari Post Power Syndrome ini pada
lansia.
3. Untuk dapat membantu kami dalam mengaplikasikannya pada lansia jika
BAB 11
KONSEP MEDIK
A. Pengertian
mempunyai status sosial tinggi sebagai hasil dari prestasi dan kerja keras
baik (karena konsep diri yang positif dan hubungan sosial yang baik). Namun jika
status sosial itu didapat bukan murni dari hasil jerih payah prestasinya (misalnya
lebih karena politis) maka orang atau pergerakan ini justru cenderung mengalami
gangguan psikis. Bila subjek memiliki jabatan, kekuasaan dan pengaruh yang
cukup besar di masa kerjanya, begitu memasuki pensiun semua itu tidak
perlu. Hal ini berdampak negatif terhadap dirinya, mereka mendadak menjadi
sangat sensitif dan merasa eksistensi yang dibangun selama ini akan punah hanya
karena masa kejayaannya telah berlalu. Periode ini disebut sebagai Post Power
Syndrome
ketampanannya, kecerdasannya, atau hal yang lain), dan seakan-akan tidak bisa
Post power sindrome. adalah gejala kejiwaan yang kurang stabil yang
muncul tatkala seseorang turun dari kekuasaan atau jabatan tinggi yang
dimilikinya sebelumnya.
Dalam artian orang yang tadinya mempunyai kekuasaan atau menjabat suatu
jabatan, namun ketika sudah tidak menjabat lagi, seketika itu terlaihat gejala-
yang dialami pada masa muda menyebabkan kegagalan adaptasi dengan masa
lanjut usia.
B. Penyebab
Pensiun dini dan PHK adalah salah satu dari faktor tersebut. Bila orang yang
mendapatkan pensiun dini tidak bisa menerima keadaan bahwa tenaganya sudah
tidak dipakai lagi, walaupun menurutnya dirinya masih bisa memberi kontribusi
yang signifikan kepada perusahaan, post-power syndrom akan dengan mudah
menyerang. Apalagi bila ternyata usianya sudah termasuk usia kurang produktif
power syndrome. Misalnya kecelakaan yang dialami oleh seorang pelari, yang
keadaan yang dialaminya, dia akan mengalami post-power syndrome. Dan jika
terus berlarut-larut, tidak mustahil gangguan jiwa yang lebih berat akan
dideritanya.
lanjut usia dan pensiun dari pekerjaannya. Hanya saja banyak orang yang berhasil
melalui fase ini dengan cepat dan dapat menerima kenyataan dengan hati yang
menerima kenyataan yang ada, ditambah dengan tuntutan hidup yang terus
jiwa seperti tidak bisa berpikir rasional dalam jangka waktu tertentu, depresi yang
tertentu;
Semua ini bisa membuat individu pada frustrasi dan menggiring pada
seperti dipaparkan di atas, melainkan juga ditentukan oleh faktor internal seperti
Antara pria dan wanita, pria lebih rentan terhadap post power sindrome
karena pada wanita umumnya lebih menghargai relasi dari pada prestise, prestise
C. Gejala
1. Gejala fisik, menjadi jauh lebih cepat terlihat tua tampaknya dibandingkan
3. Gejala perilaku, malu bertemu orang lain, lebih mudah melakukan pola-pola
lain
harga diri, jadi kalau ada jabatan dia merasa lebih diakui oleh orang lain.
Orang-orang yang menaruh arti hidupnya pada prestise jabatan dan pada
kemampuan untuk mengatur hidup orang lain, untuk berkuasa terhadap orang
D. Penanganan
a. Kita perlu sadari bahwa segala sesuatu itu adalah dari Sang Pencipta.
harus menyiapkan diri untuk suatu ketika kuasa itu lepas dari diri kita. Apabila
kaderisasi.
utama kekuasaan bukan bagaiman kita dihargai, tetapi supaya kita berbuat
Lakukan kegiatan yang menjadi hobi seperti berkebun, olah raga, dan lainnya
penderita dapat menemukan aktualisasi diri yang baru, hal itu akan sangat
menolong baginya. Misalnya seorang manajer yang terkena PHK, tetapi bisa
dan kematangan emosi seseorang sangat berpengaruh pada terlewatinya fase post-
keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding
dan mengerti tentang keadaan dirinya, atau ketidak mampuannya mencari nafkah,
ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu berpikir secara dingin.
sehebat dulu. Akan sangat berbeda hasilnya jika keluarga malah mengejek dan
fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-power
syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila post-power
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Temperatur
2. Denyut nadi
3. Respirasi
4. Tekanan darah
5. Berat badan
6. Tingkat Orientasi
7. Penyesuaian Psikososial
8. Memori (ingatan)
9. Pola tidur
1. Sistem persarafan
2. Sistem kardiovaskuler;
3. Sistem Gastrointestinal;
4. Sistem genitourinarius;
5. sistem muskuloskeletal
B. Diagnosa
C. Rencana Keperwatan
3. Tentukan prioritas:
Gizi berlebihan
Gizi kurang
Kekurangan vitamin
Kelebihan vitamin
keselamatan.
b. Lingkungan
Letakkan meja kecil dekat kecil agar lanjut usia meletakkan alat-alat
yang menggunakannya
Jika pindah dari ruangan yang terang ke gelap ajarkan klien untuk
Kurangnya motivasi;
diri
gunting kuku.
depresi, lekas marah, mudah tersinggung dan curiga. Hal ini disebabkan
o Perubahan lingkungan
o Jam
o Saling mengunjingi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
bisa memandang realita yang ada saat ini. Banyak hal yang nenyebabkan post
diri yang baru, hal itu akan sangat menolong baginya. Misalnya seorang
manajer yang terkena PHK, tetapi bisa beraktualisasi diri di bisnis baru yang
power syndrome.
Di samping itu, dukungan lingkungan terdekat, dalam hal ini keluarga, dan
keberadaannya dengan baik akan lebih mampu melewati fase ini dibanding
mencari nafkah, ia akan lebih bisa menerima keadaannya dan lebih mampu
mengolok-oloknya.
melewati fase ini. Dan satu cara untuk mempersiapkan diri menghadapi post-
power syndrome adalah gemar menabung dan hidup sederhana. Karena bila
B. Saran
Pembuatan makalah dengan topik ini merupakan suatu pengalaman
pertama dan sangat berharga bagi kami sebagai mahasiswa keperawatan. Adapun
saran kami selaku penulis agar kiranya kegiatan seperti ini bisa sering dilakukan
karena ini membantu kami dalam berusaha untuk mandiri dan menambah
DAFTAR PUSTAKA
http://all-about-stress.com.
http://komunitasembunpagi.blogspot.com.
http://www.e-psikologi.com.
Stevens P.J.K, dkk. 1999. Ilmu Keperawatan. Jilid 2. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Watson Roger. 2003. Perawatan pada Lansia. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
www.google.com.