Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam
pembangunan nasional telah mewujudkan hasil yang positif
diberbagai bidang yaitu kemajuan ekonomi, perbaikan
lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama dibidang kesehatan khususnya kedokteran dan
keperawatan, sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan
penduduk serta meningkatkan usia harapan hidup. Diseluruh
dunia 500 juta lanjut usia (lansia) dengan umur rata-rata 60
tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2
milyar. Sedangkan menurut Badan kesehatan dunia WHO bahwa
penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah
mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang, balitanya
tinggal 6,9% yang menyebabkan jumlah penduduk lansia
terbesar di dunia (Badan Pusat Statistik (BPS)).
Bertambahnya lansia di Indonesia sebagai dampak
keberhasilan pembangunan, menyebabkan meningkatnya
permasalahan pada kelompok lansia yang perjalanan hidupnya
secara alami akan mengalami masa tua dengan segala
keterbatasannya terutama dalam masalah kesehatan. Hal
tersebut diperkuat lagi dengan kenyataan, bahwa kelompok
lansia lebih banyak menderita penyakit yang menyebabkan
ketidakmampuan dibandingkan dengan orang yang lebih muda.
Keadaan tersebut masih ditambah lagi bahwa lansia biasanya
menderita berbagai macam gangguan fisiologi yang bersifat
kronik, juga secara biologik, psikis, sosial ekonomi, akan
mengalami kemunduran (Brunner & Suddart, 2001).
Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh
aspek kehidupan termasuk kesehatannya. Oleh karena itu,
kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
memelihara dan meningkatkan agar selama mungkin bisa hidup
secara produktif sesuai kemampuannya. Pada lansia pekerjaan
yang memerlukan tenaga sudah tidak cocok lagi, lansia harus
beralih pada pekerjaan yang lebih banyak menggunakan otak
dari pada otot, kemampuan melakukan aktifitas sehari-hari
(Activity Daily Living/ ADL) juga sudah mengalami penurunan.
Aktifitas sehari-hari yang harus dilakukan oleh lansia ada
lima macam diantaranya makan, mandi, berpakaian, mobilitas
dan toieting (Brunner & Suddart, 2001). Untuk memenuhi
kebutuhan lansia diperlukan pengetahuan atau kognitif dan sikap
yang dapat mempengaruhi perilaku lansia dalam kemandirian
pemenuhan kebutuhan ADL. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, semakin tinggi pengetahuan seseorang
semakin baik kemampuannya terutama kemampuannya dalam
pemenuhan kebutuhan ADL. Sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau
objek sehingga orang bisa menerima, merespon, menghargai,
bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan ADL. Sikap
belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya
perilaku perlu faktor lain antara yaitu fasilitas atau sarana dan
prasarana. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas
organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku itu
terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni
faktor dari luar diri seseorang (faktor eksternal) dan faktor dari
dalam diri seseorang yang bersangkutan (faktor internal). Oleh
karena itu perilaku manusia sangat bersifat kompleks yang saling
mempengaruhi dan menghasilkan bentuk perilaku pemenuhan
kebutuhan ADL pada lansia. Setiap insan manusia merupakan
makhluk hidup yang unik yang tidak bisa sama atau ditiru satu
sama lain, akan tetapi mempunyai satu persamaan pada
berbagai kebutuhan yang berdasarkan pada hirarki Maslow.
Pada saat ini lansia kurang sekali mendapatkan perhatian
serius ditengah keluarga dan masyarakat terutama dalam hal
pemenuhan kebutuhan aktifitas sehari-hari/ ADL. Hal ini
disebabkan karena lansia mempunyai keterbatasan waktu, dana,
tenaga dan kemampuan untuk merawat diri. sedangkan
keluarga tidak mampu untuk membantu lansia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemenuhan ADL pada
lansia ?
2. Apa tujuan dan manfaat pemenuhan ADL pada lansia ?
3. Bagaimana cara pemenuhan ADL pada lansia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari pemenuhan ADL pada
lansia .
2. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat dari pemenuhan
ADL ada lansia.
3. untuk mengetahui cara pemenuhan ADL ada lansia.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ADL (Activity Daily Living)


ADL (Activity Daily Living )adalah kegiatan melakukan
pekerjaan rutin sehari hari. ADL merupakan aktivitas pokok
bagi perawatan diri. ADL meliputi antara lain : ke toilet,
makan, berpakaian (berdandan), mandi, dan berpindah
tempat (Hardywinito & Setiabudi, 2005).
Sedangkan menurut Brunner & Suddarth (2002), ADL
adalah aktifitas perawatan diri yang harus pasien lakukan
setiap hari untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan hidup
sehari-hari.
ADL adalah ketrampilan dasar dan tugas okupasional
yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara
mandiri yang dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan
tujuan untuk memenuhi atau berhubungan dengan perannya
sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Sugiarto,
2005).
Istilah ADL mencakup perawatan diri (seperti
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi, berhias, juga
menyiapkan makanan, memakai telephone, menulis,
mengelola uang dan sebagainya) dan mobilitas (seperti
berguling di tempat tidur, bangun dan duduk, transfer atau
bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke
tempat lain) (Sugiarto, 2005).

B. Klasifikasi ADL (Activity Daily Living)


1. ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu ketrampilan
dasar yang harus dimiliki seseorang untuk merawat dirinya
meliputi berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias. Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air
besar dan buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.
Dalam kepustakaan lain juga disertakan kemampuan
mobilitas (Sugiarto, 2005).
2. ADL instrumental, yaitu ADL yang berhubungan dengan
penggunaan alat atau benda penunjang kehidupan sehari-
hari seperti menyiapkan makanan, menggunakan telefon,
menulis, mengetik, mengelola uang (Sugiarto, 2005).
3. ADL vokasional, yaitu ADL yang berhubungan dengan
pekerjaan atau kegiatan sekolah.
4. ADL non vokasional, yaitu ADL yang bersifat rekreasional,
hobi, dan mengisi waktu luang.
C. Cara Pengukuran ADL
ADL mencakup kategori yang sangat luas dan dibagi-bagi
menjadi sub kategori atau domain seperti berpakaian, makan
minum, toileting atau higieni pribadi, mandi, berpakaian,
transfer, mobilitas, komunikasi, vokasional, rekreasi,
instrumental ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk
merawat dirinya meliputi berpakaian, makan dan minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori
ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto, 2005).
Pengkajian ADL penting untuk mengetahui tingkat
ketergantungan atau besarnya bantuan yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran kemandirian ADL
akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara kuantitatif
degan sistem skor yang sudah banyak dikemukakan oleh
berbagai penulis ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu
ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk
merawat dirinya meliputi berpakaian, makan & minum,
toileting, mandi, berhias. Ada juga yang memasukkan
kontinensi buang air besar dan buang air kecil dalam kategori
ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga disertakan
kemampuan mobilitas (Sugiarto, 2005)
Tabel 2.1 Beberapa Indeks Pengukuran ADL (Activity Daily
Living)
menurut Sugiarto, 2005.
Skala Deskripsi Kehandala Waktu & Komentar
& Jenis skala
n, Pelaksanaa
Kesahihan n
&
Sensitivita
s
Indek Skala ordinal Sangat < 10 menit, Skala
dengan skor 0 sangat
s handal & ADLyang
(total
sangat sesuai sudah
Barth
dependent) - untuk
sahih, dan diterima
el 100(total
cukup skrining, secara luas,
independent) :
penilaian kehandalan
sensitif.
10 formal,
dan
item : makan, pemantaua
kesahihan
mandi, berhias,
n&
berpakaian, sangat
pemelihara
baik.
kontrol
an
kandung
terapi.
kencing,dan
kontrol anus,
toileting,
ransfer
kursi atau
tempat
tidur, mobilitas
dan
naik tangga
Indek Merupakan Kehandala < 10 menit, Skala
penilian sangat
s Katz n& ADLyang
kemandirian
kesahihan sesuai sudah
yang untuk
cukup; diterima
diukur
kisaran skrining, secara luas,
dependensi penilaian kehandalan
ADL
yang hierarkis : formal,
dan
mandi, sangat pemantaua kesahihan
terbatas (6
berpakaian, n& cukup,
toileting, item) pemelihara menilai
keterampila
berpindah an
tempat, dan terapi. n
makan.Penilaia dasar,
n tetapi tidak
dari A (mandiri menilai
pada kelima
berjalan
item) & naik
sampai G
tangga
(dependent
pada
kelimam item).
FIM Skala ordinal Kehandala < 20 menit, Skala
dengan 18 sangat
(Func n& ADLyang
item, 7 kesahihan sesuai sudah
tional
level dengan untuk
baik, diterima
Indep
skor sensitif skrining, secara luas.
ende berkisar antara penilaian Pelatihan
dan dapat
formal,
nce 18- mendetek untuk
pemantaua
126; area yang petugas
Meas si
dievaluasi; n&
perubahan pengisi
ure) perawatan diri, pemelihara
lebih lama
kontrol kecil
an
dengan 7 karena
stingfer, terapi serta
item
transfer, level evaluasi
program. banyak
lokomosi,
komunikasi,
dan kognitif
sosial.
.
1. Indeks Barthel (IB)
Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian
yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam
hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga
digunakan sebagai kriteria dalam enilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan
keseimbangan menggunakan 10 indikator, yaitu :
Tabel 2.2 Instrument Pengukuran ADL (Activity Daily Living)
dengan
Indeks Barthel menurut Sugiarto, 2005).

No. Item yang Skor Nilai


dinilai
1. Makan 0 = Tidak mampu
(Feeding) 1 = Butuh bantuan
memotong, mengoles 2
mentega dll.
2 = Mandiri
2. Mandi 0 = Tergantung orang
(Bathing) lain
1
1 = Mandiri

3. Perawatan diri 0 = Membutuhkan


(Grooming) bantuan orang lain
1 = Mandiri dalam
1
perawatan muka,
rambut, gigi, dan
bercukur
4. Berpakaian 0 = Tergantung orang
(Dressing) lain
1 = Sebagian dibantu
(misal mengancing 2
baju)
2 = Mandiri

5. Buang air kecil 0 = Inkontinensia atau 2


(Bowel) pakai kateter dan tidak
terkontrol
1 = Kadang
Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur
untuk lebih dari 7 hari)

6. Buang air 0 = Inkontinensia (tidak


besar (Bladder) teratur atau perlu
enema)
2
1 = Kadang Inkontensia
(sekali seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
7. Penggunaan 0 = Tergantung bantuan
toilet orang lain
1 = Membutuhkan
bantuan, tapi dapat 2
melakukan beberapa
hal sendiri
2 = Mandiri
8. Transfer 0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan
untuk bisa duduk (2
orang) 3
2 = Bantuan kecil (1
orang)
3 = Mandiri
9. Mobilitas 0 = Immobile (tidak 3
mampu)
1 = Menggunakan kursi
roda
2 = Berjalan dengan
bantuan satu orang
3 = Mandiri (meskipun
menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)
10. Naik turun 0 = Tidak mampu
tangga 1 = Membutuhkan
2
bantuan (alat bantu)
2 = Mandiri
Interpretasi hasil :
20 : Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
5-8 : Ketergantungan Berat
0-4 : Ketergantungan Total

2. Indeks Kats
Indeks katz adalah suatu instrument pengkajian
dengan sistem penilaian yang didasarkan pada
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Penentuan
kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan
kemampuan dan keterbatasan klien sehingga
memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, R.
Siti, dkk, 2011).
Pengkajian ini menggunakan indeks kemandirian Katz
untuk aktivitas kehidupan sehari-hari yang berdasarkan
pada evaluasi fungsi mandiri atau bergantung dari klien
dalam hal 1) makan, 2) kontinen (BAB atau BAK), 3)
berpindah, 4) ke kamar kecil, 5) mandi dan berpakaian
(Maryam, R. Siti, dkk, 011).
Tabel 2.3 Penilaian Indeks Katz menurut Maryam, R. Siti,
dkk, 2011.

INDEKS KATZ
SCORE KRITERIA
A Kemandirian dalam hal makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi
B Kemandirian dalam semua aktifitas hidup
sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua aktifitas hidup


sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
D Kemandirian dalam semua aktifitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan
satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam semua aktifitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam semua aktifitas hidup
sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian,
berpindah, dan satu fungsi tambahan
G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut
Lain-lain Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi,
tetapi, tidak dapat diklasifikasikan sebagai C,
D, E, F dan G

Keterangan:
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan,
atau bantuan aktif dari orang lain. Seseorang yang
menolak melakukan suatu fungsi dianggap tidak
melakukan fungsi, meskipun sebenarnya mampu.
a. Mandi
Mandiri: bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti
punggung atau ekstermitas yang tidak mampu) atau
mandi sendiri sepenuhnya.
Bergantung: bantuan mandi lebih dari satu bagian
tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandsi, serta
tidak mandi sendiri.
b. Berpakaian
Mandiri: mengambil baju dari lemari, memakai pakaian,
melepaskan pakaian, mengancingi atau mengikat
pakaian.
Tergantung: tidak dapat memakai baju sendiri atau baju
hanya sebagian.
c. Ke Kamar Kecil
Mandiri: masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian
membersihkan genitalia sendiri.
Tergantung: menerima bantuan untuk masuk ke kamar
kecil dan menggunakan pispot.
d. Berpindah
Mandiri: berpindah ke dan dari tempat tidur untuk
duduk, bangkit dari kursi sendiri.
Tergantung: bantuan dalam naik atau turun dari tempat
tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih
berpindah.
e. Kontinen
Mandiri: BAK dan BAB seluruh dikontrol sendiri.
Tergantung: Inkontinensia parsial atau lokal; penggunaan
kateter, pispot, enema, dan pembalut (pampres).
f. Makan
Mandiri: mengambil makanan dari piring dan
menyuapinya sendiri.
Bergantung: bantuan dalam hal mengambil makanan
dari piring dan
menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral (NGT).

Tabel 2.4 Modifikasi Indeks Kemandirian Katz Menurut


Maryam, R. Siti,
dkk, 2011.

No Aktivitas Mandiri Tergantung


Nilai (1) Nilai (0)
.
1. Mandi di kamar mandi
(menggosok,
membersihkan, dan
mengeringkan badan).
2. Menyiapkan pakaian,
membuka, dan
menggunakannya.
3. Memakan makanan yang
telah disiapkan.

4. Memelihara kebersihan
diri untuk penampilan diri
(menyisir rambut,
mencuci rambut,
mengosok gigi, mencukur
kumis).

5. Buang air besar di WC


(membersihkan dan
mengeringkaan daerah
bokong)
6. Dapat mengontrol
pengeluaran feses (tinja).
7. Buang air kecil di kamar
mandi (membersihkan
dan mengeringkan daerah
kemaluan).
8. Dapat mengontrol
pengeluaran air kemih.
9. Berjalan di lingkungan
tempat tinggal atau ke
luar ruangan tanpa alat
bantu, seperti tongkat.
10 Menjalankan agama
. sesuai agama dan
kepercayaan yang dianut
11 Melakukan pekerjaan
. rumah, seperti:
merapikan
tempat tidur, mencuci
pakaian, memasak, dan
membersihkan ruangan.
12 Berbelanja untuk
. kebutuhan sendiri atau
kebutuhan keluarga.
13 Mengelola keuangan
. (menyimpan dan
menggunakan uang
sendiri).
14 Mengguanakan sarana
. transfortasi umum untuk
berpergian.
15 Menyiapkan obat dan
. minum obat sesuai
dengan aturan (takaran
obat dan waktu minum
obat tepat).
16 Merencanakan dan
. mengambil keputusan
untuk
kepentingan keluarga
dalam hal penggunakan
uang, aktivitas sosial
yang dilakukan dan
kebutuhan akan
pelayanan kesehatan.
17 Melakukan aktivitas di
. waktu luang (kegiatan
keagamaan, sosial,
rekreasi, olah raga dan
menyalurkan hobi.
JUMLAH POIN MANDIRI

Analisis Hasil :
Point : 13 17 : Mandiri
Point : 0 12 : Ketergantungan

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ADL


ADL (Activities Daily Living) terdiri dari aspek motorik yaitu
kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan aspek
propioseptif sebagai umpan balik gerakan yang dilakukan.
Menurut Sugiarto (2005), ADL dasar dipengaruhi oleh :
a. ROM sendi
b. Kekuatan otot
c. Tonus otot
d. Propioseptif
e. Persepti visual
f. Kognitif
g. Koordinasi
h. Keseimbangan tubuh yang jelek
Menurut Hadiwynoto (2005), faktor yang mempengaruhi
penurunan ADL (Activities Daily Living) adalah:
a. Kondisi fisik misalnya penyakit menahun, gangguan mata
dan telinga
b. Kapasitas mental
c. Status mental seperti kesedihan dan depresi
d. Penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh
e. Dukungan anggota keluarga

Menurut Hadiwynoto (2005), faktor yang mempengaruhi


penurunan ADL (Activities Daily Living) adalah:
a. Kurangnya bergerak (Immobilisasi)
b. Kepikunan yang berat (Dementia)
c. Beser buang air kecil atau buang air besar
(Inkontinensia)
d. Asupan makanan dan minuman yang kurang
e. Lecet dan borok pada tubuh akibat berbaring yang lama
(Decubitus)
f. Patah tulang
g. Persendian yang kaku
h. Pergerakan yang terbatas
i. Waktu beraksi yang lambat, keadaan tidak stabil bila
berjalan
j. Keseimbangan tubuh yang jelek
k. Gangguan peredaran darah
l. Gangguan penglihatan, gangguan pendengaran
m. Gangguan pada perabaan
n. Gangguan status mental seperti kesedihan atau depresi

E. Mempertahankan Activitry Daily Living (ADL)


1. Langkah-Langkah Mempertahankan Activity Of Daily Living
(ADL) Pada Lansia
a. Latihan kepala dan leher
1) Lihat keatap kemudian menunduk sampai dagu ke
dada
2) Putar kepala dengan melihat bahu sebelah kanan lalu
sebelah kiri
3) Miringkan kepala ke bahu sebelah kanan lalu
kesebelah kiri.
b. Latihan bahu dan lengan
1) Angkat kedua bahu ke atas mendekati telinga
kemudian turunkan kembali perlahan-lahan
2) Tepukan kedua telapak tangan dan renggangkan
lengan kedepan lurus dengan bahu. Pertahankan
bahu tetap lurus dan kedua tangan bertepuk
kemudian angkat lengan keatas kepala.
3) Satu tangan menyentuh bagian belakang dari leher
kemudian raihlah punggung sejauh mungkin yang
dapat dicapai. Bergantian tangan kanandan kiri.
4) Letakan tangan di punggung kemudian coba meraih
keatas sedapatnya.
c. Latihan tangan
1) Letakan telapak tangan diatas meja. Lebarkan jari-
jarinya dan tekan ke meja
2) Baliklah telapak tangan. Tariklah ibu jari melintasi
permukaan telapak tangan untuk menyentuh jari
kelingking. Kemudian tarik kembali. Lanjutkan
dengan menyentuh tiap-tiap jari dengan ibu jari dan
kemudian setelah menyentuh tiap jari.
3) Kepalkan tangan sekuatnya kemudian renggangkan
jari-jari selurus mungkin.
d. Latihan punggung
1) Dengan tangan disamping bengkokan badan kesatu
sisi kemudian kesisi yang lain.
2) Letakan tangan dipinggang dan tekan kedua kaki,
putar tubuh dengan melihat bahu kekiri dan
kekanan..
3) Tepukan kedua tangan dibelakang dan regangkan
kedua bahu ke belakang.
e. Latihan paha
1) Latihan ini dapat dilakukan dengan berdiri tegak dan
memegang sandaran kursi atau dengan posisi
tiduran.
2) Lipat satu lutut sampai pada dada dimana kaki yang
lain tetap lurus, dan tahan beberapa waktu.
3) Duduklah dengan kedua kaki lurus kedepan.
Tekankan kedua lutut pada tempat tidur hingga
bagian belakang lutut menyentuh tempat tidur.
4) Pertahankan kaki lurus tanpa membengkokan lutut,
kemudian tarik telapak kaki kearah kita dan
regangkan kembali.
5) Tekuk dan regangkan jari-jari kaki tanpa
menggerakan lutut.
6) Pertahankan lutut tetap lurus, putar telapak kaki
kedalam sehingga permukaannya saling bertemu
kemudian kembali lagi.
7) Berdiri dengan kaki lurus dan berpegangan pada
bagian belakang kursi. Angkat tumit tinggi-tinggi
kemudian putarkan.
f. Latihan pernafasan
1) Duduklah di kursi dengan punggung bersandar dan
bahu relaks. Letakkan kedua telapak tangan pada
tulang rusuk. Tarik nafas dalam-dalam maka terasa
dada mengambang. Sekarang keluarkan nafas
perlahan-lahan sedapatnya. Terasa tangan akan
menutup kembali.
g. Latihan muka
1) Kerutkan muka sedapatnya kemudian tarik alis
keatas
2) Tutup mata kuat-kuat, kemudian buka lebar-lebar
3) Kembangkan pipi keluar sebisanya. Kemudian isap
kedalam
4) Tarik bibir kebelakang sedapatnya, kemudian ciutkan
dan bersiul

F. Jenis Olah Raga / Latihan


Beberapa contoh olah raga yang dapat dilakukan oleh usia
lanjut dalam Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada
Lansia, antara lain :
1. Pekerjaan Rumah dan Berkebun
Kegiatan ini dapat memberikan suatu latihan yang
dibutuhkan untuk menjaga kesegaran jasmani, tetapi harus
dilakukan secara tepat, agar nafas sedikit lebih cepat,
denyut jantung lebih cepat dan otot menjadi lelah. Akan
tetapi perlu selalu dikontrol terhadap peningkatan denyut
nadi jangan sampai melebihi batas maksimal.
2. Jalan Kaki
Berjalan baik untuk meregangkan otot otot kaki dan
bila jalannya makin lama makin cepat, akan bermanfaat
bagi daya tahan tubuh. Bila anda memilih jenis ini
sebaiknya dilakukan pada pagi hari antara pukul 5 6,
dikala udara masih bersih dan segar. Lokasi terbaik adalah
daerah perkebunan atau pegunungan yang jauh dari asap
kendaraan bermotor, pabrik yang menyebabkan polusi
udara.
3. Berenang
Berenang akan melatih pergerakan seluruh tubuh.
Latihan ini lebih baik lagi untuk orang orang yang
mengalami kelemahan otot atau kaku sendi, asalkan
dilakukan secara teratur.
4. Lompat Tali
Melompat tali mempunyai beberapa keistimewaan
(menggerakkan tali secara berirama menggerakkan tubuh
bagian atas lebih banyak daripada lari perlahan.

G. Teknik dan Cara berlatih


Teknik dan cara berlatih yang dilakukan untuk
Mempertahankan Activity Of Daily Living (ADL) Pada Lansia
terbagi dalam tiga segmen seperti yang dijelaskan di bawah
ini:
1. Pemanasan (warming up)
Gerakan umum (yang melibatkan sebanyak-
banyaknya otot dan sendi) dilakukan secara lambat dan
hati-hati. Pemanasan dilakukan bersama dengan
peregangan (stretching). Lamanya kira-kira 8-10 menit.
Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat.
Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta
dalam proses metabolisme yang meningkat.
2. Latihan inti
Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang
dilatih. Gerakan senam dilakukan berurutan dan dapat
diiringi oleh musik yang disSesuaikan dengan gerakannya.
Untuk lansia biasanya dilatih :
a. Daya tahan (endurance);
b. Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat
aerobik;
c. Fleksibilitas dengan peregangan;
d. Kekuatan otot dengan latihan beban;
e. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola
makan latihan aerobik kombinasi dengan latihan beban
kekuatan.
3. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti
perlu dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu
tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya
denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan
dilakukan seperti pada pemanasan,yaitu selama 8-10
menit.

H. Olahraga/Latihan Fisik yang Membahayakan bagi Lansia


Olahraga bertujuan untuk meningkatkan kesehatan tubuh,
namun tidak semua olahraga baik dilakukan oleh lansia. Ada
beberapa macam gerakan yang dianggap membahayakan
saat berolahraga. Gerakan-gerakan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Sit-up dengan kaki lurus
Cara-cara sit-up yang dilakukan dengan kaki lurus
dan lutut dipegang dapat menyebabkan masalah
padapunggung. Oleh karena sit-up cara klasik ini
menyebabkan otot liopsoas/fleksor pada punggung (otot
yang melekat pada kolumna vertebralis dan femur)
menanggung semua beban. Otot ini merupakan otot
terkuat di daerah perut. Jika fleksor punggung ini
digunakan, maka pinggul terangkat ke depan dan otot-
otot kecil pada punggung akan berkontraksi, sehingga
punggung kita akan melengkung. Jadi, latihan seperti ini
akan menyebabkan pemendekan otot punggung bagian
bawah dan paha. Akhirnya menyebabkan pinggul
terangkat ke atas secara permanen dan lengkung lordosis
menjadi lebih banyak, sehingga menimbulkan masalah
pada pinggang. Tetapi bila kita membengkokkan lutut
pada waktu latihan sit-up, otot-otot fleksor panggul tidak
bergerak. Dengan cara demikian, semua badan bertumpu
pada otot perut dan kecil kemungkinan terjadinya trauma
pada pinggang bagian bawah.
2. Meraih ibu jari kaki
Kadang-kadang untuk mengecilkan atau menguatkan
perut diadakan latihan meraih ibu jari kaki. Latihan-latihan
ini selain tidak dapat mencaai ujuan, yaitu mengecilkan
perut, juga kurang baik karena dapat menyebabkan
cedera. Sebetulnya latihan-latihan meraih ibu jari kaki
adalah latihan untuk menguatkan otot-otot punggung
bagian bawah. Gerakan ini akan menyebabkan lutut
menjadi hiperekstensi. Sebagai konsekuensinya, tekanan
yang cukup berat akan menimpa vertebra lumbalis yang
akhirnya menyebabkan keluhan-keluhan pada punggung
bagian bawah. Kadang-kadang hal ini dapat menyebabkan
gangguan pada diskus invertebralis.
3. Mengangkat kaki
Mengangkat kaki pada posisi tidur terlentang sampai
kaki terangkat 15 cm dari lantai, kemudian ditahan
beberapa saat selama mungkin. Latihan ini tidak baik,
karena dapat menyebabkan rasa sakit pada punggung
bagian bawah (low back pain) dan menyebabkan
terjadinya lordosis yang dapat menyebabkan gangguan
pada punggung. Bahaya yang ditimbulkan ialah otot-otot
perut tidak cukup kuat untuk menahan kaki setinggi 15
cm dari lantai dalam waktu yang cukup lama dan kaki
tidak dapat menahan punggung bagian bawah. Akibatnya
terjadi rotasi pelvis ke depan. Rotasi ini menyebabkan
gangguan dari punggung bagian bawah.
4. Melengkungkan punggung
Gerakan hiperekstensi ini banyak dilakukan dengan
tujuan meregangkan otot perut agar otot perut menjadi
lebih kuat. Hal ini kurang benar, karena dengan
melengkungkan punggung tidak akan menguatkan otot
perut, melainkan melemahkan persendian tulang
punggung.

I. Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Menjalin


Hubungan dengan Lansia
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian dalam menjalin
hubungan dengan lansia adalah sebagai berikut:
1. Lingkungan (fisik dan psikologis)
a. Siapkan area yang adekuat.contoh: klien di kursi roda
b. Suasana tenang dan tidak ribut/bising. Contoh: suara
TV, radio
c. Nyaman dan tidak panas
d. Gunakan cahaya yang agak redup,hindari cahaya
langsung
e. Tempatkan pada posisi yang nyaman bila berganti
posisi atau tanyakan apakah ingin di tempat tidur
f. Sediakan waktu yang cukup dan air minum
g. Privasi harus dijaga
h. Perhitungkan tingkat energi dan kemampuan klien
i. Sabar, rileks, dan tidak terburu-buru. Beri klien waktu
untuk menjawab pertanyaan
j. Perhatikan tanda-tanda kelelahan (mengeluh, respons
menjadi lambat, mengerut, dan tersinggung)
k. Rencanakan apa yang akan dikaji
l. Melakukan pengkajian pada saat energi klien
meningkat. Contoh: sehabis makan
2. Interviewer (sikap perawat: perasaan, nilai, dan
kepercayaan)
a. Mengetahui mitos-mitos seputar lansia
b. Menjelaskan tujuan wawancara
c. Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi
kebutuhan pengumpulan data dengan kepentingan klien
d. Mencatat data harus seizin klien
e. Pada awal interaksi perawat harus merencanakan
bersama klien cara yang paling efektif dan nyaman
f. Menggunakan sentuhan
g. Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara
h. Bicara tidak terlalu kera
3. Klien
Beberapa kultur yang memengaruhi kemampuan
klien untuk berpartisipasi sangat berarti dalam wawancara.
Faktor-faktor yang memengaruhi proses penuaan adalah
hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup,
lingkungan dan stres. Perawat harus menyadari faktor-
faktor ini karena kemampuan lansia untuk
mengkomunikasikan semua informasi penting sangat
ditentukan oleh kelengkapan dan kesesuaian wawancara.

J. Asuhan Keperawatan Pada Lansia


Proses keperawatan pada lansia meliputi hal-hal dibawah
ini :
1. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara
komprehensif, akurat dan sistematis. Informasi yang
dikumpulkan selama pengkajian harus dapat dipahami
dan didiskusikan dengan anggota tim, keluarga klien,
dan pemberi pelayanan interdisipliner. Tujuan dari
melakukan pengkajian adalah untuk menentukan
kemampuan klien dalam memelihara diri sendiri,
melengkapi data dasar untuk membuat rencana
keperawatan, serta memberi waktu pada klien untuk
berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi aspek fisik, psikis,
sosial, dan spiritual dengan melakukan kegiatan
pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan
pemeriksaan (CGA: comprehensive geriatric
assessment).
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga
dilakukan dengan melibatkan keluarga sebagai orang
terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan
lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di
panti ataupun di masyarakat dilakukan dengan
melibatkan penanggung jawab kelompok lansia, kultural,
tokoh masyarakat, serta petugas kesehatan.
Untuk itu, format pengkajian yang digunakan adalah
format pengkajian pada lansia yang dikembangkan
sesuai dengan keberadaan lansia. Format yang
dikembangkan minimal terdiri atas: data dasar (identitas,
alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku
bangsa); data biopsikososial, spiritual, kultural;
lingkungan; status fungsional; fasilitas penunjang
kesehatan yang ada; serta pemeriksaan fisik.
2. Diagnosis Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk
menentukan diagnosis keperawatan. Diagnosis
keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan
individu, diagnosis keperawatan keluarga dengan lansia,
ataupun diagnosis keperawatan pada kelompok lansia.
Masalah keperawatan yang dijumpai antara lain
gangguan nutrisi: kurang/lebih; gangguan persepsi
sensorik; pendengaran, penglihatan; kurangnya
perawatan diri; intoleransi aktivitas; gangguan pola
tidur; perubahan pola eliminasi; gangguan mobilitas
fisik; risiko cedera; isolasi sosial; menarik diri; harga diri
rendah; cemas; reaksi berduka; marah; serta penolakan
terhadap proses penuaan.
3. Rencana Keperawatan
Perawat mengembangkan rencana pelayanan yang
berhubungan dengan lansia dan hal-hal lain yang
berkaitan. Tujuan, prioritas, serta pendekatan
keperawatan yang digunakan dalam rencana perawatan
termasuk didalamnya kepentingan terapeutik, promotif,
preventif, dan rehabilitatif.
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh
dan mempertahankan kesehatan pada tingkatan yang
paling tinggi, kesejahteraan dan kualitas hidup dapat
tercapai, demikian juga halnya untuk menjelang
kematian secara damai. Rencana dibuat untuk
keberlangsungan pelayanan dalam waktu yang tak
terbatas, sesuai dengan respons atau kebutuhan klien.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun
rencana keperawatan :
a. Sesuaikan dengan tujuan yang spesifik di mana
diarahkan pada pemenuhan kebutuhan dasar.
b. Libatkan klien dan keluarga dalam perencanaan.
c. Kolaborasi dengan profesi kesehatan yang terkait.
d. Tentukan prioritas.klien mungkin sudah puas dengan
kondisinya, bangkitkan perubahan tetapi jangan
dipaksakan, rasa aman dan nyaman adalah yang
utama
e. Sediakan waktu yang cukup untuk klien.
f. Dokumentasikan rencana keperawatan yang telah
dibuat.
4. Tindakan Keperawatan
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana perawatan yang telah dibuat. Perawat
memberikan pelayanan kesehatan untuk memelihara
kemampuan fungsional lansia dan mencegah komplikasi
serta meningkatkan ketidakmampuan. Tindakan
keperawatan berdasarkan rencana keperawatan dari
setiap diagnosis keperawatan yang telah dibuat dengan
didasarkan pada konsep asuhan keperawatan gerontik.
Tindakan keperawatan yang dilakukan pada lansia:
a. Menumbuhkan dan membina hubungan saling
percaya dengan cara memanggil nama klien.
b. Menyediakan penerangan yang cukup: cahaya
matahari, ventilasi rumah, hindarkan dari cahaya
yang silau, penerangan di kamar mandi, dapur, dan
ruangan lain sepanjang waktu.
c. Meningkatkan rangsangan pancaindra melalui buku-
buku yang dicetak besar dan berikan warna yang
dapat dilihat.
d. Mempertahankan dan melatih daya orientasi realita:
kalender, jam, foto-foto, serta banyaknya jumlah
kunjungan.
e. Memberikan perawatan sirkulasi: hindari pakaian
yang sempit, mengikat/menekan, mengubah posisi,
dukung untuk melakukan aktivitas, serta melakukan
penggosokan pelan-pelan waktu mandi.
f. Memberikan perawatan pernapasan dengan
membersihkan hidung, melindungi dari angin, dan
meningkatkan aktivitas pernapasan dengan latihan
napas dalam (latihan batuk). Hati-hati dengan terapi
oksigen, perhatikan tanda-tanda gelisah, keringat
berlebihan, gangguan penglihatan, kejang otot, dan
hipotensi.
g. Memberikan perawatan pada organ pencernaan: beri
makan porsi kecil tapi sering, beri makan yang
menarik dan dalam keadaan hangat, sediakan
makanan yang disukai, makanan yang cukup cairan,
banyak makan sayur dan buah, berikan makanan
yang tidak membentuk gas, serta sikap fowler waktu
makan.
h. Memberikan perawatan genitourinaria dengan
mencegah inkontinensia dengan menjelaskan dan
memotivasiklien untuk BAK tiap 2 jam serta
observasi jumlah urine pada saat akan tidur. Untuk
seksualitas, sediakan waktu untuk konsultasi.
i. Memberikan perawatan kulit. Mandi: gunakan sabun
yang mengandung lemak, hindari menggosok kulit
dengan keras, potong kuku tangan dan kaki, hindari
menggarukdengan keras, serta berikan pelembap
(lotion) untuk kulit.
j. Memberikan perawatan muskuloskeletal: bergerak
dengan keterbatasan, ubah posisi tiap 2 jam, cegah
osteoporosis dengan latihan aktif/pasif, serta
anjurkan keluarga untuk membuat klien mandiri.
k. Memberikan perawatan psikososial: jelaskan dan
motivasi untuk sosialisasi, bantu dalam memilih dan
mengikuti aktivitas, fasilitasi pembicaraan, sentuhan
pada tangan untuk memelihara rasa percaya, berikan
penghargaan, serta bersikap empati.
l. Memelihara keselamatan: usahakan agar pagar
tempat tidur (pengaman) tetap dipasang, posisi
tempat tidur yang rendah, kamar dan lantai tidak
berantakan dan licin, cukup penerangan, bantu untuk
berdiri, serta berikan penyangga pada waktu berdiri
bila diperlukan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
ADL mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan &
minum, toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan makanan,
memakai telepon, menulis, mengelola uang dan sebagainya) dan
mobilitas (seperti berguling di tempat tidur, bangun dan duduk,
transfer atau bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu
tempat ke tempat lain). Ada beberapa indeks pengukuran ADL
pada lansia antara lain dengan Indeks Barthel, Indeks Katz, dan
FIM (Functional Independence Measure) yang masing-masing
memiliki kelebihan dan sensitivitas yang berbeda. Faktor yang
mempengaruhi penurunan ADL yaitu kondisi fisik misalnya
penyakit menahun, gangguan mata dan telinga, kapasitas
mental, status mental seperti kesedihan dan depresi,
penerimaan terhadap fungsinya anggota tubuh, dukungan
anggota keluarga. Dalam mempertahankan ADL lansia perlu
melakukan beberapa latihan seperti latihan kepala dan leher,
latihan bahu dan lengan, latihan tangan, latihan paha, latihan
pernafasan, dan latihan muka. Adapun kegiatan olahraga yang
baik bagi lansia adalah berkebun dan jalan kaki.

B. Saran
Demikian makalah ini kami susun semoga bermanfaat bagi kita semua
khususnya bagi tim penyusun dan semua mahasiswa dan mahasiswi kesehatan
pada umumnya. Saran kami untuk lebih banyak membaca untuk meningkatkan
pengetahuan.
Kami sebagai penyusun menyadari akan keterbatasan kemampuan yang
menyebabkan kekurangsempurnaan dalam makalah ini, baik dari segi isi maupun
materi, bahasa dan lain sebagainya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya agar
makalah selanjutnya dapat lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai