Proses Industri Kimia (Kelompok 3)
Proses Industri Kimia (Kelompok 3)
PENDAHULUAN
Detergen merupakan salah satu produk industri yang sangat penting dalam
kehidupan sehari-hari, terutama untuk keperluan rumah tangga dan industri.
Detergen dapat berbentuk cair, pasta, atau bubuk yang mengandung konstituen
bahan aktif pada permukaannya dan konstituen bahan tambahan.
Detergen pertama yang dihasilkan yaitu natrium lauril sulfat (NSL) yang
berasal dari lemak trilausil yang kemudian direduksi dengan hidrogen dibantu
dengan katalis. Setelah itu, direaksikan dengan asam sulfat lalu dinetralisasi.
Karena proses produksinya yang mahal, maka penggunaan NSL ini tidak
dilanjutkan.
1
2
sungai. Akan tetapi, LAS juga memiliki kekurangan yaitu dapat membentuk fenol,
suatu bahan kimia beracun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deterjen
Salah satu deterjen yang pertama dibuat adalah garam natrium dari lauril
hydrogen sulfat.
5
(2.1)
Tetapi pada saat ini, kebanyakan deterjen adalah garam dari asam sulfonat.
(2.2)
2. Alkilsulfonat Anionik
3. Dialkildimetilamonium Kationik
chloride
4. Betaines Amfoterik
Bahan aditif sebenarnya tidak harus ada dalam proses pembuatan deterjen
bubuk. Namun demikian, beberapa produsen justru selalu mencari hal-hal baru
akan bahan ini karena justru bahan ini dapat memberi kekhususan dan nilai lebih
pada produk deterjen tersebut. Dengan demikian, keberadaan bahan aditif dapat
mengangkat nilai jual produk deterjen bubuk tersebut. Salah satu contoh dari
bahan aditif adalah carboxyl methyl cellulose (CMC). Bahan ini berbentuk serbuk
putih dan berfungsi untuk mencegah kembalinya kotoran ke pakaian sehingga
disebut antiredeposisi. Selain CMC, masih banyak macam dari bahan aditif ini,
tetapi pada umumnya merupakan rahasia dari tiap-tiap perusahaan. Ini sebenarnya
merupakan tantangan bagi pelaku wirausaha untuk selalu mencari bahan aditif ini
sehingga produk deterjen bubuk mempunyai nilai lebih dan berdaya saing tinggi.
hidroksida
natrium silikat
Colorless
Fluorescent
Membuat kain terlihat lebih cemer- fluorescing
whitening agents
lang dan putih ketika terkena sinar compounds
Fragrance blends
a. Menutupi bau
Fragrances
b. Memberikan bau yang sedap pada pakaian dan
ruangan
2.3.6 Antifoam
Cairan antifoam digunakan khusus untuk pembuatan deterjen bubuk untuk
mesin cuci. Bahan tersebut berfungsi untuk meredam timbulnya busa. Persentase
keberadaan senyawa ini dalam formula sangat sedikit, yaitu berkisar antara 0,04-
0,06%
2. Aglomerasi
Proses aglomerasi merupakan proses pembuatan deterjen bubuk sintesis
yang memiliki densitas yang tinggi dengan cara pencampuran material-material
kering dengan bahan-bahan cairan yang dibantu dengan adanya bahan pengikat
cairan yang kemudian bercampur yang menyebabkan bahan-bahan tadi bergabung
satu sama lain yang membentuk partikel-partikel berukuran besar.
Prose aglomerasi dapat di gambar kan seprti proses penimbunan atau
penumpukan dari komponen dari bubuk menjadi cairan dan menjadi butir atau
granula. Tahap-tahap pemprosesan non tower balestra untuk untuk produksi
deterjen bubuk berdasarkan pada proses aglomerasi. Diantara berbagai tahap
proses tersebut, aglomerasi memperlihatkan operasi yang sangat penting dan
kritis, karena proses tersebut dihubung kan ke struktur fisik dan pada saat yang
sama,di hubungkan ke komposisi kimia dari produk.
Aglomerator
Bahan baku Pencampuran
Bahan homogen
Cairan panas kental
Bahan baku (cair)
Udara panas
3. Dry Mixing
Material kering (dry material) yang digunakan untuk membuat deterjen
bubuk ditimbang dan selanjutnya dimasukkan kedalam mixer, pencampuran
dilanjutkan selama 1-2 menit dan ditambahkan slurry selama 3-4 menit.
Setelah semua slurry dimasukkan kedalam mixer, pencampuran
dilanjutkan selama 1-2 menit agar menjadi homogen. Sebagian besar dari bubuk
yang terbentuk dapat dikemas dengan segera setelah selesai atau setelah 30 menit
penyimpanan.
BAB III
TUGAS KHUSUS
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Deterjen sering kita gunakan didalam kehidupan kita sehari-hari. Deterjen
merupakan bahan pembersih yang mempunyai sifat tidak membentuk endapan
dengan ion-ion logam divalen dalam air sadah.
Deterjen bubuk digolongkan menjadi 2, yaitu deterjen bubuk berongga dan
deterjen bubuk padat/masif. Kelebihan deterjen bubuk berongga dibandingkan
dengan deterjen bubuk padat adalah volumenya lebih besar. Dengan berat yang
sama, deterjen bubuk dengan butiran berongga tampak lebih banyak dibandingkan
dengan deterjen padat. Deterjen bubuk padat/massif, semua bagian butirannya
terisi oleh padatan sehingga tidak berongga. Kelebihan deterjen bubuk padat,
yaitu untuk membuatnya tidak diperlukan modal besar karena alatnya termasuk
sederhana dan berharga murah. Kekurangannya adalah karena bentuknya padat
maka volumenya tidak besar sehingga jumlahnya terlihat sedikit.
Bahan aktif yang digunakan dalam pembuatan detergen berupa surfaktan.
Surfaktan merupakan senyawa yang larut dalam air yang dapat dibedakan atas:
1. surfaktan anionic
2. surfaktan nonionic
3. surfaktan kationik dan
4. surfaktan amfoterik
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.soyaherba.com/wawasan/mengenal-teknologi-spray-drying-pada-
proses-produksi-soya-herba-nusantara.html/ diakses pada tanggal 8
November 2015.