BAB II
KEGIATAN PENGENALAN PERTANIAN
Tanah juga terbentuk dari hancuran sisa-sisa daun atau akar tumbuhan
dan binatang. Tanah demikian disebut tanah organik. Tanah organik
juga subur bagi tanaman. Tanah yang sebagian berasal dari bahan
pepohonan yang terpendam di daerah rawa-rawa disebut tanah
gambut. Tanah gambut banyak tersebar antara lain di daerah pantai
Sumatra dan Kalimantan.
2. Jenis Tanah
a. Tanah Organosol
Proses terbentuknya tanah organosol yaitu dari hasil pembusukan
bahan-bahan organik yang sudah membusuk. Biasanya tanah jenis ini
sering ditemui di rawa-rawa atau daerah yang selalu tergenang air.
Tanah Organosol sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Tanah humus
Tanah humus adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan
organik, bersifat sangat subur. Tanah humus berwarna kecokelatan.
Tanah tersebut banyak dijumpai di Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua. Tanah humus baik untuk tanaman kelapa,
nanas, dan padi.
2) Tanah gambut
Tanah gambut adalah hasil pembusukan yang kurang sempurna
di daerah yang selalu tergenang air, terutama di daerah rawa-rawa.
Tanah gambut terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat,
dan pantai Selatan Papua. Tanah gambut kurang baik untuk
pertanian.
b. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)
Tanah aluvial yaitu tanah yang terbentuk dari hasil erosi (lumpur
dan pasir halus) di tempat-tempat yang memiliki dataran rendah.
Termasuk jenis tanah muda dan belum mengalami perkembangan. Ciri-
ciri tanah alluvial yaitu peka terhadap erosi, berwarna kelabu. Tanah
alluvial bisa dijadikan sebagai lahan pertanian sawah dan palawija.
7
tidak terlalu subur, sangat masam, peka terhadap erosi, warna pucat dan
mengandung pasir kuarsa yang tinggi. Bermanfaat untuk dijadikan
pertanian palawija. Persebarannya di daerah Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara, Papua.
h. Tanah Laterit
Tanah ini terbentuk melalui proses hilangnya unsur hara dari dalam
tanah dikarenakan dibersihkan oleh air hujan. Memiliki ciri-ciri
berwarna coklat kemerah-merahan serta tidak termasuk tanah yang
subur. Persebarannya di daerah Jawa Barat. pegunungan Kendeng Jawa
Tengah. Kediri, Madiun, Nusa Tenggara, Yogyakarta
i. Tanah Renzina
Tanah Renzina terbentuk melalui proses pelapukan batuan kapur di
daerah yang curah hujannya cukup tinggi. Tanah ini kandungan unsur
haranya sedikit sehingga tidak cocok bagi tanaman yang membutuhkan
banyak unsur hara, berwarna putih hingga hitam. Bermanfaat untuk
dijadikan perkebunan palawija dan hutan jati. Persebarannya di daerah
Gunung Kidul, Yogyakarta
j. Tanah Mediteran
Proses terbentuknya tanah mediteran adalah melalui proses
melapuknya batuan keras dan sedimen. Tanah ini berwarna putih
kecoklatan, keras, dan tidak subur. Bermanfaat untuk pertanian tegalan
dan hutan jati. Persebarannya di Pegunungan di Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sulawesi, Maluku dan Sumatra
k. Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa yang tersebar didaerah
yang memiliki iklim basah tanpa bulan kering. Tanah ini memiliki ciri-
ciri yaitu, curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun, tekstur lempung
hingga pasir, berwarna merah dan kering, tidak terlalu subur.
l. Tanah Grumusol
Tanah jenis ini berasal dari batu kapur dan batuan lempung yang
tersebar didaerah yang memiliki curah hujan kurang dari 2.500
9
3. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk
suatu penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah
perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan
penggunaan lahan yang diinginkan.
a. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Ordo:
Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja
evaluasi lahan FAO (1976) dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:
1) Ordo S : Sesuai (Suitable)
Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat
digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya.
Penggunaan lahan tersebut akan memberi keuntungan lebih besar
daripada masukan yang diberikan.
2) Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable)
Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah lahan yang
mempunyai pembatas demikian rupa sehingga mencegah
penggunaan secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan.
Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk penggunaan tertentu
10
4. Data Pengamatan
Data pengamatan pengamatan sifat tanah :
No. Profil :3
Pendeskripsi : Isnaini Rofiah
Lokasi : Desa Sewukan
Tanggal Pengamatan : 29 Oktober 2016
Koordinat : 49M 0427763 9167466
Cuaca : Sedikit Berawan
Vegetasi : Sayuran, Padi, Palawija, Sengon, Kelapa
Bahan Induk : Material Vulkanik Merapi
Penggunaan lahan : Persawahan dan tegalan (lahan kering)
Fisiografi : Sistem Vulkanik
Kemiringan lereng : 15%
Relief : Teras
Ketinggian tempat : 647 mdpl
Drainase Permukaan : Cepat
Jeluk Mempan : >100 cm
Klasifikasi Tanah
1. PPT : Regosol
2. FAO-UNESCO : Cambisol
3. Soil Taxonomy : Inceptisol
12
Bergelombang
Tak beraturan
Patah-patah
Melidah
Struktur :
Tipe Remah Remah Gumpal Gumpal Gumpal
Ukuran Kecil Sedang Sedang Sedang Sedang
Derajat Lemah Lemah Cukup Cukup Lemah
Kuat Kuat
Warna 10 Yr
2,5Yr 2/5 2,5 Yr 3/2 10 Yr 3/2 2/2 7,5Yr 3/2
(Reddishi (Dusky (Very dark (Very (Dark
black) red) grayish) darks brown)
brown)
pH 5 6 6 5 6
Bahan Organik + + + + -
Kapur - - - - -
Proses pembentukan tanah pada tanah yang ada di Desa Sewukan
yaitu mengalami perkembangan dan penambahan material baru dari endapan
abu vulkanis gunung merapi yang memiliki butir kasar sesuai waktu
pelapukan. Tanah yang berasal dari gunung berapi biasa disebut dengan
Regosol yang memiliki ciri-ciri berbutir kasar, berwarna kelabu sampai
kuning, berbahan organik rendah karena umur yang masih muda sehingga
bahan-bahan organik masih belum banyak menyatu.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah I memiliki tekstur geluh dengan tipe remah berukuran kecil dan
memiliki derajat lemah. Untuk mengetahui warna tanah I diukur
menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel tersebut dapat
diketahui warna tanah lapisan I mempunyai warna Reddish Black dimana
14
2,5 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 2/5 sebagai value semakin
bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin kekanan semakin
terang. Pada lapisan tanah I mempunyai pH 5 serta mengandung sedikit
bahan organik dan tidak mengandung kapur.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah II memiliki tekstur pasir geluhan dengan tipe remah berukuran
sedang dan memiliki derajat lemah. Untuk mengetahui warna tanah II
diukur menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel tersebut
dapat diketahui warna tanah lapisan II mempunyai warna Dusky Red
dimana 2,5 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 3/2 sebagai value
semakin bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin kekanan
semakin terang. Pada lapisan tanah II mempunyai pH 6 serta mengandung
sedikit bahan organik dan tidak mengandung kapur.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah III memiliki tekstur geluhan dengan tipe gumpal berukuran sedang
dan memiliki derajat cukup kuat. Untuk mengetahui warna tanah III diukur
menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel tersebut dapat
diketahui warna tanah lapisan III mempunyai warna Very dark grayish
dimana 10 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 3/2 sebagai value
semakin bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin kekanan
semakin terang. Pada lapisan tanah III mempunyai pH 6 serta mengandung
sedikit bahan organik dan tidak mengandung kapur.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah IV memiliki tekstur geluh debuan dengan tipe gumpal berukuran
sedang dan memiliki derajat cukup kuat. Untuk mengetahui warna tanah
IV diukur menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel
tersebut dapat diketahui warna tanah lapisan IV mempunyai warna Very
dark brown dimana 10 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 2/2
sebagai value semakin bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin
kekanan semakin terang. Pada lapisan tanah II mempunyai pH 5 serta
mengandung sedikit bahan organik dan tidak mengandung kapur.
15
Keterangan tambahan :
Tanaman yang dibudidayakan:
yang berasal dari Gunung Merapi, didapatkan lapisan tanah dengan ukuran
kedalaman lapisan yang berbeda.
Lapisan I kedalaman lapisannya yaitu 0-33/40 cm dengan bentuk
berombak ,warna reddish black, teksturnya geluh ,tipe remah, ukuran kecil,
derajat lemah dan memiliki pH 5. Ada sedikit kandungan bahan organic dan
tidak ada kandungan kapur.
Lapisan II kedalaman lapisannya yaitu 33/40-53/62 cm dengan
bentuk bergelombang ,warna dusky red, teksturnya pasir geluhan, tipe
remah, ukuran sedang, derajat lemah dan memiliki pH 6. Ada sedikit
kandungan bahan organic dan tidak ada kandungan kapur.
Lapisan III kedalaman lapisannya yaitu 53/62-78/83 cm dengan
bentuk rata miring ,warna very dark grayish, teksturnya geluhan, tipe
gumpal, ukuran sedang, derajat cukup kuat dan memiliki pH 6. Ada sedikit
kandungan bahan organic dan tidak ada kandungan kapur.
Lapisan IV kedalaman lapisannya yaitu 78/83-89/110 cm dengan
bentuk bergelombang ,warna very dark brown, teksturnya geluh debuan,
tipe gumpal, ukuran sedang, derajat cukup kuat dan memiliki pH 5. Ada
sedikit kandungan bahan organic dan tidak ada kandungan kapur.
Lapisan V kedalaman lapisannya yaitu >89/110 cm dengan
bentuknya tidak diketahui ,warna dark brown, teksturnya geluhan, tipe
gumpal, ukuran sedang, derajat lemah dan memiliki pH 6. Tidak ada
kandungan bahan organik dan tidak ada kandungan kapur.
B. Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pra-Produksi
1. Tanaman Padi
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah sawah dalam usaha budidaya padi bertujuan
untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara
fisis, kimia, maupun biologis sehingga tanaman yang dibudidayakan
akan tumbuh dengan baik. Agar memberikan hasil maksimal, lahan
sawah harus diolah secara baik. Pengolahan lahan yang baik sebelum
padi ditanami adalah salah satu kunci utama dari keberhasilan panen.
Pengolahan lahan untuk tanaman padi sangat penting untuk
18
air agar mencukupi. Jangan terlalu kering dan jangan terlalu basah.
Proses pencampuran ini dilakukan sampai bahan organik benar-benar
menyatu dan melumpur dengan lapisan olah tanah. Setelah ini tanah
disiapkan untuk ditanami benih padi.
b. Kebutuhan Sarana Produksi
1) Benih
Benih secara umum adalah istilah yang dipakai untuk bahan
dasar pemeliharaan tanaman atau hewan. Istilah ini biasanya
dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih kecil daripada
ukuran hasil akhirnya (dewasa). Dalam pertanian, benih dapat
berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil perbanyakan aseksual.
Benih diperdagangkan tidak untuk dikonsumsi. Bidang perikanan
juga memakai istilah ini untuk menyebut hewan yang masih muda
yang siap dipelihara hingga dewasa. Dalam penggunaan sehari-
hari, benih dipakai juga untuk menyebut sel sperma.
2) Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam
atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan
tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar
pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris:
manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer).
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk
padat dan pupuk cair. Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan
kandungan: pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
3) Zat pengatur tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang
bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi
rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara
kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah
zat pengatur tumbuh tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat
dibuat atau disintesa oleh manusia tetapi hormon tidak.
4) Pestisida
20
2. Tanaman Cabai
a. Pengolahan Tanah
22
2) Lahan pertanian
3) Pupuk digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman.
4) Alat pengolahan tanah misalnya cangkul, bajak, dan garu.
c. Teknik Budidaya
1) Persiapan Bibit
Salah satu cara menanam cabe adalah memilih bibit yang
bagus. Pilihlah bibit cabe yang berkualitas yang bisa dapatkan pada
penjual bibit-bibit tanaman yang sudah terpercaya. Juga bisa
memperoleh bibit cabe dengan cara mengambil biji dari cabe itu
sendiri. Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah polybag yang
sudah diisi campuran tanah dan pupuk kandang (satu polybag
berisi satu biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar tanah tetap
basah dan lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe akan
muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yang sudah disipakan
sebelumnya. Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah polybag yang
sudah diisi campuran tanah dan pupuk kandang (satu polybag
berisi satu biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar tanah tetap
basah dan lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe akan
muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yang sudah disipakan
sebelumnya (Anonim1, 2013).
2) Penanaman
Salah satu cara menanam cabe adalah memilih bibit yang
bagus. Pilihlah bibit cabe yang berkualitas yang bisa Anda
dapatkan pada penjual bibit-bibit tanaman yang sudah terpercaya.
Anda juga bisa memperoleh bibit cabe dengan cara mengambil biji
dari cabe itu sendiri. Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah
polybag yang sudah diisi campuran tanah dan pupuk kandang (satu
polybag berisi satu biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar
tanah tetap basah dan lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe
akan muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yang sudah
disipakan sebelumnya.
3) Perawatan
24
2. Tanaman Cabai
a. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman secara umum mencakup segala kegiatan
yang berkaitan dengan upaya menjaga kelangsungan hidup tanaman
agar tetap hidup sehat dan memiliki produksi tinggi / yang diharapkan.
Kegiatan pemeliharaan tanaman cabe sebagai berikut :
1) Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bagian-bagian
yang kosong bekas tanaman yang mati/diduga akan mati atau rusak
sehingga terpenuhi jumlah tanaman normal dalam satu kesatuan luas
tertentu sesuai dengan jarak tanamnya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
a) Bibit/benih satu jenis dengan tanaman utama.
b) Umur bibit/benihnya samaDilakukan maksimal 10 hari setelah
tanam.
c) Bibit/benihnya sehat dan normal.
2) Penyiraman
Penyiaraman pada umumnya dilakukan pada tanaman muda
atau pada kondisi tertentu dimana tanaman membutuhkan air yang
cukup seperti pada musim kemarau atau saluran irigasi yang
tersendat. Beberapa cara teknik penyiraman :
a) Penyiraman dengan menggunakan emrat.
b) Dengan cara dikocor.
c) Dengan cara penggenangan.
d) Dengan cara penyemprotan / pengkabutan.
e) Dengan cara tetes menggunakan selang/paralon. dll.
3) Pemasangan Ajir/Turus
Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah
tanam atau maksimal 20 hari setelah tanam. Jika terlalu tua
ditakutkan terjadi kerusakan pada akar yang semakin memanjang.
Tujuan dari pemasangan ajir antara lain :
a) Untuk menopang pohon agar kokoh.
b) Mempermudah dalam pemeliharaan.
c) Agar tidak mudah roboh yang bisa mengakibatkab kerusakan
pada akar.
4) Penyiangan
31
pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna kuning dan
akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim
hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi. Penyakit ini
menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin,
air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa
terikut pada benih atau biji cabe.
Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih
yang sehat bebas patogen. Merenggangkan jarak tanam berguna
meminimalkan serangan agar lingkungan tidak terlalu lembab.
Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman
yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa
diberikan fungisida (Anonim4, 2014)
b) Patek atau antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan
penyakit ini menyebabkan kecambah layu saat disemaikan.
Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati pucuk, serangan
pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara itu,
pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe.
Pencegahan bisa dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan
bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan
tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.
c) Busuk
Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang
tanaman cabe, yakni busuk cabang dan busuk kuncup. Busuk cabang
pada tanaman cabe disebabkan oleh Phytophthora capsici.
Menyerang saat musim hujan dan penyebarannya sangat cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum
sp. Penyakit ini masih jarang dijumpai di Indonesia. Gejalanya,
kuncup tanaman berwarna hitam dan lama kelamaan mati.
34
Pemupukan dilakukan
e. Frekuensi 5 kali
sebanyak 5x
Berdasarkan Tabel 2.5 diatas dapat diketahui bahwa kegiatan
pemupukan yang dilakukan oleh seorang petani budidaya cabai di Desa
Sewukan yaitu menggunakan pupuk organik kompos dan pupuk kandang.
Juga menggunakan pupuk anorganik yaitu ZA dan TSP. Dosis pemberian
pupuk yaitu sebanyak 250 kg tiap 1.000 m 2. Cara yang digunakan untuk
pemupukan yaitu dengan siraman atau penyiraman. Pemupukan berhenti
dilakukan apabila umur tanaman telah mencapai 4 bulan setelah tanam
dengan sebagai awalan dilakukan pemupukan kecil terlebih dahulu.
Pemupukan dilakukan 5 kali dalam masa tanam.
4 Pengendalian OPT
a. Gulma
Mekanik secara
manual (tangan)
1) Cara Mekanik dan khemis Khemis
menggunakan
bahan kimia
2) Bahan Fungsida/pestisida/herbisida
2 tutup botol di-
campur dengan
3) Dosis 2 tutup botol/tangki 15 liter
air kedalam
sprayer
Setiap seminggu
sekali dilakukan
penyiraman
4) Frekuensi 1 minggu dekali supaya tanaman
bebas gulma
Alat yang
digunakan untuk
5) Alat Semprot
menyiram adalah
sprayer
Jika tanaman
sudah berumur 2
minggu maka
6) Umur
2 minggu tanaman baru
tanaman
boleh disiram
dengan
penghilang gulma
Berdasarkan tabel 2.7 diatas menjelaskan tentang pengendalian OPT.
Cara pengendalian gulma yaitu secara mekanik dengan pencabutan gulma
dan secara khemis yaitu dengan menggunakan pestisida/
fungisida/herbisida. Dosis yang diberikan yaitu 2 tutup/tangki 15 liter.
Pembersihan gulma dilakukan sesuai dengan tumbuh gulma, apabila
gulma sudah tumbuh biasanya pembersihan gulma dilakukan 1 minggu
sekali. Cara pengendalian gulma yaitu dengan manual atau dengan
mencabut gulma dan penyemprotan dengan alat semprot. Pembersihan
gulma dilakukan setelah berumur 2 minggu tanam.
40
Jika tanaman
sudah berumur 2
6) Umur minggu maka
2 minggu
tanaman tanaman baru
boleh disiram
obat
Berdasarkan tabel 2.8 pemberantasan penyakit pada budidaya cabai
dilakukan dengan cara khemis yaitu menggunakan bahan kimia seperti
menggunakan pestisida yang bermerk Bioh. Dosis yang diberikan
sebanyak 2 tutup botol. Frekuensi pemberantasan jamur pada tanaman
cabai yaitu 7 hari sekali dengan sekali penyemprotan. Alat yang digunakan
dalam pemberantasan penyakit yaitu semprotan atau sprayer.
Penyemprotan dilakukan ketika tanaman sudah mulai terkena penyakit
sekitar 2 minggu.
Tabel 2.9 Kegiatan Pengendalian Hama Tanaman Cabai Tahap Produksi
41
dan ini semua harus dilakukan demi terpenuhinya kualitas padi yang
bermutu tinggi sesuai dengan standar pangan.
b. Pemanenan
Pemanenan merupakan sebuah proses semua kegiatan yang
dilakukan mulai dari memanen sampai menghasilkan produk yang
setengah jadi. Yang dimaksudkan dengan produk setengah jadi adalah
hasil panen yang belum mengalami perubahan bentuk dan sifatnya.
Sebelum melakukan pemanenan padi, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan terlebih dahulu seperti masa panen atau teknik
pemanenan.
c. Penentuan masa panen
Penentuan panen padi dapat dilakukan dengan mengamati padi
terlebih dahulu.Cara untuk menentukan padi sudah siap panen atau
belum dapat dilakukan menggunakan dua pengamatan, yaitu
pengamatan secara langsung atau pengamatan teoritis. Pengamatan
secara langsung dapat dilakukan secara langsung secara visual dengan
mata telanjang. Sedangkan pengamatan secara teoritis dengan melihat
varietas yang ditanam dan kandungan kadar air dalam padi. Secara
teori, gabah bisa dipanen setelah 145 hari dari masa tanam awal.
d. Teknik pemanenan
Teknik pemanenan padi bisa dilakukan dengan dua metode,
yaitu metode tradisional dan metode modern. Pemanenan padi
menggunakan cara tradisional seperti ani-ani atau diarit membutuhkan
waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit. Sedangkan pemanenan
secara modern mempunyai keuntungan dari durasi waktu. Namun
metode dinilai masih memiliki kelemahan karena dapat memotong
tumbuhan apapun tidak hanya tanaman padi.
e. Perontokan
Perontokan padi merupakan istilah yang digunakan untuk
melepas gabah dari tanaman padi. Proses bisa menggunakan alat
44
i. Penggilingan
Penggilangan adalah sebuah proses membuat gabah menjadi
beras. Penggilingan gabah merupakan proses menghilangkan kulit
45
gabah baik secara tradisional maupun modern. Cara yang lebih modern
dipilih karena menawarkan kecepatan dan waktu yang dibutuhkan
relatif sebentar.
2. Tanaman Cabai
Pasca panen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses
panen agar bahan hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya (Rachmat, 2014).
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus
dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan
segera, akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga
komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:
a. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar ai r dari komoditas.
Pada biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar
dapat disimpan lama. Pada bawang merah pengeringan hanya
dilakukan sampai kulit mengering.
b. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran
buah. Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk,
tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera
didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat
bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya
dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10C) dalam waktu 1 2 jam.
c. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe
dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 2 jam
sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi
dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan
kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada
penyinaran) ! Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat
panen.
d. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan
pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan
dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
46
e. Pencucian dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk
membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit
yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih,
penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi
jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah
tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci.
Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
f. Pembersihan yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain,
mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau
akar yang tidak dikehendaki.
g. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar dengan yang tidak
layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat (Jamaludin, 2014).
1 Hak milik
a. Digarap sendiri 500 m2 - - 500 m2
b. Disewakan - - - -
c. Digadaikan - - - -
d. Lain-lain - - - -
2 Menyewa
a. Digarap sendiri 500 m2 - - -
b. Disakapkan - - -
3 Lain-lain - - - -
2
Jumlah luas tanah garapan 500 m - - 500 m2
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, Bapak Gunawan memiliki
lahan berupa sawah seluas 500 m2. Tanah sawah yang dimiliki beliau
digarap sendiri.
Sawah - Sawah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Ibu Rini
menanam cabai pada dua kali musim dalam MK-1 dan MH. Luas lahan
yang dimiliki yaitu seluas 500 m2 jenis lahan yang digunakan adalah
lahan sawah. Hasil produksi pada MK-1 dan MH hanya 3 kg karena
menggalami gagal panen. Harga cabai pada saat itu 15.000/kg.
Tabel 2.15 Usaha Tanaman Semusim Tanaman Bunga Kol
No Macam Tanaman MK 1 MK 2 MH
49
2 Tanaman Bunga
Kol - 500 m2 -
a.Luas Tanam (m2)
b.Produksi (kg)
- 360 kg -
c.Bentuk hasil
d.Harga / satuan - Bunga -
(rupiah) - 6000/kg -
e.Jenis lahan
- Sawah -
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Ibu Rini menanan
bunga kol di MK-2. Luas lahan yang dimiliki yaitu seluas 500 m 2 jenis
lahan yang digunakan adalah lahan sawah. Hasil produksi sebanyak 360
kg dan bentuk hasil produksinya yaitu bunga. Harga bunga kol pada saat
itu 6.000/kg.
Tabel 2.16 Usaha Tanaman Semusim Tanaman Buncis
No Macam Tanaman MK 1 MK 2 MH
3 Tanaman Buncis
a. Luas Tanam 500 m2 - -
(m2)
b. Produksi (kg)
80 kg - -
c. Bentuk hasil
d. Harga / satuan Buah - -
(rupiah) 4000/kg - -
e. Jenis lahan
Sawah - -
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Ibu Rini menanan
buncis di MK-1. Luas lahan yang dimiliki yaitu seluas 500 m2 jenis lahan
yang digunakan adalah lahan sawah. Hasil produksi sebanyak 80 kg dan
bentuk hasil produksinya yaitu buah. Harga buncis pada saat itu 4.000/kg.
Bulan
MH MK 1 MK 2
No Lahan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Sawah
2 Tegal - - - - - - - - - - - -
3 Pekara - - - - - - - - - - - -
ngan
Keterangan :
: Cabai
: Bunga Kol
: Buncis
Dari data diatas dapat dilihat bahwa sekali panen memerlukan bibit
sebanyak 75 biji seharga Rp.90.000. Selain itu, memerlukan biaya pupuk
sebesar Rp 140.000 untuk pupuk kandang, dan Rp.70.000 untuk pupuk
kompos. Serta menggunakan pestisida 0,75 Liter seharga Rp. 90.000. dan
membayar pajak tanah sebesar Rp 50.000. Tenaga kerja luar keluarga 93
jok selama 3 bulan Rp.903.000 dengan rinciannya adalah untuk pegolahan
lahan selama 5 jam x 3 hari x 3 orang yaitu Rp.193.500, untuk penanaman
selama 3 jam x 1 hari x 6 orang yaitu Rp.77.400, kemudian untuk
perawatan selama 3 jam x 24 hari x 2 orang yaitu Rp.619.200 dan untuk
panen selama 3 jam x 1 hari x 2 orang yaitu Rp.12.900. sedangkan untuk
membayar pajak tanah sebesar Rp 50.000.
d. Lainnya - -
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui keluarga Bapak Gunawan
mempunyai 1 rekening senilai Rp.5.000.000 dan mempunyai emas 10
gram senilai Rp.4.000.000.
Sutrisno
Sekretaris Bendahara
2. Sabila Farm
a. Sejarah Budidaya Sabila Farm
Bapak Gun Soetopo bersama istrinya, Ibu Elly Mulyati, yang
merintis kebun buah naga di Dukuh Kertodadi, Pakem, itu. Beliau mulai
membangun Sabila Farm tahun 2006 dengan menyewa tanah desa. Luas
totalnya 8,2 hektar, lebih dari 6,5 hektar di antaranya untuk kebun buah
naga. Sisanya ditanami pepaya, srikaya, sirsak, delima, pisang, dan
sayuran.
Bapak Gun, lulusan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor, bertekad kebun di Kertodadi adalah pelabuhan
terakhirnya. Ia bekerja di bidang yang berhubungan dengan pertanian
sejak 26 tahun lalu, termasuk lebih dari tiga tahun sebagai pegawai
negeri. Beliau awalnya seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil)
kemudian beliau memilih jadi petani hortikultura di Depok menanam
59
1) Pemupukan
Pada masa awal pertumbuhan pupuk yang dibutuhkan
harus mengandung banyak unsur nitrogen (N). Pada fase
berbunga atau berbuah gunakan pupuk yang banyak
mengandung fosfor (P) dan kalium (K). Pemakaian urea tidak
dianjurkan untuk memupuk buah naga, karena sering
mengakibatkan busuk batang.
Pemupukan dengan pupuk kompos atau pupuk
kandang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan dosis 5-10 kg
per lubang tanam. Pada saat berbunga dan berbuah berikan
pupuk tambahan NPK dan ZK masing-masing 50 dan 20
gram per lubang tanam. Pada tahun berikutnya perbanyak
dosis pemberian pupuk sesuai dengan ukuran tanaman.
Pupuk tambahan berupa pupuk organik cair, pupuk hayati
atau hormon perangsang buah bisa diberikan untuk
memaksimalkan hasil.
2) Penyiraman
Penyiraman bisa dilakukan dengan mengalirkan air
pada parit-parit drainase. Selain itu juga bisa menggunakan
gembor atau irigasi tetes. Sistem irigasi tetes lebih hemat air
dan tenaga kerja namun perlu investasi yang cukup besar.
Penyiraman dengan parit drainase dilakukan dengan
merendam parit selama kurang lebih 2 jam. Bila penyiraman
dilakukan dengan gembor, setiap lubang tanam disiram
dengan air sebanyak 4-5 liter. Frekuensi penyiraman 3 kali
sehari di musim kering, atau sesuai dengan kondisi tanah.
Penyiraman bisa dikurangi atau dihentikan ketika
tanaman mulai berbunga dan berbuah. Pengurangan atau
penghentian penyiraman bertujuan untuk menekan
pertumbuhan tunas baru sehingga pertumbuhan buah bisa
62