Anda di halaman 1dari 61

4

BAB II
KEGIATAN PENGENALAN PERTANIAN

A. Pengenalan Profil Tanah, Jenis Tanah, dan Kesesuaian Tanah


Tanah dalam konteks kajian geografis adalah tanah sebagai tubuh alam
yang menyelimuti permukaan bumi dengan berbagai sifat dan perwatakannya
yang khas dalam hal proses pembentukan, keterpadatan, dinamika dari waktu
ke waktu , serta manfaatnya bagi kehidupan manusia. Semua orang yang hidup
di permukaan bumi telah mengenal wujud tanah, akan tetapi banyaknya ragam
tanah, sifat persebaran tanah yang khas di permukaan bumi, serta ragam
pemanfaatannya menjadikan tanah sebagai obyek yang besar. Tanah adalah
tubuh alam gembur yang menyelimuti sebagian besar permukaan bumi dan
mempunyai sifat dan karakteristik fisik,kimia,biologi,serta morfologi yang
khas sebagai akibat dari serangan panjang tanah tidak sama dengan kurun
waktu pembentukan batuan (Atikah, 2014).
1. Profil Tanah
Profil tanah merupakan sebuah irisan melintang pada tubuh tanah,
dibuat dengan menggali tanah.Horizon merupakan lapisan atau zona pada
tanah yang terbentuk karena adanya variasi komposisi, tekstur, dan
struktur tanah. Profil tanah pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 macam
horizon. Mulai dari yang teratas ke bagian terdalam (Anonim3, 2014).
Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari pembentukan
dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta kemungkinan
pengolahan tanah ulang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk tanah
yaitu, bahan induk, organisme, topografi, iklim, waktu (Foth H.D, 1999).
Tanah dapat terbentuk karena beberapa faktor hingga membentuk
lapisan tanah. Faktor-faktor pembentukan tanah antara lain:
a) Batuan Induk
Bahan asal yang nantinya akan terbentuk tanah disebut
batuan induk. Pada umumnya tanah berasal dari batuan dan sisa-sisa
bahan organik. Daun dan ranting yang gugur dan sisa tanaman yang
5

telah mati membentu bahan organik. Adanya bahan organik


memberikan medium kehidupan bagi jasad hidup tanah. Kegiatan
jasad hidup tanah menghancurkan dan menguraikan bahan organik
yang menghasilkan asam-asam organik dan anorganik yang dapat
melapukkan batuan (Anonim3, 2016).
b) Iklim
Iklim mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses
pembentukan tanah. Komponen iklim yang paling berpengaruh dalam
proses pembentukan tanah adalah temperatur udara dan curah hujan,
temperatur udara berperan pada proses pelapukan batuan secara
mekanik. Curah hujan berpengaruh pada proses pelapukan batuan
secara fisik dan kimia.
c) Organisme
Organisme hidup yang berperan dalam proses pembunuhan
tanah terutamah vegetasi dan jasad renik. Vegetasi akan berpengaruh
pada pelapukan fisik, kimia, dan organik, sedangkan jasad renik akan
mempercepat proses pembusukan sisa-sisa bahan organik. Jasad renik
ini akan bekerja intensif pada suhu berkisar 25C. Oleh karena itu,
pembusukan tanah organik di daerah tropika sangat intensif.
d) Topografi
Topografi adalah keadaan (relief) muka bumi pada suatu
daerah. Pembentukan tanah memerlukan tempat atau relief tertentu.
Pada daerah yang reliefnya datar, pembentukan tanah akan lebih cepat
daripada di daerah yang miring. Karena di daerah datar, tanah yang
sudah terbentuk sulit untuk tererosi.
e) Waktu
Perubahan batuan induk untuk menjadi tanah memerlukan
waktu yang cukup lama. Biasanya untuk membentuk tanah setebal 30
cm memerlukan waktu 100 tahun. Batuan gamping atau kapur
membentuk tanah gamping yang kesuburannya kurang. Batuan
vulkanis terutama abu gunung berapi menjadi subur bagi tanaman.
6

Tanah juga terbentuk dari hancuran sisa-sisa daun atau akar tumbuhan
dan binatang. Tanah demikian disebut tanah organik. Tanah organik
juga subur bagi tanaman. Tanah yang sebagian berasal dari bahan
pepohonan yang terpendam di daerah rawa-rawa disebut tanah
gambut. Tanah gambut banyak tersebar antara lain di daerah pantai
Sumatra dan Kalimantan.

2. Jenis Tanah
a. Tanah Organosol
Proses terbentuknya tanah organosol yaitu dari hasil pembusukan
bahan-bahan organik yang sudah membusuk. Biasanya tanah jenis ini
sering ditemui di rawa-rawa atau daerah yang selalu tergenang air.
Tanah Organosol sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Tanah humus
Tanah humus adalah tanah hasil pembusukan bahan-bahan
organik, bersifat sangat subur. Tanah humus berwarna kecokelatan.
Tanah tersebut banyak dijumpai di Sumatra, Jawa Barat, Kalimantan,
Sulawesi, dan Papua. Tanah humus baik untuk tanaman kelapa,
nanas, dan padi.
2) Tanah gambut
Tanah gambut adalah hasil pembusukan yang kurang sempurna
di daerah yang selalu tergenang air, terutama di daerah rawa-rawa.
Tanah gambut terdapat di pantai timur Sumatra, Kalimantan Barat,
dan pantai Selatan Papua. Tanah gambut kurang baik untuk
pertanian.
b. Tanah Aluvial (Tanah Endapan)
Tanah aluvial yaitu tanah yang terbentuk dari hasil erosi (lumpur
dan pasir halus) di tempat-tempat yang memiliki dataran rendah.
Termasuk jenis tanah muda dan belum mengalami perkembangan. Ciri-
ciri tanah alluvial yaitu peka terhadap erosi, berwarna kelabu. Tanah
alluvial bisa dijadikan sebagai lahan pertanian sawah dan palawija.
7

Tanah ini ada di daerah Jawa bagian utara, Kalimantan Barat,


Kalimantan Selatan, Papua bagian selatan, Halmahera, dan Sumatra
c. Hidromorf Kelabu
Tanah jenis ini terbentuk karena pengaruh dari faktor lokal yaitu
topografi yang berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu
tergenang air dan memiliki warna kelabu hingga kekuningan.
d. Tanah Andosol
Tanah andosol terbentuk dari abu vulkanis yang sudah mengalami
berbagai proses pelapukan. Ciri-ciri tanah andool yaitu warna kelabu
hingga kekuningan, sangat subur, dan peka terhadap terjadinya erosi.
Tanah andosol bermanfaat Untuk dijadikan sebagai lahan pertanian,
perkebunan, hutan pinus atau pohon cemara. Persebaran tanah ini di
daerah Jawa, Bali, Lombok, Halmahera, NTB, Sumatra, Sulawesi.
e. Tanah Regosol
Tanah jenis ini terbentuk dari endapan abu vulkanik baru yang
memiliki butir kasar. Tanah regosol memiliki ciri-ciri yaitu,berwarna
warna kelabu hingga kuning, kadar materi organiknya rendah, berbutir
kasar. Tanah regosol cocok sebagai lahan pertanian seperti padi,
palawija, kelapa, dan tebu. Tanah ini terdapat di Lereng Gunung Berapi,
pantai dan bukit pasir pantai yang meliputi pulau Sumatra, Jawa dan
Nusa Tenggara.
f. Tanah Litosol (Tanah berbatu-batu)
Tanah Litosol terbentuk melalui proses melapuknya batuan beku
dan sedimen yang masih belum terlalu baik atau sempurna susunannya,
sehingga tanahnya cenderung kasar. Memiliki tekstur yang bervariasi,
ada yang bertekstur kasar, berpasir dan memiliki kesuburan yang
bervariasi. Persebaran tanah litosol antara lain di Jawa Tengah, Jawa
Timur, Madura, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Sumatra.
g. Tanah Podzol
Tanah jenis ini terbentuk biasanya pada tempat yang memiliki suhu
rendah dan curah hujan tinggi setiap tahunnya. Ciri-ciri tanah podzol
8

tidak terlalu subur, sangat masam, peka terhadap erosi, warna pucat dan
mengandung pasir kuarsa yang tinggi. Bermanfaat untuk dijadikan
pertanian palawija. Persebarannya di daerah Kalimantan Tengah,
Sumatra Utara, Papua.
h. Tanah Laterit
Tanah ini terbentuk melalui proses hilangnya unsur hara dari dalam
tanah dikarenakan dibersihkan oleh air hujan. Memiliki ciri-ciri
berwarna coklat kemerah-merahan serta tidak termasuk tanah yang
subur. Persebarannya di daerah Jawa Barat. pegunungan Kendeng Jawa
Tengah. Kediri, Madiun, Nusa Tenggara, Yogyakarta
i. Tanah Renzina
Tanah Renzina terbentuk melalui proses pelapukan batuan kapur di
daerah yang curah hujannya cukup tinggi. Tanah ini kandungan unsur
haranya sedikit sehingga tidak cocok bagi tanaman yang membutuhkan
banyak unsur hara, berwarna putih hingga hitam. Bermanfaat untuk
dijadikan perkebunan palawija dan hutan jati. Persebarannya di daerah
Gunung Kidul, Yogyakarta
j. Tanah Mediteran
Proses terbentuknya tanah mediteran adalah melalui proses
melapuknya batuan keras dan sedimen. Tanah ini berwarna putih
kecoklatan, keras, dan tidak subur. Bermanfaat untuk pertanian tegalan
dan hutan jati. Persebarannya di Pegunungan di Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sulawesi, Maluku dan Sumatra
k. Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa yang tersebar didaerah
yang memiliki iklim basah tanpa bulan kering. Tanah ini memiliki ciri-
ciri yaitu, curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun, tekstur lempung
hingga pasir, berwarna merah dan kering, tidak terlalu subur.
l. Tanah Grumusol
Tanah jenis ini berasal dari batu kapur dan batuan lempung yang
tersebar didaerah yang memiliki curah hujan kurang dari 2.500
9

mm/tahun. Tanah grumusol atau margalith adalah tanah yang terbentuk


dari material halus berlempung.
Jenis tanah ini berwarna kelabu hitam dan bersifat subur, tersebar
di Jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Nusa Tenggara, dan Sulawesi
Selatan. Tanaman yang tumbuh di tanah grumosol adalah padi, jagung,
kedelai, tebu, kapas, tembakau, dan jati.
m. Tanah Latosol
Tanah ini tersebar didaerah beriklim basah, curah hujan lebih dari
300 mm/tahun dan memiliki ketinggian berkisar antara 300 sampai
1.000 meter. Tanah ini terbentuk melalui batuan gunung api yang
mengalami proses pelapukan berlanjut (Ahmad M, 2015).

3. Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan adalah tingkat kecocokan suatu bidang lahan untuk
suatu penggunaan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan adalah
perbandingan (matching) antara kualitas lahan dengan persyaratan
penggunaan lahan yang diinginkan.
a. Kesesuaian Lahan Pada Tingkat Ordo:
Kesesuaian lahan pada tingkat Ordo berdasarkan kerangka kerja
evaluasi lahan FAO (1976) dibedakan menjadi 2 kategori, yaitu:
1) Ordo S : Sesuai (Suitable)
Ordo S atau Sesuai (Suitable) adalah lahan yang dapat
digunakan untuk penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau
sedikit resiko kerusakan terhadap sumber daya lahannya.
Penggunaan lahan tersebut akan memberi keuntungan lebih besar
daripada masukan yang diberikan.
2) Ordo N: Tidak Sesuai (Not Suitable)
Ordo N atau tidak sesuai (not suitable) adalah lahan yang
mempunyai pembatas demikian rupa sehingga mencegah
penggunaan secara lestari untuk suatu tujuan yang direncanakan.
Lahan kategori ini yaitu tidak sesuai untuk penggunaan tertentu
10

karena beberapa alasan. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan


lahan yang diusulkan secara teknis tidak memungkinkan untuk
dilaksanakan, misalnya membangun irigasi pada lahan yang
curamyang berbatu, atau karena dapat menyebabkan degradasi
lingkungan yang parah, seperti penanaman pada lereng yang curam.
b. Kesesuaian Lahan pada Tingkat Kelas
Kelas kesesuaian lahan merupakan pembagian lebih lanjut dari
Ordo dan menggambarkan tingkat kesesuaian dari suatu Ordo. Tingkat
dalam kelas ditunjukkan oleh angka (nomor urut) yang ditulis
dibelakang simbol Ordo. Nomor urut tersebut menunjukkan tingkatan
kelas yang makin menurun dalam suatu Ordo. Jumlah kelas yang
dianjurkan adalah sebanyak 3 (tiga) kelas dalam Ordo S, yaitu: S1, S2,
S3 dan 2 (dua) kelas dalam Ordo N, yaitu: N1 dan N2.
Penjelasan secara kualitatif dari definisi dalam pembagian kelas
disajikan dalam uraian berikut:
1) Kelas S1
Kelas S1 atau Sangat Sesuai (Highly Suitable) merupakan
lahan yang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk
penggunaan secara lestari atau hanya mempunyai pembatas tidak
berarti dan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi serta tidak
menyebabkan kenaikanmasukan yang diberikan pada umumnya.
2) Kelas S2
Kelas S2 atau Cukup Sesuai (Moderately Suitable) merupakan
lahan yang mempunyai pembatas agak berat untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus dilakukan.
Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta
meningkatkan masukan yang diperlukan.
3) Kelas S3
Kelas S3 atau Sesuai Marginal (Marginal Suitable) merupakan
lahan yang mempunyai pembatas yang sangat berat untuk
mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus
11

dilakukan.Pembatas akan mengurangi produktivitas dan


keuntungan. Perlu ditingkatkan masukan yang diberikan.
4) Kelas N1
Kelas N1 atau Tidak Sesuai Saat Ini (Currently Not Suitable)
merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang lebih berat, tapi
masih mungkin untuk diatasi, hanya tidak dapat diperbaiki dengan
tingkat pengetahuan sekarang ini dengan biaya yang rasional.
Faktor-faktor pembatasnya begitu berat sehingga menghalangi
keberhasilan penggunaan lahan yang lestari dalam jangka panjang.
5) Kelas N2
Kelas N2 atau Tidak Sesuai Selamanya (Permanently Not
Suitable) merupakan lahan yang mempunyai pembatas yang sangat
berat, sehingga tidak mungkin digunakan bagi suatu penggunaan
yang lestari (Madjid Abdul, 2009).

4. Data Pengamatan
Data pengamatan pengamatan sifat tanah :
No. Profil :3
Pendeskripsi : Isnaini Rofiah
Lokasi : Desa Sewukan
Tanggal Pengamatan : 29 Oktober 2016
Koordinat : 49M 0427763 9167466
Cuaca : Sedikit Berawan
Vegetasi : Sayuran, Padi, Palawija, Sengon, Kelapa
Bahan Induk : Material Vulkanik Merapi
Penggunaan lahan : Persawahan dan tegalan (lahan kering)
Fisiografi : Sistem Vulkanik
Kemiringan lereng : 15%
Relief : Teras
Ketinggian tempat : 647 mdpl
Drainase Permukaan : Cepat
Jeluk Mempan : >100 cm
Klasifikasi Tanah
1. PPT : Regosol
2. FAO-UNESCO : Cambisol
3. Soil Taxonomy : Inceptisol
12

Berdasarkan data hasil pengamatan diatas sifat tanah di Desa


Sewukan menunjukan bahwa vegetasi yang cocok hidup di Desa Sewukan
adalah sayuran, palawija, padi dan tanaman tahunan seperti kelapa dan
sengon. Tanah di Desa Sewukan berasal dari bahan induk vulkanik yang
terbentuk karena aktivitas gunung merapi. Umumnya warga menggunakan
lahan yang mereka miliki sebagai sawah atau tegal. Fisiografi tanah di
Desa Sewukan yaitu sistem vulkanik merupakan tanah yang sebagian
besar merupakan hasil penumpukan dan pembaharuan dari material-
material akibat erupsi Gunung Merapi. Tanah di Desa Sewukan memiliki
kemiringan lereng 15% dengan relief yaitu teras dan ketinggian tempat
647 mdpl. Drainase permukaan di Desa Sewukan yaitu cepat dengan jeluk
mempan atau kedalaman tanah yaitu >100 cm dan dengan pembatas
batuan atau air tanah (tidak ada lapisan pembatas tanah).
Klasifikasi tanah di Desa Sewukan menurut Pusat Penelitian Tanah
(PPT) dan menurut FAO-UNESCO yaitu tanah Regosol yang merupakan
tanah merupakan hasil erupsi gunung berapi, bentuk wilayahnya berombak
sampai bergunung, bersifat subur, tekstur tanah ini biasanya kasar, berbutir
kasar, peka terhadap erosi, berwarna keabuan, kaya unsur hara seperti P
dan K, kandungan N kurang, pH 6 - 7, cenderung gembur, umumnya
tekstur makin halus makin produktif, kemampuan menyerap air tinggi, dan
mudah tererosi. Sedangkan klasifikasi tanah yang ada di Desa Sewukan
menurut Soil Taxonomy yaitu tanah Inceptisol yang merupakan tanah tanah
yang terbentuk dari batuan beku, sedimen, atau metamorf masam atau
basa.

Tabel 2.1 Morfologi Tanah


No.Lapisan I II III IV V
Batas Lapisan 0-33/40 33/40- 53/62- 78/83- >89/110
Bentuk:
53/62 78/83 89/110
Rata Datar
Rata Miring
Berombak
13

Bergelombang
Tak beraturan
Patah-patah
Melidah

Kelas Tekstur Pasir Geluh


Geluh Geluhan Geluhan
geluhan debuan

Struktur :
Tipe Remah Remah Gumpal Gumpal Gumpal
Ukuran Kecil Sedang Sedang Sedang Sedang
Derajat Lemah Lemah Cukup Cukup Lemah
Kuat Kuat
Warna 10 Yr
2,5Yr 2/5 2,5 Yr 3/2 10 Yr 3/2 2/2 7,5Yr 3/2
(Reddishi (Dusky (Very dark (Very (Dark
black) red) grayish) darks brown)
brown)
pH 5 6 6 5 6
Bahan Organik + + + + -
Kapur - - - - -
Proses pembentukan tanah pada tanah yang ada di Desa Sewukan
yaitu mengalami perkembangan dan penambahan material baru dari endapan
abu vulkanis gunung merapi yang memiliki butir kasar sesuai waktu
pelapukan. Tanah yang berasal dari gunung berapi biasa disebut dengan
Regosol yang memiliki ciri-ciri berbutir kasar, berwarna kelabu sampai
kuning, berbahan organik rendah karena umur yang masih muda sehingga
bahan-bahan organik masih belum banyak menyatu.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah I memiliki tekstur geluh dengan tipe remah berukuran kecil dan
memiliki derajat lemah. Untuk mengetahui warna tanah I diukur
menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel tersebut dapat
diketahui warna tanah lapisan I mempunyai warna Reddish Black dimana
14

2,5 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 2/5 sebagai value semakin
bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin kekanan semakin
terang. Pada lapisan tanah I mempunyai pH 5 serta mengandung sedikit
bahan organik dan tidak mengandung kapur.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah II memiliki tekstur pasir geluhan dengan tipe remah berukuran
sedang dan memiliki derajat lemah. Untuk mengetahui warna tanah II
diukur menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel tersebut
dapat diketahui warna tanah lapisan II mempunyai warna Dusky Red
dimana 2,5 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 3/2 sebagai value
semakin bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin kekanan
semakin terang. Pada lapisan tanah II mempunyai pH 6 serta mengandung
sedikit bahan organik dan tidak mengandung kapur.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah III memiliki tekstur geluhan dengan tipe gumpal berukuran sedang
dan memiliki derajat cukup kuat. Untuk mengetahui warna tanah III diukur
menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel tersebut dapat
diketahui warna tanah lapisan III mempunyai warna Very dark grayish
dimana 10 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 3/2 sebagai value
semakin bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin kekanan
semakin terang. Pada lapisan tanah III mempunyai pH 6 serta mengandung
sedikit bahan organik dan tidak mengandung kapur.
Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan
tanah IV memiliki tekstur geluh debuan dengan tipe gumpal berukuran
sedang dan memiliki derajat cukup kuat. Untuk mengetahui warna tanah
IV diukur menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel
tersebut dapat diketahui warna tanah lapisan IV mempunyai warna Very
dark brown dimana 10 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 2/2
sebagai value semakin bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin
kekanan semakin terang. Pada lapisan tanah II mempunyai pH 5 serta
mengandung sedikit bahan organik dan tidak mengandung kapur.
15

Dari tabel morfologi tanah diatas dapat diketahui bahwa lapisan


tanah V memiliki tekstur geluhan dengan tipe gumpal berukuran sedang
dan memiliki derajat lemah. Untuk mengetahui warna tanah V diukur
menggunakan buku Munsell Soil Colour Chart dari sampel tersebut dapat
diketahui warna tanah lapisan V mempunyai warna Dark brown dimana
7,5 Yr merupakan spektrum warna (Hue), kode 3/2 sebagai value semakin
bawah semakin gelap serta kode 1 chroma semakin kekanan semakin
terang. Pada lapisan tanah V mempunyai pH 6 serta tidak mengandung
bahan organik dan tidak mengandung kapur.

Table 2.2 Sketsa Profil Tanah


Lapisan Kedalaman
Sketsa Profil Tanah Uraian
Tanah Lapisan
Vegetasi
I 0-33/40 Batas lapisan tanah antara
lapisan I dengan II
bentuknya berombak
dengan kedalaman
lapisannya 0-33/40
16

Batas lapisan tanah antara


lapisan II dengan III
II 33/40-53/62 bentuknya bergelombang
dengan kedalaman
lapisannya 33/40-53/62

Batas lapisan tanah antara


lapisan III dengna IV
III
53/62-78/83 bentuknya rata miring
dengan kedalaman
lapisannya 53/62-78/83
Batas lapisan tanah antara
lapisan IV dengan V
IV
78/83-89/110 bentuknya bergelombang
dengan kedalaman
lapisannya 78/83-89/110+
Batas lapisan tanah antara
lapisan V dengan lapisan
V >89/110
selanjutnya tidak diukur,
kedalamannya >89/110

Keterangan tambahan :
Tanaman yang dibudidayakan:

Biasanya petani di Desa Sewukan menanam sayur mayur seperti


bunga kol, sawi dan lain-lain. Sementara itu para petani di Desa Sewukan
selain menanam sayur juga menanam palawija seperti jagung, singkong,
ubi, dan lain-lain. Selain itu petani di Desa Sewukan juga menanam padi.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di Desa Sewukan


terhadap profil tanah bahan induk dari tanah ini adalah material vulkanik
17

yang berasal dari Gunung Merapi, didapatkan lapisan tanah dengan ukuran
kedalaman lapisan yang berbeda.
Lapisan I kedalaman lapisannya yaitu 0-33/40 cm dengan bentuk
berombak ,warna reddish black, teksturnya geluh ,tipe remah, ukuran kecil,
derajat lemah dan memiliki pH 5. Ada sedikit kandungan bahan organic dan
tidak ada kandungan kapur.
Lapisan II kedalaman lapisannya yaitu 33/40-53/62 cm dengan
bentuk bergelombang ,warna dusky red, teksturnya pasir geluhan, tipe
remah, ukuran sedang, derajat lemah dan memiliki pH 6. Ada sedikit
kandungan bahan organic dan tidak ada kandungan kapur.
Lapisan III kedalaman lapisannya yaitu 53/62-78/83 cm dengan
bentuk rata miring ,warna very dark grayish, teksturnya geluhan, tipe
gumpal, ukuran sedang, derajat cukup kuat dan memiliki pH 6. Ada sedikit
kandungan bahan organic dan tidak ada kandungan kapur.
Lapisan IV kedalaman lapisannya yaitu 78/83-89/110 cm dengan
bentuk bergelombang ,warna very dark brown, teksturnya geluh debuan,
tipe gumpal, ukuran sedang, derajat cukup kuat dan memiliki pH 5. Ada
sedikit kandungan bahan organic dan tidak ada kandungan kapur.
Lapisan V kedalaman lapisannya yaitu >89/110 cm dengan
bentuknya tidak diketahui ,warna dark brown, teksturnya geluhan, tipe
gumpal, ukuran sedang, derajat lemah dan memiliki pH 6. Tidak ada
kandungan bahan organik dan tidak ada kandungan kapur.
B. Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Pra-Produksi
1. Tanaman Padi
a. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah sawah dalam usaha budidaya padi bertujuan
untuk menciptakan keadaan tanah olah yang siap tanam baik secara
fisis, kimia, maupun biologis sehingga tanaman yang dibudidayakan
akan tumbuh dengan baik. Agar memberikan hasil maksimal, lahan
sawah harus diolah secara baik. Pengolahan lahan yang baik sebelum
padi ditanami adalah salah satu kunci utama dari keberhasilan panen.
Pengolahan lahan untuk tanaman padi sangat penting untuk
18

diperhatikan. Karena lahan sawah merupakan tempat mengambil


cadangan hara yang dibutuhkan tanaman padi. Oleh karena itu,
pertumbuhan tanaman padi di antaranya akan dipengaruhi oleh sejauh
mana proses pengolahan yang dilakukan sebelum ditanami. Selain itu,
pengolahan tanah juga bertujuan untuk memperoleh struktur tanah
yang dibutuhkan bagi pertumbuhan benih atau akar. Struktur remah
diperlukan guna memungkinkan peresapan yang cepat dan ketahanan
terhadap hujan, untuk mendapatkan kandungan dan pertukaran udara
yang cukup di dalam tanah, dan untuk memperkecil hambatan terhadap
penembusan akar. Sebaliknya, suatu persemaian yang baik umumnya
membutuhkan partikel yang lebih halus dan kepadatan yang lebih
tinggi di sekitar benih (Anonim, 2015)
Kegiatan pengolahan tanah yang baik dibagi dalam dua tahap, yaitu:
1) Dalam pengolahan tanah pertama (pembajakan), tanah dipotong,
kemudian dibalik agar sisa tanaman dan gulma yang ada di
permukaan tanah terpotong dan terbenam. Kedalaman pemotongan
dan pembalikan tanah umumnya antara 15 sampai 20 cm. Dalam
proses ini sebaiknya ditambahkan pupuk organik, seperti
Petroganik agar kandungan hara dan pertumbuhan mikroba dalam
tanah dapat meningkat. Disamping itu, penggunaan pupuk organik
dapat memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah serta
faktor-faktor pertumbuhan lainnya yang biasanya tidak disediakan
oleh pupuk anorganik.
2) Pengolahan tanah kedua (penggaruan), bertujuan menghancurkan
bongkah tanah hasil pengolahan tanah pertama yang besar menjad
lebih kecil dan sisa tanaman dan gulma yang terbenam dipotong
lagi menjadi lebih halus sehingga akan mempercepat proses
pembusukan. Dalam pengolahan kedua ini dilakukan proses
penggemburan atau proses pencampuran antara bahan organik
dengan tanah.
Proses ini dimaksudkan agar bahan organik dapat menyatu
dengan lapisan olah tanah. Usahakan selama pengolahan ini pasokan
19

air agar mencukupi. Jangan terlalu kering dan jangan terlalu basah.
Proses pencampuran ini dilakukan sampai bahan organik benar-benar
menyatu dan melumpur dengan lapisan olah tanah. Setelah ini tanah
disiapkan untuk ditanami benih padi.
b. Kebutuhan Sarana Produksi
1) Benih
Benih secara umum adalah istilah yang dipakai untuk bahan
dasar pemeliharaan tanaman atau hewan. Istilah ini biasanya
dipakai bila bahan dasar ini berukuran jauh lebih kecil daripada
ukuran hasil akhirnya (dewasa). Dalam pertanian, benih dapat
berupa biji maupun tumbuhan kecil hasil perbanyakan aseksual.
Benih diperdagangkan tidak untuk dikonsumsi. Bidang perikanan
juga memakai istilah ini untuk menyebut hewan yang masih muda
yang siap dipelihara hingga dewasa. Dalam penggunaan sehari-
hari, benih dipakai juga untuk menyebut sel sperma.
2) Pupuk
Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media tanam
atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan
tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.
Dilihat dari sumber pembuatannya, terdapat dua kelompok besar
pupuk: (1) pupuk organik atau pupuk alami (bahasa Inggris:
manure) dan (2) pupuk kimia atau pupuk buatan (Ing. fertilizer).
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk
padat dan pupuk cair. Terdapat dua kelompok pupuk berdasarkan
kandungan: pupuk tunggal dan pupuk majemuk.
3) Zat pengatur tumbuh (ZPT)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang
bukan nutrisi tanaman yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi
rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara
kwalitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa semua hormon adalah
zat pengatur tumbuh tetapi tidak sebaliknya karena ZPT dapat
dibuat atau disintesa oleh manusia tetapi hormon tidak.
4) Pestisida
20

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan,


menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama
ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide
("pembasmi"). Sasarannya bermacam-macam, seperti serangga,
tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, atau mikrobia yang dianggap
mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun. dalam
bahasa sehari-hari, pestisida seringkali disebut sebagai "racun".
5) Inokulasi
Inokulasi adalah bahan yang mengandung bakteri yang
bersimbiosis dengan tanaman dalam aktifitasnya dapat
memperkaya unsure hara yang diperlukan oleh tanaman,
contohnya: rhizobium (Lingga
c. Teknik Budidaya
Teknik bercocok tanam yang baik sangat diperlukan untuk
mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini harus dimulai
dari awal, yaitu sejak dilakukan persemaian sampai tanaman itu bisa
dipanen. Dalam proses pertumbuhan tanaman hingga berbuah ini harus
dipelihara yang baik, terutama harus diusahakan agar tanaman
terhindar dari serangan hama dan penyakit yang sering kali
menurunkan produksi.
1) Syarat Tumbuh
Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas
dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata
200 mm per bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan,
curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1500 -2000 mm.
Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 C. Tinggi
tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m
dpl. Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah
tanah sawah yang kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam
perbandingan tertentu dengan diperlukan air dalam jurnlah yang
cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang ketebalan
lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7.
2) Persemaian
21

Membuat persemaian merupakan langkah awal bertanam


padi. Pembuatan persemaian memerlukan suatu persiapan yang
sebaik-baiknya, sebab benih di persemaian ini akan menentukan
pertumbuhan padi di sawah, oleh karena itu persemian harus benar-
benar mendapat perhatian, agar harapan untuk mendapatkan bibit
padi yang sehat dan subur dapat tercapai.
a) Penggunaan benih
Menggunakan benih unggul dan bersertifikat. Kebutuhan
benih 25 -30 kg / ha.
b) Persiapan lahan untuk persemaian
Tanah harus subur, cahaya matahari, pengairan dan
pengawasan.

c) Pengolahan tanah calon persemaian


Persemaian kering, persemaian basah dan persemaian
sistem dapog.
d) Penaburan benih
Perlakuan sebagai upaya persiapan Benih terlebih dahulu
direndam dalam air dengan maksud seleksi terhadap benih
yang kurang baik, terapung, melayang harus dibuang agar
terjadi proses tisiologis Proses tisiologis berarti terjadinya
perubahan didalam benih yang akhimya benih cepat
berkecambah. Terserap atau masuknya air kedalam benih akan
mempercepat proses tisiologis.
e) Pemeliharaan persemaian
Pemupukan dipersemaian biasanya unsur hara yang
diperlukan tanaman dalam jumlah besar ialah unsur hara
makro. Sedangkan pupuk buatan / anorganik seperti Urea, TSP
dll diberikan menjelang penyebaran benih dipesemaian, bila
perlu diberi zat pengatur tumbuh. Pemberian zat pengatur
tumbuh pada benih dilakukan menjelang benih disebar.

2. Tanaman Cabai
a. Pengolahan Tanah
22

Pengolahan tanah untuk tanaman cabai dapat dilakukan


bersamaan dengan penyemaian. Hal ini bertujuan agar pada saat
pengolahan tanah selesai, bibit cabai dapat dipindahkan langsung ke
lahan penanaman. Hal ini juga tentu saja bertujuan untuk
membersihkan lahan dari sampah non organik misalnya plastik atau
logam-logam berat yang dapat mengakibatkan pencemaran tanah yang
dapat berdampak pada peningkatan gagal panen kelak.
Pembasmian pohon-pohon atau tanaman liar yang tidak bernilai
ekonomis dan membiarkan lahan tanam terbuka, guna memberikan
masuknya sinar matahari kedalam partikel-partikel tanah. Langkah
berikutnya adalah penggemburan tanah dengan cara mencangkul, hal
ini bertujuan untuk menyingkirkan material yang berada di lahan
seperti batu dan logam atau pun material tanah yang berpotensi
menghambat pertumbuhan tanaman. Dan selanjutnya tanah dibiarkan
terkena sinar matahari langsung selama kurang lebih 1-3 hari.
Kemudian pemberian pupuk kompos atau pupuk kandang dengan
penambahan sedikit kapur dan garam. Hal ini bertujuan untuk
meminimalkan tingkat keasaman tanah. Hal ini tentu saja memerlukan
penyiraman awal untuk peresapan pupuk di lahan penanaman.
Pembuatan bedeng yang memiliki ukuran yang sesuai dengan lahan,
setelah itu membiarkan lahan tersebut selama 1-3 hari sambil membuat
lubang-lubang tanam yang berukuran 20 x 20 x 20 cm. Dengan jarak
antar lubang 40-60 cm. Selain dibutuhkan pembersihan bedeng dari
tanaman-tanaman liar seperti rumput-rumput yang tumbuh di lahan
tanam. Karena jika dibiarkan hal ini akan mengganggu pertumbuhan
tanaman cabai kelak. Tanaman liar juga dapat menjadi sarang hama
dan penyakit yang akan menghabiskan unsur hara tanah, selain itu
tanah juga akan menjadi lembab yang kemudian dapat ditumbuhi oleh
jamur yang mengganggu proses pertumbuhan (Arham, 2003).
b. Kebutuhan Sarana Produksi
1) Benih atau bibit yang unggul sangat dibutuhkan untuk
mendapatkan hasil panen yang tinggi.
23

2) Lahan pertanian
3) Pupuk digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil
tanaman.
4) Alat pengolahan tanah misalnya cangkul, bajak, dan garu.
c. Teknik Budidaya
1) Persiapan Bibit
Salah satu cara menanam cabe adalah memilih bibit yang
bagus. Pilihlah bibit cabe yang berkualitas yang bisa dapatkan pada
penjual bibit-bibit tanaman yang sudah terpercaya. Juga bisa
memperoleh bibit cabe dengan cara mengambil biji dari cabe itu
sendiri. Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah polybag yang
sudah diisi campuran tanah dan pupuk kandang (satu polybag
berisi satu biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar tanah tetap
basah dan lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe akan
muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yang sudah disipakan
sebelumnya. Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah polybag yang
sudah diisi campuran tanah dan pupuk kandang (satu polybag
berisi satu biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar tanah tetap
basah dan lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe akan
muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yang sudah disipakan
sebelumnya (Anonim1, 2013).
2) Penanaman
Salah satu cara menanam cabe adalah memilih bibit yang
bagus. Pilihlah bibit cabe yang berkualitas yang bisa Anda
dapatkan pada penjual bibit-bibit tanaman yang sudah terpercaya.
Anda juga bisa memperoleh bibit cabe dengan cara mengambil biji
dari cabe itu sendiri. Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah
polybag yang sudah diisi campuran tanah dan pupuk kandang (satu
polybag berisi satu biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar
tanah tetap basah dan lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe
akan muncul dan siap dipindahkan ke bedengan yang sudah
disipakan sebelumnya.
3) Perawatan
24

Letakkan biji cabe tersebut pada sebuah polybag yang sudah


diisi campuran tanah dan pupuk kandang (satu polybag berisi satu
biji cabe). Siram dengan air sedikit saja agar tanah tetap basah dan
lembab. Setelah sekitar 20-30 hari, bibit cabe akan muncul dan siap
dipindahkan ke bedengan yang sudah disipakan sebelumnya.
Penyiraman bisa dilakukan sekali dalam sehari untuk menjaga
tanah tidak kering, sedangkan pemupukan dapat dilakukan sekali
dalam seminggu. Untuk hama, Anda bisa menggunakan obat atau
pestisida yang bisa dibeli di toko-toko kimia.
3. Data Pengamatan Praktikum
Tabel 2.3 Pengolahan Lahan Tanaman Cabai Tahap Pra-Produksi

No Kegiatan Uraian Keterangan


1. Pengolahan Lahan
a. Sistem Olah Olah tanah Dilakukan pengolahan
Tanah sempurna tanah sebanyak 3 kali
b. Pengolahan Tanah Mencangkul Untuk membuat
bedengan
c. Pupuk Dasar Pupuk kandang
(Jenis dan Dosis) dan NPK
d. Pemulsaan Menggunakan Untuk mengusir
(bahan) plastik gulma
2. Sistem Tanam
a. Asal Benih Beli Rp. 200/bibit
b. Nama Varietas Cabai Bangkok
c. Sistem Tanam Monokultur Hanya tanaman cabai
d. Jarak Tanam 10 x 20 cm per Untuk memberi ruang
bedeng tumbuh bagi tanaman
e. Cara Tanam Pembibitan Menyemai benih di
tempat tertentu,
sampai usia 25 hari
f. Jumlah Benih 1 per lubang Untuk
atau Bibit memaksimalkan
perlubang pertumbuhan tanaman
cabai tersebut
g. Umur Bibit 14 hari Sudah cukup umur
untuk ditanam di
lahan
25

Berdasarkan Tabel 2.3 menunjukkan bahwa seorang petani di Desa


Sewukan melakukan pengolahan tanah dengan sistem olah tanah sempurna
yang dilakukan pengolahan tanah sebanyak 3 kali. Pada sistem olah tanah
sempurna, dilakukan pencangkulan pada lahan dengan maksud untuk
membuat bedengan supaya tanah menjadi lebih gembur mudah ditembus
akar, dapat menyimpan air dengan baik dengan kata lain tanah akan
menyimpan unsur hara.yang melimpah untuk kebutuhan tanaman
budidaya. Pupuk dasar yang digunakan dalam pengolahan lahan adalah
pupuk kandang dan NPK, pupuk tersebut merupakan pupuk lengkap.
Selain itu, pada lahan juga dipasangi dengan mulsa dari plastik.
Penggunaan mulsa ini bertujuan untuk menjaga kelembaban dari tanah,
mengurangi penguapan, mengurangi tumbuhnya gulma, dan mencegah
pengikisan tanah.
26

Bibit yang digunakan dalam penanaman adalah cabai bangkok


yang merupakan bibit siap pakai yang dibeli dari penjual bibit. Sistem
tanam yang digunakan yaitu monokultur yang hanya mengandalkan
tanaman cabai sebagai prioritas utama. Jarak tanam yang digunakan yaitu
10 cm x 20 cm dengan cara penanamannya dilakukan pembibitan terlebih
dahulu untuk mengurangi dampak kematian dan bibit sudah dapat
menyesuaikan dengan lingkungan, jumlah bibit dalam penanaman diisi 1
bibit per lubang tanam, umur bibit yaitu 14 hari setelah semai.
Yang digunakan dalam pengolahan lahan adalah pupuk kandang
dan NPK, pupuk tersebut merupakan pupuk lengkap. Selain itu, pada
lahan juga dipasangi dengan mulsa dari plastik. Penggunaan mulsa ini
bertujuan untuk menjaga kelembaban dari tanah, mengurangi penguapan,
mengurangi tumbuhnya gulma, dan mencegah pengikisan tanah.
Bibit yang digunakan dalam penanaman adalah cabai bangkok
yang merupakan bibit siap pakai yang dibeli dari penjual bibit. Sistem
tanam yang digunakan yaitu monokultur yang hanya mengandalkan
tanaman cabai sebagai prioritas utama. Jarak tanam yang digunakan yaitu
10 cm x 20 cm dengan cara penanamannya dilakukan pembibitan terlebih
dahulu untuk mengurangi dampak kematian dan bibit sudah dapat
menyesuaikan dengan lingkungan, jumlah bibit dalam penanaman diisi 1
bibit per lubang tanam, umur bibit yaitu 14 hari setelah semai.

C. Pengenalan Budidaya Tanaman Tahap Produksi


1. Tanaman Padi
a. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman padi meliputi beberapa hal yaitu :
1) Penyulaman dan penyiangan
Ada beberapa hal Yang harus diperhatikan dalam penyulaman :
a) Bibit yang digunakan harus jenis yang sama
b) Bibit yang digunakan merupakan sisa bibit yang terdahulu
27

c) Penyulaman tidak boleh melampoi 10 hari setelah tanam.


d) Selain tanaman pokok ( tanaman pengganggu ) supaya
dihilangkan.
2) Pengairan
Pengairan disawah dapat dibedakan menjadi 2 yaitu pengairan
secara terus menerus dan pengairan secara piriodik.
3) Pemupukan
Tujuannya adalah untuk mencukupi kebutuhan makanan yang
berperan sangat penting bagi tanaman baik dalam proses
pertumbuhan/produksi (Anonim2, 2013).
b. Identifikasi Agroklimat
Agroklimatologi terdiri tari 3 kata yaitu: agro (lahan/pertanian),
klimat (iklim) dan logi/logos (ilmu). Jadi dapat disimpulkan bahwa
agroklimatologi adalah suatu disiplin ilmu yang menpelajari tentang
klimatologi dan kaitannya dengan bidang pertanian. Yang dimaksud
dengan klimatologi adalah ilmu yang menerangkan tentang iklim,
bagaimana iklim dapat berbeda pada suatu tempat dengan tempat
lainnya. Ilmu ini berhubungan dengan cuaca, dimana cuaca dan iklim
merupakan salah sau komponen ekosistem alam sehingga kehidupan
baik manusia, hewan dan tumbuhan tidak terlepas dari pengaruh
atmosfer dengan proses-proese perbedaan antara cuaca dan iklim. Selain
itu terdapat berbagai cabang ilmu klimatologi sesuai bidang kajiannya
seperti klimatologi kelautan, klimatologi ruang, klimatologi bangunan,
klimatologi pedesaan dan klimatologi perkotaan. Berdasarkan ruang
lingkup kajiannya, klimatologi dibagi menjadi 3 yakni
mikroklimatologi, yakni ilmu iklim yang membahas atmosfer sebatas
ruang perakaran hingga sekitar tajuk tanaman atau atmosfer sekitar
tanah. Kedua adalah mesoklimatologi yakni ilmu iklim yang membahas
prilaku atmosfer dalam batas wilayah dan yang ketiga adalah
makroklimatologi yakni ilmu iklim yang menekankan pembahasannya
pada wilayah yang sangat luas (Harahap-reza, 2013).
Manfaat agroklimatologi yakni sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui bagaimana unsur-unsur iklim itu berperan dalam
kehidupan tanaman.
28

2) Untuk mengetahui pengaruh apa saja yang menpengaruhui dalam


bidang pertanian.
3) Bisa mengetahui umur dari suatu tanaman.
4) Untuk merancang pola tanam yang baik.
5) Untuk mengetahui dan mempelajari tentang cuaca dan iklim dan
sebagainya.
6) Bisa merencanakan kapan waktu yang tepat untuk melakukan proses
pembudidayaan tanaman, misalnya menentukan jadwal pemupukan,
jadwal penyemprotan.
c. Pengamatan Pertumbuhan
Ada tiga fase pertumbuhan, yaitu fase vegetative yang ditandai
dengan perkecambahan muncul di permukaan, pertunasan, anakan, dan
pemanjangan batang. Kedua adalah fase reproduktif yang ditandai
dengan penggembungan pelepah daun, heading, dan pembungaan.
Terakhir adalah fase pematangan yang ditandai dengan gabah matang
susu, gabah setengah matang, dan gabah matang penuh.
d. Gejala Penyimpangan
1) Penyakit Bercak daun coklat
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Helmintosporium
oryzae. Gejalanya adalah menyerang pelepah, malai, buah yang
baru tumbuh dan bibit yang baru berkecambah. Biji berbercak-
bercak coklat tetapi tetap berisi, padi dewasa busuk kering, biji
kecambah busuk dan kecambah mati. Cara pengendaliannya yaitu
dengan cara merendam benih di air hangat + POC Khusus,
pemupukan berimbang, tanam padi tahan penyakit ini.
2) Penyakit Blast
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Pyricularia
oryzae. Gejalanya adalah menyerang daun, buku pada malai dan
ujung tangkai malai. Daun, gelang buku, tangkai malai dan cabang
di dekat pangkal malai membusuk. Pemasakan makanan terhambat
dan butiran padi menjadi hampa. Cara pengen daliannya yatu, (1)
membakar sisa jerami, menggenangi sawah, menanam varitas
unggul Sentani, Cimandiri IR-48, IR-36, pemberian pupuk N di
29

saat pertengahan fase vegetatif dan fase pembentukan bulir; (2)


pemberian Gliocladium virens dan Corynebacterium di awal
tanam.
3) Penyakit Tungro
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh
wereng hijau Nephotettix impicticeps. Memiliki gejala seperti
pertumbuhan tanaman kurang sempurna, daun kuning hingga
kecoklatan, jumlah tunas berkurang, pembungaan tertunda, malai
kecil dan tidak berisi. Pengendaliannya yaitu dengan cara
menanam padi tahan wereng seperti Kelara, IR 52, IR 36, IR 48, IR
54, IR 46, IR 42 dan mengendalikan vektor virus dengan Beauveria
bassiana.
a. Panen
Menurut Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura
(1999) tujuan pemanenan padi adalah untuk mendapatkan gabah dari
lapangan pada tingkat kematangan optimal, mencegah kerusakan dan
kehilangan hasil seminimal mungkin. Cara panen yang tidak baik dan
benar akan menurunkan kehilangan hasil dan dapat menurunkan
kualitas dari gabah maupun beras (Muliadin, 2014)
Cara pemanenan padi tergantung alat yang digunakan.
a) Ani-ani umumnya digunakan petani untuk memanen padi lokal
yang tahan rontok dan tanaman padi berpostur tinggi dengan
memotong pada tangakinya.
b) Cara panen padi vareitas unggul baru dengan sabit dapat
dilakukan dengan cara potong atas, potong bawah tergantung
cara perontokannya.
c) Cara panen dengan potong bawah, umumnya dilakukan bila
perontokannya dengan cara dibanting atau menggunakan pedal.
d) Panen padi dengan cara potong atas atau potong tengah bila
dilakukan perontokannya menggunakan mesin perontok.
30

2. Tanaman Cabai
a. Pemeliharaan
Pemeliharaan tanaman secara umum mencakup segala kegiatan
yang berkaitan dengan upaya menjaga kelangsungan hidup tanaman
agar tetap hidup sehat dan memiliki produksi tinggi / yang diharapkan.
Kegiatan pemeliharaan tanaman cabe sebagai berikut :
1) Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan penanaman kembali bagian-bagian
yang kosong bekas tanaman yang mati/diduga akan mati atau rusak
sehingga terpenuhi jumlah tanaman normal dalam satu kesatuan luas
tertentu sesuai dengan jarak tanamnya. Hal-hal yang perlu
diperhatikan :
a) Bibit/benih satu jenis dengan tanaman utama.
b) Umur bibit/benihnya samaDilakukan maksimal 10 hari setelah
tanam.
c) Bibit/benihnya sehat dan normal.

2) Penyiraman
Penyiaraman pada umumnya dilakukan pada tanaman muda
atau pada kondisi tertentu dimana tanaman membutuhkan air yang
cukup seperti pada musim kemarau atau saluran irigasi yang
tersendat. Beberapa cara teknik penyiraman :
a) Penyiraman dengan menggunakan emrat.
b) Dengan cara dikocor.
c) Dengan cara penggenangan.
d) Dengan cara penyemprotan / pengkabutan.
e) Dengan cara tetes menggunakan selang/paralon. dll.
3) Pemasangan Ajir/Turus
Pemasangan ajir sebaiknya dilakukan sesegera mungkin setelah
tanam atau maksimal 20 hari setelah tanam. Jika terlalu tua
ditakutkan terjadi kerusakan pada akar yang semakin memanjang.
Tujuan dari pemasangan ajir antara lain :
a) Untuk menopang pohon agar kokoh.
b) Mempermudah dalam pemeliharaan.
c) Agar tidak mudah roboh yang bisa mengakibatkab kerusakan
pada akar.
4) Penyiangan
31

Penyiangan merupakan suatu kegiatan mencabut gulma yang


berada di antara sela-sela tanaman pertanian dan sekaligus
menggemburkan tanah. Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya
tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang
bisa dicapai oleh tanaman produksi.
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan tanaman yang
sakit, mengurangi persaingan penyerapan hara, mengurangi
hambatan produksi anakan dan mengurangi persaingan penetrasi
sinar matahari. Tanaman yang ditumbuhkan harus mendapatkan
semua nutrisi dan air yang diberikan oleh petani agar mampu
menghasilkan secara optimal (Anonim2, 2016)
Manfaat penyiangan antara lain sebagai berikut:
a) Mencegah persaingan dalam penyerapan air
b) Mencegah persaingan pupuk/unsur hara
c) Mencegah timbulnya hama penyakit
d) Mempelancar sirkulasi udara dan sinar matahari
e) Menggemburkan tanah
f) Memperlancar ruang gerak tanaman
g) Mempermudah dalam pemeliharaan
h) Enak dipandang
5) Perempelan
Perempelan adalah pemangkasan atau pembuangan tunas pada
batang utama pohon cabe yang keberadaanya tidak diharapkan atau
dikehendaki. Tujuan dari perempelan antara lain :
a) Merangsang pertumbuhan cabang pada batang utama yang
menghasilkan bunga
b) Agar batang utama lebih besar dan kokoh
c) Agar menghasilkan buah yang banyak, besar dan seragam
d) Menghindari kelembapan yang berlebihan yang dapat memicu
timbulnya hama dan penykit
e) Lebih mudah dalam pemeliharaan
b. Identifikasi Agroklimat
Cuaca di desa suwukan pada saat penanaman cabai yaitu panas.
Kondisi tersebut tentunya baik untuk pertumbuhan pada tanaman cabai.
Namun, jika saat musim hujan pertumbuhan tanaman cabai menjadi
tidak baik karena banyak cabai yang busuk dan mudah berjamur.
c. Pengamatan Pertumbuhan
Secara sederhana fase pertumbuhan tanaman cabai merah, terdiri dari :
32

1) Fase Embrionis (Lembaga)


Fase embrionis terjadi sejak penyerbukan bakal buah oleh
benang sari sehingga menghasilkan zigot yang seterusnya
berkembang menjadi biji. Mulai tahap inilah pertumbuhan dan
perkembangan tanaman berlangsung.
2) Fase Juvenil
Fase juvenil dimulai sejak terbentuknya organ tanaman seperti
daun, batang, dan akar yang pertama kalinya. Proses ini dikenal
dengan perkecambahan. Fase juvenil berakhir pada waktu tanaman
berbunga untuk pertama kali. Tanaman cabai yang berada dalam fase
pertumbuhan juvenil aktif menumbuhkan tunas-tunas baru. Tunas
tumbuh pada buku-buku batang utama dan pada ketiak daun. Pada
fase ini tanaman tumbuh dan berkembang lebih cepat dan sangat
subur.
3) Fase Produksi
Fase produksi dimulai saat tanaman menumbuhkan bunga
pertama dan berakhir ketika tanaman sudah tidak mampu berbuah
secara normal.
4) Fase Penuaan (senil)
Batasan dimulai fase penuaan sulit dipastikan secara tepat
karena sampai batas waktu tertentu tanaman masih mampu
menghasilkan bunga yang dapat berkembang menjadi buah. Namun
demikian, ini dapat dihasilkannya bila tanaman cabai menghasilkan
buah berukuran dibawah normal, berarti tanaman sudah berada pada
fase penuaan. Fase penuaan berakhir pada saat tanaman kering dan
mati (Wayana Aji, 2014).
d. Gejala Penyimpangan
Penyakit yang menyerang tanaman cabe bisa disebabkan virus,
bakteri, cendawan maupun jamur. Setidaknya ada enam macam
penyakit yang biasa menyerang tanaman cabe, diantranya:
a) Bercak daun
Penyakit bercak daun yang menyerang tanaman cabe
disebabkan oleh jamur Cercospora capsici. Gejalanya terdapat
bercak-bercak bundar berwarna abu-abu dengan pinggiran coklat
33

pada daun. Bila serangan menghebat daun akan berwarna kuning dan
akhirnya berguguran. Penyakit ini biasanya menyerang pada musim
hujan dimana kondisi kelembaban cukup tinggi. Penyakit ini
menyebar saat jamur masih berupa spora dan bisa dibawa oleh angin,
air hujan, hama vektor, dan alat pertanian. Spora jamur juga bisa
terikut pada benih atau biji cabe.
Pencegahan terhadap penyakit ini dengan memilih benih
yang sehat bebas patogen. Merenggangkan jarak tanam berguna
meminimalkan serangan agar lingkungan tidak terlalu lembab.
Pengendalian teknis bisa dilakukan dengan memusnahkan tanaman
yang terinfeksi dengan cara dibakar. Bila serangan menghebat bisa
diberikan fungisida (Anonim4, 2014)
b) Patek atau antraknosa
Penyakit ini disebabkan oleh cendawan Colletotrichum
capsici dan Colletotrichum gloeosporioides. Pada fase pembibitan
penyakit ini menyebabkan kecambah layu saat disemaikan.
Sedangkan pada fase dewasa menyebabkan mati pucuk, serangan
pada daun dan batang menyebabkan busuk kering. Sementara itu,
pada buah akan menjadi busuk seperti terbakar.
Penyakit ini bisa terbawa dari benih atau biji cabe.
Pencegahan bisa dilakukan dengan memilih benih yang sehat dan
bebas patogen. Pengendalian bisa dilakukan dengan memusnahkan
tanaman yang terserang dan penyemprotan fungisida.
c) Busuk
Terdapat dua macam penyakit busuk yang biasa menyerang
tanaman cabe, yakni busuk cabang dan busuk kuncup. Busuk cabang
pada tanaman cabe disebabkan oleh Phytophthora capsici.
Menyerang saat musim hujan dan penyebarannya sangat cepat.
Busuk kuncup disebabkan oleh cendawan Choanosearum
sp. Penyakit ini masih jarang dijumpai di Indonesia. Gejalanya,
kuncup tanaman berwarna hitam dan lama kelamaan mati.
34

Penyakit ini bisa dikendalikan dengan mengurangi dosis


pemupukan nitrogen seperti urea dan ZA. Kemudian mengatur jarak
tanam agar sirkulasi udara berjalan lancar. Tanaman yang terinfeksi
sebaiknya dicabut dan dibakar. Penyemprotan bisa dilakukan dengan
fungisida, bila dilakukan saat musim hujan pilih fungisida yang
memiliki perekat.
d) Layu
Penyakit layu merupakan penyakit yang cukup sulit
dikendalikan pada budidaya tanaman cabe. Penyakit layu bisa
ditumbulkan oleh beragam jasad penganggu tanaman seperti
berbagai jenis cendawan dan bakteri. Layu yang disebabkan
cendawan disebut layu fusarium. Jenis cendawannya
adalah Fusarium sp., Verticilium sp. dan Pellicularia sp. Cendawan
ini hidup di lingkungan yang masam.
Sedangkan layu bakteri disebabkan oleh
bakteri Pseudomonas solanacearum. Bakteri ini hidup di jaringan
batang. Pengendalian penyakit layu harus diamati dengan lebih
spesifik agar penanganannya bisa lebih tepat.
e) Bule atau Virus Kuning
Tanaman cabe yang terserang virus kuning, daun dan
batangnya akan terlihat menguning. Penyakit ini disebut juga
penyakit bule atau bulai. Penyebabnya adalah virus gemini, penyakit
ini bisa dibawa dari benih atau biji dan ditularkan oleh kutu.
Penyakit yang disebabkan virus tidak akan mempan dengan
penyemprotan racun-racun kimia. Pengendalian harus dilakukan
semenjak dini, dengan memilih benih unggul dan tahan serangan
virus. Selain itu bisa juga dengan membasmi hama yang menjadi
vektornya, seperti kutu.
Untuk menaikan daya tahan tanaman cabe terhadap serangan
virus kuning, bisa dengan mengintensifkan pemupukan, misalnya
penggunaan pupuk organik cair yang mengandung zat hara makro
35

dan mikro lengkap. Tujuannya agar tanaman cabe tumbuh subur


sehingga lebih tahan terhadap patogen.
f) Keriting Daun atau Mosaik
Penyebab serangan penyakit mosaik adalah Cucumber
Mosaic Virus (CMV). Gejalanya, pertumbuhan menjadi kerdil,
warna daun belang-belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun
lebih kecil, tulang daun akan berubah menguning.
Penyakit ini bisa menyebar dan menular ke tanaman lain
oleh aktivitas serangga. Penyemprotan kimia bertujuan untuk
menghilangkan serangga bukan penyakitnya. Untuk mengurangi
penyakit, musnahkan tanaman cabe yang telah parah terserang.
Pemilhan benih tahan virus membantu menghindari resiko
serangan penyakit ini. Hal lain yang bisa membantu mengurangi
resiko serangan adalah pemupukan yang baik dan tepat.
b. Panen
Pengertian panen adalah kegiatan memetik hasil dari tanaman
cabai rawit yang telah mencukupiumur fisiologisnya. Kegiatan
memetik/memanen cabai rawit yang telah siap panen
sesuai persyaratan yang telah ditentukan untuk memperoleh hasil
sesuai dengan persyaratan yang diminta pasar. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan pada kegiatan panen adalah sebagai berikut:
1) Pemanenan dilakukan pada umur panen yang tepat untuk
menghasilkan mutu yang baik.
2) Pemanenan dilakukan dengan cara yang tidak menurunkan hasil
3) Hasil panen dilakukan secarahati-hati
4) Alat dan wadah yang digunakan untuk panen dalam keadaan
baik, bersih, bebaskontaminasi serta bukan bekas
pestisida/pupuk serta mudah dibersihkan
5) Hasil panen cabai rawit tidak boleh dicampur dengan cabai yang
busuk atau terkena penyakit. Pada saat panen, buahcabai rawit
yang rusak sebaiknya disingkirkan, kemudian cabai rawit yang
36

baik dimasukkan kedalam karung jala dan apabila akan


disimpan dapat diletakkan di tempat kering, sejuk
dengansirkulasi udara yang baik (Anonim1, 2016).

3. Data Pengamatan Praktikum


Tabel 2.4 Kegiatan Pengairan Tanaman Cabai Tahap Produksi
No Kegiatan Uraian Keterangan
1 Pengairan
Saat penghujan
a. Sistem irigasi Siram
menggunakan curah hujan
b. Waktu 5 6 hari sekali Saat musim kemarau
c. Saluran Irigasi - -
Berdasarkan Tabel 2.4 dapat diketahui bahwa seorang petani
budidaya cabai di Desa Sewukan menggunakan sistem irigasi siram. Desa
Sewukan sendiri merupakan desa dengan sumber daya air yang melimpah
di lereng gunung merapi sehingga tidak mengalami kendala dalam
masalah irigasi baik pada musim penghujan maupun musim kemarau.
Namun pada musim kemarau tetap melakukan penyiraman lahan
sebanyak 5 6 hari sekali.

Tabel 2.5 Kegiatan Pemupukan Tanaman Cabai Tahap Produksi


37

No Kegiatan Uraian Keterangan


2 Pemupukan
Organik : kompos, dan pupuk
Organik dan
a. Jenis pupuk kandang
Anorganik
Anorganik : ZA dan TSP
Dosis pupuk yang digunakan
b. Dosis 250/1000 m2 untuk tanaman cabe adalah
250 kg/1000 m2
Pengaplikasian pupuknya
c. Cara Siraman dengan cara disiram ke
tanaman
Pemupukan dilakukan setelah
d. Umur tanaman 4 bulan
tanaman berumur 4 bulan

Pemupukan dilakukan
e. Frekuensi 5 kali
sebanyak 5x
Berdasarkan Tabel 2.5 diatas dapat diketahui bahwa kegiatan
pemupukan yang dilakukan oleh seorang petani budidaya cabai di Desa
Sewukan yaitu menggunakan pupuk organik kompos dan pupuk kandang.
Juga menggunakan pupuk anorganik yaitu ZA dan TSP. Dosis pemberian
pupuk yaitu sebanyak 250 kg tiap 1.000 m 2. Cara yang digunakan untuk
pemupukan yaitu dengan siraman atau penyiraman. Pemupukan berhenti
dilakukan apabila umur tanaman telah mencapai 4 bulan setelah tanam
dengan sebagai awalan dilakukan pemupukan kecil terlebih dahulu.
Pemupukan dilakukan 5 kali dalam masa tanam.

Tabel 2.6 Kegiatan Pembumbunan Tanaman Cabai Tahap Produksi


38

No Kegiatan Uraian Keterangan


3 Pembumbunan
Bila sudah hampir 1
bulan dilakukan
a. Waktu 1 bulan
pembumbunan pada lahan
yang ditanam
Pembumbunan dilakukan
b. Alat Cangkul dengan alat
manual(tangan)
Tergantung kondisi tanah
c. Frekuensi Tidak Pasti
dan tanaman
Berdasarkan tabel 2.6 menjelaskan proses pembumbunan pada
lahan milik seorang petani budidaya cabai di Desa Sewukan.
Pembumbunan adalah kegiatan untuk memperkuat berdirinya batang dan
perakaran tanaman. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan
penyiangan pertama sekitar 10-30 hari atau penyiangan kedua. Disamping
itu pembumbunan juga dapat memperbaiki aerasi tanah memperlancar
drainase karena ketinggian tanah berbeda sehingga tidak ada genangan air
yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Salah satu petani di Desa
Sewukan melakukan pembumbunan 1 bulan (30 hari) setelah pemupukan
atau penanaman tergantung pada kondisi tanaman yang dibudidayakan.
Biasanya pembumbunan dilakukan manual dengan cangkul.

Tabel 2.7 Kegiatan Pengendalian OPT Tanaman Cabai Tahap Produksi


No Kegiatan Uraian Keterangan
39

4 Pengendalian OPT
a. Gulma
Mekanik secara
manual (tangan)
1) Cara Mekanik dan khemis Khemis
menggunakan
bahan kimia
2) Bahan Fungsida/pestisida/herbisida
2 tutup botol di-
campur dengan
3) Dosis 2 tutup botol/tangki 15 liter
air kedalam
sprayer
Setiap seminggu
sekali dilakukan
penyiraman
4) Frekuensi 1 minggu dekali supaya tanaman
bebas gulma

Alat yang
digunakan untuk
5) Alat Semprot
menyiram adalah
sprayer
Jika tanaman
sudah berumur 2
minggu maka
6) Umur
2 minggu tanaman baru
tanaman
boleh disiram
dengan
penghilang gulma
Berdasarkan tabel 2.7 diatas menjelaskan tentang pengendalian OPT.
Cara pengendalian gulma yaitu secara mekanik dengan pencabutan gulma
dan secara khemis yaitu dengan menggunakan pestisida/
fungisida/herbisida. Dosis yang diberikan yaitu 2 tutup/tangki 15 liter.
Pembersihan gulma dilakukan sesuai dengan tumbuh gulma, apabila
gulma sudah tumbuh biasanya pembersihan gulma dilakukan 1 minggu
sekali. Cara pengendalian gulma yaitu dengan manual atau dengan
mencabut gulma dan penyemprotan dengan alat semprot. Pembersihan
gulma dilakukan setelah berumur 2 minggu tanam.
40

Tabel 2.8 Kegiatan Pengendalian Penyakit Tanaman Cabai Tahap Produksi


No Kegiatan Uraian Keterangan
4 Pengendalian
Penyakit
b. Penyakit
Menggunakan
1) Cara Khemis
bahan kimia
2) Bahan Pestisida Bion
2 tutup botol
dicampur dengan
3) Dosis 2 tutup botol
air kedalam
sprayer
Setiap seminggu
sekali dilakukan
4) Frekuensi 1 minggu dekali penyiraman
supaya tanaman
bebas penyakit
Alat yang
digunakan untuk
5) Alat Semprot menyiram adalah
sprayer

Jika tanaman
sudah berumur 2
6) Umur minggu maka
2 minggu
tanaman tanaman baru
boleh disiram
obat
Berdasarkan tabel 2.8 pemberantasan penyakit pada budidaya cabai
dilakukan dengan cara khemis yaitu menggunakan bahan kimia seperti
menggunakan pestisida yang bermerk Bioh. Dosis yang diberikan
sebanyak 2 tutup botol. Frekuensi pemberantasan jamur pada tanaman
cabai yaitu 7 hari sekali dengan sekali penyemprotan. Alat yang digunakan
dalam pemberantasan penyakit yaitu semprotan atau sprayer.
Penyemprotan dilakukan ketika tanaman sudah mulai terkena penyakit
sekitar 2 minggu.
Tabel 2.9 Kegiatan Pengendalian Hama Tanaman Cabai Tahap Produksi
41

No Kegiatan Uraian Keterangan


a. Hama
Dilakukan dengan
1) Cara Khemis menggunakan bahan
kimia
Bahan yang digunakan
2) Bahan Insektisida untuk mengusir hama
adalah insektisida
2 tutup botol dicampur
3) Dosis 2 tutup botol dengan air kedalam
sprayer
Setiap 5 hari sekali
4) Frekuensi 5 hari sekali tanaman disiram
supaya bebas hama
Alat yang digunakan
5) Alat Sprayer untuk menyiram
adalah sprayer
Saat tanaman sudah
6) Umur diserang hama maka
Saat terserang haman
tanaman tanaman harus disiram
dengan insektisida
5) Lainnya
a. Perompesan - -

b. Pemasangan 1 bulan (30 hari) Digunakan sebagai


ajir penyangga tanaman
cabai

Berdasarkan tabel 2.9 menjelaskan tentang cara pengendalian hama


yang dilakukan yaitu secara khemis dengan menggunakan bahan kimia.
Bahan yang digunakan yaitu insektisida bermerk Propil. Dosis yang
diberikan dalam memberantas hama yaitu 2 tutup botol. Pemberantasan
hama dilakukan selama 5 hari sekali. Alat yang digunakan untuk
memberantas hama yaitu dengan menggunakan sprayer. Pemberantasan
hama dilakukan pada saat terserang hama. Pemeliharan tanaman dalam
bentuk lain pada lahan budidaya cabai yang dimiliki oleh salah satu petani
di Desa Sewukan yaitu dengan melakukan pemasangan ajir 1 bulan setelah
penanaman.
Tabel 2.10 Kegiatan Panen Tanaman Cabai Tahap Produksi
42

No Kegiatan Uraian Keterangan


4. Panen
Panen bisa
dilakukan bila
a. Umur Tanaman 4 bulan
sudah berumur 3-
4 bulan
Jika buah mulai
Cabai merah, memerah berati
b. Tanda-tanda
kuning, tua saatnya panen
dilakukan
Tanaman dipanen
c. Cara Dipetik dengan cara
dipetik langsung
Pemetikan
dilakukan dengan
d. Alat -
menggunakan
tangan
5x
e. Frekuinsi Bertahap
panen/tanaman
Berdasarkan tabel 2.10 dapat diketahui bahwa tanaman cabai
dipanen setelah berumur 4 bulan. Tanda-tanda cabai siap dipanen adalah
berwarna merah/kuning dan tua. Biasanya petani memetik cabai dengan
cara manual yaitu dengan dipetik. Frekuensi pemanenan secara bertahap 4
hari sekali.

D. Pengenalan Budidaya Tanaman Pasca Panen


1. Tanaman Padi
a. Teknik Penanganan Pasca Panen Padi
Teknik penanganan pasca panen adalah strategi untuk
meningkatkan kadar produksi padi pada musim tanam berikutnya.
Teknik ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko produksi padi yang
menurun pada penanaman berikutnya.Maka dari itu, diperlukan sebuah
langkah penangan yang pasti agar hasil yang didapat sesuai dengan
yang diperkirakan.
Teknik penangan pasca panen merupakan sebuah jalan untuk
memenuhi persaratan kualitas dan mutu dari padi yang dihasilkan. Ada
beberapa tahapan yang harus dilakukan ketika memulai pasca panen,
43

dan ini semua harus dilakukan demi terpenuhinya kualitas padi yang
bermutu tinggi sesuai dengan standar pangan.
b. Pemanenan
Pemanenan merupakan sebuah proses semua kegiatan yang
dilakukan mulai dari memanen sampai menghasilkan produk yang
setengah jadi. Yang dimaksudkan dengan produk setengah jadi adalah
hasil panen yang belum mengalami perubahan bentuk dan sifatnya.
Sebelum melakukan pemanenan padi, ada beberapa hal yang harus
dipertimbangkan terlebih dahulu seperti masa panen atau teknik
pemanenan.
c. Penentuan masa panen
Penentuan panen padi dapat dilakukan dengan mengamati padi
terlebih dahulu.Cara untuk menentukan padi sudah siap panen atau
belum dapat dilakukan menggunakan dua pengamatan, yaitu
pengamatan secara langsung atau pengamatan teoritis. Pengamatan
secara langsung dapat dilakukan secara langsung secara visual dengan
mata telanjang. Sedangkan pengamatan secara teoritis dengan melihat
varietas yang ditanam dan kandungan kadar air dalam padi. Secara
teori, gabah bisa dipanen setelah 145 hari dari masa tanam awal.
d. Teknik pemanenan
Teknik pemanenan padi bisa dilakukan dengan dua metode,
yaitu metode tradisional dan metode modern. Pemanenan padi
menggunakan cara tradisional seperti ani-ani atau diarit membutuhkan
waktu yang lama dan tenaga yang tidak sedikit. Sedangkan pemanenan
secara modern mempunyai keuntungan dari durasi waktu. Namun
metode dinilai masih memiliki kelemahan karena dapat memotong
tumbuhan apapun tidak hanya tanaman padi.

e. Perontokan
Perontokan padi merupakan istilah yang digunakan untuk
melepas gabah dari tanaman padi. Proses bisa menggunakan alat
44

tradisional dan bisa juga menggunakan mesin. Perontokan secara


tradisional memiliki beberapa keunggulan dan kekurangan.
Keunggulannya adalah gabah yang dirontokka tidak hancur, sedangkan
kelemahannya adalah dibutuhkan tenaga dan waktu yang lama untuk
menyelesaikan sepetak sawah. Perontokan secara modern biasanya
menggunakan mesin penggiling. Keunggulan dari cara ini adalah waktu
yang relatif singkat, sedangkan kelemahan dari cara ini adalah gabah
kadang menjadi hancur dikarenakan penggilingan.
f. Pengangkutan
Proses pengangkutan merupakan langkah selanjutnya dari
tindakan pasca panen. Pengangkutan adalah proses pemindahan padi
hasil panen ke tempat penyimpanan atau pengeringan padi.
g. Pengeringan
Pengeringan merupakan sebuah langkah untuk menghindarkan
padi dari kemungkinan tumbuh atau busuk. Proses ini membutuhkan
waktu yang tidak sebentar, tergantung dari intensitas sinar matahari.
Pengeringan adalah sebuah proses mengurangi kadar air dalam gabah
hingga mencapai kadar tertentu. Standar kadar air dalam gabah yang
dikeringkan paling tidak harus mencapai 14%.
h. Penyimpanan
Di Indonesia, cabai umumnya lebih banyak diperdagangkan dalam
bentuk segar. Karena itu, para produsen dan pengelola komoditas cabai
berupaya supaya cabai tetap kelihatan segar. Untuk itu diperlukan
tindakan yang benar pada saat handling, pengemasan dan penyimpanan
agar mutu tetap stabil dan bisa diterima konsumen dengan harga yang
tinggi.

i. Penggilingan
Penggilangan adalah sebuah proses membuat gabah menjadi
beras. Penggilingan gabah merupakan proses menghilangkan kulit
45

gabah baik secara tradisional maupun modern. Cara yang lebih modern
dipilih karena menawarkan kecepatan dan waktu yang dibutuhkan
relatif sebentar.

2. Tanaman Cabai
Pasca panen pada tanaman cabai merupakan kelanjutan dari proses
panen agar bahan hasil panen tanaman cabai tidak mudah rusak dan
memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses
selanjutnya (Rachmat, 2014).
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus
dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan
segera, akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga
komoditas tidak tahan lama disimpan. Perlakuan tersebut antara lain:
a. Pengeringan (drying) bertujuan mengurangi kadar ai r dari komoditas.
Pada biji-bijian pengeringan dilakukan sampai kadar air tertentu agar
dapat disimpan lama. Pada bawang merah pengeringan hanya
dilakukan sampai kulit mengering.
b. Pendinginan pendahuluan (precooling) untuk buah-buahan dan sayuran
buah. Buah setelah dipanen segera disimpan di tempat yang dingin/sejuk,
tidak terkena sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera
didinginkan dan mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat
bertahan lebih lama. Bila fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya
dilakukan pada temperatur rendah (sekitar 10C) dalam waktu 1 2 jam.
c. Pemulihan (curing) untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe
dan kentang dilakukan pemulihan dengan cara dijemur selama 1 2 jam
sampai tanah yang menempel pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi
dibersihkan, telah itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan
kering. Untuk kentang segera disimpan di tempat gelap (tidak ada
penyinaran) ! Curing juga berperan menutup luka yang terjadi pada saat
panen.
d. Pengikatan (bunching) dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan
pada buah yang bertangkai seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan
dilakukan untuk memudahkan penanganan dan mengurangi kerusakan.
46

e. Pencucian dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk
membersihkan kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu
dengan pencucian juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit
yang terbawa. Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih,
penggunaan desinfektan pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi
jalar tidak disarankan untuk dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah
tidak tahan simpan, karena lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci.
Pada pisang pencucian dapat menunda kematangan.
f. Pembersihan yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain,
mengambil bagian-bagian yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau
akar yang tidak dikehendaki.
g. Sortasi yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar dengan yang tidak
layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat (Jamaludin, 2014).

Tabel 2.11 Kegiatan Tahap Pasca Panen Cabai


No Kegiatan Uraian Keterangan
5. Pasca Panen
Cabe dimasukan
a. Pengemasan Karung me-njadi satu
kedalam karung
Karung yang
sudah diisi
b. Bahan Goni
dengan cabe lalu
diikat dengan tali
Karung dibawa
ke pasar dengan
c. Transportasi Motor menggunakan
motor atau mobil
d. Penanganan Langsung dijual Ke pengepul
e. Pengolahan -
Berdasarkan tabel 2.11 dapat diketahui bahwa pada pasca panen
pengemasan cabai dengan karung berbahan goni dan transportasi ke pasar
menggunakan motor.
E. Pengenalan Kehidupan Sosial Ekonomi Petani
1. Identitas Keluarga Petani
47

Penulis telah melakuakn survey di keluarga Bapak Gunawan yang


berada di desa Sewukan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah. Pada tanggal 29
Oktober 2016.

Tabel 2.12 Identitas Keluarga Petani


Jenis
Pekerjaan
Status kelamin
Pendi
No Nama dalam L Agama
dikan Sampi
keluarga / Usia Pokok
ngan
P
Kepala Pegawai
1 Gunawan L 46 D3 Katholik -
keluarga swasta
Ibu Petani
2 Rini Ibu P 43 D3 Katholik Rumah
Tangga
3 Ela Anak P 15 SMA Katholik Pelajar -
4 Deo Anak L 11 SD Katholik Pelajar -

Dari survey yang telah dilakukan, berdasarkan data diatas Bapak


Gunawan sebagai kepala keluarga berusia 46 tahun yang berkeja sebagai
pegawai swasta. Beliau memiliki seorang istri yang bernama Ibu Rini
berusia 43 tahun sebagai ibu rumah tangga dan memiliki pekerjaan
sampingan sebagai seorang petani. Bapak Gunawan dan Ibu Rini memiliki
dua orang anak yang bernama Ela dan Deo. Anak pertama yaitu Ela
berusia 15 tahun dan sedang duduk di bangku SMA. Sedangkan anak
kedua yaitu Deo berusia 11 tahun dan sedang duduk di bangku SD.

2. Keadaan Penguasaan Lahan Musim Tahun 2016


Tabel 2.13 Keadaan Penguasaan Lahan
No Jenis Penguasaan Luas lahan (m2)
Lahan Sawah Tegal Pekarangan Jumlah
48

1 Hak milik
a. Digarap sendiri 500 m2 - - 500 m2
b. Disewakan - - - -
c. Digadaikan - - - -
d. Lain-lain - - - -

2 Menyewa
a. Digarap sendiri 500 m2 - - -
b. Disakapkan - - -
3 Lain-lain - - - -
2
Jumlah luas tanah garapan 500 m - - 500 m2
Berdasarkan data yang diperoleh diatas, Bapak Gunawan memiliki
lahan berupa sawah seluas 500 m2. Tanah sawah yang dimiliki beliau
digarap sendiri.

3. Usaha Tanaman Semusim


Tabel 2.14 Usaha Tanaman Semusim Tanaman Cabai
No Macam Tanaman MK 1 MK 2 MH
1. Tanaman Cabai
a. Luas Tanam (m2) 500 m2 -
500 m2
b. Produksi (kg)
c. Bentuk hasil
d. Harga / satuan 3 kg - 3 kg
(rupiah) Buah - Buah
e. Jenis lahan
15.000/kg - 15.000/kg

Sawah - Sawah
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Ibu Rini
menanam cabai pada dua kali musim dalam MK-1 dan MH. Luas lahan
yang dimiliki yaitu seluas 500 m2 jenis lahan yang digunakan adalah
lahan sawah. Hasil produksi pada MK-1 dan MH hanya 3 kg karena
menggalami gagal panen. Harga cabai pada saat itu 15.000/kg.
Tabel 2.15 Usaha Tanaman Semusim Tanaman Bunga Kol
No Macam Tanaman MK 1 MK 2 MH
49

2 Tanaman Bunga
Kol - 500 m2 -
a.Luas Tanam (m2)
b.Produksi (kg)
- 360 kg -
c.Bentuk hasil
d.Harga / satuan - Bunga -
(rupiah) - 6000/kg -
e.Jenis lahan

- Sawah -
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Ibu Rini menanan
bunga kol di MK-2. Luas lahan yang dimiliki yaitu seluas 500 m 2 jenis
lahan yang digunakan adalah lahan sawah. Hasil produksi sebanyak 360
kg dan bentuk hasil produksinya yaitu bunga. Harga bunga kol pada saat
itu 6.000/kg.
Tabel 2.16 Usaha Tanaman Semusim Tanaman Buncis
No Macam Tanaman MK 1 MK 2 MH
3 Tanaman Buncis
a. Luas Tanam 500 m2 - -
(m2)
b. Produksi (kg)
80 kg - -
c. Bentuk hasil
d. Harga / satuan Buah - -
(rupiah) 4000/kg - -
e. Jenis lahan

Sawah - -
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa Ibu Rini menanan
buncis di MK-1. Luas lahan yang dimiliki yaitu seluas 500 m2 jenis lahan
yang digunakan adalah lahan sawah. Hasil produksi sebanyak 80 kg dan
bentuk hasil produksinya yaitu buah. Harga buncis pada saat itu 4.000/kg.

4. Pola Pergiliran Tanaman


Tabel 2.17 Pola Pergiliran Tanaman
50

Bulan

MH MK 1 MK 2
No Lahan
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Sawah

2 Tegal - - - - - - - - - - - -

3 Pekara - - - - - - - - - - - -
ngan

Keterangan :
: Cabai
: Bunga Kol
: Buncis

Pola Pergiliran Tanaman di Desa Sewukan dominan dengan


tumpang sari. Tumpang sari adalah menanam 2 macam tanaman di satu
lahan untuk mengoptimalkan manfaat lahan. Pola pergliran tanaman di
lahan sawah Bu Rini yaitu, ketika musim hujan menanam cabai hingga
pertengahan musim kemarau 1, kemudian di musim kemarau 1 menanam
buncis selama 2 bulan. Pada musim kemarau 2 menanam bunga kol selama
3 bulan. Pada bulan 9 lahan sawah tidak ditanami.

5. Biaya Sarana Produksi dan Biaya Lain-lain


Tabel 2.18 Biaya Sarana Produksi Pada Tanaman Cabai
51

Tanaman: Cabai, Jenis lahan: Sawah,


URAIAN Luas: 500 m2
Fisik Rp Nilai (Rp)
1.Benih(Bungkus) - - -
2.Bibit 800 1000 800.000
3.Pupuk
- Urea(kg) 1 30.000 30.000
- TSP(kg) - - -
- Za (krg) - - -
- Kandang(kg) 200 140.000 140.000
- Kompos (kg) 2 35.000 70.000
4.Pestisida(Liter) 0,15 90.000 90.000
5.Tenaga Kerja
- - -
Keluarga (jok)
6.Tenaga Kerja
Luar keluarga 93 jok 4.300/jam 903.000
(jok)
7.Pajak Tanah(Rp) 50.000 50.000 50.000
8.Bawon - - -
9.Selamatan - - -
10.Iuran Air(Rp) - - -
Ibu Rini menanam cabai pada MH 1 dan MK1. Berdasarkan Tabel
2.16 dapat dilihat bahwa sekali panen memerlukan bibit sebanyak 2
bungkus seharga Rp.800.000. Selain itu, memerlukan biaya pupuk
sebesar Rp.140.000 untuk pupuk kandang dan Rp.70.000 untuk Pupuk
Kandang. Serta menggunakan pestisida 0.15 Liter seharga Rp. 90.000.
Tenaga kerja luar keluarga 93 jok selama 3 bulan Rp.903.000 dengan
rinciannya adalah untuk pegolahan lahan selama 5 jam x 3 hari x 3 orang
yaitu Rp.193.500, untuk penanaman selama 3 jam x 1 hari x 6 orang
yaitu Rp.77.400, kemudian untuk perawatan selama 3 jam x 24 hari x 2
orang yaitu Rp.619.200 dan untuk panen selama 3 jam x 1 hari x 2 orang
yaitu Rp.12.900. sedangkan untuk membayar pajak tanah sebesar Rp
50.000.

Tabel 2.19 Biaya Sarana Produksi Pada Tanaman Buncis


52

Tanaman: Buncis, Jenis lahan: Sawah


URAIAN Luas: 500 m2
Fisik Rp Nilai (Rp)
1.Benih(Bungkus) 1.5 32.500 97.500
2.Bibit
3.Pupuk
- Urea(kg) - - -
- TSP(kg) - - -
- Za (krg) - - -
- Kandang(kg) 200 140.000 140.000
- Kompos (kg) 40 70.000 70.000
4.Pestisida(Liter) 0,125 80.000 80.000
5.Tenaga Kerja
- - -
Keluarga (jok)
6.Tenaga Kerja
84 jok
Luar keluarga 4.300/jam 799.800
(jok)
7.Pajak Tanah(Rp) 50.000 50.000 50.000
8.Bawon - - -
9.Selamatan - - -
10.Iuran Air(Rp) - - -
Berdasarkan tabel data diatas dapat dilihat bahwa sekali panen
memerlukan benih sebanyak 1.5 bungkus seharga Rp.32.500/bungkus.
Selain itu, memerlukan biaya pupuk sebesar Rp 140.000 untuk pupuk
kandang, dan Rp.70.000 untuk kompos. Serta menggunakan pestisida
0,125 Liter seharga Rp. 80.000. Tenaga kerja luar keluarga selama 84 jok
selama 3 bulan Rp.799.800 dengan rinciannya adalah untuk pegolahan
lahan selama 3 jam x 2 hari x 4 orang yaitu Rp.103.200, untuk
penanaman selama 3 jam x 1 hari x 2 orang yaitu Rp.25.800, kemudian
untuk perawatan selama 3 jam x 24 hari x 2 orang yaitu Rp.619.200 dan
untuk panen selama 3 jam x 1 hari x 4 orang yaitu Rp.51.600. sedangkan
untuk membayar pajak tanah sebesar Rp 50.000.

Tabel 2.20 Biaya Sarana Produksi Pada Tanaman Bunga Kol


53

Tanaman: Bunga Kol, Jenis lahan: Sawah,


URAIAN Luas: 500 m2
Fisik Rp Nilai (Rp)
1.Benih(Bungkus) - - -
2.Bibit 75 1200 90.000
3.Pupuk
- Urea(kg) - - -
- TSP(kg) - - -
- Za (krg) - - -
- Kandang(kg) 200 140.000 140.000
- Kompos (kg) 40 70.000 70.000
4.Pestisida(Liter) 0,75 90.000 90.000
5.Tenaga Kerja
- - -
Keluarga (jok)
6.Tenaga Kerja
Luar keluarga 93 jok 4.300/jam 903.000
(jok)
7.Pajak
50.000 50.000 50.000
Tanah(Rp)
8.Bawon - - -
9.Selamatan - - -
10.Iuran Air(Rp) - - -

Dari data diatas dapat dilihat bahwa sekali panen memerlukan bibit
sebanyak 75 biji seharga Rp.90.000. Selain itu, memerlukan biaya pupuk
sebesar Rp 140.000 untuk pupuk kandang, dan Rp.70.000 untuk pupuk
kompos. Serta menggunakan pestisida 0,75 Liter seharga Rp. 90.000. dan
membayar pajak tanah sebesar Rp 50.000. Tenaga kerja luar keluarga 93
jok selama 3 bulan Rp.903.000 dengan rinciannya adalah untuk pegolahan
lahan selama 5 jam x 3 hari x 3 orang yaitu Rp.193.500, untuk penanaman
selama 3 jam x 1 hari x 6 orang yaitu Rp.77.400, kemudian untuk
perawatan selama 3 jam x 24 hari x 2 orang yaitu Rp.619.200 dan untuk
panen selama 3 jam x 1 hari x 2 orang yaitu Rp.12.900. sedangkan untuk
membayar pajak tanah sebesar Rp 50.000.

6. Pendapatan Luar Usaha Tani .


54

Tabel 2.21 Pendapatan Luar Usaha Tani


Kepala Keluarga Istri Anak Anak
Uraian
(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
1. Buruh Tani - - - -
2. Buruh Luar Pertanian - - - -
3. Berdagang - - - -
4. Sumber pendapatan lain 3.000.000 - - -
Berdasarkan tabel diatas diketahui Bapak Gunawan memiliki
profesi sebagai pegawai swasta dengan pendapatan sebesar
Rp.3.000.000/bulan.

7. Kepemilikan atau Aset Rumah Tangga


Tabel 2.22 Kepemilikan/Asset Rumah Tangga

Tabungan Jumlah Nilai (Rp)


a. Uang Rp.5.000.000 Rp.5.000.000
b. Emas 10 gram Rp. 4.000.000
c. Uang dan emas - -

d. Lainnya - -
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui keluarga Bapak Gunawan
mempunyai 1 rekening senilai Rp.5.000.000 dan mempunyai emas 10
gram senilai Rp.4.000.000.

Tabel 2.23 Aset Rumah Tangga


No Asset Jumlah Nilai (Rp)
1 Sepeda motor 2 Rp. 20.000.000
2 Sepeda 1 Rp. 200.000
3 Sawah 500 m2 Rp. 100.000.000
4 Pekarangan - -
5 Lainnya - -

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa Bapak Gunawan


memiliki total asset sebesar Rp.120.200.000. Asset tersebut terdiri 2
sepeda motor senile Rp.20.000.000, 1 sepeda senilai Rp.200.000, sawah
seluas 500 m2 senilai Rp.100.000.000.
55

8. Rencana Pemanfaatan Tabungan


Setiap keluarga tentunya memiliki tabungan untuk menopang
hidupnya di masa depan ataupun sebagai persiapan jika terjadi sesuatu
yang tidak terduga. Seperti biaya sekolah, jaga-jaga bila ada yang sakit,
simpanan hari tua dan lain-lain.

F. Pengenalan Pertanian Dalam Skala Industri


1. Sub Terminal Agribisnis (STA)
a. Sejarah berdirinya dan Perkembangan STA Sewukan
Awal mula berdirinya Pasar Desa Sewukan adalah atas prakarsa
Bpk. H. R. Sudiyono pada saat menjabat Kepala Desa (Periode 1995-
2003) akibat harga hasil panen komoditas pertanian warga setempat
selalu rugi. Pada akhir tahun 2000, Bpk. Sudiyono dengan persetujuan
masyarakat Sewukan (melalui rapat LMD) membangun Pasar Desa
diatas tanah bengok seluas 4000 m2 untuk dijadikan tempat transaksi
hasil panen warga. Pada tahun 2005 Pemerintah memberikan berbagai
fasilitas bantuan melalui dana APBN TA 2005 dan mulai saat itu Pasar
Desa Sewukan berubah nama menjadi STA Sewukan. Seiring dengan
perkembangan pasar yang semakin ramai sampai tahun 2009, dilakukan
pembangunan kios-kios baru di Pasar Desa Sewukan dan tercatat 109
kios, 92 los, area bongkar muat 700 m2, area parkir 2000 m2, kantor
pengelola, mushola,dan composting.
Tujuan pendirian STA Desa Sewukan adalah untuk dijadikan
tempat transaksi hasil panen warga, penyedia lapangan pekerjaan bagi
warga setempat, mengembangkan perekonomian dan kesejahteraan
warga, dan sarana transaksi saprodi pertanian. Sedangkan manfaat bagi
petani Desa Sewukan dan sekitar, STA membantu kegiatan pemasaran
hasil produksi pertanian mereka, memudahkan dalam penjualan,
memudahkan dalam mendapatkan saprodi, dan juga adanya perhatian
positif dari pemerintah. Sementara manfaat STA bagi Pemerintahan
Desa Sewukan adalah untuk menekan urbanisasi warga ke kota besar,
menambah pendapatan / kas desa, memberi peluang kepada
56

pemerintahan Desa Sewukan untuk mendapatkan bantuan dari


pemerintah seperti pelatihan pengelolaan pasar dan penataannya,
pembangunan paving, perlengkapan kantor pengelola dari Dinas
Pertanian Provinsi Jawa Tengah tahun 2009, dan lain sebagainya.
Manfaat STA bagi petani Desa Sewukan dan sekitarnya yaitu
memudahkan petani untuk menjual hasil produksinya, biaya
operasional lebih ringan, harga yang menguntungkan petani dengan
pesaing dari luar dan mengurangi pengangguran. Manfaat STA bagi
Pemerintah Besa Sewukan yaitu bisa menjadi PAD (Pemasukan
Administrasi Daerah) santunan yang didapat dari hasil panen, mudah
menjalin kerjasama dengan daerah lain dan daerahnya menjadi lebih
dikenal oleh daerah lain.
Bentuk dukungan Pemerintah Daerah pada saat pendirian STA
yaitu memberikan dana untuk melengkapi fasilitas pembangunan pasar.
Pada saat pendiran pemerintah daerah memberikan dukungan dalam
bentuk pembinaan, pengawasan, pelatihan dari dinas pertanian.

STRUKTUR ORGANISASI PENGELOLA STA/PASAR DESA


SEWUKAN

Kepala Desa Sewukan

Kencuk Dedy Riswanto


Bendahara BPD

Desa Sewukan Desa Sewukan


Ketua Pengelola Pasar

Sutrisno

Sekretaris Bendahara

Niken Tiwik Lestari


57

Sie Pungutan: Sie Parkir: Sie Sie


Kebersihan: Keamanan
1. Ngadigo Sukri Anggota:
2. Untung W Sukri
LIMAS
Desa
Sewukan

b. Aktivitas-aktivitas yang Dilakukan di STA


1) Pedagang Ke-1
Nama responden yang perama kami wawancarai bernama
Suyatmi berasal dari Tutup Nduwur, Sumber Dukun. Ibu Suyatmi
adalah pedagang lokal yang merupakan warga sekitar STA. sayur
yang di perjual-belikan Ibu Suyatmi antara lain yaitu, tomat 55 kg
yang dibeli dengan harga Rp.3.750/kg kemudian di jual dengan
harga Rp.4.500/kg, sawi sendok 15 kg yang dibeli dengan harga
Rp.2.000/kg kemudian di jual dengan harga Rp.3.000/kg, cabai
keriting 70 kg yang dibeli dengan harga Rp.41.000/kg kemudian di
jual dengan harga Rp.43.000/kg, kacang panjang 75 kg yang dibeli
dengan harga Rp.3.000/kg kemudian di jual dengan harga
Rp.4.000/kg, buncis 80 kg yang dibeli dengan harga Rp.3.500/kg
kemudian di jual dengan harga Rp.4.500/kg dan rawit putih 20 kg
yang dibeli dengan harga Rp.13.500/kg kemudian di jual dengan
harga Rp.15.000/kg. Pasar yang akan dituju setelah dari STA
Sewukan, Ibu Suyatmi menuju ke Pasar Muntilan dan Pasar
Magelang sehingga Ibu Suyatmi disebut dengan pedagang lokal.
Kendaraan yang digunakan untuk mengangkut sayuran yaitu pick
up. Beliau mengunjungi STA Sewukan setiap hari. Biaya
58

pemasaran yang dibayar Ibu Suyatmi yaitu, masuk STA sebesar


Rp.5.000, 1 orang kuli angkut Rp.5.000, dan biaya untuk kendaraan
sebesar Rp.80.000.
2) Pedagang Ke-2
Dan nama responden yang kedua kami wawancarai
bernama Pujiyati berasal dari Pakis. Ibu Pujiyati adalah pedagang
lokal yang merupakan warga sekitar STA. sayur yang di perjual-
belikan Ibu Pujiyati antara lain yaitu, bunga kol 50 kg yang dibeli
dengan harga Rp.2.500/kg kemudian di jual dengan harga
Rp.3.500/kg dan brokoli 30 kg yang dibeli dengan harga
Rp.7.000/kg kemudian di jual dengan harga Rp.8.000/kg. Pasar
yang akan dituju setelah dari STA Sewukan, Ibu Pujiyati menuju ke
Pasar Muntilan dan Pasar Soka sehingga Ibu Pujiyati disebut
dengan pedagang lokal. Kendaraan yang digunakan untuk
mengangkut sayuran yaitu pick up. Beliau mengunjungi STA
Sewukan setiap hari. Biaya pemasaran yang dibayar Ibu Suyatmi
yaitu, masuk STA sebesar Rp.5.000, 1 orang kuli angkut Rp.5.000,
dan biaya untuk kendaraan sebesar Rp.80.000.

2. Sabila Farm
a. Sejarah Budidaya Sabila Farm
Bapak Gun Soetopo bersama istrinya, Ibu Elly Mulyati, yang
merintis kebun buah naga di Dukuh Kertodadi, Pakem, itu. Beliau mulai
membangun Sabila Farm tahun 2006 dengan menyewa tanah desa. Luas
totalnya 8,2 hektar, lebih dari 6,5 hektar di antaranya untuk kebun buah
naga. Sisanya ditanami pepaya, srikaya, sirsak, delima, pisang, dan
sayuran.
Bapak Gun, lulusan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor, bertekad kebun di Kertodadi adalah pelabuhan
terakhirnya. Ia bekerja di bidang yang berhubungan dengan pertanian
sejak 26 tahun lalu, termasuk lebih dari tiga tahun sebagai pegawai
negeri. Beliau awalnya seorang PNS (Pegawai Negeri Sipil)
kemudian beliau memilih jadi petani hortikultura di Depok menanam
59

melon, semangka, bunga potong, dan membuat media tanam yang


hasilnya cukup untuk menghidupi keluarga (Ninuk M, 2011).
b. Ruang Lingkup Kegiatan
Sabila Farm adalah perkebunan yang berfokus pada
pengembangan bibit-bibit buah naga. Buah naga yang menjadi unggulan
Sabila Farm adalah buah naga merah yang saat ini sudah banyak diekspor
hingga ke luar negeri. Untuk kualitas sudah tidak perlu diragukan lagi,
buah naga hasil dari Sabila Farm sudah terkenal sangat baik. Bakhan,
pemerintah Jordania pada tahun 2013 mengadakan kerja sama dengan
Sabila Farm dan Dubes RI untuk Jordania guna mengembangbiakkan
bibit buah naganya di wilayah pertanian Jordania.
Perkebunan dengan luas sekitar 1,7 hektar ini memiliki udara
yang sejuk ala pegunungan. Kesejukan itu karena letaknya yang berada
di kaki gunung Merapi. Selain pemandangan warna merah buah naga
yang mengkilat dan eskdotis, dari sekitar perkebunan kita juga dapat
menikmati panorama gunung merapi yang belum lama ini kembali
meletus dan menyisakan kawah-kawah di sekitarnya (Anonim, 2016).
Komoditas buah yang ada di Sabila Farm diantaranya yaitu :
1) Buah naga
Kebun buah naga keseluruhan ada 11 hektar, 1000 tiang, 1
tiang 20 kg/tahun, produksi 1 hektar 20 ton. Tanaman buah naga
adalah salah satu tanaman buah tahunan yang bisa memproduksi
buah paling cepat (bila kondisi lingkungan mendukung). Dengan
penggunaan bibit unggul dan iklim yang mendukung tanaman akan
berbuah dengan baik, apalagi di Indonesia beriklim tropis yang
cocok untuk budidaya buah naga. Harga buah naga Rp.30.000/kg.
Untuk pemasaran buah naga sudah di pasarkan di berbagai kota di
Indonesia dan bahkan sudah di ekspor ke luar negeri.
Tanaman buah naga bisa diperbanyak secara generatif dan
vegetatif. Cara generatif yaitu memperbanyak tanaman dengan biji.
Sedangkan cara vegetatif relatif lebih banyak dipakai dan lebih cepat
berbuah.cara vegetatif yaitu dengan cara stek. Persiapan budidaya
buah naga antara lain (Anonim2, 2014)
60

a) Pembuatan tiang panjat


Bentuk tiangnya bisap pilar segi empat atau silinder dengan
diameter 10-15 cm, tinggi 2-2,5 m,
b) Pengolahan lahan
Membuat lubang tanaman ukuran 60-60 cm dengan
kedalaman 25 cm. mencampurkan 10 kg pasir dengan tanah
galian Tambahkan pupuk kompos atau pupuk kandang yang
telah matang sebanyak 10-20 kg. Menambahkan juga dolomit
atau kapur pertanian sebanyak 300 gram, karena buah naga
memerlukan banyak kalsium. Aduk bahan-bahan tersebut hingga
merata.
Timbun kembali lubang tanam dengan campuran media
di atas. Kemudian siram dengan air hingga basah tapi jangan
sampai tergenang. Biarkan lubang tanam yang telah ditimbun
kembali tersinari matahari dan mengering.
Setelah 2-3 hari, berikan pupuk TSP sebanyak 25 gram.
Pemberian pupuk melingkari tiang panjat dengan jarak sekitar
10 cm dari tiang. Biarkan selama kurang lebih 1 hari. Kini
lubang tanam siap untuk ditanami.
c) Penanaman bibit buah naga
Untuk satu tiang panjat dibutuhkan 4 bibit tanaman
buah naga. Bibit ditanam mengitari tiang panjat, jarak antar
tiang panjat dengan bibit tanaman sekitar 10 cm.. Gali tanah
sedalam 10-15 cm, atau disesuaikan dengan ukuran bibit.
Kemudian bibit diletakkan pada galian tersebut dan ditimbun
dengan tanah sambil dipadatkan.
Setelah ke-4 bibit ditanam, ikat batang bibit tanaman
tersebut sehingga menempel pada tiang panjat. Lakukan
pengikatan setiap tanaman tumbuh menjulur sepanjang 20-30
cm. Pengikatan jangan terlalu kencang untuk memberi ruang
gerak pertumbuhan tanaman dan agar tidak melukai batang.
d) Pemupukan dan perawatan
61

1) Pemupukan
Pada masa awal pertumbuhan pupuk yang dibutuhkan
harus mengandung banyak unsur nitrogen (N). Pada fase
berbunga atau berbuah gunakan pupuk yang banyak
mengandung fosfor (P) dan kalium (K). Pemakaian urea tidak
dianjurkan untuk memupuk buah naga, karena sering
mengakibatkan busuk batang.
Pemupukan dengan pupuk kompos atau pupuk
kandang dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan dosis 5-10 kg
per lubang tanam. Pada saat berbunga dan berbuah berikan
pupuk tambahan NPK dan ZK masing-masing 50 dan 20
gram per lubang tanam. Pada tahun berikutnya perbanyak
dosis pemberian pupuk sesuai dengan ukuran tanaman.
Pupuk tambahan berupa pupuk organik cair, pupuk hayati
atau hormon perangsang buah bisa diberikan untuk
memaksimalkan hasil.

2) Penyiraman
Penyiraman bisa dilakukan dengan mengalirkan air
pada parit-parit drainase. Selain itu juga bisa menggunakan
gembor atau irigasi tetes. Sistem irigasi tetes lebih hemat air
dan tenaga kerja namun perlu investasi yang cukup besar.
Penyiraman dengan parit drainase dilakukan dengan
merendam parit selama kurang lebih 2 jam. Bila penyiraman
dilakukan dengan gembor, setiap lubang tanam disiram
dengan air sebanyak 4-5 liter. Frekuensi penyiraman 3 kali
sehari di musim kering, atau sesuai dengan kondisi tanah.
Penyiraman bisa dikurangi atau dihentikan ketika
tanaman mulai berbunga dan berbuah. Pengurangan atau
penghentian penyiraman bertujuan untuk menekan
pertumbuhan tunas baru sehingga pertumbuhan buah bisa
62

maksimal. Penyiraman tetap dilakukan apabila tanah terlihat


kering dan tanaman layu karena kurang air.
3) Pemangkasan
Terdapat setidaknya tiga tipe pemangkasan dalam
budidaya buah naga, yakni pemangkasan untuk membentuk
batang pokok, pemangkasan membentuk cabang produksi
dan pemangkasan peremajaan.
Pemangkasan untuk membentuk batang pokok
dilakukan pada batang bibit tanaman. Tanaman yang baik
memiliki batang pokok yang panjang, besar dan kokoh.
Untuk mendapatkan itu pilih tunas yang tumbuh di bagian
paling atas batang awal. Tunas yang tumbuh dibawahnya
sebaiknya dipotong saja.
Pemangkasan untuk membentuk cabang produksi
dilakukan pada tunas yang tumbuh pada batang pokok.
Pilihlah 3-4 tunas untuk ditumbuhkan. Nantinya tunas ini
akan menjadi batang produksi dan tumbuh menjuntai ke
bawah. Tunas yang ditumbuhkan sebaiknya yang ada di
bagian atas, sekitar 30 cm dari ujung atas.
Pemangkasan peremajaan dilakukan terhadap cabang
produksi yang kurang produktif. Biasanya sudah berbuah 3-4
kali. Hasil pangkasan peremajaan ini bisa dijadikan sumber
bibit tanaman.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pemangkasan
adalah bentuk tanaman. Biasanya tanaman buah naga tumbuh
tidak teratur. Upayakan agar tunas-tunas yang dipilih bisa
membentuk tanaman dengan baik. Sehingga percabangan
tidak terlalu rimbun dan batang yang ada dibawah tajuk bisa
terkena sinar matahari dengan maksimal (Anonim, 2014)
4) Jeruk Dekopon
63

Jeruk dekopon berasal dari negeri sakura jepang, yang kini


sudah banyak dikebunkan diberbagai daerah khususnya didaerah
bandung. Selain rasa buahnya yang manis kulit buahnya pun terasa
manis, ditambah lagi jeruk tersebut merupakan jeruk yang non biji.
Jeruk dekopon yang sudah ditanam selama 2 tahun bisa
menghasilkan 1,3 kg per.1 buah. Di Sabila Farm jeruk dekopon di
jual harga Rp.185.000/kg dan untuk pemasaran jeruk dekopon sudah
di pasarkan di berbagai kota di Indonesia dan bahkan sudah di
ekspor ke luar negeri.
5) Pepaya California
Tanaman pepaya bisa tumbuh baik di dataran tinggi maupun
dataran rendah, tidak peduli di lahan kering atau di lahan yang basah,
serta dengan iklim sub tropis maupun tropis tanaman pepaya dapat
tumbuh dengan baik. Di Sabila Farm sendiri harga pepaya hasil
produksi per kilonya di jual Rp.10.000,- dan untuk pemasaran
papaya california sudah di pasarkan di berbagai kota di Indonesia
dan bahkan sudah di ekspor ke luar negeri.
64

Anda mungkin juga menyukai