Anda di halaman 1dari 11

Secara garis besar teori atom dibagi menjadi dua, yaitu teori atom

klasik dan teori atom modern.

I. Teori Atom Klasik

Pada teori atom klasik teorinya ini masih sangat sederhana tanpa
adanya pembuktian dan hanya berasal dari asumsi atau anggapan
seseorang tanpa adanya percobaan atau penelitian lebih lanjut. Pada teori
klasik ini terdapat 2 pencetus yang menyatakan teori atom yaitu Democritus
dan Dalton. Kata atom pertama kali dicetuskan oleh Democritus yang
merupakan kimiawan asal Yunani, Democritus menyatakan bahwa kata atom
berasal dari kata atomos yang artinya tidak dapat terbagi lagi. Dari teorinya
ini maka atom dinyatakan sebuah bagian terkecil yang tidak dapat dibelah,
diubah, dan dimusnahkan. Kemudian dalam teori atom klasik ini Dalton
menyatakan bahwa suatu unsur yang sama memiliki berat yang sama,
sedangkan unsur yang berbeda memiliki berat yang berdeda pula dan
perubahan kimia terjadi karena adanya penggabungan atau perpisahan
atom. Dalton juga menyatakan bahwa atom berbentuk bola pejal.

Teori Dalton ini dikuatkan kembali oleh teori proust dalam teori
perbandingan massa, yang menyatakan bahwa Perbandingan massa tetap
setiap unsur yang membentuk senyawa akan membentuk perbandingan
yang tetap contohnya pada senyawa H2O pada 2 atom H dan 1 atom O

2H : O

H : O

2 : 16

1 : 8 = Perbandingannya akan selalu sama


Dari kedua teori tersebut inti dari teori atom klasik menyatakan bahwa
atom adalah Bagian terkecil suatu zat yang berbentuk bola pejal dan dapat
melakukan penggabungan kimia

Dengan adanya teori klasik ini munculah para pemikir yang ingin
membuktikan lebih lanjut mengenai bedan kecil tersebut (Atom) tidak hanya
dengan asumsi belaka namun dikuatkan dengan percobaan maupun
penelitian yang masuk ke dalam teori atom modern.

Teori Dalton :

1. Atom merupakan partikel materi yang tidak dapat dimusnahkan,


dibelah atau diubah menjadi partikel lain yang berbentuk bola pejal;
2. Atom suatu unsur adalah sama dan mempunyai berat yang sama,
apabila unsur berbeda memiliki berat yang berbeda pula;
3. Perubahan kimia terjadi karena penggabungan atau perpisahan atom.

Gambar 1. Model Atom Teori Dalton

II. Teori Atom Modern

Sebelum masuk kedalam teori atom modern terdapat beberapa ilmuan


yang membantah teori atom klasik, salah satunya yaitu Marie Curie.

Pada tahun 1898, Marie Curie melakukan percobaan dengan


mengisolasikan polonium dan radium dari bijih uranium yang mengemisikan
sinar yang mampu menggelapkan plat fotografi. Sinar inilah yang berasal
dari atom yang membelah menjadi unsur-unsur radioaktif. Proses inilah yang
dinamakan dengan proses radioaktivitas. Hal ini yang tidak dapat
mempertahankan pernyataan Dalton yang menyatakan bahwa atom tidak
dapat dimusnahkan atau dibagi-bagi lagi, karena pada nyatanya atom dapat
melakukan peluruhan dalam bentuk sinar ataupun lainnya.

Selain itu terdapat penentangan dalam teori atom klasik yang


menyatakan bahwa semua unsur yang sama memiliki berat yang sama. Hal
ini tidak sepenuhnya benar karena ditemukan adanya isotop (Pada nomer
atom yang sama dapat memiliki nomer massa yang berbeda). Isotop ini
dapat terjadi karena adanya pengaruh dari radioaktivitas. Contohnya pada
unsur Oksigen

15 16 17
O8 O8 O8

Dengan adanya teori-teori ini membuat para ilmuan ingin mengetahui


lebih lanjut mengenai atom. Teori ini diawali oleh seorang ahli fisikawan asal
inggris yang berfikir bahwa terdapat sesuatu didalam atom, dia adalah J.J.
Thompson.

1. J.J Thompson
J.J Thompson meupakan ahli fisika yang menemukan adanya elektoron
pada atom. Hal ini dapat ditemukan melalui percobaan yang dilakukan
dengan menggunakan tabung sinar katoda. Pada percobaan ini terdapat
adanya sinar yang menuju kutub katode (+) pada saat diberikan
tegangan yang tinggi, artinya terdapat sinar yang bermuatan negatif
yang bergerak menuju kutub katoda yang disebut electron. Dari
percobaan itulah ditemukan adanya electron dalam sebuah atom.
Gambar 2. Percobaan J.J. Thompson pada tabung sinar katoda

Milikan (1908)

Percobaan J.J Thompson ini dibantu oleh Milikan dengan melakukan


percobaan berdasarkan uji tetes minyak. Uji tetes minyak ini dilakukan
dengan meneteskan tetesan minyak ke dalam tabung silinder. Kemudian sebagian tetesan
minyak melewati lubang pada plat atas karena adanya gaya gravitasi. Ketika tetesan minyak
jatuh, setiap tetesan tersebut ditembak oleh sinar X sehingga tetesan minyak tersebut
memiliki muatan. Ada yang menyerap 1 elektron atau bahkan 2 elektron. Karena adanya
gaya gravitasi, seharusnya tetesan minyak tersebut jatuh, namun karena minyak tersebut
bermuatan negatif (karena telah ditembakkan sinar X) dan plat tetes bagian bawah bersifat
negatif, maka tetesan minyak tersebut mengambang karena mengalami gaya tolak listrik.
Sehingga dari percobaan tersebut Millikan dapat menyimpulkan bahwa muatan elektron
sebesar 1,602 x 10-19 C.

Gambar 3. Percobaan Milikan dengan tetesan minyak

Percobaan yang dilakukan Milikan, mendapatkan berat setiap tetesan minyak yang relatif
konstan. Dengan kelipatan yang tetap, maka kelipatan tersebut yang dijadikan massa elektron.
Masa elektron yang didapatkan yaitu 9.109 x 10-28
Namun berdasarkan hasil percobaan ini terdapat kejanggalan, yaitu
adanya selisih antara massa unsur/partikel dengan massa electron. Dari
kejanggalan ini dinyatakan bahwa terdapat sesuatu yang lain selain
electron dalam atom. Sesuatu ini merupakan muatan positif, namun
milikan dan J.J. Thompson belum dapat mengetahui bagaimana letak dan
jumlah muatan positif pada atom.
Penemuan Proton oleh Goldstein

Muatan positif pada atom penelitian ini dikuatkan oleh Goldstein yang
melakukan percobaan dengan menggunakan Canal Rays. Dalam Canal
Rays tersebut ternyata terdapat partikel yang menempel pada anoda (-),
partikel tersebut yang menempel tersebut adalah mautan positif, artinya
benar adanya terdapat muatan positif pada atom, dan muatan positif
tersebut dinamakan proton yang memiliki massa proton yaitu
1,67262x10-24 gram.

Gambar 4. Percobaan Canal Rays oleh Goldstein

Dengan ditemukannya muatan positif dan muatan negatif J.J.


Thompson beranggapan bahwa partikel muatan positif dan partikel
muatan negatif saling berkaitan/berikatan. Artinya atom berbentuk bola
pejal karena adanya ikatan antara muatan positif dan negative yang
sangat kuat. Seperti gambar berikut.

Gambar 5. Model atom J.J. Thompson


2. Eirnest Rutherdford
Pernyataan atom berbentuk bola pejal yang dikatakan oleh J.J.
Thompsom kemudian dicari kebenarannya oleh Eirnest Rutherford.
Eirnest Rutherford melakukan percobaan dengan menembakkan sinar
ke lempengan emas yang tipis, pada sekitar lempeng emas terdapat
layar detector untuk mendeteksi sinar partikel yang telah ditembakkan,
dari percobaan ini dihasilkan:

0.02% sinar yang dipantulkan; (Muatan negatif/Elektron)


0.02% sinar yang dibelokkan dan; (Muatan Positif)
99.8% sinar yang diteruskan. (Ruang Kosong)

Sinar yang dipantulkan menunjukkan adanya muatan negatif pada


atom, sinar yang dibelokkan menunjukkan adanya muatan positif pada
atom, dan sinar yang diteruskan menunjukkan adanya ruang kosong pada
atom. Dari percobaan ini dapat diketahui bahwa betuk atom bukanlah
bola pejal, karena terdapat 99.8% yang diteruskan sehingga terdapat
banyak ruang kosong pada atom.

Gambar 6. Percobaan Rutherford dengan penembakan sinar pada


lempeng emas

Dengan percobaan ini maka dikatakan bahwa pada atom terdapat


ruang kosong yang memiliki inti bermuatan positif (proton) yang dikelilingi
oleh muatan negatif (elektron), seperti gambar berikut. Dari percobaan ini
ditemukan pula istilah Ar berdasarkan inti atom.
Gambar 6. Model Atom Teori Rutherford

Teori Fisika Klasik

Menurut teori fisika apabila sebuah benda bergerak terus menerus


mengelilingi sesuatu (dalam hal ini electron mengelilingi inti atom), maka
benda tersebut akan mengeluarkan energy yang lama kelamaan akan
habis, dalam hal ini artinya electron lama kelamaan akan jatuh kedalam
inti. Namun teori Rutherford tidak dapat membuktikan teori fisika klasik
ini, dan hal inilah yang menjadi salah satu kekurangan dari teori
Rutherford.

Penemuan Neutron Oleh James Chandwick

Neutron merupakan partikel subatomik yang tidak bermuatan.


Neutron ini ditemukan oleh James Chandwick yang didasarkan oleh
penemuan Ar yang dikemukakan oleh Rutherford. Menurut Rutherford Ar
(massa atom) ditemukan berdasarkan inti atom.

Sebelumnya dapat dikatakan bahwa massa atom sama dengan massa


electron+massa proton, namun menurut Rutherford ternyata pernyataan
itu salah karena terdapat selisih antara massa atom dengan massa
electron+massa proton. Artinya terdapat partikel lain selain proton dan
electron di dalam atom.

Massa Atom = Massa Elektron + Massa Proton

Terdapat
selisih
Setelah dilakukan penelitian lebih lanjut ternyata benar adanya
ditemukan partikel yang tidak bermuatan dalam atom yang disebut
Neutron yang memiliki massa 1,675x10-24g.

Neutron = Massa Atom (p+e) Massa Atom = Proton + Elektron


+ Neutron

Massa terlalu
kecil, maka

Namun karena hampir disemua atom massa electron sangat lah kecil
dibandingkan massa proton dan neutron maka massa electron diabaikan
untuk menetukan massa atom, sehingga

Massa Atom (Ar) = Proton + Neutron

Model atom Rutherford :

1. Atom merupakan partikel berukuran kecil yang intinya bermuatan


positif (Proton) dan dikelilingi oleh muatan negatif (Elektron);
2. Atom tidak berbentuk bola pejal karena sebagian besar terdiri dari
ruang kosong;
3. Pusat massa atom dikelilingi oleh elektron yang bergerak.
Kelemahan Teori Atom Rutherford :

Tidak dapat menjelaskan teori fisika klasik yang menyatakan bahwa


apabila sebuah benda bergerak terus menerus mengelilingi sesuatu
(dalam hal ini electron mengelilingi inti atom), maka benda tersebut akan
mengeluarkan energy yang lama kelamaan akan habis, dalam hal ini
artinya electron lama kelamaan akan jatuh kedalam inti.

Gambar 7. Model atom Rutherford

3. Niels Bohr
Teori atom Niels Bohr ini merupakan teori yang melanjutkan
kekurangan dari teori atom sebelumnya (Rutherford). Pada teori Niels
Bohr ini didapatkan lintasan orbit atom pada energy tertentu. Lintasan
orbit atom ini diperoleh dari percobaan spectrum atom Hidrogen yang
dilakukan oleh Balmer.
Atom yang digunakan merupakan atom hydrogen, karena atom
hydrogen merupakan atom yang paling sederhana dan memiliki jumlah
partikel tidak lebih dari 1 sehingga perpindahan electron nya akan lebih
teratur dan penelitiannya lebih pasti dan akurat.

Spektrum Atom Hidrogen


Percobaan Spektrum atom hydrogen ini dilakukan oleh Balmer dengan
memasukkan atom hydrogen ke tabung pemecah gas untuk memecah
menjadi gas hydrogen kemudian tabung tersebut diberikan tekanan yang
rendah, kemudian gas hydrogen tersebut dimasukkan kedalam tabung
dengan dua elektroda, ketika electron bergerak dari elektroda negative ke
elektroda positif, electron tersebut bertumbukan dengan gas, hasil dari
proses tumbukan antara electron dengan gas yang bertahap ini
menghasilkan pemancaran cahaya, cahaya tersebut dipancarkan oleh
medium prisma berupa garis cahaya dengan warna yang berbeda-beda,
garis cahaya yang berbeda warna ini disebut spektrum atom hydrogen.

Gambar 7. Percobaan Belmer dengan spectrum atom Hydrogen

Garis cahaya tersebut berderet secara sistematis berdasarkan panjang


gelombang dan tingkat energy yang berbeda-beda. Warna garis cahaya
yang berbeda-beda dihasilkan dari tereksitasinya electron dari tingkat
energy yang lebih tinggi ke energy yang lebih rendah.
Niels Bohr menganggap garis-garis cahaya (Spektrum atom hydrogen)
sebagai orbit atau garis lintasan bagi electron. Tiap electron hanya dapat
menempati orbit tertentu, hal ini karena tiap orbit memiliki energy
tertentu pula, dimana tingkat energy paling rendah adalah kulit electron
yang terletak paling dalam, semakin jauh jarak lintasan dari inti atom
maka semakin besar pula tingkat energinya.
Untuk mengaitkan antara spectrum atom hydrogen dengan orbit atom,
maka Niels Bohr mengajukan postulat, yang kemudian dikenal dengan
postulat Bohr:
1. Atom tidak hanya memiliki proton dan electron melainkan terdapat
lintasan orbit atau kulit orbit yang mempunyai tingkat energy yang
berbeda-beda;
2. Apabila sebuah electron berpindah dari orbit yang satu ke orbit
lainnya, maka hal tersebut membutuhkan energy. Jika electron
berpindah dari energy yang rendah ke energy yang tinggi, maka
akan menyerap energy. Sedangkan jika electron berpindah dari
energy tinggi ke energy yang lebih rendah, maka electron akan
melepas energy yang terlihat dengan pancaran cahay (foton).

Namun postulat Bohr ini memiliki kekurangan, antara lain:


1. Hanya dapat menjelaskan spektrum

Anda mungkin juga menyukai