102013212
Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731
Dianyulita93@yahoo.com
I. PENDAHULUAN
Tiap manusia pasti mempunyai rasa cemas, rasa cemas ini terjadi pada saat
adanyakejadian atau peristiwa tertentu, maupun dalam menghadapi suatu hal. Misalkan,
orangmerasa cemas, ketika tampil dihadapan banyak orang atau ketika sebelum
ujianberlangsung. Kecemasan yang dimiliki seseorng yang seperti di atas adalah normal,
danbahkan kecemasan ini perlu dimiliki manusia. Akan tetapi kecemasan berubah
menjadiabnormal ketika kecemasan yang ada di dalam diri individu menjadi berlebihan
ataumelebihi dari kapasitas umumnya.1
Individu yang mengalami gangguan seperti ini bisa dikatakan mengalami anxietydisorder
(gangguan kecemasan) yaitu ketakutan yang berlebihan dan sifatnya tidak rasional. Seseorang
dikatakan menderita gangguan kecemasan apabila kecemasan inimengganggu aktivitas dalam
kehidupan dari diri individu tersebut, salah satunya yaknigangguan fungsi sosial. Misalnya
kecemasan yang berlebihan ini menghambat diriseseorang untuk menjalin hubungan akrab antar
individu atau kelompoknya.1
II. DEFINISI
Kecemasan adalah perasaan individu dan pengalaman subjektif yang tidak diamatisecara
langsung dan perasaan tanpa objek yang spesifik dipacu oleh ketidaktahuan dandidahului oleh
pengalaman yang baru (Stuart dkk, 1998). Berdasarkan definisi tersebutdapat diambil
kesimpulan bahwa kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan,tidak enak, khawatir
dan gelisah. Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu oleh
ketidaktahuan yang didahului oleh pengalaman baru, dandikomunikasikan dalam hubungan
interpersonal.1,2
Neale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut yang tidak
menyenangkan dan apprehension, dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologissehingga
mengalami apa yang disebut gangguan kecemasan. Walaupun sebagai orangnormal, diakui atau
tidak, kita dapat saja mengalami kecemasan, namun kecemasan padaorang normal berlangsung
dalam intensitas atau durasi yang tidak berkeanjangan sehinggaindividu dapat tetap memberikan
respon yang adaptif.1,3
IV. ETIOLOGI
Ada beberapa mekanisme pertahanan diri yang bisa dipergunakan oleh individu, antaralain1, 4 :
1. Represi, yaitu upaya ego untuk menekan pengalaman yang tidak menyenangkan dandirasakan
mengancam ego masuk ke ketidaksadaran dan disimpan di sana agar tidak menganggu ego lagi.
Tetspi sebenarnya pengalaman yang sudah disimpan itu masih punya pengaruh tidak langsung
terhadap tingkahlaku si individu.
3. Kompensasi, upaya ego untuk menutupi kelemahan yang ada di salah satu sisi
kehidupandengan membuat prestasi atau memberikan kesan sebaliknya pada sisi lain. Dengan
demikian, ego terhindar dari ejekan dan rasa rendah diri.
4. Penempatan yang keliru, yaitu upaya ego untuk melampiaskan suatu perasaan tertentu kepihak
lain atau sumber lain karena tidak dapat melampiaskan perasaannya ke sumber masalah.
5. Regresi, yaitu upaya ego untuk menghindari kegagalan-kegagalan atau ancaman terhadapego
dengan menampilkan pikiran atau perilaku yang mundur kembali ke taraf perkembangan yang
lebih rendah.
Jika individu melihat perbedaan yang sangat luas antara pandangannya tentang
dirinyasendiri dengan yang diinginkan maka akan`muncul perasaan inadekuat dalam
menghadapitantangan di kehidupan ini, dan hal ini menghasilkan kecemasan. Jadi menurut
pandanganhumanis eksternalis, pusat kecemasan adalah konsep diri, yang terjadi sehubungan
denganadanya gap antara konsep diri yang sesungguhnya (real self) dan diri yang diinginkan
(idea self). Hal ini muncul sehubungan tidak adanya kesempatan bagi individu untuk
mengaktualisasikan` dirinya sehingga perkembangannya menjadi terhalang. Akibatnya,dalam
menghadapi tantangan atau kendala dalam menjalani hari-hari, di kehidupanselanjutnya, ia akan
mengalami kesulitan untuk membentuk konsep diri yang positif.Setiap kita sebenarnya perlu
mengembangkan suatu upaya untuk menjadi diri sendiri(authenticity), sedangkan indivisu yang
neurotis, atau mengalami gangguan kecemasanadalah individu yang gagal menjadi diri sendiri
(inauthenticity) karena merekamengembangkan konsep diri yang keliru/palsu4,7
1. Dalam pengalaman individu, beberapa stimulus netral tidak berbahaya atau tidak
menimbulkan kecemasan, dihubungkan dengan stimulus yang menyakitkan (aversive)akan
menimbulkan kecemasan (melalui respondent condotioning)
2. Individu yang menghindar dari stimulus yang sudah terkondisi, dan sejak penghindaran ini
menghasilkan pembebasan/terlepas dari rasa cemas, maka responmenghindar ini akan menjadi
kebiasaan (melalui operant conditioning)
Dari sudut pandang kognitif, gangguan kecemasan terjadi karena adanya kesalahandalam
mempersepsikan hal-hal yang menakutkan. Berdasarkan dari teori kognitif, masalahyang terjadi
dari individu yang mengalami gangguan kecemasan adalah terjadinyakesalahan persepsi atau
kesalahan interpretasi terhadap stimulus internal maupuneksternal. Indivisu yang mengalami
gangguan kecemasan akan melihat suatu hal yangtidak benar-benar mengancam sebagai sesuatu
yang mengancam. Jika individu mengalamipengalaman sensasi dalam tubuh yang tidak biasa,
lalu mengintepretasikannya sebagaisensasi yang bersifat catastropic, yaitu suatu gejala bahwa ia
sedang mengalami sesuatuhal seperti serangan jantung, maka akan timbul rasa panik.4,7
V. MANIFESTASI KLINIS
Untuk lebih jelasnya gejala-gejala umum ansietas dapat dilihat pada tabel di bawah:Tabel
1. Gejala-gejala Gangguan Cemas Menyeluruh:11
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh (DSM-IV halaman 435, 300.02) ditegakkanbila
terdapat kecemasan kronis yang lebih berat (berlangsung lebih dari 6 bulan; biasanyatahunan
dengan gejala bertambah dan kondisi melemah) dan termasuk gejala sepertirespons otonom
(palpitasi, diare, ekstremitas lembab, berkeringat, sering buang air kecil),insomnia, sulit
berkonsentrasi, rasa lelah, sering menarik nafas, gemetaran, waspadaberlebihan, atau takut akan
sesuatu yang akan terjadi. Ada kecenderungan diturunkandalam keluarga, memiliki komponen
genetik yang sedang dan dihubungkan dengan fobiasosial dan sederhana serta depresi mayor
(terdapat pada 40% atau lebih pasien;meningkatkan resiko bunuh diri. Biasanya pada kondisi ini
tidak`ditemukan etiologi stresyang jelas, tetapi harus dicari penyebabnya.2,3, 4
Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampirsetiap
hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atauhanya menonjol
pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya free floating ataumengambang).
1.Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulitberkonsentrasi,
dsb)
2.Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan
VII. PENANGANAN
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan dengan2
cara yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi).Angka-
angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus dengandiagnosis dini.
Psikoterapi yang sederhana sangat efektif, khususnya dalam kontekshubungan pasien dengan
dokter yang baik, sehingga dapat membantu mengurangifarmakoterapi yang tidak perlu.1,6, 8-
Teknik dasar yang digunakan disebut free association, individu diminta untuk
menjelaskan secara sederhana tentang hal-hal yang ada di dalam pikirannya, tanpa
melihatapakah itu logis atau tidak, tepat atau tidak, ataupun pantas atau tidak. Hal-hal dari
alambawah sadar atau tidak sadar yang diungkapkan akan dicatat oleh terapis untuk
diinterpretasikan. Tehnik ini juga bisa dimanfaatkan saat menggunakan teknik
dreaminterpretation; individu diminta untuk menceritakan mimpinya secara detail dan tepat.
Kedua teknik ini memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dalam
melaksanakanteknik-teknik tersebut di atas, ada dua hal yang biasanya muncul, yaitu apa yang
disebut dengan resistance (yaitu individu bertahan dan beradu argumen dengan terapis saat
terapismulai sampai pada bagian sensitif), dan transference (yaitu individu
mengalihkanperasaannya pada terapis dan menjadi bergantung.1,5, 7
Karena para ahli melihat kecemasan sebagai sebagai hasil dari belajar (belajar
menjadicemas) maka untuk menanganinya perlu dilakukan pembelajaran ulang agar terbentuk
polaperilaku baru, yaitu pola perilaku yang tidak cemas.1,7
2.Tentukan dugaan atau asumsi dan arahkan alternatif intrepretasi, yang non catastropic.
Dengan kata lain, para ahli dari pendekatan kognitif ini menyatakan bahwa tujuan
dariterapi sebagai upaya menangani gangguan kecemasan adalah membantu individumelakukan
intrepretasi sensasi tubuh dengan cara yang non catastropic1.
VIII. PROGNOSIS
Kecemasan adalah perasaan yang tidak menyenangkan, tidak enak, khawatir dangelisah.
Keadaan emosi ini tanpa objek yang spesifik, dialami secara subjektif dipacu olehketidaktahuan
yang didahului oleh pengalaman baru, dan dikomunikasikan dalam hubunganinterpersonal.
Neale dkk (2001) mengatakan bahwa kecemasan sebagai perasaan takut yangtidak
menyenangkan dan dapat menimbulkan beberapa keadaan psikopatologis sehinggamengalami
apa yang disebut Gangguan Kecemasan.
Gambaran klinis bervariasi dapat dijumpai keluhan cemas, khawatir, was-was, raguuntuk
bertindak, perasaan takut yang berlebihan, gelisah pada hal-hal yang sepele dan tidak utama yang
mana perasaan tersebut mempengaruhi seluruh aspek kehidupannya, sehinggapertimbangan akal
sehat, perasaan dan perilaku terpengaruh. Selain itu spesifik untuk GangguanKecemasan
Menyeluruh adalah kecemasanya terjadi kronis secara terus-menerus mencakupsituasi hidup
(cemas akan terjadi kecelakaan, kesulitan finansial), cemas akan terjadinyabahaya, cemas
kehilangan kontrol, cemas akan`mendapatkan serangan jantung. Sering penderitatidak sabar,
mudah marah, sulit tidur.
Terapi pada Gangguan Kecemasan Menyeluruh pada umumnya dapat dilakukan dengan2 cara
yakni terapi psikologis (psikoterapi) atau terapi dengan obat-obatan (farmakoterapi).Obat pilihan
yang digunakan adalah antianxietas (golongan benzodiazepine khuusnyadiazepam dan
alprazolam. Anti depresan juga dapat dikombinasikan misalnya golongan SSRIyakni fluoxetine
DAFTAR PUSTAKA.
1. Maria, Josetta. Cemas Normal atau Tidak Normal. Program Studi Psikologi.
FakultasKedokteran Universitas Sumatera Utara.2.
2. Kaplan, H., Sadock, Benjamin. 1997.Gangguan Kecemasan dalam Sinopsis Psikiatri: Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis Edisi ke-7 Jilid 2. Jakarta: Bina RupaAksara. Hal. 1-
153.
3. Kaplan, Harold. I. 1998. Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta: Widya Medika. Hal.145-
544.
4. Tomb, D. A. 2000. Buku Saku Psikiatri Edisi 6. Jakarta : EGC. Hal. 96-1105.
5. Maslim, Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-
III.Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 72-
756.
6. Adiwena, Nuklear. 2007. Anxietas.Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
IslamIndonesia.7.
7. Eldido. Anxiety Disorder; Tipe-tipe dan Penanganannya. 20 Oktober 2008.8.
8. Yates, W. R. 2008. Anxiety Disorders. Update August 13, 2008. www.emedicine.com 9.
9. Anonim.Kecemasan atau Ansietas.Update 32 Desember 2008.
www.mitrariset.blogspot.com 10.
10. Ashadi. Gangguan Campuran Anxietas dan Depresi. Updates 22 Mei 2008.
www.sidenreng.com 11.
11. Maslim, Rusdi. 2007. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Jakarta: Bagian IlmuKedokteran
Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya. Hal. 12