Anda di halaman 1dari 20

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
Skripsi, Juli 2014. meliputi penyuluhan kesehatan gigianak,
pemeriksaangigianak, dan pengobatan sederhana pada
ABSTRAK gigi anak.
HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI
TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK
KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER Kata Kunci : cara, menggosok gigi, dan karies
KOTA BANDAR LAMPUNGTAHUN 2014 gigi
Kepustakaan : 24 (2003 2013)
Oleh :
Elko Witin Elkosi
BAB I
Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak PENDAHULUAN
terjadi adalah karies gigi, karies gigi ini banyak terjadi
pada anak-anak karena anak-anak umumnya hanya 1.1 Latar Belakang
menyikat gigi bagian depan yang nampak saja dan Periode penting dalam tumbuh kembang anak
disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah pada adalah masa balita, dimana dimasa ini pertumbuhan
anak-anak. Di negara Indonesia berdasarkan Survei dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan
Kesehatan Rumah Tangga prevalensi karies gigi perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
mencapai 89%, sedangkan Diprovinsi Lampung perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas,
prevalensi karies gigi mencapai 93,3%. Tujuan dari kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan
penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan cara sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi di TK berikutnya (Soetjiningsih, 2004).
Kartika II-31 Kelurahan Segalamider Bandar
Lampung Tahun 2014.
Anak usia balita merupakan tumpuan bagi masa
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang
kuantitatif, dengan rancangan analitik observasional, strategis untuk pelaksanaan program kesehatan.
menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi Beban untuk menanggulangi masalah kesehatan anak
penelitian ini adalah murid kelas B5 dan B6 di TK balita juga terus meningkat dikarenakan permasalahan
Kartika II-31 Kelurahan Segalamider yang berjumlah kesehatan yang masih banyak terjadi di kalangan anak
55 murid dan sampel (total sampling). Pengambilan usia balita. Salah satu permasalahan kesehatan anak
data dengan melakukan observasi langsung kepada balita adalah karies gigi. Riset Kesehatan Dasar
siswa-siswi yang melakukan kegiatan menggosok gigi (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan gigi berlubang
menggunakan instrumen lembar observasi. Analisis atau karies gigi adalah masalah yang dialami 75%
data menggunakan uji statistik Chi Square. warga Indonesia, baik anak-anak sampai dengan
orang dewasa.
Hasil penelitian menunjukan bahwa persentase
responden dengan karies gigi yaitu 83,6% dan Data terbaru yang dirilis oleh WHO Oral Health
responden dengan tidak karies gigi yaitu 16,4%, Media Center pada April 2012, memperlihatkan
sedangkan persentase responden dengan cara sebanyak 60-90 persen anak usia sekolah dan bahkan
menggosok gigi yang kurang baik yaitu 90,9% lebih pada orang dewasa di seluruh dunia memiliki
besar dibandingkan dengan responden dengan cara permasalahan gigi (Barbara, 2012).
menggosok gigi baik yaitu 9,1%. Terdapat hubungan
cara menggosok gigi terhadap kejadian karies dengan Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak
p-value = 0.002 (p-value < 0,05). terjadi adalah karies gigi, karies gigi ini banyak terjadi
pada anak- anak karena anak-anak umumnya hanya
Saran bagi puskesmas untuk melaksanakan menyikat gigi bagian depan yang nampak saja dan
program usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS),
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
disebabkan oleh cara menyikat gigi yang salah pada Anak-anak dan remaja sering menimbulkan masalah
anak-anak (Erwana, 2013). dengan adanya karies gigi hal ini berhubungan dengan
pola makan anak yang banyak mengandung gula dan
World Health Organization (WHO) menargetkan anak-anak kurang teliti membersihkan giginya
pada tahun 2020, 50% dari anak berusia 12 tahun terutama dalam menggosok gigi. Pada usia 3-5 tahun
bebas dari gigi berlubang, Indonesia ikut berperan anak sudah bisa dilatih membersihkan giginya dengan
mengejar target tersebut. Dalam rangka mencapai cara yang tepat dan benar, namun harus diawasi
target 2020 tersebut setiap lapisan masyarakat harus ibunya. Seorang ibu harus mengingatkan anaknya
berpartisipasi mencegah masalah kesehatan gigi dan untuk menyikat gigi sebelum tidur malam dan setiap
mulut. Karies gigi pada anak usia 3-6 tahun banyak selesai makan. Anak sejak usia dini mulai di didik
ditemukan di negara berkembang seperti di Indonesia disiplin oleh orang tuanya dalam segala hal, termasuk
dengan prevalensi 90%. Prevalensi karies pada anak membersihkan gigi dan seluruh rongga mulutnya.
usia satu tahun mencapai 5%, sedangkan pada anak Membersihkan gigi dengan menggunakan sikat gigi
usia dua tahun sekitar 10 %, anak usia tiga tahun dan pasta gigi yang mengandung flour, setiap habis
40%, anak usia empat tahun 55%, dan anak usia lima makan pagi dan sebelum tidur malam. Sikat gigi
tahun 75%. Tingginya prevalensi karies gigi serta adalah alat berbentuk tangkai yang lurus di mana
belum berhasilnya usaha untuk mengatasinya bagian ujung memiliki bulu sikat, gunanya untuk
mungkin disebabkan oleh faktor-faktor distribusi membersihkan gigi beserta gusi, terhadap sisa
penduduk, lingkungan, perilaku dan pelayanan makanan dan plak yang melekat pada gigi yang dapat
kesehatan gigi yang berbeda dalam masyarakat mengakibatkan karies gigi (Sariningsih, 2012).
Indonesia (Zaura, 2011).
Ada beberapa cara untuk mencegah terjadinya
Dilihat dari kelompok umur, golongan umur karies gigi yaitu dengan cara, bayi dan balita tidak
muda lebih banyak menderita karies gigi dibanding tidur dengan botol susu dalam mulut, apabila minum
umur 45 tahun keatas umur 10-24 tahun karies atau makan makanan yang manis sesudahnya
giginya adalah 66,8-69,5% umur 45 tahun keatas berkumur dengan air atau menyikat gigi,
53,3% dan umur 65 tahun keatas sebesar 43,8%. menggunakan CPP-ACP (Casein phospho peptides-
Keadaan ini menunjukan karies gigi banyak terjadi amorphous calcium phosphate) untuk remineralisasi
pada golongan usia produktif (Depkes, 2009). lesi karies awal, menggunakan topical fluoride,
mencegah terjadinya plak bakteri, mencegah debris
Karies gigi masih merupakan masalah utama dari (sisa) makanan yang berada dalam mulut dan
sekian banyak masalahkesehatan gigi dan mulut di menempel pada permukaan gigi atau disela-sela gigi
dunia, baik di negara-negara industri maupun negara- dengan cara menyikat gigi dan berkumur dengan air,
negara yang sedang berkembang. Di Indonesia, mengunyah keju atau mengunyah permen karet yang
penyakit gigi dan mulut terutama karies gigi, masih mengandung xylitol sesudah makan makanan yang
banyak diderita, baik oleh anak-anak maupun dewasa. mengandung karbohidrat (Sariningsih, 2012).
Data Kementerian Kesehatan 2010 menunjukkan,
bahwa prevalensikaries di Indonesia mencapai 60- Diantara cara mencegah terjadinya karies gigi
80% dari populasi,serta menempatiperingkat ke-6 salah satunya adalah dengan menyikat gigi. Dan cara
sebagai penyakit yang paling banyak diderita. menyikat gigi yang benar adalah tepat alat, tepat cara,
tepat waktu, tepat target. Pencegahan terhadap
Sebenarnya anak boleh makan-makanan manis penyakit gigi dan mulut dengan cara menyikat gigi
tetapi setelah itu sesegera mungkin menyikat gigi secara benar, akan lebih mudah dari pada mengobati
sehingga tidak ada lagi sisa makanan yang menempel penyakit gigi dan mulut. Sehingga kesehatan gigi dan
pada gigi. Karies pada anak merupakanpenyebab yang mulut pada anak menjadi lebih baik setelah menyikat
paling sering terjadi pemicunya yaitu kombinasi gigi dengan teratur dan dengan cara yang benar serta
faktor jenis makanan anak, lamanya sisa makanan di waktu yang tepat (Sariningsih, 2012 ; Erwana, 2013).
mulut, dan cara pembersihan mulut (Mustaida, 2008).
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga 1.2.1 Tujuan Penelitian
(SKRT,2009). Prevalansi karies gigi di Indonesia 1.2.2 Tujuan Umum
mencapai 89%, menurut data dari pengurus besar Diketahui hubungan cara menggosok gigi dengan
PDGI (Persatuan Dokter Gigi Indonesia)menyebutkan kejadian karies gigi di TK Kartika II-31
bahwa sedikitnya 89% penderita gigi berlubang Kelurahan Segalamider Kecamatan Langkapura
adalah anak-anak dibawah usia 12 tahun. Bandar Lampung Tahun 2014.
Prevalansi karies gigi di Provinsi Lampung 1.2.3 Tujuan Khusus
mencapai 93,3%, (Profil Kesehatan Provinsi
1.2.3.1 Diketahui distribusi frekuensi karies gigi di
Lampung, 2010). Berdasarkan data Dinas Kesehatan
Kota Bandar Lampung Tahun 2013 menunjukkan TK Kartika II-31 Kelurahan Segalamider
bahwa dari 28 puskesmas yang berada di kota Bandar KecamatanLangkapura Bandar Lampung
Lampung terdapat persentasi karies gigi tertinggi di Tahun 2014.
Puskesmas Segalamider yaitu sebesar 90,1%. 1.2.3.2 Diketahui distribusi frekuensi cara
menggosok gigi di TK Kartika II31
Berdasarkan prasurvei yang dilakukan peneliti di
Kelurahan Segalamider
7 TK yang berada di Kecamatan Langkapura didapat
persentasi karies gigi di TK Tut Wuri Handayani KecamatanLangkapura Bandar Lampung
67%, TK Dwi Karsa 70%, TK Aisyiah II 71 %,TK Tahun 2014.
Salsabila 73% dari 35 murid, TK Mutiara Bangsaku 1.2.3.3 Diketahui hubungan cara menggosok gigi
74%, TK IT Ulul Ilmi 76%, TK Kartika II-31 80%, terhadap kejadian karies gigi di TK Kartika
maka persentasi yang tertinggi terdapat di TK Kartika II-31Kelurahan Segalamider
II-31. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian KecamatanLangkapura Bandar Lampung
ini di TK Kartika II-31 Kelurahan Segalamider
Tahun 2014.
Kecamatan Langkapura. Dan hasil wawancara dari 10
orang tua murid TK Kartika II-31 tujuh diantaranya
mengatakan kurang memperhatikan tentang cara 1.3 Manfaat Penelitian
menggosok gigi pada anaknya dan tiga diantaranya 1.3.1 Bagi Institusi
mengatakan cukup dengan memperhatikan tentang Sebagai bahan refrensi untuk menambah
cara menggosok gigi pada anaknya. informasi tentang hubungan cara menggosok gigi
dengan kejadian karies gigi pada anak TK.
Berdasarkan latar belakang dan alasan diatas
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan 1.3.2 Bagi TK Kartika
judul Hubungan Cara Menggosok Gigi Terhadap Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
Kejadian Karies Gigi di TK Kartika II-31 bahan informasi bagi guru di TK Kartika II-31
KelurahanSegalamider Kecamatan Langkapura Kelurahan Segalamider Kecamatan Langkapura untuk
Bandar Lampung Tahun 2014. mensosialisasikan hubungan cara menggosok gigi
dengan kejadian karies gigi.
1.2 Rumusan Masalah
1.3.3 Bagi Dunia Keperawatan
Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas, Sebagai sumber informasi dan manambah
maka timbul masalah yaitu Tingginya angka wawasan didalam bidang kesehatan gigi, tentang cara
kejadian karies gigi sehingga rumusan masalah dari menggosok gigi yang baik untuk mencegah terjadinya
peneliti ini adalah Adakah Hubungan Cara karies gigi pada anak.
Menggosok Gigi Terhadap Kejadian Karies Gigi di
TK Kartika II-31 Kelurahan Segalamider Kecamatan 1.3.4 Bagi Peneliti dan Peneliti Selanjutnya
Langkapura Bandar Lampung Tahun 2014. Diharapkan bisa menjadi bahan masukkan
dalam meningkatkan pengetahuan bagi peneliti

4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
tentang cara menggosok gigi dengan kejadian karies Karies gigi menurut teori kimia parasit Enzim
gigi dan sebagai bahan masukkan dalam melakukan dalam air ludah seperti amilase, maltose akan
penelitian yang akan datang yang berkaitan dengan mengubah polisakarida menjadi glukose dan
penelitian ini. maltose. Glokosa akan menguraikan enzim-
enzim yang dikeluarkan oleh mikroorganisme
1.4 Ruang Lingkup (laktobasilus dan streptokokus), sehingga akan
menghasilkan asam susu serta asam laktak,
Penelitian ini bersifat analitik yang merupakan tendensi terjadinya karies gigi semakin
bagian dari penelitian ilmu keperawatan. Sasaran meningkat karena sisa makanan membnetuk plak
pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas B5 yang kemudian menghasilkan asam dengan pH
dan B6 di TK Kartika II-31 Kelurahan dibawah 5,5 maka terjadila kerusakan email gigi
Segalamider Kecamatan Langkapura Kota sebagai tahap awal munculnya lesi karies atau
Bandar Lampung dan penelitian ini dilaksanakan gigi berlubang (Sariningsih, 2012).
dengan
Gambar 2.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Alur proses terjadinya karies gigi

2.1 Karies Gigi Proses demineralisasi email menjadi kropos

2.1.1 Pengertian Karies Gigi

Karies gigi adalah proses patologis karies Terjadi gigi berlubang


gigi, berupa kerusakan yang terbatas pada jaringan
gigi, mulai dari enamel sampai dentin (Sariningsih, Keterangan :
2012).
Terjadinya proses karies gigi ini dikarenakan adanya
Karies gigi adalah suatu proses koronis regresif proses demineralisasidan remineralisasi,
yang dimulai dengan larutnya mineral email demineralisasi adalah proses hilang sebagian mineral
sebagai akibat terganggunya keseimbangan email dari struktur gigi, sedangakan proses remineralisasi
dan sekelilingnya yang disebabkan oleh adalah proses penggantian mineral yang hilang pada
pembentukan asam oleh mikroorganisme struktur gigi. Sehingga proses kerusakan gigi dapat
sehingga timbul destruksi komponen-komponen terjadi apabila proses demineralisasi lebih besar dari
organik yang akhirnya terjadi karies (Machfoedz, pada proses remineralisasi (Sariningsih, 2012).
& Zein, 2005).
2.1.3 Faktor factor yang menyebabkan
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan terjadinya Karies Gigi
keras gigi, yaitu email dentin dan sementum
yangdisebabkan oleh aktifitas mikroorganisme Menurut Mansjoer (2001), Erwana (2013), dan
dalam karbohidrat yang diragikan (Pratiwi, Sariningsih (2012) faktor-faktor yang memungkinkan
2009). terjadinya karies gigi yaitu :

Jadi karies gigi adalah kerusakan yang terbatas 2.1.3.1.1 Faktor utama penyebab karies gigi:
pada jaringan gigi yang dimulai dengan larutnya a. Bakteri
mineral email sampai dentin yang disebabkan Sifat karsinogenik ini berkaitan dengan
oleh mikroorganisme dan sisa makanan terutama kemampuan untuk membentuk asam dari subtrat,
karbohidrat. menghasilkan kondisi dengan pH rendah < 5,
bertahan hidup dan memproduksi asam terus menerus
2.1.2 Proses terjadinya Karies Gigi pada kondisi dengan pH yang rendah, melekat pada
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
permukaan licin gigi dan menghasilkan polisakarida menyeluruh dalam waktu singkat. pH saliva normal,
tidak larut dalam saliva dan cairan dari makanan guna sedikit asam yaitu 6,5. Secara mekanis saliva
membentuk plak. berfungsi untuk membasahi rongga mulut dan
makanan yang dikunyah. pH (keasaman) di dalam
Bakteri yang sering mengakibatkan karies yaitu mulut jika nilai 0 mempunyai warna biru (pH 6,1),
Streptococcus mutans atau kuman yang mengeluarkan nilai 1 mempunyai warna hijau (pH 5,4), nilai 2
toxin yang tidak dapat dilihat oleh mata biasa. mempunyai warna hijau kekuningan (pH 4,7), dan
Streptococcus berperan dalam proses awal karies nilai 3 mempunyai warna kuning (pH 4,0).
yaitu lebih dulu masuk lapisan luar email. Selanjutnya
lactobacilus mengambil alih peranan pada karies yang d. Kebersihan mulut dan plak
lebih merusak gigi.Mikroorganisme menempel di gigi Kebersihan mulut yang buruk akan
bersama plak. Plak terdiri darimikroorganisme dan mengakibatkan prosentase karies lebih tinggi. Plak
bahan antar sel. Plak akan tumbuh bila adasisa-sisa merupakan lapisan lunak yang tidak berwarna,melekat
makanan yang terselip pada gigi dan gusi terutama dengan erat pada permukaan gigi,tambalan atau
makanan yang mengandung karbohidrat dan lengket karang gigi. Plak ini berisikan air, bakteri, lekosit,
seperti permen, coklat, biskuit, dan lain-lain. bahan kimia yang berasal dari ludah dan sisa-sisa
makanan.
b. Morfologi gigi
Daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat e. Makanan yang dikonsumsi
mungkin diserang karies. Daerah-daerah itu antara Konsumsimakanan manispada waktu senggang
lain : atau diantara jam makan akan lebih berbahaya dari
pada saat waktu makan utama. Frekuensi makan
1) Permukaan oklusal gigi tetap memiliki fisura makanan manis serta minuman manisyang berlebihan
(lekukan) yang bermacam - macam dengan tidak hanya menimbulkan erosi, dan dapat
kedalaman beragam. Lekukan gigi sulung yang menyebabkan kerusakan gigi atau karies gigi. Ada
dalam lebih mudah terkena karies gigi. beberapa makanan yang memiliki fungsi secara
2) Permukaan halus merupakan permukaan fasilat mekanis dapat membersihkan gigi atau merupakan
gosok gigi alami dan akan mengurangi kerusakan gigi
dan permukaan lingual gigi sulung yang
antara lain apel, jambu air, bengkuang, sayur-sayuran,
mempunyai bentuk khas berbeda dengan gigi dan lain sebagainya. Sebaliknya makanan lunak dan
tetap. Permukaan tersebut di daerah tengah lengket seperti coklat, permen, biskuit, dan lainnya
panjang gigi lebih menonjol dan daerah servikal akan mudah merusak gigi.
relatif lebih masuk ke dalam. Hal demikian
memudahkan terjadinya deposisi makanan 2.1.3.2 Faktor lain penyebab karies gigi :
didaerah itu yang sulit dibersihkan. a. Usia
3) Gigi geligi berjejal (maloklusi) dan saling Menurut Kadarhadi (2012) dalam barbara
mengatakan sejalan dengan pertambahan usia
tumpang tindih (over lapping) akan mendukung
seseorang, jumlah kariespun akan bertambah. Anak-
terjadinya karies, karena daerah tersebut sulit di anak dan orang lanjut usia rentan untuk mengalami
bersihkan. Anak yang mengalami maloklusi karies gigi. Anak-anak disamping memiliki
memiliki gigi atau rahang yang tidak teratur. kegemaran makan makanan manis juga karena
orangtua kurang memperdulikan kebiasaan untuk
c. Derajat keasaman saliva menyikat gigi. Sedangkan pada lanjut usia biasanya
Saliva berperan dalam menjaga gigi. Karena memiliki kesulitan dalam menyikat gigi dengan
saliva merupakan pertahanan pertama terhadap karies, bersih.
ini terbukti pada penderitaXerostomia (produksi ludah
b. Cara menggosok gigi
yang kurang) dimana akan timbul kerusakan gigi

6
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
Menggosok gigi adalah cara yang umum 5. Karies botol karies yang sering ditemukan pada
dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada anak kecil yang sering terjadi akibat minum
permukaan gigi dan gusi. Percuma jika menggosok cairan yang kaya akan sukrosa atau karbohidrat
gigi berkali-kali dalam sehari tetapi caranya salah.
yang mudah difermentasi, seperti susu, jus buah,
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menggosok
gigi adalah bulu sikat gigi, sikat gigi, pasta gigi, dan sirup, dengan menggunakan botol susu dalam
frekuensi mengganti sikat gigi, menjaga kebersihan waktu yang cukup lama terutama pada waktu
sikat gigi, dan lamanya menggosok gigi. tidur.

c. Pengetahuan, sikap dan perilaku 2.1.5 Manifestasi Klinis Karies Gigi


Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi Menurut Mansjoer (2001) gambaran klinis karies
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu gigisebagai berikut :
objek tertentu (Notoatmodjo, 2003).Kesadaran, sikap,
dan perilaku individu terhadap pemeliharaan 1. Lesi dini atau lesi bercak/coklat (karies insiden)
kesehatan gigi akan berpengaruh terhadap kejadian 2. Lesi lanjut (lesi yang telah mengalami kavitas)
karies.

d. Jenis kelamin Gejala paling dini karies email secara


makroskopik adalah suatu bercak putih. Bercak ini
Penelitian menunjukan fluktuasi hormon yang
jelas terlihat pada gigi cabutan yang kering yang
terjadi di dalam tubuh perempuan terutama menjelang
tampak sebagai suatu lesi kecil, opak dan merupakan
menstruasi bisa mempengaruhi kesehatan mulut ,
daerah berwarna putih, terletak sedikit ke arah serviks
salah satunya adalah membuat gusi lebih sensitif. Para
dari titik kontak. Warna tampak berbeda
peneliti dari case western reserve university
dibandingkan email di sekitarnya yang masih sehat.
melaporkan meskipun perempuan cendrung
Pada tahap ini, deteksi dengan sonde tidak dapat
melakukan praktik kesehatan mulut dan gigi yang
dilakukan karena email yang mengelilinginya masih
lebih baik ketimbang laki-laki, tapi mereka tetap
keras dan mengkilap. Kadang-kadang lesi tampak
memiliki resiko lebih besar mengalami gigi berlubang
coklat karena materi yang terserap ke dalam pori-
akibat fluktuasi hormon ini (Bararah, 2012)
porinya. Bercak putih maupun coklat bisa bertahan
2.1.4 Klasifikasi Karies Gigi bertahun-tahun lamanya karena perkembangan lesi
tersebut dapat dicegah. Jika lesi email sempat
Menurut (Sariningsih 21012) klasifikasi
berkembang, permukaan yang semula utuh akan
karies gigi adalah sebagai berikut :
pecah (kavitasi) dan akan terbentuk lubang (kavitas).
1. Karies superficialis yaitu dimana karies baru Untuk menemukan tanda awal karies diperlukan
penglihatan yang tajam. Biasanya pemeriksaan
mengenai email saja, sedang dentin belum dilakukan dengan sonde tajam sampai terasa
terbuka. menyangkut. Sebaiknya hal ini jangan dilakukan
2. Karies media yaitu dimana karies sudah karena sonde tajam akan merusak lesi karies yang
mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah masih baru dan bakteri akan terbawa dalam lesi
dentin. sehingga kariesnya menyebar.
3. Karies propunda yaitu dimana karies sudah
2.1.6 Pencegahan Karies Gigi
mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-
Menurut Sariningsih (2012), mencegah karies gigi
kadang sudah mengenai pulpa. dengan cara :
4. Karies rampan/parah yaitu karies yang terjadi
secara akut/cepat, menyerang banyak atau semua 1. Bayi dan balita tidak tidur dengan botol susu
gigi pada daerah yang rentan terhadap karies. dalam mulut.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
2. Apabila minum atau makan makanan yang manis pada waktu anak berusia 3 tahun. Gigi sulung tersebut
sesudahnya berkumur denga air atau menyikat akan digunakan anak hingga usia 6 tahun untuk gigi
gigi. seri tengah baik dirahang bawah maupun dirahang
atas. Kemudian gigi seri tengah dirahang bawah akan
3. Menggunakan CPP-ACP (Casein phospho
goyang disusul dengan goyangnya gigi seri tengah
peptides-amorphous calcium phosphate) untuk dirahang atas. Selanjutnya gigi sulung akan lepas dan
remineralisasi lesi karies awal. diganti dengan tumbuhnya gigi permanen pengganti
4. Menggunakan topical fluoride. (Soetjiningsih, 1995 ; Sariningsih, 2012)
5. Mencegah terjadinya plak bakteri.
6. Mencegah debris (sisa) makanan yang berada 2.2.3 Perkembangan anak pra sekolah
dalam mulut dan menempel pada permukaan gigi Menurut Suriadi dan Yuliani (2006)
perkembangan anak prasekolah terdiri dari
atau disela-sela gigi dengan cara menyikat gigi
perkembangan preoprasional dan perkembangan
dan berkumur dengan air. sosioemosional.
7. Mengunyah keju atau mengunyah permen karet
yang mengandung xylitol sesudah makan 2.2.3.1 Perkembangan Preoprasional
makanan yang mengandung karbohidrat. Perkembangan kognisi pada masa pra sekolah adalah :
Perkembangan preoprasional, dengan ciri-ciri :
2.2 Pertumbuhan gigi anak pra sekolah
a. Penggunaan simbol-simbol tapi tidak dapat
2.2.1 Anak pra sekolah
Menurut Wong (2008), dalam anak pra berfikir logis. Misalkan anak menggunakan
sekolah adalah anak yang mempunyai rentang usia benda-benda untuk menggambarkan sesuatu.
tiga sampai enam tahun, dimana memiliki b. Memahami identitas, yaitu anak mulai
karakteristik tersendiri dalam setiap pertumbuhan dan memahami bahwa perubahan permukaan tidak
perkembangannya. berubah bentuk asal suatu objek.
c. Memahami sebab akibat secara sederhana.
2.2.2 Pertumbuhan Gigi anak pra sekolah
d. Mampu mengelompokkan objek, orang, dan
Sepanjang hidup, setiap orang mengalami 2 kali kejadian menjadi memiliki arti/makna.
masa/periode pertumbuhan gigi : e. Memahami angka-angka. Anak dapat menghitung
Pertama : Periode pertumbuhan gigi sulung, dan memahami jumlah.
usia 0-30 bulan. Periode gigi sulung sampai usia 6 f. Mampu merasakan apa yang dirasakan orang lain
tahun, kemudian gigi sulung mulai tanggal dan (empati).
diganti dengan gigi permanen .
2.2.3.2 Perkembangan Sosioemosional
Kedua : Periode pertumbuhan gigi tetap, usia 6-
a. pertumbuhan emosi. Pada masa ini
12 tahun. Periode ini juga disebut periode gigi
anak dapat mengatakan apa yang sedang dirasakan
campuran karena ada 2 macam gigi yaitu gigi sulung
dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain.
dan gigi permanen didalam rahang anak.
Selain itu emosi malu dan bangga mulai berkambang
karna anak mulai mendapatkan kesadaran tentang
Cara mengetahui pertumbuhan gigi adalah dirinya.
dengan melihat bagian gusi ditempat gigi yang akan b. Harga diri (self esteem) pada masa
tumbuh. Apabila terlihat gusi menonjol atau ada ini masih bersifat global, seperti saya baik atau
warna putih dari gigi, maka gigi akan tumbuh. Pada saya jahat. Tingkah laku orang tua secara sportif
anak berusia 2 tahun lebih, biasanya seluruh gigi akan meningkatkan harga diri anak. Semakin tinggi
sulung yang berjumlah 20 buah sudah tumbuh. harga diri, semakin anak termotifasi untuk mencapai
Pembentukan akar gigi geraham kedua sulung selesai sesuatu. Sebaliknya jika anak mengalami kegagalan,

8
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
anak akan memandang kegagalan sebagai pukulan teknik menggosok gigi dan sejumlah anak tidak
baginya dan merasa tidak memiliki kemampuan untuk mempunyai ketrampilan untuk itu, khususnya terjadi
melakukan sesuatu dengan lebih baik.untuk pada anak kecil dibawah 6 tahun. Hal ini harus dilatih
menghindari hal ini, orang tua dan guru memberikan sejak dini, namun jika anak belum bisa menggosok
umpan balik yang tidak bersifat mengkritik. gigi dengan baik, maka orangtua harus membantu
untuk menggosok gigi dengan menggunakan sikat
c. Bermain interaksi dengan teman gigi yang berbulu lembut dan pasta gigi yang
sebaya pada masa ini terjadi dengan bermain. mengandung fluoride sebanyak ukuran kacang polong
Bermain adalah aktifitas yang menyenangkan dengan sampai selesai secara sempurna (Ratih, 2008).
cara masing-masing anak sesuai tahapan pertumbuhan
dan perkembangannya. 2.3.2 Metode Menggosok Gigi
Menggosok gigi harus dilakukan secara
2.3 Menggosok Gigi sistematis, tidak ada sisa makanan tertinggal. Caranya
2.3.1 Pengertian Menggosok Gigi menggosok mulai dari gigi belakang kanan/kiri
Menggosok gigi adalah cara yang umum digerakan ke arah depan dan berakhir pada gigi
dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada belakang kanan/kiri dari sisi lainnya. Dikenal
permukaan gigi dan gusi. Jenis makanan yang beberapa macam metode menggosok gigi menurut
mengandung glukosa atau manis sangat berbahaya (Sariningsih, 2012) yaitu :
bagi kesehatan gigi anak. Umumnya sisa makanan
dan susu juga sering lama mengendap berada didalam 1. Scrub
mulut sampai tanpa sempat terbersihkan, selain itu Menggerakkansikat gigi secara horisontal. Ujung
anak-anak sering mengalami kesulitan dalam bulu sikat diletakkan pada area batas gusi dan gigi,
menggosok gigi. Karena itu dibutuhkan kesabaran dan kemudian digerakkan maju dan mundur berulang-
perhatian orang tua dalam menyikapi hal ini, ulang.
mengingat pentingnya pertahanan gigi susu sampai
masanya harus tanggal (Pratiwi, 2009). 2. Roll
Menggerakanmemutar mulai dari permukaan
Gigi adalah jaringan tubuh yang paling kunyah gigi belakang, gusi dan seluruh permukaan
keras dibanding yang lainnya. Struktur berlapis- gigi sisanya. Bulu sikat diletakkan pada area batas
lapis mulai dari email yang amat keras, dentin gusi dan gigi dengan posisi paralel dengan sumbu
didalam pulpa yang berisi pembuluh darah dan tegaknya gigi.
bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun
demikian gigi merupakan jaringan tubuh yang 3. Bass
mudah sekali mengalami kerusakan. Ini terjadi Meletakkan bulu sikatnya pada area batas gusi
ketika gigi tidak memperoleh parawatan dan gigi sambil membentuk sudut 45 derajat dengan
semestinya. Salah satu cara untuk menjaga sumbu tegak gigi. Sikat gigi di gerakkan di tempat
kesehatan gigi adalah dengan menggosok gigi. tanpa mengubah-ubah posisi bulu sikat.
Dengan menggosok gigi, kebersihan gigi dan
mulut pun akan terjaga, selain itu dapat 4. Stillman
menghindari terbentuknya lubang-lubang gigi Menekanbulusikat dari arah gusi ke gigi secara
dan penyakit gigi dan gusi (Priyatna, 2013). berulang. Setelahsampai di permukaan kunyah, bulu
sikat digerakkanmemutar, bulu sikat diletakkan pada
Pada anak prasekolah biasanya menggosok gigi area batas gusi dangigi sambil membentuk sudut 45
tidak dilakukan dengan efisien. Dalam mengajar anak derajat dengan sumbutegak gigi seperti pada metode
untuk menggosok gigiharuslah memberi intruksi dan bass.
mendorong semangat anak untuk mengeluarkan
semua debris dan plak dari semua permukaan gigi 5. Fones
yang dapat dijangkau. Tidak mudah untuk menguasai
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
Metode gerakan sikat secara horisontal, 10. Sikatlah permukaan gigi depan rahang atas yang
sementaragigi ditahan pada posisi mengigit dan menghadap langit-langit dengan arah sikat keluar
okulasi. Gerakandilakukan memutar dan mengenai dari rongga mulut.
seluruh permukaan gigiatas dan bawah.
11. Sikatlah permukaan gigi belakang rahang atas
6. Flossing (benang gigi) yang menghadap langit-langit dengan gerakan
Melingkarkan benang gigi di sekeliling gigi memutar (roll).
berbentuk huruf C dan menggeserkannya pada
permukaangigi dari arah garis gusi keluar sampai tiga 2.3.3.1 Waktu dan Frekuensi Menggosok Gigi
kali per-gigi ulangi pada gigi sebelahnya. Menggosok gigi, setelah makan dan sebelum
tidur adalah kegiatan rutin sehari-hari. Tujuannya
2.3.3 Cara menggosok gigi yang benar untuk memperoleh kesehatan gigi dan mulut yang
Menurut Sariningsih, (2012) cara menggosok gigi sehat. Frekuensi menggosok gigi maksimal 3x sehari
yang benar adalah : (setelah makan pagi, makan siang dan sebelum tidur
malam), atau minimal 2x sehari (setelah makan pagi
1. Setiap orang harus mempunyai sikat gigi sendiri dan sebelum tidur malam), dan menggosok gigi anak
supaya tidak tertular penyakit minimal 2 menit. Menggosok gigi sebelum tidur
2. Sikat gigi anak untuk anak-anak, sikat gigi dikarenakan pada waktu tidur, air ludah berkurang
dewasa untuk orang dewasa sehingga asam yang dihasilkan oleh plak akan
3. Menggosok gigi sesudah makan dan sebelum menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk
merusak gigi tentunya menjadi lebih besar.Gigi juga
tidur malam hari.
harus disikat pada waktu pagi hari, sesudah sarapan
4. Siapkan sikat gigi yang kering dan pasta yang pagi. Idealnya, sarapan pagi dilakukan sebelum
mengandung flour, banyaknya pasta gigi sebesar beraktivitas dan dilanjutkan dengan menyikat gigi.
sebutir kacang polong. Sehingga kondisi mulut tetap bersih sampai makan
5. Kumur-kumurlah dengan air sebelum menyikat siang (Sariningsih, 2012).
gigi.
2.3.3.2 Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam
6. Pertama-tama rahang bawah dimajukan kedepan
Menggosok Gigi
sehingga gigi-gigi rahang bawah dan gigi-gigi
Menurut Pratiwi (2009) dan Sariningsih
atas merupakan sebuah bidang datar. Kemudian
(2012) bahwa menggosok gigi adalah cara yang
sikatlah gigi-gigi rahang atas dan gigi-gigi rahang umum dianjurkan untuk membersihkan sisa makanan
bawah dengan gerakan ke atas ke bawah pada permukaan gigi dan gusi. Hal-hal yang harus
(horizontal). diperhatikan untuk menggosok gigi adalah
7. Sikatlah semua dataran pengunyah gigi atas dan kelembutan bulu sikat gigi, sika gigi, pasta gigi,
gigi bawah dengan gerakan maju mundur dan frekuensi mengganti sikat gigi, menjaga kebersihan
pendek-pendek. Menyikat gigi-gigi sedikitnya 8 sikat gigi dan menggosok gigi anak minimal 2 menit.
kali gerakan untuk setiap permukaan gigi. a. Kelembutan bulu sikat gigi
8. Sikatlah permukaan gigi depan rahang bawah Bahan yang digunakan untuk sikat gigi, yaitu
yang menghadap lidah dengan arah sikat keluar bahan sintesis seperti nilon.Tetapi kini,sikat gigi
dari rongga mulut. umumnya dibuat dengan bahan sintetik. Bahan
9. Sikatlah permukaan gigi belakang rahang bawah sintetik lebih unggul dalam keseragaman ukuran,
yang menghadap lidah dengan gerakan memutar elastisitas,daya tahan terhadap kepatahan dan
(roll). dorongan air.Dalam hal ini, bulu sikat yang lembut
telah dianjurkanpemakaiannya karena fleksibel dan

10
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
efektif membersihkanlekukan dan daerah yang sulit abrasif atau mengikis gigi terutama yang
terjangkau. menggunakan bahan sodium pyrophosphate.
Sehingga sangat diperlukan teknik penyikatan
b. Sikat gigi
gigi yang benar dan tepat.
Sikat gigi adalah alat untuk membersihkan gigi
yangberbentuk sikat kecil dengan pegangan. Banyak 3. Pasta gigi desensitizing merupakan pasta gigi
jenis danragam sikat gigi yang dijual di pasaran, dari yang cocok digunakan pada gigi yang sering
yang manualmaupun yang elektrik. Sikat gigi elektrik merasa linu atau sensitif. Pasta gigi ini ada dua
dianjurkan bagiorang lanjut usia, anak-anak, jenis, ada yang bekerja dengan cara menutup
keterbelakangan mental, cacatfisik dan seseorang tubulus dentin, biasanya mengandungbahan
yang menggunakan alat gigi.Dalam memilih sikat gigi strotium chloride. Ada pula jenis pasta gigi yang
yang tepat sebaiknya danyang terpenting adalah bulu
bekerja dengan meningkatkan ambang rasa sakit
sikat dan lebar kepala sikatsupaya dapat menjangkau
daerah-daerah gigi bagianbelakang.Kepala sikat gigi pada syaraf gigi yang menggunakan bahan
yang berukuran kecil sehingga dapat digunakan potassium nitrate. Namun apabila gigi linu
dengan baik dalam rongga mulut dapat menjangkau karena berlubang maka sebaiknya perawatan
seluruh bagian gigi dengan baik termasuk yang paling yang harus dilakukan adalah penambalan gigi
sulit dijangkau yaitu gigi paling belakang. Bagi orang bukan dengan menggunakan pasta gigi ini, karena
dewasa, panjang kepala sikat 2,5cm sedangkan anak- lubang gigi akan tetap bertambah dalam sampai
anak 1,5cm, panjang bulu sikat hendaknya sama.
kejaringan pulpa dan bisa menimbulkan infeksi
Tekstur pun hendaknyamemungkinkan digunakan
dengan efektif, tanpa merusak jaringan. Gagang sikat bagi gigi tersebut.
harus cukup lebar dan tebal serta tidak licin agar d. Frekuensi mengganti sikat gigi
dapatdipegang kuat dan dikontrol dengan baik. Apabila bulu sikat gigi sudah mekar alias rusak
ataupun sikat gigi sudah berusia 3 bulan, maka sikat
c. Pasta gigi gigi tersebut akan kehilangan kemampuannya untuk
Pasta gigi adalah sejenis pasta yang digunakan membersihkan gigi dengan baik.
untukmembersihkan gigi. Pilih pasta gigi yang
mengandungflouride yang dapat berfungsi untuk e. Menjaga kebersihan sikat gigi
menjaga gigi agar tidakberlubang. Berikut ini jenis- Sikat gigi biasa menjadi perkembang biakan
jenis pasta gigi yang memiliki fungsi khusus : kuman dan jamur. Setiap selesai menyikat gigi selalu
bersihkan sikat gigi dengan cara mengocoknya
1. Pasta gigi antitartar merupakan pasta gigi yang dengan kencang didalam gelas berisi air, atau dibilas
bermanfaat bagi yang sangat cepat pembentukan dibawah aliran air.
karang giginya. Pasta gigi ini mengandung bahan
f. Menggosok gigi anak minimal 2 menit
abrasif untuk mencegah pembentukkan karang
Menyikat gigi yang terlalu cepat tidak akan
gigi, bukan untuk menghilangkannya. Satu-
efektif membersihkan plak, menyikat gigi yang tepat
satunya cara untuk menghilangkan karang gigi membutuhkan waktu minimal 2 menit.
yaitu dengan melakukan perawatan skeling.
Sebelum menggunakan pasta gigi antitartar 2.4 Penelitian Terkait
konsultasikan dengan dokter gigi karena beberapa Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan,
orang bisa sensitif dengan bahan yang terkandung antara lain :
didalam pasta gigi ini.
2.4.3.1 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
2. Pasta gigi pemutih hanya bisa menghilangkan
Barbara (2013), tentang hubungan frekuensi
noda yang ada dipermukaan gigi saja misalnya
konsumsi makanan kariogenik dengan
akibat rokok, teh atau kopi. Pasta gigi ini bersifat
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
kejadian karies gigi di SD Negeri 1 Raja beresiko 12%. Variabel kebiasaan
Basa Bandar Lampung. Berdasarkan hasil menggosok gigi sebagian besar responden
penelitian didapatkan distribusi frekuensi berada dalam kategori kebiasaan
karies pada anak, anak dengan karies menggosok gigi beresiko 90%, dan kategori
sebanyak 105 responden (88,2%), tidak beresiko 10%. Berdasarkan uji
sedangkan frekuensi yang tidak karies statistic didapatkan hasil p-value untuk
sebanyak 14 anak (11,8). Dan kategori anak hubungan anatara konsumsi makanan
dengan frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian penyakit karies
kariogenik sering sebanyak 78 responden gigi sebesar 0,023, dan p-value untuk
(65,5%), konsumsi makanan kariogenik hubungan kebiasaan menggosok gigi
jarang sebanyak 41 orang (34,5%), hasil uji dengan penyakit karies gigi sebesar 0,035.
statistik terdapat ada hubungan frekuensi
konsumsi makanan kariogenik dengan 2.5 Kerangka Teori
kejadian karies gigi pada anak nilai, dengan Menurut Notoatmodjo (2010), kerangka teori
p-value = 0,000 (p-value <0,05), serta pada dasarnya adalah hubungan antara konsep yang
diperoleh nilai OR :15,274. ingin diamati dan diukur melalui penelitian-penelitian
yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini dapat
2.4.3.2 Menurut penelitian yang dilakukan oleh
digambarkan sebagai berikut :
Saputra (2012), tentang hubungan
pengetahuan ibu tentang cara memelihara
kebersihan gigi dengan kejadian karies gigi Gambar 2.2 Kerangka Teori
pada anak prasekolah di TK RA.AN NUR
Kec.sungkai utara lampung
Faktor utama penyebab karies
utara.berdasarkan. berdasarkan uni variate gigi :
diperoleh 79 orang (54,1%) mereka dengan
pengetahuan ibu baik dan 67 orang 1. Bakteri
2. Morfologi gigi
(45,89%) mereka dengan pengetahuan 3. Derajat keasaman saliva
kurang baik. Sedangkan hasil bivariate tidak 4. Kebersihan mulut dan plak
ada hubungan antara pengetahuan ibu 5. Makanan yang dikonsumsi
Kejadian
dengan kejadian karies gigi pada anak
karies gigi
prasekolah dengan nilai p-value 0,312. Faktor lain penyebab karies gigi
2.4.3.3 Menurut penelitian yang dilakukan oleh :
Sumarti (2007), tentang hubungan antara 1. Usia
Konsumsi Makanan Kariogenik Dan 2. Cara menggosok gigi
3. Pengetahuan, sikap dan
Kebiasaan Menggosok Gigi dengan prilaku
timbulnya penyakit Karies Gigi sulung pada 4. Jenis kelamin
anak pra sekolah usia 4-6 tahun didesa
sekeran Kecamatan Gunung Pati Semarang. Sumber : Mansjoer (2001), Sariningsih (2012),
Berdasarkan hasil penelitian didapatakan Erwana (2013)
bahwa sebagian besar responden berada
dalam kategori konsumsi makanan 2.6 Kerangka Konsep
kariogenik beresiko 88%, dan ketegori tidak Kerangka konsep pada dasarnya adalah
hubungan antara konsep-konsep yang ingin

12
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
diamati dan diukur melalui penelitian- Bandar Lampung Tahun 2014pada tanggal 21 Mei
penelitian yang akan dilakukan 2014.
(Notoatmodjo, 2010). Berdasarkan tinjauan di
atas, maka penulis membuat kerangka konsep 3.3 Rancangan penelitian
sebagai berikut : Rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analitik observasional dengan
menggunakan pendekatan secara cross sectional,
Gambar 2.3 Kerangka Konsep yaitu suatu penelitian yang mengumpulkan variable
bebas dan variable terikat pada waktu yang bersamaan
Variabel Independen (X) Variabel Dependen (Y) (Notoatmodjo, 2010).
Cara Menggosok Kejadian Karies
Gigi Gigi 3.4 Subjek penelitian
3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek
2.6 Hipotesis penelitian yang diteliti (Notoatmodjo,
Hipotesis penelitian adalah suatu jawaban yang 2010).Populasi dalam penelitian ini adalah siswa
bersifat sementara terhadap permasalahan kelas B5 dan B6 di TK Kartika II-31 Kelurahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang Segalamider KecamatanLangkapura Bandar
terkumpul (Notoadmodjo, 2010).Hipotesis dari Lampung yang berjumlah 55 siswa.
penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.4.2 Sampel
Ha : Ada hubungan cara menggosok gigi dengan Sampel merupakan keseluruhan objek
kejadian karies gigi pada anak TK Kartika II-31 yang di teliti dan dianggap mewakili seluruh
Kelurahan Segalamider KecamatanLangkapura populasi (Notoatmodjo, 2010), pengambilan
Bandar Lampung Tahun 2014. sampel pada penelitian ini adalah menggunakan
total sampling, total sampling merupakan cara
Ho : Tidak ada hubungan cara menggosok gigi pengumpulan sampel berdasarkan jumlah
dengan kejadian karies gigi pada anak TK populasi, dan sampel pada penelitian ini adalah
Kartika II-31 Kelurahan Segalamider siswa kelas B5 dan B6 di TK Kartika II-31
KecamatanLangkapura Bandar Lampung Tahun Kelurahan Segalamider yang berjumlah 55 siswa.
2014. Peneliti mengambil sampel pada kelas B5 dan B6
dengan pertimbangan usia yang rentan terkena
BAB III karies gigi yaitu 4-6 tahun.
METODOLOGI PENELITIAN 3.5 Variabel Penelitian
3.1 Jenis Penelitian 3.5.1Variabel Independen
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif yaitu
penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan Variabel independen (X) dalam penelitian ini
mengapa suatu fenomena itu terjadi, kemudian adalah cara menggosok gigi.
melakukan analisis korelasi antar fenomena tersebut
(Notoatmodjo, 2010). 3.5.2 Variabel Dependen

3.2 Waktu Dan Tempat Penelitian Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini
adalah kejadian karies gigi.
Penelitian ini dilakukan diTK Kartika II-31
Kelurahan Segalamider KecamatanLangkapura
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

3.6 Definisi Operasional

Tabel 3.1

Definisi Operasional Hubungan Cara Mrnggosok Gigi Dengan Kejadian Karies Gigi Di TK Kartika II-
31 Kecamatan Langkapura 2014

Definisi Skala
Variabel Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Dependen Kerusakan yang Lembar observasi 0. Tidak karies : Ordinal
Kejadian terbatas pada observasi bila tidak
karies gigi jaringan gigi terdapat
mulai dari email
lubang pada
hingga menjalar
ke dentin atau gigi atau tidak
tulang gigi ada nya bercak
berwarna
coklat atau
putih pada
gigi.

1. Karies : bila
terdapatlubang
pada gigi atau
ada nya bercak
berwarna
coklat atau
putih pada
gigi.

Independen Merupakan cara Lembar Observasi 0 : Baik jika melakukan Ordinal


Cara membersihkan observasi semua prosedur
menggosok gigi dari sisa- wajib cara
gigi sisa makanan menggosok gigi
atau
membersihkan 1 : Kurang baik
plak permukaan jika tidak melakukan
gigi dan gusi salah satu dari 6
prosedur wajib cara

14
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
menggosok gigi

pengolahan data. Pada penelitian ini, peneliti


3.7 Pengumpulan data memberikan kode sebagai berikut : variabel
independen pemberian kode sesuai jika responden
3.7.1 Alat pengumpul data tidak melakukan salah satu dari 6 prosedur wajib cara
Alat pengumpulan data yang digunakan menggosok gigi maka diberi kode 1=kurang baik, dan
dalam penelitian ini adalah untuk variabel dependen jika responden melakukan semua prosedur wajib cara
dengan menggunakan lembar observasidan untuk menggosok gigi maka diberi kode 0= baik.
hasil ukurnya diberi coding (0) bila tidak terdapat
lubang pada gigi dan bercak berwarna coklat atau Variabel dependen pemberian kode sesuai dengan
putih pada gigi, dan diberi coding (1) bila terdapat hasil observasi masing-masing gigi siswa yaitu jika
lubang pada gigi atau adanya bercak berwarna coklat responden menderita karies maka diberi kode 1 =
atau putih pada gigi. Untuk variabel independen alat karies gigi, dan jika responden tidak menderita karies
ukurnya dengan menggunakan lembar observasi dan maka diberi kode 0 = tidak karies.
untuk hasil ukurnya diberi coding (0) baik jika
melakukan semua prosedur wajib cara menggosok c. Processing
gigi, dan diberi coding (1) kurang baik jika tidak Semua isian data terisi penuh, benar dan sudah
melakukan salah satu dari 6 prosedur wajib cara melewati pengkodean. Setelah itu peneliti melakukan
menggosok gigi. pemprosesan dengan cara mengentri data hasil data ke
paket program komputer.
3.7.2 Teknik pengumpul data
Peneliti mengumpulkan data dengan d. Cleaning
melakukan observasi langsung kepada siswa-siswi Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali
yang melakukan kegiatan menggosok gigi dengan data yang sudah dientry kedalam program komputer
didampingi oleh peneliti yang berguna memberikan agar tidak terdapat kesalahan.
pengarahan terkait dengan hal-hal yang kurang
dipahami oleh responden, kemudian data langsung Analisis Data
dikumpulkan pada hari itu juga.
3.8.1 Analisis Univariat
3.8 Pengolahan data Analisa univariat bertujuan untuk
Setelah data terkumpul melalui observasi, menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap
maka dilakukan tahap pengolahan data, pengolahan variabel penelitian (Notoadmodjo, 2012). Analisa
data dalam penelitian ini dilakukan dengan univariat dalam penelitian ini adalah distribusi
menggunakan program statistik computer dengan frekuensi dari variabel-variabel independen yaitu cara
langkah sebagai berikut : menggosok gigi dengan variabel dependen yaitu
kejadian karies gigi.
a. Editing
Tehnik analisis data yang digunakan guna
Peneliti melakukan pemeriksaan kembali
analisisis univariat, data yang sejenis digabungkan,
terhadap hasil observasi serta penyesuaian data yang
yang kemudian dibuat tabel distribusi frekuensi untuk
diperoleh dengan kebutuhan peneliti.
dipresentasikan.
b. Coding
3.10.2 Analisis Bivariat
Peneliti memberi kode jawaban dengan angka
atau kode sehingga lebih mudah dan sederhana dalam
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
4.1.1.3 Frekuensi Cara Menggosok Gigi
No Frekuensi Cara Frekuensi Persentas
Menggosok Gigi e (%) Tabel 4.2
Distribusi frekuensi cara menggosok
1. Baik 5 9.1 gigiMurid kelas B5 dan B6 di TK Kartika II-
31 Kelurahan Segalamider Bandar Lampung
2. Kurang baik 50 90.9
Tahun 2014
Jumlah 55 100%
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa frekuensi
Uji statistik yang digunakan adalah uji chi cara menggosok gigi pada murid kelas B5 dan B6 TK
square (X ) dimana data data yang sudah di edit Kartika II-31 Kelurahan Segalamider Bandar
diberi kode dan ditabulasikan kemudian dimasukkan Lampung sebagian besar cara menggosok gigi dengan
dan diolah dengan menggunakan komputerisasi frekuensi kurang baik yaitu sebanyak 50 responden
menggunakan rumus chi square. (90,9%), sedangkan cara menggosok gigi yang baik
sebesar 5 responden (9,1%).
Derajat yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu 95% taraf kebebasan dan 0,05 jika p value 4.2.2. Analisa Bivariat
0,05, artinya ada hubungan bermakna secara statistik 4.2.2.2 Hubungan Cara Menggosok Gigi Terhadap
atau Ha diterima dan jika p value> 0, 05 tidak ada Kejadian Karies Gigi pada Anak.
hubungan secara statistik atau Ha di tolak.
Tabel 4.3
BAB IV Hubungan Cara Menggosok Gigi Terhadap Karies
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gigi
No Karies gigi Frekuensi Presentase (%) Cara Karies Gigi
mengg Total p- OR
1 Tidak karies 9 16.4 osok value (95%
Tidak Karies
gigi karies CI)
2 Karies 46 83.6
n % N % n %
Jumlah 55 100% Baik 4 80,0 1 20,0 5 9,1 0,002 36,00
0
Kuran 5 10,0 45 90,0 50 90,9 (3,33
4.1 Hasil Penelitian g Baik 8-
4.1.1 Analisa univariat Total 9 16,4 46 83,6 55 100 388,2
4.1.1.1 Karies Gigi 48)
4.1.1.2
Tabel 4.1 Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa dari 5
Distribusi Karies Gigi Murid kelas B5 dan (9,1%) responden dengan cara menggosok gigi baik
B6 di TK Kartika II-31 Kelurahan terdapat 1 (20,0%) responden yang mengalami karies
Segalamider Bandar Lampung Tahun 2014 dan 4 (80,0%) responden tidak karies. Dan dari 50
(90,9%) responden dengan cara menggosok gigi
Berdasarkan tabel 4.1, menunjukan bahwa kurang baik terdapat 45 (90,0%) responden yang
responden dengan karies gigi pada murid kelas B5 mengalami karies dan 5 (10,0%) responden tidak
dan B6 TK Kartika II-31 Kelurahan Segalamider karies. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi
Bandar Lampung sebagian besar adalah dengan square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh
Karies sebanyak 46 responden (83,6%), dan yang hasil uji statistik p-value = 0.002 ( p-value< 0,05 )
tidak mengalami karies sebanyak 9 responden lebih rendah dari nilai alpha ( = 0,05), sehingga
(16,4%). secara stastistik disimpulkan ada hubungan frekuensi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
cara menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi,
dari hasil analisis diperoleh nilai OR : 36,000, artinya Selain itu menurut Mustaida (2008), sebenarnya
responden dengan cara menggosok gigi baik memiliki anak boleh makan-makanan manis tetapi setelah itu
peluang sebesar 36 kali tidak mengalami karies sesegera mungkin menyikat gigi sehingga tidak ada
dibandingkan dengan responden dengan cara lagi sisa makanan yang menempel pada gigi. Karies
menggosok gigi kurang baik. pada anak merupakan penyebab yang paling sering
terjadi pemicunya yaitu kombinasi faktor jenis
makanan anak, lamanya sisa makanan di mulut, dan
4.1.2 Pembahasan cara pembersihan mulut.
4.1.3 AnalisaUnivariat Hal ini didukung oleh hasil penelitian Sumarti
4.1.3.1 Karies Gigi (2007), tentang hubungan antara Konsumsi Makanan
Kariogenik Dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan
Hasil penelitian menunjukan bahwa responden timbulnya penyakit Karies Gigi sulung pada anak pra
dengan karies gigi pada murid kelas B5 dan B6 TK sekolah didapatkan responden dalam kategori
Kartika II-31 Kelurahan Segalamider Bandar konsumsi makanan kariogenik beresiko sebesar 88%.
Lampung sebagian besar adalah dengan karies
sebanyak 46 responden (83,6 %). Distribusi karies Menurut analisa peneliti, karies gigi pada anak
gigi di TK Kartika II-31 Kelurahan Segalamider TK Kartika II-31 didapat persentase sebesar 83,6%.
Bandar Lampung Tahun 2014, menyatakan bahwa Karies gigi lebih sering terjadi pada anak, Karena
sebagian besar anak kelas B5 dan B6 di TK Kartika anak menyukai makanan dan minuman dengan rasa
Kelurahan Segalamider mengalami kejadian karies manis yang menyebabkan karies gigi. Dan anak-anak
gigi. umumnya hanya menyikat gigi bagian depan yang
nampak saja dan disebabkan oleh cara menyikat gigi
Hasil di atas sesuai dengan teori Kadarhadi ( yang salah pada anak-anak.
2012 ), yang menyatakan bahwa anak-anakrentan
untuk mengalami karies gigidisamping memiliki 4.3.1.2 Frekuensi Cara Menggosok Gigi
kegemaran makan makanan manis juga karena
orangtua kurang memperdulikan kebiasaan untuk Hasil penelitian menunjukan bahwa frekuensi
menyikat gigi. Selain itu menurut Zaura (2011), cara menggosok gigi pada murid B5 dan B6 TK
Karies gigi pada anak usia 3-6 tahun banyak Kartika II-31 kelurahan segalamider Bandar Lampung
ditemukan di negara berkembang seperti di Indonesia sebagian besar cara menggosok gigi dengan frekuensi
dengan prevalensi 90%. Prevalensi karies pada anak kurang baik yaitu sebanyak 50 responden (90,9%),
usia satu tahun mencapai 5%, sedangkan pada anak sedangkan yang baik cara menggosok giginya
usia dua tahun sekitar 10 %, anak usia tiga tahun sebanyak 5 orang (9,1%). Distribusi frekuensi cara
40%, anak usia empat tahun 55%, dan anak usia lima menggosok gigi di TK Kartika II-31 Kelurahan
tahun 75%. Segalamider Bandar Lampung tahun 2014,
menyatakan bahwa kurang baik dalam cara
Sariningsih (2012), juga menyatakan bahwa anak menggosok gigi.
TK merupakan cikal bakal sumber daya manusia,
sebagai unsur pembangunan yang sangat potensial. Hasil di atas sesuai dengan teori Pratiwi (2009),
Karies gigi lebih sering terjadi pada anak, salah yang menyatakan bahwa menggosok gigi adalah cara
satunya pada anak TK. Karena kebiasaan makan anak yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit
TK cenderung kaya akan gula, dan anak TK juga lunak pada permukaan gigi dan gusi. Jenis makanan
lebih menyukai makanan dan minuman dengan rasa yang mengandung glukosa atau manis sangat
manis. Makanan yang mengandung karbohidrat berbahaya bagi kesehatan gigi anak. Umumnya sisa
dengan rasa manis terutama gula (sukrose) merupakan makanan dan susu juga sering lama mengendap
makanan kariogenik yaitu makanan yang berada didalam mulut sampai tanpa sempat
menyebabkan karies gigi. terbersihkan, selain itu anak-anak sering mengalami

4
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
kesulitan dalam menggosok gigi. Karena itu kurang baik terdapat 45 (90,0%) responden yang
dibutuhkan kesabaran dan perhatian orang tua dalam mengalami karies dan 5 (10,0%) responden tidak
menyikapi hal ini, mengingat pentingnya pertahanan karies. Hasil uji statistik dengan menggunakan chi
gigi susu sampai masanya harus tanggal. square dengan tingkat kepercayaan 95% di peroleh
hasil uji statistik p-value = 0.002 ( p-value< 0,05 )
Selain itu menurut Sariningsih (2012), lebih rendah dari nilai alpha ( = 0,05), sehingga
Menggosok gigi, setelah makan dan sebelum tidur secara stastistik disimpulkan ada hubungan frekuensi
adalah kegiatan rutin sehari-hari. Tujuannya untuk cara menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi,
memperoleh kesehatan gigi dan mulut yang sehat. dari hasil analisis diperoleh nilai OR : 36,000, artinya
Frekuensi menggosok gigi maksimal 3x sehari responden dengan cara menggosok gigi baik memiliki
(setelah makan pagi, makan siang dan sebelum tidur peluang sebesar 36 kali tidak mengalami karies
malam), atau minimal 2x sehari (setelah makan pagi dibandingkan dengan responden dengan cara
dan sebelum tidur malam), dan menggosok gigi anak menggosok gigi kurang baik.
minimal 2 menit. Menggosok gigi sebelum tidur
dikarenakan pada waktu tidur, air ludah berkurang Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
sehingga asam yang dihasilkan oleh plak akan oleh Sariningsih, (2012). Menggosok gigi gunanya
menjadi lebih pekat dan kemampuannya untuk untuk membersihkan gigi beserta gusi, terhadap sisa
merusak gigi tentunya menjadi lebih besar.Gigi juga makanan dan plak yang melekat pada gigi yang dapat
harus disikat pada waktu pagi hari, sesudah sarapan mengakibatkan karies gigi, selain itu menurut
pagi. Idealnya, sarapan pagi dilakukan sebelum Priyatna, (2013), salah satu cara untuk menjaga
beraktivitas dan dilanjutkan dengan menyikat gigi. kesehatan gigi adalah dengan menggosok gigi.
Sehingga kondisi mulut tetap bersih sampai makan Dengan menggosok gigi, kebersihan gigi dan mulut
siang. pun akan terjaga, selain itu juga dapat menghindari
terbentuknya lubang-lubang gigi dan penyakit gigi
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sumarti dan gusi.
(2007), tentang hubungan antara Konsumsi Makanan
Kariogenik Dan Kebiasaan Menggosok Gigi dengan Selain itu menurut Ratih (2008), menyatakan
timbulnya penyakit Karies Gigi sulung pada anak pra bahwa Pada anak prasekolah biasanya menggosok
sekolah didapatkan responden berada dalam kategori gigi tidak dilakukan dengan efisien. Dalam mengajar
kebiasaan menggosok gigi beresiko sebesar 90%. anak untuk menggosok gigiharuslah memberi intruksi
dan mendorong semangat anak untuk mengeluarkan
Dari hasil analisa peneliti diperoleh masalah semua debris dan plak dari semua permukaan gigi
tentang kurang baiknya cara menggosok gigi oleh yang dapat dijangkau. Tidak mudah untuk menguasai
anak TK Kartika II-31 dengan persentase sebesar teknik menggosok gigi dan sejumlah anak tidak
90,9%. Karena anak-anak umumnya hanya menyikat mempunyai ketrampilan untuk itu, khususnya terjadi
gigi bagian depan yang nampak saja dan kurangnya pada anak kecil dibawah 6 tahun. Hal ini harus dilatih
pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang benar sejak dini, namun jika anak belum bisa menggosok
pada anak-anak. gigi dengan baik, maka orangtua harus membantu
untuk menggosok gigi dengan menggunakan sikat
4.3.2 Analisa Bivariat gigi yang berbulu lembut dan pasta gigi yang
4.3.2.1 Hubungan cara menggosok gigi terhadapa mengandung fluoride sebanyak ukuran kacang polong
kejadian karies gigi sampai selesai secara sempurna.

Berdasarkan hasil analisa bivariat, bahwa dari Teori tersebut didukung oleh hasil
5 (9,1%) responden dengan cara menggosok gigi baik penelitian Sumarti (2007), yang menyebutkan
terdapat 1 (20,0%) responden yang mengalami karies bahwa ada hubungan antara frekuensi konsumsi
dan 4 (80,0%) responden tidak karies. Dan dari 50 makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok
(90,9%) responden dengan cara menggosok gigi gigi dengan timbulnya penyakit karies gigi
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
sulung dengan uji statistik didapatkan hasil p- Terdapat satu responden yang menggosok
value 0,035menunjukan adanya hubungan gigi dengan frekuensi baik mengalami kejadian
kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi hal ini dapat disebabkan karena
karies gigi. faktor lain, yaitu juga makanan yang
dikonsumsi. makan makanan manis serta
Pengetahuan anak TK tentang cara minuman manisyang berlebihan seperti coklat,
menggosok gigi yang baik harus ditingkatkan permen, biskuit, dan lainnya tidak hanya
agar kejadian karies gigi yang yang sering menimbulkan erosi, tetapi dapat menyebabkan
dialami anak TK berkurang, dan agar siswa kerusakan gigi atau karies gigi.
menerapkan tidak hanya dalam tahap tahu saja
tetapi harus bisa menerapkan dalam
kehidupannya. Sehingga perlu dukungan dari Dalam penelitian ini penyebab karies gigi yaitu,
pihak puskesmas dan pihak pendidikan. Namun cara menggosok gigi yang kurang baik pada anak-
hal ini juga berkaitan dengan karakteristik anak anak dan kurangnya dalam memelihara dan
usia pra sekolah. membersihkan gigi, setelah mengkonsumsi makanan
kariogenik, sehingga perlu pemahaman cara
Pada penelitian ini mengapa ada hubungan menggosok gigi yang baik serta kedisiplinan dalam
cara menggosok gigi terhadap kejadian karies, memelihara dan membersihkan gigi agar
dikarenakan adanya faktor cara menggosok gigi memperlambat terjadinya proses karies gigi.
yang kurang baik, Menggosok gigi adalah cara
yang umum dianjurkan untuk membersihkan
deposit lunak pada permukaan gigi dan gusi, dan BAB V
jika cara menggosok gigi kurang baik maka sisa- KESIMPULAN DAN SARAN
sisa makanan akan mengendap dan menempel
di gigi sehingga terjadinya penimbunan plak 5.1 KESIMPULAN
yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi.
Hal ini didukung oleh hasil penelitian Barbara Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
(2013), yang menyebutkan bahwa ada hubungan maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil yang
frekuensi konsumsi makanan kariogenik dengan diperolah adalah sebagai berikut :
kejadian karies gigi dengan uji statistik 5.1.1 Distribusi frekuensi karies gigi pada anak,
didapatkan hasil p-value sebesar 0,000. anak dengan karies sebanyak 46 responden (83,6%),
sedangkan yang frekuensi tidak karies gigi sebanyak 9
Dalam penelitian ini juga terdapat lima orang (16,4%)
responden yang menggosok gigi dengan 5.1.2 Distribusi frekuensi cara menggosok gigi
frekuensi kurang baik tidak mengalami kejadian pada anak, anak dengan frekuensi cara menggosok
karies gigi hal ini disebabkan karena ada faktor gigi kurang baik sebanyak 50 responden, (90,9%),
lain yang dapat menyebabkan hal tersebut, yaitu sedangkan yang frekuensi cara menggosok gigi baik
makanan yang dikonsumsi, seperti sebanyak 5 orang (9,1%).
mengkonsumsi buah dan sayur-sayuran. Hal ini 5.1.3 Hasil uji statistik terdapat ada hubungan cara
sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh menggosok gigi terhadap kejadian karies gigi pada
Sriningsih, (2012), ada beberapa makanan yang anak dengan nilai p-value = 0,002 (p-value<0,05),
memiliki fungsi secara mekanis dapat serta diperoleh nilai OR : 36,000
membersihkan gigi atau merupakan gosok gigi
alami dan akan mengurangi kerusakan gigi 5.2 SARAN
antara lain apel, jambu air, bengkuang, sayur-
sayuran, dan lain sebagainya. Dengan memperhatikan hasil penelitian,
maka peneliti dapat memberikan saran :

6
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
5.2.1 Bagi Pihak Sekolah =firefox=majalah+kesehatan=Penelusuran+Go
Pihak sekolah agar dapat memberikan ogle. Diakses pada tanggal 2 April 2012.
pengetahuan tentang kesehatan gigi kepada anak didik
dengan cara kerja sama dengan puskesmas dan Erwana, (2013), Seputar Kesehatan Gigi dan
instutusi pendidikan kesehatan, keperawatan gigi Mulut.Yogyakarta. Andi offset.
terutama yang berhubungan dengan cara menggosok
gigi yang benar sehingga anak didik mampu Gilang, A., R. 2010. Kesehatan Gigi dan Mulut.
memahami cara menggosok gigi yang benar agar Jakarta : Bukune
dapat mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut
terutama karies gigi. Kadarhadi, (2012), Artikel Kesehatan. Diambil pada
19 april 2014 dari
5.2.2 Bagi Puskesmas http//www.kesekolah.com/artikel-dan-
Informasi dan data dapat dipergunakan berita/kesehatan/karies-gigi-muncul-karena-
dalam usaha pencegahan terjadinya penyakit karies kebiasaan-buruk.htm1
gigi, melalui penyuluhan tentang cara menggosok gigi
Kusumawardani, E. 2011. Kesehatan Gigi dan Mulut.
yang benar terhadap pihak sekolah sehingga dapat
Yogyakarta : Siklus
mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut
terutama karies gigi. Mansjoer, A., dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran.
Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
5.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya
Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan Machfoedz & zein. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi
studi lanjutan mengenai faktor-faktor yang dan Mulut Anak-anak dan Ibu Hamil.
mempengaruhi kejadian karies gigi pada anak selain Yogyakarta : Fitramaya
cara menggosok gigi, seperti bakteri dan jenis
kelamin yang dapat menyebabkan terjadinya karies Mustaida, 2008. Seputar Dunia Anak. Dalam
gigi. http://seputarduniaanak.blogspot. com/tipscara-
mencegah-gigi-berlubang-pada.html. Diakses
DAFTAR PUSTAKA tanggal 10 Maret 2012.

Barbara (2013), Hubungan Frekuensi Konsumsi Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan Kesehatan dan
Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Gigi di SD Negeri 1 Raja Basa Bandar Cipta.
Lampung Tahun 2013, Skripsi, PSIK-Unimal
Bandar Lampung. Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Bararah, (2012) perempuan lebih sering sakit gigi
ketimbang laki-laki. Di akses pada tanggal 14 Pratiwi, dkk. 2009. Perawatan Gigi Susu. Dalam
maret 2014 dari http://de.tk/Lky3I http://www.media.com. =Penelusuran+Google.
Diakses tanggal 12 Maret 2012
Departemen Kesehatan RI (2009) Indonesia Sehat
2010. Biro Perencanaan Kesehatan Ri, Jakarta. Priyatna, (2012), Hubungan Makanan Manis dan
Kebiasaan Menyikat Gigidengan Karies Gigi
Dinas kesehatan provinsi lampung (2010) Profile Pada Murid Kelas IV SD Wilayah Kerja
Kesehatan Provinsi Lampung Tahun 2010, Puskesmas Sukarame 2012, Skripsi, PSIK-
Provinsi Lampung Unimal Bandar Lampung.

Devi, T. 2011. Informasi Kesehatan. Dalam Ratih, 2008. Masalah Gigi dan Gusi Balita. Dalam
http://www.google.co.id/search http://www.tanyapepsodent.
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014

JURNAL SKRIPSI
Elko Witin Elkosi NPM. 10320023

HUBUNGAN CARA MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEJADIAN KARIES GIGI DI TK


KARTIKA II-31 KELURAHAN SEGALAMIDER KOTA BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2014
com/node/11466=Penelusuran+Google.
Diakses tanggal 5 Maret 2012

Soetjiningsih. 2004. Seri Kesehatan Klinik. Dalam


http://health.detik.com/ masalah-gigi- yang-
umum- dijumpai-anak-
anak=Penelusuran+Google. Diakses tanggal 10
Maret 2012.

Saputra (2012), Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang


Cara Memelihara Kebersihan Gigi Dengan
Kejadian Karies Gigi Pada Anak Pra Sekolah
di TK X Tahun 2012, Skripsi, PSIK Unimal
Bandar Lampung.

Sariningsih, (2012), Merawat Gigi Anak Sejak Usia


Dini, Jakarta, PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia.

Suriadi dan Rita Yuliani, (2006), Asuhan


Keperawatan Pada Anak. Edisi 2. Jakarta. PT
Penebar Swadaya.

Universitas malahayati Lampung.(2014). Buku


pedoman Penulisan Skripsi program studi ilmu
keperawatan. Bandar lampung: Universitas
Malahayati.

Wong (2008), dalam Anik Maryunani (2014), Asuhan


Keperawtan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak
Pra sekolah. In Media.

Zaura, A. 2011. Kesehatan Gigi dan Mulut. Dalam


http://www.Konferensi pers Bulan Kesehatan
Gigi Nasional/kompas.online.com. diakses
tanggal 20 Maret 2012

Anda mungkin juga menyukai