Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI MANAJEMEN

ARTIKEL 7
APAKAH MODEL BISNIS DALAM PERUSAHAAN
BERHUBUNGAN DENGAN PENYINGKAPAN
SEGMEN?

DISUSUN OLEH:

ARIEF MUTTAQIN : 1401103010106

FEBRI LIANDA : 1401103010105

MUHAMMAD AKBARUL : 1401103010056

MUHAMMAD FIRRIZQI F : 1401103010140

MUHAJIRUL ASRAR : 1401103010071

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PRODI EKONOMI AKUNTANSI 2015/2016

BANDA ACEH

RESUME

1. Pendahuluan
Model bisnis berjangka telah menjadi begitu populer dalam beberapa tahun terakhir
bahwa sekarang merupakan penuh bermata topik penelitian belajar di semua ilmu manajemen
(Gartner, 1995). Istilah itu sendiri datang di bawah pengawasan yang lebih besar dari masyarakat
akademik (Shi dan Manning, 2009), dengan penulis setuju bahwa selain dari beberapa
pengecualian, model bisnis berjangka kurang baik landasan teoritis (Zott dan Amit, 2007, 2008)
dan homogen definisi (Eden dan Ackermann, 2000; George dan Bock, 2011). Beberapa
penelitian - dengan pengecualian Chesbrough dan Rosenbloom (2002), Malone et al. (2006), dan
Zott dan Amit (2007) - telah berurusan dengan yang memengaruhi kinerja perusahaan (George
dan Bock, 2011). Beberapa mencoba untuk memastikan bagaimana mudahnya untuk menangkap
dan memformalkan konsep ini (Tracey dan Jarvis, 2007), apakah itu menyesuaikan dengan
karakteristik lingkungan eksternal perusahaan (Hurt dan Hurt, 2005) atau jika itu adalah spesifik
untuk model tertentu kewirausahaan (Morris et al., 2005). Selain itu, sebagian besar penelitian ke
dalam model bisnis telah difokuskan pada spesifik sektor industri seperti bioteknologi (Bigliardi
et al, 2005;. Nosella et al., 2005) atau dot-com (Fay, 2004; Lechner dan Hummel, 2002).
Nilai merupakan aspek sentral dari tujuan model bisnis. Pertanyaan tentang relevansi ini
membangun dan kegunaan dalam meningkatkan pemahaman kita tentang situasi keuangan
perusahaan dan kinerja telah berubah menjadi tema penelitian prioritas untuk sejumlah regulator
akuntansi, dimulai dengan Otoritas Prancis Standar Akuntansi. Gagasan ini penciptaan nilai
sangat tertanam dalam model bisnis dan secara luas digunakan di seluruh kalangan ekonomi.
Memang, model bisnis sastra mengacu sangat sering untuk gagasan penciptaan nilai atau
konstruksi tetangga seperti kemampuan untuk membuat uang secara berkelanjutan (Afuah dan
Tucci, 2003) atau menghasilkan pendapatan (Afuah, 2004).
Dari perspektif keuangan ketat, nilai yang dihasilkan oleh pilihan keuangan perusahaan
'(keputusan investasi, upaya optimalisasi kas operasi mereka aliran-aliran, dll) dapat proxy
dengan pendapatan yang mereka berharap untuk berasal dari kas masa depan fl mengalir
(Damodaran, 2004 ). Banyak eksekutif mengandalkan pengukuran asi kekayaan CRE- sebagai
alat analisis membantu mereka untuk membuat keputusan operasi serta pilihan-pilihan strategis.
Analis keuangan sering mengukur kinerja finansial menggunakan dua pengungkapan laporan
atau pendaftaran dokumen tahunan: kas aliran pernyataan dan segmen informasi, juga dikenal
sebagai pengungkapan tersegmen. IAS 7 ayat 4 menekankan objektivitas CFS ini pengungkapan
(yaitu, fakta bahwa itu tidak dipengaruhi oleh kebijakan akuntansi yang dipilih) dan spesifik
tunai yang terkait "memungkinkan perbandingan informasi tentang kinerja operasi perusahaan
yang berbeda karena menghilangkan efek menggunakan perlakuan akuntansi yang berbeda untuk
transaksi yang sama dan peristiwa ekonomi. "ayat ini berisi referensi yang jelas dengan fakta
bahwa kas tetap variabel terbaik untuk memahami model bisnis dari perusahaan (Cormier dan
Magnan, 2002).
Standar pelaporan segmen meningkatkan pemahaman tentang asal-usul kinerja ini
dengan break ing itu ke dalam zona yang berbeda dari kegiatan atau lokasi geografis. Terlepas
dari kenyataan bahwa akuntansi dan keuangan informasi telah menjadi semakin rinci dan
dibatasi, fi rms masih manfaat dari kebebasan tertentu dalam hal substansi informasi yang
mereka dapat mempublikasikan dalam catatan atas laporan keuangan mereka. Sampai periode
akuntansi yang dimulai pada tanggal 1 Januari 2009, perusahaan-perusahaan harus menerapkan
standar yang cukup terstruktur menentukan apa pengungkapan segmen itu harus disediakan dan
bagaimana itu harus diukur. Ini adalah IAS 14 (segmen pelaporan), yang definisi dari segmen
dimulai dengan penerapan pendekatan risiko dan imbalan dan diamanatkan presentasi dari dua
jenis analisis segmen (primer dan sekunder). Seperti IFRS berkumpul dengan US GAAP dan
dengan perusahaan-perusahaan diberikan kemungkinan mengadopsi standar baru awal - IFRS 8
(segmen operasi) diadopsi dan mirip dengan PSAK 131. Ada perubahan besar, dengan definisi de
segmen sekarang sedang didorong

Tabel 1

Penulis Definisi dari BM

Stewart and Zhao (2000) "Sebuah model bisnis adalah pernyataan tentang
bagaimana suatu perusahaan akan membuat uang dan mempertahankan aliran laba dari waktu ke
waktu. "( Hal. 290)
Osterwalder (2004) "Sebuah alat konseptual yang berisi sekumpulan elemen
dan hubungan mereka dan memungkinkan mengekspresikan logika perusahaan mendapatkan
uang . Ini adalah deskripsi dari nilai sebuah perusahaan menawarkan untuk satu atau beberapa
segmen pelanggan dan arsitektur dari firma dan jaringan mitra untuk menciptakan , pemasaran ,
dan memberikan nilai dan hubungan ini modal, untuk menghasilkan pro fi meja dan aliran
pendapatan yang berkelanjutan ."(hal. 15)
Shafer et al. (2005) "Sebuah representasi yang mendasari inti logika dan
strategis suatu perusahaan pilihan untuk menciptakan dan menangkap nilai dalam jaringan nilai."
(Hal. 202)
Barringer and Ireland (2006) "Rencana Sebuah perusahaan atau diagram untuk
bagaimana bersaing , menggunakan sumber daya , struktur hubungannya , interface dengan
pelanggan , dan menciptakan nilai untuk menopang dirinya sendiri atas dasar pro fi t itu
mendapatkan . " ( hal. 100 )

Oleh apa yang disebut pendekatan manajemen yang umumnya menyoroti segmen
didefinisikan dengan mengacu terhadap informasi yang secara berkala oleh pengambil keputusan
operasional . Adapun presentasi segmen , IFRS 8 memperkenalkan penyederhanaan penting oleh
hanya membutuhkan tingkat pengungkapan tunggal . Dengan menganalisis informasi segmen
selama beberapa tahun ( melibatkan IAS 14 sampai dengan akhir tahun 2008 dan IFRS 8 dari 1
Januari, 2009, dan seterusnya ), telah memungkinkan untuk mengidentifikasi segmen yang
berhubungan dengan margin yang sehat. Tetapi bahwa gagasan kinerja adalah sulit untuk
memahami jika informasi yang diberikan adalah kualitas yang buruk, jika kesalahan pengukuran
yang terjadi ( Givoly et al . , 1999), atau jika tidak ada data yang homogen , apakah di tingkat
segmen aset atau di hal modal usaha .
Tujuan dari studi ini adalah untuk menentukan apakah standar pelaporan segmen seperti
IAS 14 dan IFRS 8 berguna untuk memahami model bisnis dari perusahaan dijelaskan dan
diterjemahkan melalui indikator yang terkandung dalam suatu kas berdasarkan 7 IAS flow
pernyataan. Menggunakan sampel 101 laporan keuangan konsolidasi diterbitkan antara tahun
2005 dan 2010 oleh perusahaan industri atau komersial Perancis tercatat di bursa Euronext dan
ditampilkan dalam indeks SBF 120 , kami menjalankan tes selama sembilan sektor yang berbeda
( bahan dasar , gas minyak / , manufaktur , barang konsumsi , kesehatan , layanan konsumen ,
teknologi / telekomunikasi , jasa sektor publik , dan lain-lain ) untuk melihat apakah model
bisnis dipahami melalui CFS mungkin lebih baik dijelaskan oleh pengungkapan segmen .
Dengan kata lain, kita mencoba untuk melihat apakah informasi segmen yang tercantum dapat
membantu kita untuk memahami model bisnis mereka seperti yang disarankan oleh informasi di
laporan arus kas.

2. Landasasan Teoritis Topik


Osterwalder (2004) memuat penampakan pertama dari konsep model usaha tersebut pada
sebuah artikel yang diterbitkan oleh G. M. Jones tahun 1960 pada jurnal dwi mingguan
Accounting Review. Laporan tersebut ditampakkan kembali pada tahun 1980an, dan digunakan
lebih luas dari pertengahan tahun 1990an sampai berbarengan dengan mulai bermunculannya
perusahaan-perusahaan berbasis internet yang baru. Semenjak itu, model usaha telah menjadi
jauh lebih modern bukan hanya dikalangan bisnis namun juga akademik. Beberapa pengertian
istilah tersebut telah dikemukakan semenjak tahun 1990an.
Sebagai contoh, Timmers (1998), menganggap model usaha dalam sektor teknologi
informasi dan komunikasi (ICT) sebagai sebuah rancangan yang menentukan aliran produk,
layanan dan informasi guna memperoleh pendapatan. Yang mengejutkan, penggunaan berkali-
kali terhadap istilah tersebut oleh para praktisi tidak mengarah kepada pokok teoritis yang cukup
signifikan pada topik yang berkembang didalam literatur akademik (Chesbrough dan
Rosenbloom, 2002).Porter (2001) mengungkap kurang jelasnya pengertian dari konsep tersebut,
dengan menyebutnya tidak jelas, dangkal, dan sulit untuk dipahami secara teoritis. Penulis
lain membedakan antara model usaha dengan konsep strategi (Magretta, 2002), dimana mereka
menegaskan bahwa model usaha adalah kesetaraan pengelolaan pada metode ilmiah (dimulai
dengan sebuah hipotesa yang dapat anda uji dan direvisi jika diperlukan). Terdapat banyak
format model usaha yang berbeda, yang juga membuat penyamarataan menjadi lebih sulit.
Dengan begitu, beberapa penulis lain menganggap bahwa pengertian dan penggunaan praktis
dari model usaha melibatkan sejumlah dimensi organisatoris dan strategis (Chandler, 1962; Zott
dan Amit, 2007), dan bahwa hal tersebut memiliki percabangan tertentu untuk penelitian
kewirausahaan. Dari semua konsepsi yang berbeda tersebut, salah satunya yang akan kita
gunakan untuk tujuan dari artikel ini adalah menganggap model usaha sebagai terjemahan dari
pilihan strategis tertentu. Artikel ini memang bermaksud membatasi pilihan seperti itu dalam
keputusan finansial, seperti yang disampaikan oleh beberapa indikator CFS. Pilihan finansial
sebuah perusahaan akan dijabarkan kedalam keputusan investasi, pendanaan dan optimalisasi
aliran dana operasional, yang masing-masingnya memang dimaksudkan agar dapat menghasilkan
manfaat. Pada akhirnya, model usaha dapat diartikan sebagai pilihan yang diambil oleh
organisasi untuk menghasilkan pendapatan. Dengan bekerja dalam kerangka bidang penelitian
ini, pada artikel ini telah memilih untuk merumuskan definisi mengenai model usaha melalui
keterkaitan dengan laporan arus kas (berdasarkan pada IAS 7).

2.1. Pilihan Finansial dan Model Usaha

Dengan bekerja dalam kerangka bidang penelitian ini, kami telah memilih untuk
merumuskan definisi kami mengenai model usaha melalui keterkaitan dengan laporan arus kas
(berdasarkan pada IAS 7). Penyingkapan mengenai arus kas sebuah perusahaan itu berguna
karena dapat memberikan laporan finansial kepada penggunanya dengan dasar untuk menilai
kemampuan dari perusahaan tersebut untuk menghasilkan dana dan penyetaraan dana,
sebagaimana persyaratan likuiditas mereka (tujuan IAS 7). Kemudian, kerangka teoritis yang
menyokong kajian kita secara ekslusif tertanam dalam pemberian gaji, yang berarti penghasilan
dan ketersediaan arus kas sebagaimana konsekuensi dari representasi model usaha tersebut. Kita
telah memilih untuk fokus pada indikator-indikator yang berasal dari data yang dikumpulkan
dalam tabel arus kas dalam sebuah usaha untuk merumuskan model usaha yang diikuti oleh
industri yang tercatat dalam 101 Euronext dan grup-grup komersil. Penelitian kami juga
mencoba untuk memahami bagaimana penyingkapan segmen IFRS dapat memperbaiki
pemahaman seseorang terhadap model usaha dari kelompok terdaftar seperti yang ditentukan
dalam CFS mereka. Sebelumnya, kami akan menganalisa kualitas intrinsik dari penyingkapan
segmen untuk menarik hipotesa bahwa yang kami ujikan pada bagian ketiga.

2.2. Kualitas dari Pelaporan Tersegmen dan Perumusan Hipotesa


Ketika IAS 14 ditekankan, pilihan dimana banyak usaha telah diminta untuk menjauhkan
strategi komunikasi mereka dari kesan netral. Berdasarkan pada IAS 14 paragraf 26, perusahaan
harus mengenali penyingkapan segmen primer dan sekunder. Penyingkapan segmen jenis
pertama menyinggung aktivitas usaha atau area geografis, dengan jenis kedua yang tidak dipilih
menjadi yang pertama. Beberapa segmen ditentukan berdasarkan karakteristik mereka (risiko
dan upah yang berbeda). Untuk memastikan apakah tingkat penyingkapan primer adalah sebuah
sektor aktivitas atau sebuah area geografis, maka perusahaan tersebut harus memperhitungkan
risiko dan hasil dari sumber daya alam dan fisiknya. Disamping mahalnya informasi produksi,
pendekatan ini memfasilitasi perbandingan dari informasi finansial mengenai grup-grup yang
beroperasi pada area aktivitas yang sama. Kriteria kuantitatif tertentu (permulaan numerik yang
melibatkan pendapatan dari konsumen eksternal, pendapatan operasional atau aset total) harus
dipatuhi ketika mengidentifikasi segmen yang disajikan. Seperti yang telah disebutkan, IAS 14
merupakan standar yang cenderung terstruktur dalam hal memberikan sedikit ruang gerak bagi
perusahaan. Sejak tanggal 1 Januari 2009, standar tersebut telah digantikan oleh IFRS 8, yang
mengurangi aturan presentasi pelaporan segmen tertentu, khususnya yang tanpa memerlukan dua
level segmentasi, bahkan apabila sebagai tambahan untuk segmen operasional yang dapat
dilaporkan maka perusahaan harus melaporkan informasi mengenai luasnya jangkauan produk
dan wilayah geografisnya. Informasi level perusahaan tersebut serupa dengan penyingkapan
informasi sekunder pada IAS 14R. Disamping perubahan tersebut, sebagian besar grup-grup
tersebut mengelola penyingkapan mereka berkisar pada aktivitas usaha dan lainnya berkisar
mengenai area geografis, oleh karena itu formulasi dari hipotesa adalah:
H1. Keputusan untuk memberikan penyingkapan aktivitas usaha maupun area geografis tidak
mempengaruhi pemahaman pengguna mengenai model usaha sebuah perusahaan.
IFRS 8 berbeda secara konsep dari pendahulunya dengan pendekatan pengelolaan yang
telah diadopsi. Penyingkapan eksternal seharusnya mencerminkan apapun informasi yang
disampaikan secara internal kepada chief operating decision maker (CODM). Perubahan seperti
area pelaporan segmen dihasilkan dari konvergensi IFRS dan US GAAP (Hodge et al., 2010)
telah membentuk sebuah situasi dimana informasi yang dipasok secara internal telah digunakan
dalam laporan tahunan yang ditujukan kepada para pengguna. Segera setelah standar IFRS 8
dijalankan, sejumlah analis keuangan mulai menunjukkan perhatiannya terhadap standar AS
(SFAS 131) yang dapat menggali komparabilitas dari informasi finansial. Kritik tersebut telah
diteruskan pada AS oleh CFA Institute, berdasarkan kepada siapa SFAS 131 harus disatukan
dengan IAS 14 dan bukan sebaliknya: Kami meyakini bahwa keputusan dewan untuk
menyatukan SFAS nomor 131 cenderung premature, dan bahwa konvergensi tersebut berjalan
pada arah yang tidak benar. Salah satu keuntungan dari konvergensi adalah bahwa IFRS 8
memungkinkan adanya hubungan antara pengelolaan kinerja operasional, yang dijalankan
melalui pelaporan internal dan laporan finansial eksternal. Komunikasi finansial telah menjadi
sarana strategis utama untuk menginformaskan kepada para investor dan meyakinkan mereka
mengenai aktivitas perusahaan. Sejumlah penulis saat ini mempertanyakan kualitas dari
informasi finansial yang dikomunikasikan melalui SFAS 131: Para manajer memiliki dorongan
yang kuat untuk memanipulasi informasi segmen internal yang digunakan dalam evaluasi
kinerja (Berger dan Hann, 2003). Tentu saja, sebagian besar kajian mengenai SFAS 131 di
Amerika Utara telah menunjukkan bahwa semakin banyak perusahaan yang berkomunikasi
dalam hal segmen geografis, maka semakin besar kecenderungan kepada hasil komunikasi
tersebut, khususnya diluar negeri (Hope et al., 2009; Hossain, 2008). Beberapa penulis juga telah
membuktikan bahwa bahkan apabila IFRS 8 tidak memenuhi persyaratan dua level
penyingkapan segmen maka pada banyak contoh penyingkapan level kedua (khususnya
penyingkapan geografis) lebih baik dan lebih berguna dalam pembuatan keputusan (Nichols et
al., 2012). Sebuah perusahaan yang berkomunikasi pada sejumlah besar sektor atau wilayah
geografis menyampaikan informasi yang lebih terpisah dimana perhitungannya lebih transparan.
Para pemangku kepentingan akan dapat mendapatkan pilihan finansial yang jauh lebih mudah
untuk dipahami. Berikut hipotesanya:
H2. Semakin banyak sebuah perusahaan berkomunikasi pada segmen yang luas, maka semakin
besar pemahaman terhadap model usahanya.
Kemungkinan menggunakan indikator pengelolaan internal non standar untuk mengukur
profitabilitas dari masing-masing segmen tidak memfasilitasi komparabilitas dari informasi yang
diterbitkan. Meskipun demikian, informasi segmen merupakan sebuah bahan pokok bagi para
analis finansial. Hal tersebut telah menjadi perhatian utama para investor ketika informasi
tersebut memperbaiki pemahaman mereka mengenai perusahaan dengan aktivitas yang sangat
berbeda atau beroperasi pada lokasi yang sangat berbeda. Namun beberapa kajian telah
menunjukkan bahwa sedikit perusahaan yang terdaftar dalam indeks pasar saham CAC 40
Perancis benar-benar telah mengubah segmen atau indikator mereka setelah mengadopsi IFRS 8,
tidak seperti beberapa perusahaan AS setelah mereka mengadopsi SFAS 131 (Taddei Valenza dan
Heem, 2010). Kesimpulan yang sama juga telah diambil oleh Crawford et al. (2012), yang
menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan Eropa melaporkan jumlah segmen yang sama selama
tahun akhir pelaporan mereka dibawah standar IAS 14R dan pelaporan tahun pertama mereka
dalam standar IFRS 8. Maka, hipotesanya:
H3. Transisi dari IAS 14 kepada IFRS 8 tidak secara substansial mengubah praktek
penyingkapan segmen grup yang telah terdaftar.
Setelah formulasi hipotesa yang berbeda telah diujikan, kami menentukan model usaha
berbeda yang dapat dikerjakan dengan menggunakan laporan arus kas yang dirancang sesuai
dengan standar IAS 7.

3. Pengukuran dan Penentuan Model Usaha.


Meskipun laporan arus kas dapat menganalisa kinerja masa lalu, namun laporan tersebut
pada dasarnya digunakan untuk mengantisipasi apa yang terjadi dimasa yang akan datang. Salah
satu karakteristik mereka adalah tingkatan obyektivitas dan komparabilitas tertentu (Delvaille et
al., 2007). Laporan arus kas memperbaiki pemahaman kita mengenai strategi yang digunakan
beberapa grup, dan analisa pada pilihan organisatoris mereka. Pendek kata, mereka
merefleksikan tindakan masa lampau dan merupakan salah satu cara untuk menterjemahkan
model usaha menjadi pilihan finansial (keputusan operasional, investasi dan keuangan).
Beberapa indikator berikut dapat ditarik dari laporan arus kas:
- Arus kas atau CF (cash flow)
- Variasi dari kebutuhan modal kerja atau WCN (working capital needs)
- Arus kas operasional atau OCF (operating cash flow) = CF variasi WCN
- Arus kas terkait investasi atau IRCF (investment-related cash flow) dan/atauCapex
(capital expenditure)
- Arus kas bebas atau FCF (free cash flow)

Kelompok tertentu tidak menunjukan CF dalam CFS mereka. Kelompok yang lain tidak
membedakan antara perpanjangan atau kapasitas investasi. Pada kasus terakhir dan demi tujuan
kajian saat ini, kami akan menganggap bahwa FCF = OCF + IRCF.
Dua kasus tersebut dapat muncul dalam analisa laporan arus kas, salah satu dimana FCF
positif dan yang lain dimana FCF negatif. Dari pengamatan tersebut, memungkinkan untuk
mengenali sejumlah situasi yang berbeda, tergantung pada apakah OCF dan IRCF mereka positif
atau negatif. Sebagai contoh, sebuah FCF positif (OCF + IRCF) merefleksikan sebuah situasi
dimana perusahaan tersebut berada pada posisi membayar kembali para peminjam dan
membayar pembagian keuntungan kepada para pemegang saham. Disinilah para analis keuangan
akan memastikan bahwa FCF adalah positif, juga memperhatikan evolusi mereka waktu demi
waktu dan darimana evolusi tersebut berasal.
Sebuah perusahaan yang memfokuskan kembali pokok usahanya akan membebaskan aset
non strategisnya, yang menyebabkan dana mengalir kepada kategori arus kas kegiatan investasi.
Pada beberapa kejadian, analis harus kembali pada arus kas operasional (OCF) dan
memastikannya positif atau meningkat karena perbaikan pada CF dan/atau pengelolaan WCN
yang baik.
Sama halnya dengan itu, sebuah perusahaan akan secara konstan mencatat batas
kemunduran yang dapat mengimplementasikan sebuah kebijakan keuangan untuk
mengoptimalkan posisi jangka pendeknya dan mengimbangi kapasitas yang menurun untuk
menghasilkan pendapatan dengan pengurangan kebutuhan modal kerja dengan lebih cepat.
Strategi finansial tersebut akan menterjemahkan laporan arus kas dengan sebuah peningkatan
pada arus kas yang terkait dengan kegiatan operasional.
ICRF juga bisa jadi negatif (pada situasi biasa ketika perusahaan berinvestasi) atau positif
(dimana perusahaan menarik investasinya dan mempertanyakan apakah kembali fokus pada
kompetensi intinya atau mengalami sendiri kemunduran yang nyata). Pada saat yang sama,
bahkan meskipun FCF negatif mencerminkan investasi yang telah dilakukan, maka hal tersebut
dapat atau tidak dapat merefleksikan kesulitan sebenarnya tergantung pada apakah OCF tersebut
positif atau negatif. Satu variabel penjelasnya adalah WCN, yang merefleksikan sebuah usaha
pengelolaan kas sebuah kelompok, dan maka dari itu maksudnya adalah untuk menghasilkan kas.
Seperti pada OCF positif dapat berakar dari meningkatnya profitabilitas (situasi yang biasa) atau
dari turunnya nilai WCN yang dihasilkan dari pengelolaan likuiditas yang lebih efisien
(pergantian saham, penyelesaian yang lebih cepat dapat diterima konsumen, dan lain
sebagainya).
Analisa terhadap OCF dan IRCF tersebut memungkinkan untuk menentukan model usaha
masing-masing perusahaan. Beberapa model yang dapat dikenali akan dikodifikasi setiap tahun
dengan mengacu pada CFS. Klasifikasi yang diekstraksi adalah sebagai berikut: kode 1:
penarikan; kode 2: peluncuran; kode 3: manajemen likuiditas; kode 4: pengembangan; kode 5:
pertumbuhan; kode 6 dan 8: restrukturisasi; kode 7: pengaturan jangka pendek.
Setelah itu, kode-kode yang berbeda dikelompokkan untuk menyederhanakan model
usaha yang dapat dikenali sehingga kita hanya akan memperoleh empat kelas dalam bentuk
matriks.
Akhirnya, kita telah menyandikan empat model usaha potensial: penarikan, peluncuran,
pertumbuhan dan restrukturisasi. Sasarannya disini adalah untuk memeriksa apakah indikator
pengukuran laporan yang termasuk dalam daftar penyingkapan segmen perusahaan merupakan
sebuah cara unggul untuk menjelaskan model usaha sebuah perusahaan.
Setelah menentukan model usaha berbeda yang menggunakan laporan arus kas yang
diterbitkan oleh kelompok tersebut dari tahun 2005 hingga 2010, sekarang kita dapat
mengajukan model Logit, yang penuh dengan data kajian dan temuan empiris.

4. Model Keterkaitan Hubungan dan Data yang Digunakan dalam Kajian


Sebelum menyajikan data dan estimasi ekonometris yang telah dipilih, kita harus
menetapkan model yang akan diujikan.
4.1. Model Logit Pilihan Ganda Berurutan
Tujuan kita adalah untuk mengestimasi sebuah model yang memungkinkan kita untuk
memeriksa apakah sebuah penyingkapan segmen dalam laporan keuangan yang ditulis
berdasarkan IAS 14 atau IFRS 8 dapat membantu menjelaskan model usaha sebuah perusahaan.
Dengan kata lain, memungkinkan untuk menggunakan pergantiian dan mengoperasikan angka
pendapatan yang spesifik terhadap segmen penyingkapan utama (yang menjadi terkait secara
aktivitas atau geografis) untuk menentukan model yang menjadi landasan sebuah kelompok?
Model ekonometrik yang kita tekankan merupakan sebuah model Logit pilihan ganda
yang urut. Tujuannya adalah untuk membantu menjelaskan variabel kualitatif poliatomik (model
usaha) yang telah dikodifikasi secara berubah-ubah dalam bentuk empat modalitas yang
hierarkis, dimulai dengan variabel p yang eksogen. Model tersebut disajikan dalam kumpulan
data dengan sebuah variabel contoh untuk setiap individu. Dengan kumpulan data, beberapa
kesulitan pun terjadi (Kittel dan Winner, 2005). Artikel ini menggunakan efek marjinal yang
telah kami gunakan pada setiap kejadian pada variabel yang dependen (hasil bagi probabilitas
dalam model usaha 0, probabilitas model usaha 1, dan seterusnya). Persamaan tersebut, yang
telah diujikan didalam sebuah kerangka kerja dinamis menghitung fakta bahwa model usaha
untuk tahun n juga bergantung pada variasi dalam penyingkapan segmen (pergantian dan
batasan) yang dibuat tahun sebelumnya. Dimana i adalah jumlah perusahaan, i = 1, 2, , n; k
adalah jumlah segmen-segmen yang ditonjolkan, k = 1, 2, 3; BMit adalah kelas model usaha yang
diterapkan oleh unit usaha i dalam tahun t: (kesalahan= 0; peluncuran= 1; restrukturisasi= 2;
pertumbuhan= 3); Tkit adalah pergantian segmen sebagai prosentase total pergantian untuk
perusahaan i dalam segmen k pada tahun t; OMkit adalah beban pendapatan operasional dalam
pergantian segmen perusahaan i dalam segmen k pada tahun t; VAROIkit adalah variasi dalam
pendapatan operasional segmen (dalam nilai moneter) pada perusahaan i dalam segmen k pada
tahun t; SGi adalah variabel contoh yang mengambil nilai 0 apabila segmen primernya adalah
segmen geografis dan mengambil nilai 1 apabila segmen penyingkapan primernya adalah sektor
segmen aktivitas; IFi adalah variabel contoh yang mengambil nilai 0 apabila standar IFRS 8
diterapkan dan nilai 1 apabila standar IAS 14 yang diterapkan; NS i adalah variabel contoh yang
mengambil nilai 0 apabila jumlah segmen yang disajikan dibawah 3 dan nilai 1 apabila jumlah
segmen yang disajikan diatas 3; it adalah untuk menunjukkan kesalahan.

4.2 Data Kajian


Pernah terdapat kajian empiris pada sampel 101 kelompok yang tercatat pada Paris
Euronext exchange, para anggota dari SBF 120 index termasuk kepada sembilan industri berbeda
termasuk gas/minyak, bahan dasar, manufaktur, barang konsumsi, layanan kesehatan, pelayanan
konsumen, teknologi/telekomunikasi, pelayanan sektor publik, dan lain-lain. IAS 14 dan IFRS 8
telah diterapkan dari tahun 2005 hingga 2010. IFRS 8 diwajibkan dari 1 Januari 2009 dan
seterusnya namun beberapa kelompok telah mengantisipasi implementasinya pada tahun 2008.
Pada tahun 2010, segmen operasional yang berdasarkan pada kegiatan usaha telah dijalankan
pada 73 perusahaan, terhadap 28 perusahaan dengan segmen operasional berdasarkan pada
wilayah geografis. Semua data tersebut telah diperoleh secara langsung dengan menggunakan
laporan tahunan yang diterbitkan oleh masing-masing perusahaan. Data tersebut diekstraksi
secara manual dengan total 596 dokumen referensi.
Sebagian besar pengukuran dan dokumen yang diterbitkan sesuai dengan IFRS seragam
antara perusahaan satu dengan perusahaan lainnya. Kasus tersebut adalah untuk pergantian,
konsolidasi pendapatan bersih, ekuitas pemegang saham, operasional atau aktivitas aliran kas,
aliran kas terkait investasi dan lain sebagainya.

5. Temuan-temuan empiris

5.1. Statistik deskriptif


Populasi pada kajian ditampilkan pada Tabel 7 dalam dua panel, satu panel terkait dengan
sektor aktivitas yang dilaporkan (panel A) dan yang lainnya terkait dengan tahun (panel B).
Tabel 7 menandai disparitas signifikan diantara sektor aktivitas yang mengindikasikan
bahwa masing-masing industri memiliki keutamaannya masing-masing yakni model usaha milik
mereka. Terdapat variasi yang cukup besar, contohnya dalam hal batasan operasional secara
keseluruhan. Beberapa perusahaan dalam sektor layanan kesehatan cenderung memiliki batasan
yang paling tinggi (rata-rata 17.58 % selama enam tahun), sedangkan segmen manufaktur dan
rupa-rupa memiliki batasan terendah (10.49% dan 4.02%). Diantara semua segmen, batasan
operasional bervariasi antara 12.72% pada tahun 2006 (terbaik) dan 9.55% pada tahun 2009
(terburuk). Secara global, net margin (NM/T) dan return on equity (ROE) bertindak sama dengan
marjin operasional. Pada rata-rata dari tahun 2005 hingga 2010, ROE merupakan yang paling
tinggi pada layanan kesehatan (16.75%) dan rendah dalam segmen seperti material dasar (7.41%)
dan barang konsumsi (6.67%). Tentu saja, tingkat net margin yang paling rendah selama periode
tersebut adalah pada sektor pelayanan publik, teknologi dan manufaktur.
Sama halnya dengan itu, arus kas mengikuti jalur yang sama seperi marjin operasional.
Nilai FCF tinggi apabila dibandingkan dengan pergantian dalam sektor seperti minyak/gas
(25.15%) dan layanan kesehatan (14.28%) namun sangat rendah pada material dasar (5.45%) dan
sektor layanan publik (6.76%) karena investasi yang signifikan telah dilakukan. Perbedaan yang
besar juga dapat terlibat dalam beberapa sektor tertentu, khususnya dalam layanan kesehatan dan
teknologi. Diantara semua sektor, FCF merupakan yang paling tinggi pada tahun 2007 karena
keadaan ekonomi yang mendukung dan tahun 2009 yang muncul dari pengurangan persyaratan
operasional pada krisis tahun 2008, yang pada gilirannya mengarah pada perbaikan kebutuhan
modal. Tingkat arus kas yang paling rendah terlihat pada tahun 2005 dan 2006, kemungkinan
dikarenakan volum investasi yang diambil pada tahun-tahun tersebut berdasarakan pada
keputusan sebelumnya. Analisa mengenai tabel mengungkap kaitan antara FCF dan OCF. Pada
tahun 2008 (tahun krisis dimana tingkat aktivitas menurun drastis), OCF berada pada titik
terendahnya (13.57%) namun tidak pada FCF. Hal ini menegaskan bahwa investasi dibekukan
pada tahun tersebut, tidak seperti tahun 2009, ketika rata-rata prosentase FCF adalah 10.30%.
Tabel 8 menunjukkan statistic untuk segmen yang berbeda. Bahkan apabila presentasi
dari dua tingkat penyingkapan tersebut tidak lagi diwajibkan pada tanggal 1 Januari 2009
(tanggal implementasi IFRS 8), sebagian besar dari kelompok yang mempelajarinya telah
melanjutkan praktek pengadaan kegiatan dan penyingkapan geografis. Tanpa bergantung pada
apakah perusahaan memilih sebuah sektor aktivitas atau wilayah geografis seperti penyingkapan
level pertama mereka, kami hanya menyajikan tiga segmen pertama agar dapat dipahami dengan
lebih baik. Statistic rata-rata mengenai kegiatan tersebut menunjukkan variasi utama diantara
kesembilan sektor tersebut. Sektor teknologi dan layanan kesehatan disatukan dengan
penyingkapan segmen level pertama yang substansial, sedangkan segmen pelaporan lainnya
memberikan informasi mengenai pergantian atau total marjin jauh lebih sedikit. Variasi pada
industri tertentu (seperti sektor teknologi dan layanan kesehatan) jauh lebih penting untuk dicatat
dibandingkan variasi diantara level 1, 2, dan 3 karena melibatkan rasio marjin yang lebih
substansial, sehingga memperkaya pemahaman pemabaca mengenai sumber profitabilitas dan
model usaha yang dikejar. Pada perspektif yang lebih geografis, memungkinkan untuk
memasukkan bahwa sektor manufaktur dan layanan kesehatan sangat bergantung pada segmen
pelaporan pertama. Dengan begitu, beberapa jumlah yang terungkap memerlukan spesifikasi
lebih jauh lagi. Satu contoh adalah dari tahun 2008, dengan angka -1.57% yang tercatat pada
sektor 2 (panel D). Meskipun banyak perusahaan telah terpengaruh oleh resesi dan pendapatan
negatif, maka hanya sedikit marjin yang dicapai pada sektor 2 atau 3. Hal yang sama juga terjadi
pada sektor teknologi, dimana pendapatan operasional saat ini relatif lemah pada sektor 1, panel
E (rata-rata 6.88% selama periode tersebut) meskipun penyingkapan segmen (panel C, sektor 1)
dikomunikasikan pada marjin operasional yang lebih tinggi (10.38%). Hal tersebut dapat
dijelaskan dengan kekhususan dari satu sektor yang berkembang sangat cepat khususnya karena
menunjang biaya restrukturisasi utama seperti juga biaya lain yang terkait dengan pelepasan dan
akuisisi.

5.2. Hasil dan Pembahasan Model


Estimasi dari koefisien regresi model (i) dan nilai ambang (ci) telah dicapai
menggunakan algoritma maksimalisasi pada fungsi seperti log yang ditentukan oleh probabilitas
tampilan. Diluar nilai yang telah dicapai, tanda koefisien yang utamanya memiliki signifikansi
untuk variabel endogen dalam model Logit. Pada akhirnya kami memberikan hasil estimasi
berdasarkan kumpulan data dengan pengaruh yang tetap (estimasi pengaruh marjinal).
Tabel 9 merangkum temuan-temuan model. Satu atau beberapa periode pengaturan
diperlukan untuk penerapan model tersebut, yang menjelaskan mengapa kami menguji dalam
empat periode yakni tahun 2006-2010 (periode 1, memperhitungkan data dari tahun 2005-2010),
periode 2 (2007-2010), periode 3 (2008-2010), dan periode 4 (2009-2010). Pada umumnya,
model usaha dikondisikan oleh variabel berikut: T1 (pergantian sektor dari segmen 1), T3
(pergantian sektor dari segmen 3), VAROI1 (variasi dalam pendapatan operasional dari segmen
1, dalam nilai moneter), NS (jumlah segmen yang disajikan), dan IF (standar segmen yang
digunakan). Dengan demikian, masih memungkinkan untuk menolak H 0 (ketidaksahan dari
koefisien) dan memvalidasi model tersebut bahkan apabila signifikansi dari keterkaitan model
selama periode 1 dan 2 relatif rendah. Temuan-temuan model tersebut terkadang berlawanan
dengan intuisi ekonomi yang dirumuskan dalam hipotesa kita karena tanda koefisien pada
pergantian segmen dan perubahan marjin adalah negatif (contohnya T3 dengan probabilitas pada
model usaha peluncuran dan VAROI1 bagi semua model usaha ada semua periode) dan karena
variabel yang lain tidak memiliki signifikansi dalam model usahanya, yakni tidak memiliki
koneksi terhadap posisi kas sebuah perusahaan. Secara global, fakta bahwa sebuah perusahaan
berkomunikasi mengenai sebuah sektor aktivitas atau wilayah geografis tidak berpengaruh
terhadap probabilitas dimana model usaha tersebut akan diterapkan. Sama halnya dengan itu,
fakta bahwa penyingkapan segmen dikembangkan atau tidak (lebih dari tiga segmen disajikan
dalam catatan laporan keuangan) tidak netral terhadap kodifikasi model usaha pada periode satu
dan empat, namun netral pada periode dua dan tiga.
Analisa berbasis periode menawarkan beberapa hasil yang menarik. Yang pertama, model
usaha yang diujikan selama periode 1 berlangsung selama enam tahun (2005-2010) lebih sulit
ditentukan dengan menggunakan jumlah variabel yang lebih besar (khususnya yang berdasarkan
pada marjin) bahkan apabila pada segmen yang lain kontribusi mereka tidak seimbang. Pada
kenyataannya, klasifikasi model usaha dapat dijelaskan oleh variasi pada segmen pendapatan
operasional (VAROI) ketimbang oleh pergantian itu sendiri. Kemudian, akan tampak bahwa
variabel yang menterjemahkan hipotesa H1 tidak signifikan dan tidak terlihan menjadi sebuah
elemen yang menjelaskan model usaha. Netralitas segmen tersebut telah divalidasi. Pendek kata,
fakta bahwa sebuah kelompok memilih jenis pelaporan tertentu yang berdasarkan pada aktivitas
atau wilayah geografis tidak memiliki pengaruh nyata pada penentuan model usahanya. Sebagai
tambahan, kita telah mampu untuk membuktikan bahwa perubahan dalam pelaporan terjadi
selama transisi antara standar lama IAS 14 dan IFRS 8 yang baru, yang terstruktur dengan
sendirinya kecuali pada tahun 2009-2010. Hal tersebut memvalidasi hipotesa H3. Pada saat yang
sama, pengamatan empiris membuat asumsi bahwa kelompok Perancis yang memimpin telah
memperbaiki determinan dari penyingkapan segmen mereka pada tahun 2009 (atau pada tahun
2008 bagi mereka yang mengantisipasi penerapan IFRS 8). Dengan demikan kesimpulan parsial
kita sepakat dengan temuan oleh Taddei Valenza dan Heem (2010) dalam kajian mereka
mengenai kelompok CAC 40 dan kontradiktif terhadap netralitas standar. Juga perlu dicatat
bahwa kelompok tertentu yang membuat pilihan finansial memuncak pada penarikan atau
restrukturisasi model usaha, dan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut berkomunikasi jauh
lebih sedikit dengan IFRS 8 dibandingkan yang mereka lakukan dimasa lampau, khususnya
dalam hubungan dengan aset segmen mereka atau modal yang digunakan. Yang terakhir,
hipotesa H2 (yang menganggap bahwa sebuah perusahaan berkomunikasi mengenai sejumlah
besar segmen (lebih dari tiga) yang memfasilitasi pemahaman akan model usahanya) telah
memvalidasi model usaha pertumbuhan pada tahun 2006-2010. Pengamatan tersebut
membuktikan bahwa semakin informasi tersebut dipadatkan, maka semakin besar kecenderungan
sebuah unit usaha untuk membuat pilihan keuangan yang memuncak pada sebuah model
pertumbuhan yang berdasarkan pada likuiditas yang berlimpah, dan oleh karena itu, pada
akhirnya dapat membuat FCF yang memadai untuk diberikan kepada para pemegang saham.
Observasi awal tersebut divalidasi oleh pengujian pergantian yang berbeda, marjin
operasional, dan perubahan dalam pendapatan operasional. Pergantian segmen memiliki
pengaruh yang sedikit dalam model usaha (kecuali selama tahun 2008-2010 dan 2009-2010
dikarenakan pengaruh krisis ekonomi) dan terkadang bisa jadi negatif (contohnya pada tahun
2009-2010 pada model usaha peluncuran). Semakin banyak sebuah perusahaan menunjukkan
pergantian segmen, maka semakin besar perkembangan dari model usaha yang dapat disebuh
sebagai kegagalan atau peluncuran atau lawan dari model pertumbuhan yang berdasarkan pada
penghasil nilai. Poin ini memperkuat poin sebelumnya mengenai kesulitan dalam menganalisa
model usaha sebuah perusahaan dengan menggunakan informasi yang diambil dari pelaporan
internalnya.

6. Kesimpulan
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menentukan apakah penyingkapan segmen yang
terkandung dalam standar IAS 14 dan IFRS 8 membantu menjelaskan model usaha dari sebuah
perusahaan yang ditentukan oleh keputusan finansialnya yang diteruskan oleh indikator laporan
arus kas. Dengan dirubah menjadi standar akuntansi, pilihan finansial telah membantu kita untuk
mendapatkan sejumlah model usaha yang berdasarkan pada arus kas yang dihasilkan oleh
perusahaan, yang diperuntukan untuk dibagikan oleh banyak penyokongnya (terutama pemegang
saham dan para kreditor). Kajian tersebut diambil dari konsolidasi laporan keuangan yang
diterbitkan antara tahun 2005 dan 2010 oleh 101 kelompok industri dan perdagangan yang
terdaftar pada Euronext, yang menekankan sejumlah temuan. Yang pertama, sulit untuk
membuktikan segala koneksi empiris diantara informasi yang dikomunikasikan pada
penyingkapan pelaporan segmen dan model usaha sebuah perusahaan rusak laporan arus kasnya.
Pada kelompok yang terdaftar, volum dari FCF pada suatu waktu bukan hanya bergantung pada
elemen operasional terkait usaha atau aktivitas atau layanan industri. Keterkaitan ini juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, termasuk akuisisi, penarikan investasi, dan partisipasi.
Kemudian, sebuah pembeda pun dibuat diantara standar terstruktur seperti IAS 14 dan sebuah
standar pelaporan seperi IFRS 8. Pemahaman kita terhadap pilihan finansial telah diperbaiki dari
waktu ke waktu oleh perbedaan dapat kita lihat pada penyingkapan segmen. Perusahaan tersebut
mempelajari perubahan parsial dari jenis informasi yang mereka berikan, dengan kecenderungan
terhadap kurangnya pengungkapan. Hal tersebut berarti bahwa pertanyaan yang harus ditanyakan
mengenai kegunaan dan relevansi dari IFRS 8, khususnya bagi para analis finansial yang
seringkali harus menguraikan model usaha yang berkembang setiap waktu (contoh sektor yang
memimpin adalah sektor teknologi). Yang terakhir, penyingkapan segmen diambil dari catatan
pada laporan finansial dan berdasarkan pada elemen seperti pergantian, pendapatan operasional,
atau tingkat marjin yang umumnya tidak ditentukan secara memadai untuk memetakan pilihan
finansial tertentu, dalam hal nilai atau variasi dalam nilai. Hal tersebut relatif sederhana untuk
dipahami ketika pergantian atau marjin dalam sektor yang diberikan berada dalam peningkatan
(dan fakta bahwa hal ini memperbaiki posisi kas perusahaan) namun sama jelasnya bahwa
periode kajian juga dapat mencondongkan temuan dikarenakan kontraksi pada tingkat aktivitas
tahun 2008 dan 2009, yang menyebabkan banyak perusahaan mengambil pendekatan jangka
pendek dan menjatuhkan model awal mereka.
CRITICAL REVIEW

1. Latar Belakang
Artikel ini menunjukkan hubungan antara model bisnis yang dijalankan oleh perusahaan
dan hubungannya dengan pengungkapan tersegmen. Penelitian ini juga mencoba untuk
memahami bagaimana penyingkapan segmen IFRS dapat memperbaiki pemahaman seseorang
terhadap model usaha dari kelompok terdaftar seperti yang ditentukan dalam CFS mereka.
Dengan menganalisis informasi segmen selama beberapa tahun ( melibatkan IAS 14 sampai
dengan akhir tahun 2008 dan IFRS 8 dari 1 Januari , 2009, dan seterusnya ) , telah
memungkinkan untuk mengidentifikasi segmen yang berhubungan dengan margin yang sehat .
Tetapi bahwa gagasan kinerja adalah sulit untuk dipahami jika informasi yang diberikan adalah
dengan kualitas yang buruk , jika kesalahan pengukuran yang terjadi, atau jika tidak ada data
yang homogen , baik yang terjadi di tingkat segmentasi aset atau pada modal usaha.

2. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


Tujuan
Tujuan dari kajian ini adalah untuk menentukan apakah penyingkapan segmen yang
terkandung dalam standar IAS 14 dan IFRS 8 membantu menjelaskan model usaha dari sebuah
perusahaan yang ditentukan oleh keputusan finansialnya yang diteruskan oleh indikator laporan
arus kas. Dengan dirubah menjadi standar akuntansi, pilihan finansial telah membantu kita untuk
mendapatkan sejumlah model usaha yang berdasarkan pada arus kas yang dihasilkan oleh
perusahaan, yang diperuntukan untuk dibagikan oleh banyak penyokongnya (terutama pemegang
saham dan para kreditor).

Manfaat
Manfaat dari artikel ini dapat membantu penyingkapan mengenai arus kas sebuah
perusahaan. Itu menjadi berguna karena dapat memberikan laporan finansial kepada
penggunanya dengan dasar untuk menilai kemampuan dari perusahaan tersebut untuk
menghasilkan dana dan penyetaraan dana, sebagaimana persyaratan likuiditas mereka (tujuan
IAS 7). Kemudian juga artikel ini bermmanfaat untuk memahami bagaimana penyingkapan
segmen IFRS dapat memperbaiki pemahaman seseorang terhadap model usaha dari kelompok
terdaftar seperti yang ditentukan dalam CFS mereka.
3. Dasar Teori
Dasar teori yang digunakan untuk menjawab masalah penelitian dalam artikel mengenai
hubungan model usaha suatu perusahaan terhadap pengungkapan tersegmen dapat dilakukan
dengan cara berikut ini.
1. Model Usaha
Kesetaraan pengelolaan pada metode ilmiah dimulai dengan sebuah hipotesa yang dapat
anda uji dan direvisi jika diperlukan. Terdapat banyak format model usaha yang berbeda, yang
juga membuat penyamarataan menjadi lebih sulit.

4. Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam menyusun artikel ini adalah menggunakan
penelitian dari konsolidasi laporan keuangan yang diterbitkan antara tahun 2005 dan 2010 oleh
101 kelompok industri dan perdagangan yang terdaftar pada Euronext, yang menekankan
sejumlah temuan.

5. Instrumen Penelitian
Sebelum kita membahas tentang instrumen penelitian, terlebih dahulu kita mengetahui
arti dari instrumen penelitian yang digunakan dalam hubungan model usaha suatu perusahaan
terhadap pengungkapan tersegmen. Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan
untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan
hubungan model usaha suatu perusahaan terhadap pengungkapan tersegmen.
Jadi di dalam artikel ini, peneliti menggunakan instrumendokumentasi, yaitu peneliti
melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis isi.

6. Peluang Untuk Melakukan Penelitian Selanjutnya


Peluang dari penelitian ini kita dapat melakukan penelitian selanjutnya tentang
membuktikan segala koneksi empiris diantara informasi yang dikomunikasikan pada
penyingkapan pelaporan segmen dan model usaha sebuah perusahaan rusak laporan arus kasnya.

Anda mungkin juga menyukai