Disusun oleh:
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KHAIRUN
2016
1. Konsep Dan Arah Dan Arah Kebijakan Pertanahan
1. Tanah negara (domein negara) dapat diberikan hak erfpacht paling lama
90 tahun,
3. Persewaan tanah oleh orang Indonesia kepada bangsa lain akan diatur,
4. Hak tanah adat diganti dengan hak eigendom,
Dengan amandemen Portman tidak menyetujui hak milik adat menjadi hak
eigendom, dan milik adat tetap dijamin permakaiannya. Akhirnya pada tahun
1870 dibawah pimpinan Menteri Jajahan De Waal, Agrarische Wet ini ditetapkan
dengan S. 1870-55. Tangga1 24 September 1960 merupakan suatu tanggal yang
penting dalam kehidupan hukum di Indonesia, karena pada tanggal tersebut
telah diundangkan dan mulai berlaku Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaga Negara 1960 No.104 n).
Dengan lahirnya Hukum Agraria Nasional dengan nama populer UUPA,maka
secara total hukum Agraria Kolonial dihapuskan. Denganhapusnya hukum
Agraria Kolonial, maka merupakan sejarah baru dan suasana baru bagi rakyat
Indonesia untuk dapat menikmati sepenuhnya bumi, Air, ruang angkasa dan
kekayaan alam Indonesia ini, terutama kaum tani yang selama ini menompang di
atas tanahnya sendiri. Hak-hak atas tanah yang dipunyai oleh rakyat tani yang
selama ini tidak mempunyai .iaminan yang kuat, sekarang dengan berlega hati,
telah dapat meminta agar tanahnya dapat diberi perlindungan dengan hak-
hakyang diberikan kepadanya.
Hukum Agraria Nasional (UUPA) yang merupakan perombakan hukum Agraria
Kolonial bertujuan untuk memperbaiki kembali hubungan manusia Indonesia
dengan tanah yang selama ini sudah tidak jelas lagi. Perombakan hukum agraria
kolonial itu dimaksudkan untuk merobah hukum kolonial kepada hukum nasional
sesuai dengan cita-cita nasional, khususnya para petani. Selain itu untuk
menghilangkan dualisme hukum yang berlaku serta memberikan kepastian
hukum atas hak-hak seseorang atas tanah.
Posisi penatagunaan tanah juga semakin jelas seperti yang termaktub dalam
Pasal 33 UU No.26/2007 Tentang Penataan Ruang, dimana pemanfaatan ruang
mengacu pada rencana tata ruang yang dilaksanakan dengan penatagunaan
tanah, penatagunaan air, dan penatagunaan udara. Pada hakekatnya, tanah
sebagai unsur yang paling dominan dalam penataan ruang, telah dilandasi
dengan PP, memiliki peran yang paling strategis dalam mewujudkan penataan
ruang. Namun demikian, penatagunaan tanah belum begitu dilibatkan dalam
proses penyusunan, implementasi maupun pengawasan penataan ruang.
Menurut saya, proses penataan ruang di Indonesia saat ini memang pada level
yang bervariasi. Namun demikian, secara umum dapat dilihat bahwa, penataan
ruang masih bergerak dilevel dasar, yaitu proses euphoria penyusunan tata
ruang. Hal ini terbukti dari banyaknya tata ruang yang tidak dilaksanakan di
lapangan. Seharusnyalah, mulai sekarang, kita bersama-sama harus lebih
memikirkan juga bagaimana implementasi di lapangan.
b. Konsolidasi Tanah
- Dasar Pengaturan :
- Pelaksanaan :
Pelaksanaan pengaturan penguasaan dan penatagunaan tanah dalam
bentuk konsolidasi tanah dilakukan di perdesaan dan perkotaan, dalam
rangka peningkatan kualitas lingkungan dan sekaligus menyediakan
tanah untuk pembangunan prasarana dan fasilitas umum. ( Pasal 3 ayat
1)
Kegiatan konsolidasi tanah meliputi penataan kembali bidang-bidang
tanah termasuk Hak Atas Tanah dan/atau penggunaan tanahnya dengan
dilengkapi prasarana jalan, irigasi, fasilitas lingkungan dan/atau serta
fasilitas penunjang lainnya yang diperlukan dengan melibatkan partisipasi
para pemilik tanah dan/atau penggarap tanah. ( Pasal 3 ayat 2 )
Lokasi Konsolodasi Tanah ditetapkan oleh Bupati/Walikotan Kepala
Daerah Tingkat II dengan mengacu pada Rencana Tata Ruang dan
Rencana Pembangunan Daerah. ( Pasal 4 ayat 1 )
Secara fungsional, konsolidasi tanah dilaksanakan oleh Badan
Pertanahan Nasional, ( Pasal 5 ayat 1 ) yang meliputi:
a. Kepala Badan Pertanahan Nasional ( Pasal 5 ayat 2 butir c )
b. Kepala Kantor Pertanahan Provinsi ( Pasal 5 ayat 2 butir b )
c. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ( Pasal 5 ayat 2 butir a
)
Secara opersional, konsolidasi tanah dilaksanakan oleh instansi-instansi
lain yang terkait dan masyarakat di bawah koordinasi Gubernur untuk
Daerah Tingkat I dan di bawah Bupati/Walikota untuk Daerah Tingkat II
( Pasal 5 ayat 3 )
Peserta yang persil atau luas tanahnya terlalu kecil sehingga tidak
mungkian menyerahkan sebagian tanahnya sebagai sumbangan tanah
untuk keperluan, dapat mengganti sumbangan tersebut dengan uang
atau bentuk lainnya yang disetujui bersama oleh para perserta
konsolidasi tanah. (Pasal 6 ayat 3)
- Pembiayaan :
a. perencanaan
b. pemanfaatan
c. pengendalian
d. pemeliharaan
e. pengawasan dan
f. penegakan hukum.