Teori Agensi
Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut
dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang
muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari
perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku
manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara
pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara
pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang
saling bertentangan (Conflict of Interest).
Dalam konsep Agency Theory, manajemen sebagai agen semestinya on behalf
the best interest of the shareholders, akan tetapi tidak tertutup kemungkinan
manajemen hanya mementingkan kepentingannya sendiri untuk memaksimalkan
utililitas. Manajemen bisaa melakukan tindakan-tindakan yang tidak menguntungkan
perusahaan secara keseluruhan yang dalam jangka panjang bisa merugikan kepentingan
perusahaan. Bahkan untuk mencapai kepentingannya sendiri, manajemen
bisa bertindak menggunakan akuntansi sebagai alat untuk melakukan rekayasa.
Perbedaan kepentingan antara prinsipal dan agen inilah disebut dengan Agency Problem
yang salah satunya disebabkan oleh adanya Asimmetric Information.
Pertentangan dan tarik menarik kepentingan antara prinsipal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan yang dalam Agency Theory dikenal sebagai
Asymmetric Information (AI) yaitu informasi yang tidak seimbang yang
disebabkan karena adanya distribusi informasi yang tidak sama antara prinsipal dan
agen. Ketergantungan pihak eksternal pada angka akuntansi, kecenderungan manajer
untuk mencari keuntungan sendiri dan tingkat AI yang tinggi, menyebabkan
keinginan besar bagi manajer untuk memanipulasi kerja yang dilaporkan untuk
kepentingan diri sendiri.
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu:
1. Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam lainnya
biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan
dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi
keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan
informasinya kepada pemegang saham.
2. Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer tidak
seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga
manajer dapat melakukan tindakandiluar pengetahuan pemegang saham
yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak
dilakukan.
Pemilik atau pemegang saham sebagai prinsipal, sedangkan managemen sebagai
agen. Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak agar anggota-anggota dalam
perusahaan, dimana prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal merupakan pihak
yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan
agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh principal untuk menjalankan
perusahaan. Agen berkewajiban untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah
diamanahkan olehprinsipal kepadanya. Aplikasi agency theory dapat terwujud dalam
kontrak kerja yang akan mengatur proporsi hak dan kewajiban masing-masing pihak
dengan tetap memperhitungkan kemanfaatan secara keseluruhan. Kontrak kerja
merupakan seperangkat aturan yang mengatur mengenai mekanisme bagi hasil, baik
yang berupa keuntungan,return maupun resiko-resiko yang disetujui oleh prinsipal dan
agen.
Kontrak kerja akan menjadi optimal bila kontrak dapat fairness yaitu mampu
menyeimbangkan antara prinsipal dan agen yang secara matematis memperlihatkan
pelaksanaan kewajiban yang optimal oleh agen dan pemberian insentif/imbalan khusus
yang memuaskan dari prinsipal ke agen. Inti dari Agency Theory atau teori keagenan
adalah pendesainan kontrak yang tepat untuk menyelaraskan kepentingan prinsipal
dan agen dalam hal terjadi konflik kepentingan (Scott, 1997).
Baik prinsipal maupun agen, keduanya mempunyai posisi daya tawar yang kuat.
Prinsipal sebagai pemilik modal mempunyai hak akses pada informasi internal perusahaan,
sedangkan agen yang menjalankan operasional perusahaan mempunyai informasi
tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh, namun agen tidak
mempunyai wewenang mutlak dalam pengambilan keputusan, apalagi keputusan
yang bersifat strategis, jangka panjang dan global. Hal ini disebabkan untuk keputusan-
keputusan tersebut tetap menjadi wewenang dari prinsipal selaku pemilik perusahaan.
Adanya posisi, fungsi, kepentingan dan latar belakang prinsipal dan agen yang
berbeda saling bertolak belakang namun saling membutuhkan ini, mau tidak mau dalam
praktiknya akan menimbulkan pertentangan dengan saling tarik menarik pengaruh dan
kepentingan antara satu sama lain. Apabila agen (yang berperan sebagai
penyedia informasi bagi principal dalam pengambilan keputusan) melakukan upaya
sistematis yang dapat menghambat prisipal dalam pengambilan keputusan strategis
melalui penyediaan informasi yang tidak transparan, sedang di lain pihak prinsipal
selaku pemilik modal bertindak semaunya atau sewenang-wenang karena ia merasa
sebagai pihak yang paling berkuasa dan penentu keputusan dengan wewenang yang
tak terbatas, maka kemudian yang terjadi adalah pertentangan yang semakin tajam
yang akan menyebabkan konflik yang berkepanjangan yang pada akhirnya
merugikan semua pihak. Baik prinsipal maupun agen diasumsikan sebagai orang
ekonomik (homo economicsus) yang berperilaku ingin memaksimalkan kepentingannya
masing-masing.
Pertanyaan yang kemudian muncul menjadi satu dari proporsi relative dari
kompensasi yang di dasarkan pada net income ,versus didasarkan pada harga saham
,dalam compensation contarcts ,sehingga ,implikasi menarik dari model holmstrom
adalah bahwa seiring dengan net income bersaing dengan sumber informasi
lainnya untuk investor dalam teori pasar sekuritas efisien, net income juga bersaing
dengan sumber informasi lainnya untuk memotivasi manajer dalam agency theory.
Hal ini memunculkan pertanyaan mengenai apa krateristik yang dimiliki
sebuah pengukuran performa jika pengukuran tersebut digunakan untuk konstribusi
pada afficient compensation contract.salah satu krakteristiknya adalah
sensitivitasnya .sensitivitas adalah rate dimana nilai ekspektasi dari sebuah
pengukuran performa meningkat seiring dengan manajer bekerja keras atau menurun
jika terjadi sebaliknya .krateristik penting lainnya. Karakteristik yang diperlukan
oleh net income jika digunakan untuk mengukur performa tidak sama jika
digunakan sebagai input yang berguna dalam keputusan investasi .dapat disimpulkan
bahwa tantangan untuk akuntan untuk matain dan meningkatkan peran dari net
income sebagai pengukuran performa seorang manajer
adalah menghasilkan angka net income yang mempresentasikan tradeoff terbaik yang
mungkin antar sensitivitas dan keakuratan.
2. Rigidity of contracts
Contract cenderung untuk rigid pada waktu di tandatangani.Alasan untuk
regiditas ini memerlukan beberapa diskusi .di lain pihak ,kita mungkin bertanya jika
konsekuensi ekonomi mempunyai tempat dalam contract yang di ikuti oleh manajer
,mengapa tidak menegosiasi ulang contract yang mengikuti perubahan dalam
GAAP atau state realisasi lainnya. Kontrak yang tidak mengantisipasi semua state
realisasi yang mungkin adalah tidak lengkap. Membangun sebuah provisi normal
untuk negosiasi kembali constract dibawah tangan adalah mungkin ,namun jika
negosiasi kembali tersebut adalah baik untuk manajer ,prospek dari negosiasi
kembali tersebut mengurangi usaha einsentif manajer ,yang tidak termasuk dalam
ketertarika investor. Dalam efeknya ,konsekuensi dari memasuki contracts hanya
karena itu adalah contracts ,state realisasi yang tidak kelihatan sebelumnya
menyebabkan biaya atas perusahaan atau manajer tersebut.manajer yang
unfavourably dipengaruhi oleh sebuah perubahan dari peraturan peraturan akuntansi
in midstream mungkin ditekan untuk menghilangkan ketidaksukaan mereka pada
akuntans yang memperkenalkan perubahan perturan daripada pihak lainnya.
3. Reconciliation of efficient securities market theory
Agency teory mendemonstrasikan kontrak kompensasi yang mungkin paling
baik biasanya mensuport kompensasi manajer pada manajer pada satu atau lebih
pengukuran performa, kemudian manajer memiliki motivasi untuk memaksimalkan
performa mereka . Sejak performa yang lebih tinggi membawa pada
ekspektasi payoff yang lebih tinggi ,ini merupakan tujuan yang ingin dicapai
shareholders. Aligment ini menjelaskan mengapa peraturan akuntansi mempunyai
konsekuensi ekonomi ,di samping implikasi dari teori pasar sekuritas yang efisien
.kadang itu merupakan rigiditas yang diproduksi oleh the signing of binding,contracts
yang tidak lengkap yang menciptakan managers,concern dan yang membawa pada
intervensi mereka dalam proses standard setting .regiditas tersebut tidak dapat
berbuat apa apa dengan apakah perubahan peraturan akuntansi mempengaruhi arus
kas.