Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TRI YUNI WIDYAWATI

KELAS : VI-B
NPM : 02271411021
MATA KULIAH : AKUNTANSI KEPERILAKUAN

RESUME
Heuristik Dalam Aktivitas Akuntansi

1. Heuristik Ketersediaan.
a. Bias Heuristik Ketersediaan
Heuristik ketersediaan adalah strategi membuat penilaian berdasarkan
seberapa muda informasi tertentu dimasukkan ke pikiran. Informasi yang
lebih menonjol dan penting akan lebih digunakan dalam melakukan
penilaian dan pertimbangan. Contohnya jika pada suatu saat ada seseorang
marah-marah di depan umum sehingga orang-orang mengerumuninya
(oleh karena itu menonjol dan mudah diingat), maka orang itu akan dinilai
pemarah.

Menurut Tversky dan Kahneman (1974), heuristik ketersediaan adalah


petunjuk praktis di mana para pengambil keputusan menilai frekuensi
kelas atau probabilitas dari suatu peristiwa dimudahkan dengan contoh
atau kejadian yang dapat dibawah ke pikiran. Dengan mengandalkan pada
ketersediaan untuk memperkirakan frekuensi dan probabilitas, pembuat
keputusan dapat menyederhanakan apa yang mungkin terjadi. Dalam teori
peluang, kita ingat, semakin banyak data dan informasi, maka semakin
benarlah hipotesis tentang data dan informasi tersebut. Namun sayangnya,
model standar tidak perlu dengan urutan kedatangan data dan informasi
tersebut. Orang cenderung menilai peluang terjadinya sesuatu di masa
depan berdasarkan mudah tidaknya kejadian itu dibanyangkan atau
diingat. Beberapa heuristik bias masuk dalam kategori ini adalah sebagai
berikut.

1. Bias 1 Kemudahan untuk diingat (Berdasarkan atas keseringan dan


keterbaruan)
Pimpinan menilai frekuensi, peluang atau penyebab dari suatu kejadian
melalui tingkatan kejadian yang tersedia dalam memori (pikran). Lebih
Suatu kejadian yang menimbulkan emosi dan jelas, muda dibayangkan dan
spesefik akan lebih dekat di memori dibandingkan dengan suatu kejadian
yang tidak mengandung emosional secara alami, kurang menantang, sulit
dibayangkan, atau ragu-ragu. Heuristik ketersedian dapat sangat
bermanfaat dalam mengambil strategi dalam proses pengambilan
keputusan, sejak kejadian tersebut sering terjadi dan memudahkan direkam
oleh pikiran dibandingkan dengan kejadian yang jarang terjadinya.
Heuristik ini dapat juga menimbulkan kekeliruan karena informasi yang
tersedia tidak sesuai dengan kejadiannya.

2. Bias 2 Retievabilitas (Berdasarkan atas struktur ingatan)

Tversky dan Kahneman (1983) menemukan bahwa kebanyakan orang


memberikan respons terhadap angka yang lebih besar. Sebuah alasan
penting untuk pola ini adalah konsumen belajar tentang lokasi untuk jenis
tertentu produk atau toko dan mengatur pikiran mereka seperti itu.

3. Bias 3 Hubungan dugaan

Ketika kemungkinan dua kejadian terjadi bersamaan dinilai dengan


ketersediaan dari penerimaan secara instan kejadian dalam pikiran kita.
Kita biasanya menandai suatu kemungkinan tinggi yang tidak kita sukai di
mana dua kejadian akan terulang secara bersamaan kembali.

4. Bias 4 Hindsight Bias

Orang lebih mudah membayangkan yang biasanya terjadi, dan


bukannya hal-hal yang biasa atau luar biasa. Ketika berdasarkan hal yang
biasa, orang menambatkan harapan ke masa depan, berharap akan ada
manfaat lebih. Ketika yang terajadi di masa depan ternyata hal yang tidak
biasa, akhirnya muncul ketidaktercapaian manfaat, dan ekspresi
keperilakuannya dramatis.

b. Bagaimana di Akuntansi ?
Dalam akuntansi keuangan, prediksi merupakan sutu aspek penting
dalam pengambilan keputusan investasi. Investor yang mampu
memprediksi harga saham dengan akurat dalam waktu yang relatif cepat
akan memperoleh prioritas transaksi lebih dulu sehingga memperbesar
kesempatan untuk memperoleh transaksi yang sesuai atau cocok
(Kufepaksi, 2007). Transaksi yang sesuai atau cocok merupakan transaksi
perdagangan yang berhasil dipertemukan oleh mekanisme pasar
berdasarkan harga pasar yang terbentuk. Apabila mekanisme pasar
berdasarkan harga pasar yang terbentuk. Apabila mekanisme pasar
menghasilkan transaksi yang sesuai atau cocok, maka semakin besar
kesempatan bagi investor untuk memperoleh keuntungan.

2. Heuristik Keterwakilan
a. Heuristik keterwakilan

b. Bagimana di Akuntansi ?
3. Heuristik Penjangkaran dan Penyesuaian
a. Heuristik penjangkaran dan penyesuaian
Penjangkaran adalah kecenderungan untuk mengawali sebuah nilai
tertentu untuk bisa melakukan penilaian. Jika rata-rata indeks prestasi di
kampus adalah 3,4, maka Anda akan menilai yang ber-IP 3,4 rata-rata saja
alias tidak cukup cerdas. Adapun IP 3,3 akan dibilang tidak cerdas karena
di bawah rata-rata. Namun jika rata-rata IP sebesar 3,0, maka IP 3,3 sudah
cukup cerdas. IP 3,4 sudah tergolong cerdas.

Beberapa heuristik bias jenis ini adalah sebagai berikut.

1. Bias 9 Penyesuaian acuan yang tidak layak


Walaupun subjek sadar bahwa acuannya acak dan saling tidak
berhubungan terhadap pertimbangan, acuan memiliki efek yang dramatis
terhadap pertimbangan mereka. Menariknya, membayar subjek secara
berbeda-beda berdasarkan keakuratan tidak mengurangi peningkatan dari
pengaruh pengacuan.
2. Bias 10 Konjungtif dan disjungtif kejadian bias
Bagaimana setiap bias ini diwujudkan dalam suatu konteks terapan ?
perkiraan berlebihan dari kejadian konjungtif merupakan suatu penjelasan
kuat dari masalah ini dalam proyek yang memerlukan perencaan bertahap.
3. Bias 11 Overconfidence
Overconfidence adalah percaya diri atau keyakinan yang berlebihan.
Temuan yang paling baik ditetapkan dalam tulisan-tulisan keyakinan
berlebihan adalah kecenderungan orang untuk menjadi terlalu yakin untuk
membenarkan jawaban mereka ketika diminta untuk menjawab kesulitan
menengah sampai sangat sulit.

b. Penerapan pada Penelitian Akuntansi

Model penyesuaian keyakinan memprediksi bahwa cara orang


memperbaiki keyakinannya yang sekarang (anchor) dipengaruhi oleh
beberapa faktor bukti. Faktor bukti yang dimaksud adalah kompleksitas
bukti yang dievaluasi, konsistensi bukti, dan kedekatan evaluator dengan
bukti tersebut. Model ini menempatkan karakteristik tugas sebagai
moderator dalam hubungan antara urutan bukti dengan pertimbangan yang
akan dibuat.

Fenomena pengaruh urutan bukti muncul karena adanya interaksi antara


strategi pemrosesan informasi dan karakteristik tugas. Sifat-sifat bukti
yang dipertimbangkan dalam model adalah: (1) arah (sesuai atau tidak
sesuai dengan keyakinan awal), (2) kekuatan bukti (lemah atau kuat), dan
(3) jenis bukti (negative, positif, atau campuran).

c. Beberapa Bias Lainnya

1. Counterfactual Reasoning

Ini adalah kecenderungan untuk mengevaluasi suatu kejadian


dengan mempertimbangkan alternatif kejadiannya. Penilaian terhadap
orang tidak hanya dipengaruhi oleh kejadian yang dialami orang itu,
tetapi juga apa yang mungkin dialami orang akibat kejadian itu.
Misalnya Anda akan jauh lebih memperhatikan seorang nenek tua yang
berjalan memakai kayu saat kehilangan uang 100 ribu rupiah dari pada
anak muda necis kehilangan sejumlah 200 ribu. Uang 100 ribu bagi si
nenek bisa menyambung hidup satu bulan, tetapi 200 bagi si anak muda
mungkin hanya uang beli pulsa sehari.
2. Efek Kesalahan Consensus (false consensus effect)

Inilah kecenderungan untuk secara berlebihan mengira bahwa


orang lain bertindak atau berpikiran seperti yang kita lakukan. Kalau
Anda tidak memakai helm dalam berkendaraan, Anda lantas berpikir
orang lain juga melakukan hal yang sama, bahkan lebih parah.

3. Manajemen kesan (Impression Manajemen)

Dalam kehidupan sehari-hari kita terkadang dibiaskan oleh


manajemen kesan. Cara Anda membentuk kesan terhadap orang lain
kadang dipengaruhi oleh motivitas, tujuan, dan kebutuhan Anda.
Misalnya Anda ingin mengenal lebih jauh rekan bicara Anda karena ia
melamar pekerjaan pada Anda.

4. Self-Fulfilling Prophecy

Bias ini adalah kecenderungan orang untuk memperoleh informasi,


memaknai, dan menyusun informasi yang konsisten dengan
keyakinannya saat itu. Salah satu jenisnya adalah efek pemenuhan
harapan diri (self- fulfilling prophecy), yakni kecenderungan orang
untuk berperilaku tertentu yang konsisten dengan harapan, keyakinan,
atau pikirannya mengenai suatu kejadian atau perilaku.
5. Bias Konfirmasi
Efek ini menyangkut masalah pengkodean atau tanda tertentu, yaitu
ketika hasil persepsi tidak diterjemahkan sebagaimana mestinya.
Hasilnya, ketika kita mempunyai data baru yang bertentangan dengan
keyakinan kita, maka data ini justrukita anggap masih seseuai dengan
keyakinan kita.

DAFTAR PUSTAKA
Dr. I Wayan Suartana, S.E., Ak., M.Si. Akuntansi Keperilakuan Teori dan
Implementasi Andi Yogyakarta. Hal 51-87.

Anda mungkin juga menyukai