Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas Keperawatan
Jiwa

oleh

Hassael

30190116079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS


PADALARANG

2017
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan (Budi Anna Keliat, 2006).
Waham adalah keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas yang
salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya klien (Aziz R, 2003).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian realitas
yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar belakang
budaya, ketidakmampuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui proses
interaksi atau informasi secara akurat. Seseorang yang mengalami waham berpikir bahwa
ia memiliki banyak kekuatan dan bakat serta tidak merasa terganggu jiwanya atau ia
merasa sangat kuat dan sangat terkenal.
Waham adalah keyakianan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan
Sundeen, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan tetapi
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain, keyakinan ini berasal
dari pemikiran klien dimana sudah kehilangan control (DepKes RI, 1994).

Berdasarkan pengertian di atas maka waham adalah suatu gangguan perubahan isi
pikir yang dilandasi adanya keyakinan akan ide-ide yang salah yang tidak sesuai dengan
kenyataan, keyakinan atau ide-ide klien itu tidak dapat segera diubah atau dibantah
dengan logika atau hal-hal yang bersifat nyata.

B. Rentang Respon Neurobiologi


Stuart dan Laraia, 2005
Pikiran logis Distorsi pikiran Gangguan proses pikir
Persepsi akurat Ilusi Waham
Emosi konsisten dengan Reaksi emosi berlebihan Perilaku disorganisasi
Isolasi sosial
pengalaman atau kurang
Perilaku sesuai Perilaku aneh atau tidak Sulit berespon emosi
Berhubungan sosial
biasa
Perilaku sesuai
Menarik diri

Respon adaptif Respon maladaptif


Rentang respon neurobiologis di atas dapat dijelaskan bila individu merespon secara adaptif
maka individu akan berpikir secara logis. Apabila individu berada pada keadaan diantara adaptif
dan maladaptif kadang-kadang pikiran menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila
individu tidak mampu berpikir secara logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia
akan berespon secara maladaptif dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham

C. Etiologi
Keadaan yang timbul sebagai akibat dari pada proyeksi dimana seseorang
melemparkan kekurangan dan rasa tidak nyaman ke dunia luar. Individu itu biasanya
peka dan mudah tersinggung, sikap dingin dan cenderung menarik diri. Keadaan ini
seringkali disebabkan karena merasa lingkungannya tidak nyaman, merasa benci, kaku,
cinta paa diri sendiri yang berlebihan angkuh dan keras kepala. Dengan seringnya
memakai mekanisme proyeksi dan adanya kecenderungan melamun serta mendambakan
sesuatu secara berlbihan, maka keadaan ini dapat berkembang menjadi waham. Secara
berlahan-lahan individu itu tidak dapat melepaskan diri dari khayalan dan kemudian
meninggalkan dunia realitas. Kecintaan pada diri sendiri, angkuh dan keras kepala,
adanya rasa tidak aman, membuat seseorang berkhayal ia sering menjadi penguasa dan
hal ini dapat berkembang menjadi waham besar. Secara umum dapat dikatakan segala
sesuatu yang mengancam harga diri dan keutuhan keluarga merupakan penyebab
terjadinya halusinasi dan waham. Selain itu kecemasan, kemampuan untuk memisahkan
dan mengatur persepsi mengenai perbedaan antara apa yang dipikirkan dengan perasaan
sendiri menurun sehingga segala sesuatu sukar lagi dibedakan, mana rangsangan dari
pikiran dan rangsangan dari lingkungan (Keliat, 1998).

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi dari perubahan isi pikir : waham kebesaran dapat dibagi
menjadi 2 teori yang diuraikan sebagai berikut :

1. Teori Biologis
Faktor-faktor genetik yang pasti mungkin terlibat dalam perkembangan suatu
kelainan ini adalah mereka yang memiliki anggota keluarga dengan kelainan yang sama
(orang tua, saudara kandung, sanak saudara lain).
Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan skizofrenia
mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan sejak lahir terjadi pada bagian
hipokampus otak. Pengamatan memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di
dalam otak dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
Teori biokimia menyatakan adanya peningkatan dari dopamin neurotransmiter
yang dipertukarkan menghasilkan gejala-gejala peningkatan aktivitas yang berlebihan
dari pemecahan asosiasi-asosiasi yang umumnya diobservasi pada psikosis.

2. Teori Psikososial
Teori sistem keluarga Bawen dalam Lowsend (1998 : 147) menggambarkan
perkembangan skizofrenia sebagai suatu perkembangan disfungsi keluarga. Konflik
diantara suami istri mempengaruhi anak. Penanaman hal ini dalam anak akan
menghasilkan keluarga yang selalu berfokus pada ansielas dan suatu kondsi yang lebih
stabil mengakibatkan timbulnya suatu hubungan yang saling mempengaruhi yang
berkembang antara orang tua dan anak-anak. Anak harus meninggalkan ketergantungan
diri kepada orang tua dan anak dan masuk ke dalam masa dewasa, dan dimana dimasa ini
anak tidak akan mamapu memenuhi tugas perkembangan dewasanya.

3. Teori Interpersonal
Teori interpersonal menyatakan bahwa orang yang mengalami psikosis akan
menghasilkan hubungan orang tua anak yang penuh akan kecemasan. Anak menerima
pesan-pesan yang membingungkan dan penuh konflik dan orang tua tidak mampu
membentuk rasa percaya terhadap orang lain.

4. Teori Psikodinamik
Teori psikodinamik menegaskan bahwa psikosis adalah hasil dari suatu ego yang
lemah. Perkembangan yang dihambat dan suatu hubungan saling mempengaruhi antara
orang tua, anak. Karena ego menjadi lebih lemah penggunaan mekanisme pertahanan
ego pada waktu kecemasan yang ekstrim menjadi suatu yang maladaptif dan perilakunya
sering kali merupakan penampilan dan segmen diri dalam kepribadian.

Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dari perubahan isi pikir : waham, yaitu :
1. Biologis
Stressor biologis yang berhubungan dengan neurobiologis yang maladaptif termasuk
gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur perubahan isi informasi dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi rangsangan.

2. Stres lingkungan
Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stres yang berinterasksi dengan
sterssor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.

3. Pemicu gejala
Pemicu yang biasanya terdapat pada respon neurobiologis yang maladaptif berhubungan
dengan kesehatan lingkungan, sikap dan prilaku individu, seperti : gizi buruk, kurang
tidur, infeksi, keletihan, rasa bermusuhan atau lingkungan yang penuh kritik, masalah
perumahan, kelainan terhadap penampilan, stres gangguan dalam berhubungan
interpersonal, kesepain, tekanan, pekerjaan, kemiskinan, keputusasaan dan sebagainya.

D. Proses Terjadinya Waham


1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, klien dengan waham dapat terjadi pada orang-orang
dengan status social dan ekonomi terbatas. Biasanaya klien sangat sangat miskin dan
menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sangat mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara social dan
ekonomi terpenuhi, tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Misalnya, ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan, bahwa ia eksis di
dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh kembang
(life span history).

2. Fase lack of self esteem


Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality (kenyataan dan harapan), serta dorongan kebutuhan yang tidak
terpenuhi, sedangkan standar linkungan sudah melampaui kemampuannya. Misalnya,
saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang
canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut. Padahal, self reality-nya
sangat jauh.Dari aspek pendidikan klien, materi pengalaman, pengaruh, support
system, semuanya sangat rendah.

3. Fase control internal external


Klien mencoba berpikir rasional, bahwa apa yang ia yakini atau apa yang ia
katakana adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadap kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat berat,
karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting, dan diterima
linkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut belum
terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien, mencoba memberikan
koreksi bahwa, sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak
dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif, tetapi tidak mau konfrontatif
berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien kadang merugikan orang lain.

4. Fase environment support


Adanya beberapa orang yang memercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang
dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran, karena seringnya diulang-ulang. Dari
sinilah, mulai terjadinya kerusakan control diri dan tidak berfungsi normal (super
ego), yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.

5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungan. Selanjutnya
klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksisosial.

6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul sering
berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak terpenuhi.
Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan klien
dengan cara konfrontatif, serta memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa yang
dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

E. Tanda dan Gejala Waham

Nama Karakteristik Contoh


Waham Meyakini bahwa, ia memiliki kebesaran Saya ini titisan Bung
kebesaran atau kekuasaan khusus, diucapkan berulang Karno, punya banyak
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. perusahaan, punya rumah
di berbagai Negara, dan
bisa menyembuhkan
berbagai macam penyakit
Waham Meyakini bahwa, ada Banyak polisi yang
curiga seseorang atau kelompok yang mengintai saya, tetangga
berusaha merugikan atau saya ingin menghancurkan
mencederai dirinya, diucapkan hidup saya, suster akan
berulang kali tetapi tidak sesuai meracuni makanan saya.
kenyataan.

Waham Memiliki keyakinan terhadap suatu agama Tuhan telah menunjuk


agama secara berlebihan, diucapkan berulang kali saya menjadi wali, saya
tetapi tidak sesuai kenyataan harus terus menerus
memakai pakaian putih
setiap hari, agar masuk
surga
Waham Meyakini bahwa tubuh klien atau bagian Sumsum tulang saya
somatic tubuhnya terganggu, diucapkan berulang kosong, saya pasti
kali tetapi tidak sesuai kenyataan. terserang kanker, dalam
tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah
membusuk, tubuh saya
menghilang
Waham Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di Saya sudah menghilang
nihilistic dunia atau meninggal, diucapkan berulang dari dunia ini, semua yang
kali tetapi tidak sesuai kenyataan ada di sini adalah roh-roh,
sebenarnya saya sudah
tidak ada di dunia

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Selama pengkajian, perawat harus mendengarkan, memeprhatikan, dan
mendokumentasikan semua inforrmasi, baik melalui wawancara maupun observasi yang
diberikan oleh pasien tentang wahamnya. Berikut ini beberapa contoh pertanyaan yang
dapat perawat gunakan sebagai panduan untuk mengkaji pasien waham.
1. Apakah pasien memiliki pikiran atau isi pikiran yang berulang-ulang diungkapkan?
2. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien cemas
secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
3. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda di sekitarnya aneh dan tidak
nyata?
4. Apakah pasien pernah merasakan bahwa dia berada diluar tubuhnya?
5. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
6. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang lain
atau kekuatan dari luar?
7. Apakah pasien menyatakan bahwa dia memiliki kekuatan fisik atau kekuatan lainnya
atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?

Isi pengkajian gangguan orientasi realita yang terfokus pada klien waham yaitu:
Alasan masuk atau dirawat
Umumnya pasien dengan gangguan orientasi dan realita dibawa kerumah sakit karena
mengungkapkan kaa-kata ancaman, mengatakan benci dan kesal kepada seseorang. Klien
suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal marah atau
merusak barang-barang dan tidak mampu mengendalikan diri.
Klien juga mengungkapkan sesuatu yang tidak realistic, flight of ideas, kehilangan
asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar. Serta klien mengungkapkan sesuatu yang
diyakininya (tentang agama, kebesaran, kecurigaan, keadaan dirinya) berulang secara
berlebihan tetapi tidak sesuai kenyataan. Biasanya klien tampak tidak mempunyai orang
lain, curiga, bermusuhan, merusak, ( diri, orang lain, lingkungan) takut kadang panic,
sangat waspada, tidak dapat menilai lingkungan atau realitas, ekspresi wajah klien tegang,
mudah tersinggung.
Masalah Keperawatan
a. Kerusakann komunikasi verbal
b. Gangguan proses piker
c. Harga diri rendah kronik

Data Mayor dan Data Minor

Data Masalah

DS: Kerusakan komunikasi verbal

Pasien bicara kacau

Bingung

Pembicaraan berbelit-belit

DS: Gangguan proses pikir: waham

Pasien mengatakan hal-hal yang tidak sesuai


kenyataan

Pasien mengatakan berulang kali

DO:

Pasien tampak bingung

DS: Gangguan konsep diri, harga diri rendah

Pasien merasa malau berinteraksi dengan orang


lain
DO: Ekspresi muka sedih dan murung

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan klien dengan waham berdasarkan pohon masalah:
a. Gangguan proses pikir : waham
C. Intervensi Keperawatan

No. Perencanaan

DX
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1 2 3 4 5 6

Gangguan Pasien mampu: Setelah pertemuan SP.1 (Tgl..)


proses pikir Berorientasi kepada pasien dabat Identifikasi kebutuhan Mengetahui

waham realitas secara memenuhi pasien kebutuhan pasien


bertahap kebutuhannya dapat memudahkan
Mampu perawat dalam
berinteraksi dengan Bicara konteks realita menyusun
orang lain dan (tidak mendukung atau intervensi
lingkungan membantah waham selanjutnya.
Menggunakan obat pasien Membawa pasien
dengan prinsip 6 Latih pasien untuk pada orientasi
benar memenuhi realita
kebutuhannya Memandirikan
pasien dalam
Masukkan salam jadwal
melakukan proses
harian pasien
keperawatan
Jadwal harian
sebagai acuan
dalam melanjutkan
rencana
keperawatan secara
rutin.

Setelah pertemuan SP.2 (Tgl..)


pasien mampu: Evaluasi kegiatan yang Mengetahui
Menyebutkan lalu (SP.1) perkembangan dan
kegiatan yang tingkat kemampuan
sudah dilakukan. pasien dalam
Mampu menilai dirinya
Identifikasi
menyebutkan serta sesuai pada
potensi/kemampuan
memilih keinginan realitas.
yang dimiliki.
yang dimiliki Mengetahui potensi
pasien yang dapat
mendukung dalam
Pilih dan latih
mengenali diri
potensi/kemampuan
pasien.
yang dimiliki Memotivasi pasien
dalam
mengembangkan
Masukkan dalam jadwal kemammpuannya
kegiatan pasien sehingga pasien
tidak berfokus pada
waham yang
dianutnya.
Jadwal harian
sebagai acuan
dalam melanjutkan
rencana
keperawatan secara
rutin

Setelah pertemuan SP.3 (Tgl..)


dapat Evaluasi kegiatan yang Mengetahui
pasien
menyebutkan kegiatan lalu (SP.1&2) perkembangan dan

yang sudah dilakukan tingkat kemampuan

dan mampu memilih pasien dalam


Pilih dan latih menilai dirinya
kemampuan lain yang
potensi/kemampuan sesuai pada
dimiliki.
lain yang dimiliki realitas.
Memotivasi pasien
dalam
mengembangkan
Masukkan dalam kemammpuannya
jadwal kegiatan pasien sehingga pasien
tidak berfokus pada
waham yang
dianutnya.
Jadwal harian
sebagai acuan
dalam melanjutkan
rencana
keperawatan secara
rutin

Keluarga mampu: Setelah pertemuan S.P1 (Tgl)


Mengidentifikasi Identifikasi masalah Kesulitan dalam
pasien mampu:
waham pasien Mengidentifikasi keluarga dalam merawat pasien
Memfasilitasi masalah menjelaskan merawat pasien memepengaruhi
pasien untuk cara merawat pasien perkembangan
memenuhi pasien dalam
kebutuhannya Jelaskan proses memahami
Mempertahankan terjadinya waham. realitasnya.
program Memudahkan
pengobatan pasien keluarga dalam
secara optimal Jelaskan tentang cara memngenali
merawat pasien waham, sehingga
waham. keluarga dapat
memahami yang
Latih (simulasi) cara terjadi pada pasien.
Mendorong
merawat
keluarga dalam
RTL keluarga / jadwal melakukan
merawat pasien tindakan sesuai
dengan kebutuhan
pasien.
Memampukan
keluarga dalam
merawat pasien.
Memudahkan
dalam tindakan
selanjutnya demi
pemulihan pasien
untuk kembali ke
realitas.

Setelah pertemuan S.P 2 (Tgl..)


Evaluasi kegiatan yang Mengetahui
pasien mampu
Menyebutkan lalu (S.P 1) perkembangan dan
kegiatan yang tingkat kemampuan
sesuai dilakukan pasien dalam
Mampu Latih keluarga cara menilai dirinya
memperagakan merawat pasien sesuai pada
cara merawat (langsung ke pasien) realitas.
RTL keluarga Memampukan
pasien
keluarga dalam
merawat pasien.
Memudahkan
dalam tindakan
selanjutnya demi
pemulihan pasien
untuk kembali ke
realitas.

Setelah pertemuan S.P3 (Tgl)


keluarga mampu: Evaluasi kemampuan Mengetahui
Mengidentifikasi keluarga pengetahuan
masalah dan keluarga dalam
Evaluasi kemampuan
mampu merawat pasien
pasien Mengetahui
menjelaskan cara
merawat pasien. perkembangan
RTL Keluarga: pasien dalam
- Follow up
- Rujukan melihat realitas.
Memudahkan
dalam tindakan
selanjutnya demi
pemulihan pasien
untuk kembali ke
realitas.
D. Evaluasi

Hasil yang diharapkan setelah melakukan intervensi pada klien dengan perubahan isi
pikir :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengendalikan isi pikir.
3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya.
4. Klien dapat mengembangkan persepsi diri yang positif.
5. Klien dapat berhubungan dengan lingkungan.
6. Klien dapat terlibat dalam perawatannya.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama.

Yosep, Iyus. 2009. Cet2. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Refika Aditama.

http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/10/08/laporan-pendahuluan-asuhan-keperawatan-
pada-klien-dengan-gangguan-isi-pikir-waham/

http://sely-biru.blogspot.com/2010/08/laporan-pendahuluan-askep-gangguan.html

Anda mungkin juga menyukai