Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

HDR (HARGA DIRI RENDAH)

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memenuhi tugas

Profesi Keperawatan Jiwa

Oleh:

Hassael

30190116079

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BORROMEUS


PADALARANG

2017
1. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. Definisi

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak


berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri, adanya perasaan hilang
kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai
keinginan sesuai ideal diri (Keliat, Budi Anna 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan seseorang bahwa dirinya
tidak diterima lingkungan dan gambaran-gambaran negatif tentang
dirinya (Patricia D. Barry 2003).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang
diri atau kemampuan diri yang negatif, dapat secara langsung atau
tidak angsung diekspresikan (Townsend, 2009).
Gangguan harga diri rendah keadaan dimana individu
mengalami atau beresiko mengalami evaluasi diri negatif terntang
kemampuan atau diri (Carpenito 1997).
Jadi kesimpulan dari harga diri rendah adalah harga diri
rendah adalah suatu perasaan negatif terhadap diri sendiri,
hilangnya kepercayaan diri, dan gagal mencapai tujuan yang di
ekspresikan secara langsung maupun tidak langsung, penurunan
harga diri bersifat situasional maupun kronis atau menahun.
B. Rentang Respon

Respons Adaptif Respons Maladaptif


Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kerancuan Depersonalisasi
diri positif rendah identitas

Respons adaptif adalah respon yang masih dapat diterima


oleh norma. Respon adaptif meliputi:

1. Aktualisasi diri
Pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan latar
belakang pengalaman yang sukses.
2. Konsep diri positif
Klien memiliki pengalaman yang positif dalam perwujudan
dirinya, dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahan
secara jujur dalam menilai suatu masalah sesuai norma-norma
sosial dan kebudayaan dan kebudayaan suatu tempat jika
menyimpang merupakan respons maladaptif.
Respons maladaptif adalah respon yang sudah tidak dapat
diterima oleh norma. Respon ini meliputi :
a. Harga diri rendah
Transisi antara adaptif dan maladaptif sehingga individu
cenderung berpikir ke arah negatif.
b. Kekacauan identitas
Kegagalan individu mengintegrasi aspek-aspek masa kanak-
kanak dalam pematangan aspek psikologis, kepribadian pada
masa dewasa secara harmonis.
c. Depersonalisasi

Perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap diri sendiri


yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, dan tidak
dapat membedakan dirinya dari orang lain sehingga tidak dapat
mengenali dirinya sendiri.
C. Etiologi
a. Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi harga diri rendah meliputi :
1. Faktor predisposisi gangguan citra tubuh
- Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh (anatomi dan fungsi)
- Perubahan ukuran, bentuk, dan penampilan tubuh (akibat
pertumbuhan dan perkembangan atau penyakit)
- Proses patologik penyakit dan dampaknya terhadap struktur
maupun fungsi tubuh
- Prosedur pengobatan seperti radiasi, kemoterapi, dan transplantasi
2. Faktor predisposisi gangguan harga diri
- Penolakan dari orang lain
- Kurang penghargaan
- Pola asuh yang salah : terlalu dilarang, terlalu dikontrol, terlalu
dituruti, terlalu dituntut dan tidak konsisten
- Persaingan antar saudara
- Kesalahan dan kegagalan yang berulang
- Tidak mampu mencapai standar yang ditentukan
3. Faktor predisposisi gangguan peran
- Transisi peran yang sering terjadi pada proses perkembangan,
perubahan situasi dan keadaan sehat sakit
- Ketegangan peran, ketika individu menghadapi dua harapan yang
bertentangan secara terus-menerus yang tidak terpenuhi
- Keraguan peran, ketika individu kurang pengetahuannya tentang
harapan peran yang spesifik dan bingung tentang tingkah laku
peran yang sesuai
- Peran terlalu banyak
4. Faktor predisposisi gangguan identitas diri
- Ketidakpercayaan orangtua pada anak
- Tekanan dari teman sebaya
- Perubahan dari struktur sosial

b. Faktor presipitasi
Faktor pencetus terjadinya gangguan konsep diri bisa timbul dari sumber
internal maupun eksternal klien, yaitu :
1. Trauma , seperti penganiyaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya
2. Ketegangan peran, berhubungan dengan peran atau posisi yang
diharapkan dimana individu mengalaminya sebagai frustasi, ada 3
jenis transisi peran :
- Transisi peran perkembangan adalah perubahan normative yang
berkaitan dengan pertumbuhan. Perubahan ini termasuk tahap
perkembangan dalam kehidupan individu ataun keluarga dan
norma-norma budaya, nilai-nilai dan tekanan penyesuaian diri
- Transisi peran situasi terjadi dengan bertambahnya atau
berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau kematian
- Transisi peran sehat sakit sebagai akibat pergeseran dari keadaan
sehat ke sakit. transisi ini mungkin dicetuskan oleh; kehilangan
bagian tubuh. Perubahan bentuk, ukuran penampilan, dan fungsi
tubuh. Perubahan fisik berhubungan dengan tumbuh kembang
normal.

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada klien dengan harga diri rendah
meliputi :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
tindakan terhadap penyakit. Sebagai contoh : malu dan sedih
karena rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar.
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri . contoh : ini tidak akan
terjadi bila saya pergi ke rumah sakit.
3. Merendahkan martabat. Contoh : saya tidak bisa menulis, saya
orang bodoh.
4. Gangguan berhubungan sosial, seperti menarik diri, klien tidak
ingin bertemu dengan orang lain dan lebih suka sendiri.
5. Percaya diri kurang. Klien sukar mengambil keputusan.
6. Menciderai. Akibat harga diri rendah disertai harapan yang
suram, mungkin klien ingin mengakhiri kehidupan.

E. Perilaku Harga Diri Rendah


1. Mengejek dan mengkritik diri
2. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri
sendiri
3. Mengalami gejala fisik, misal : tekanan darah tinggi, gangguan
penggunaan zat
4. Sulit bergaul
5. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
6. Menarik diri dari realitas, cemas, panik, cemburu, curiga,
halusinasi
7. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien mengakhiri
hidup
8. Merusak/melukai orang lain
9. Perasaan tidak mampu
10. Pandangan hidup yang pesimistis
11. Tidak menerima pujian
12. Penurunan produktivitas
13. Penolakkan terhadap kemampuan diri
14. Kurang memperhatikan perawatan diri
15. Berpakaian tidak rapi
16. Berkurang selera makan
17. Tidak berani menatap lawan bicara
18. Lebih banyak menunduk
19. Bicara lambat dengan nada suara lemah

F. Proses terjadinya harga diri rendah


Dalam tinjauan life span history klien, penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang
diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa
remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan
dan tidak diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di
sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat
lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
1. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang
kali, kurang mempunyai tanggung jawab personal,
ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak realistis.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau
bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun.
Secara umum, gangguan konsep harga diri rendah ini dapat
terjadi secara situasional atau kronik. Secara situasional
misalnya karena trauma yang muncul secara tiba-tiba misalnya
harus dioperasi, kecelakaan, perkosaan, atau dipenjara
termasuk dirawat dirumah sakit bisa menyebabkan harga diri
rendah disebabkan karena penyakit fisik atau pemasangan alat
bantu yang membuat klien tidak nyaman.
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi di atas bila
mempengaruhi seseorang dalam berpikir, bersikap, maupun
bertindak, maka dianggap akan mempengaruhi koping individu
tersebut sehingga menjadi tidak efektif (mekanisme koping
individu tidak efektif). Bila kondisi pada klien tidak dilakukan
intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau
bergaul dengan orang lain (isolasi sosial = menarik diri), yang
menyebabkan klien asik dengan dunia dan pikirannya sendiri
sehingga dapat muncul resiko perilaku kekerasan.
Menurut Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi
individu, pengalaman seseorang dan adanya perubahan sosial
seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan sosial,
tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan
penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.

2. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri dari pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau
masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data biologis, psikologis,
sosial, dan spiritual. (Kelliat, Budi Ana, 1998 : 3)
Adapun isi dari pengkajian tersebut adalah
1. Identitas klien
Melakukan perkenalan dan kontrak dengan klien tentang : nama klien,
nama panggilan, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik yang akan
dibicarakan
2. Alasan masuk
Apa yang menyebabkan klien datang?
Apa yang menyebabkan klien dirawat di rumah sakit?
Apakah sudah tahu penyakit sebelumnya?
3. Faktor predisposisi
Menanyakan apakah ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa
termasuk harga diri rendah.
Bagaimana hasil pengobatan sebelumnya?
Apakah pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan
tindakan kriminal?
Apakah klien pernah mengalami pengalaman yang tidak
menyenangkan?
4. Pemeriksaan fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
kepada klien apakah ada keluhan fisik yang dialami klien?
5. Psikososial
a. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari pola
komunikasi, pengambilan keputusan, dan pola asuh.
b. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap tubuh yang tidak disukai dan bagian
yang disukai .
c. Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum klien dirawat, kepuasan klien
terhadap status dan posisinya.
d. Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,
bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
e. Ideal diri
Harapan klien terhdapa keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataannya tidak sesuai dengan harapannya.
f. Harga diri
Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi, dampak
pada klien dalam berhubungan dengan orang lain, harapan,
identitas diri tidak sesuai harapan, fungsi peran tidak sesuai
harapan, ideal diri tidak sesuai harapan, penilaian klien terhadap
pandangan/ penghargaan orang lain.

g. Hubungan sosial
Tanyakan orang yang paling berarti dalam hidup klien, tanyakan
upaya yang biasa dilakukan bila ada masalah, minat berinteraksi
dengan dengan orang lain
h. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/ menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan
i. Status mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
apakah ada yang tidak rapi, penggunaan pakaian yang tidak
sesuai, kemampuan klien dalam berpakaian.
2. Pembicaraan
Amati pembicaraan klien apakah cepat, keras, terburu-buru,
gagap, sering terhenti/bloking, apatis, lambat, membisu,
menghindar, tidak mampu memulai pembicaraan
3. Aktivitas motorik
a. Lesu , tegang, gelisah
b. Agitasi : gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan
c. Tremor : jari-jari yang bergetar ketika klien menjulurkan
tangan dan merentangkan jari-jari
4. Alam perasaan
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan
b. Ketakutan : objek yang ditakuti sudah jelas
c. Khawatir : objeknya belum jelas
5. Afek
a. Datar : tidak ada perubahan roman muka pada saat ada
stimulus yang menyenangkan atau menyedihkan
b. Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang
sangat kuat
c. Labil : emosi klien cepat berubah-ubah
d. Tidak sesuai : emosi bertentangan atau berlawanan dengan
stimulus
6. Interaksi selama wawancara
a. Kooperatif : berespon dengan baik terhdap pewawancara
b. Tidak kooperatif : tidak dapat menjawab pertanyaan
pewawancara dengan spontan
c. Mudah tersinggung
d. Bermusuhan : kata-kata atau pandangan yang tidak
bersahabat atau tidak ramah
e. Kontak kurang : tidak mau menatap lawan bicara
f. Curiga : menunjukkan sikap atau peran tidak percaya
kepada pewawancara atau orang lain
g. Persepsi: jenis-jenis halusinasi dan isi halusinasi, frekuensi
gejala yang tampak pada saat klien berhalusinasi.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan konsep diri; Harga diri rendah

Daftar Pustaka

Keliat, BA, dkk. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC.

Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta. EGC

Stuart, Gail W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta. EGC

Yosep, Iyus. 2011. Keperawatan Jiwa. Edisi revisi. Bandung : Refika Aditama

Carpenito, Lynda Juall. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. EGC: Jakarta

Stuart, G.W & Sundeen, S.J, (1998).Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan).

Edisi 3, EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai