Anda di halaman 1dari 10

Urgensi Kesabaran

Kesabaran merupakan salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah
SWT. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan
setengahnya keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari
keimanan: Kaitan antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan
jasadnya. Tidak ada keimanan yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga
tidak ada jasad yang tidak memiliki kepala. Oleh karena itulah Rasulullah SAW
menggambarkan tentang ciri dan keutamaan orang yang beriman sebagaimana
hadits di atas.

Namun kesabaran adalah bukan semata-mata memiliki pengertian "nrimo",


ketidak mampuan dan identik dengan ketertindasan. Sabar sesungguhnya memiliki
dimensi yang lebih pada pengalahan hawa nafsu yang terdapat dalam jiwa insan.
Dalam berjihad, sabar diimplementasikan dengan melawan hawa nafsu yang
menginginkan agar dirinya duduk dengan santai dan tenang di rumah. Justru
ketika ia berdiam diri itulah, sesungguhnya ia belum dapat bersabar melawan
tantangan dan memenuhi panggilan ilahi.

Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat
pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat diakatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk,
pasrah dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam
bentuk melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian
berwudhu lalu berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.
Sehingga sabar tidak tepat jika hanya diartikan dengan sebuah sifat pasif, namun
ia memiliki nilai keseimbangan antara sifat aktif dengan sifat pasif.

2.2.2. Makna Sabar

Sabar merupakan sebuah istilah yang berasal dari bahasa Arab, dan sudah menjadi
istilah dalam bahasa Indonesia. Asal katanya adalah "Shobaro", yang membentuk
infinitif (masdar) menjadi "shabran". Dari segi bahasa, sabar berarti menahan dan
mencegah. Menguatkan makna seperti ini adalah firman Allah dalam Al-Quran:
Sabar (ks) dalam kamus besar bahasa Indonesia (1999), adalah tahan dalam
menghadapi cobaan. Sedangkan kesabaran (kb) adalah ketenangan hati dalam
menghadapi cobaan; sifat sabar.

Sabar adalah menahan diri untuk tidak berkeluh kesah, mencegah lisan untuk
merintih dan menghalangi anggota tubuh untuk tidak menampar pipi dan merobek
pakaian dan sejenisnya (Jauziyah, 2006) Sabar menurut Dzunnun al-Mishri
(Jauziyah, 2006) adalah usaha untuk menjauhi segala larangan Allah. Sikap tenang
ketika menghadapi berbagai macam duka cita yang membelit. Menampakan sikap
lagaknya orang kaya pada waktu dia didera kefakiran dalam ranah kehidupan
sehari-hari.

Istilah dalam psikologi yang mendekati dengan kesabaran adalah Resilience yaitu
proses yang berhasil dengan sukses dalam menyesuaikan diri dengan kesulitan
atau pengalaman hidup yang menantang terutama dalam kesiapan mental, emosi
dan perilaku yang fleksibel. Penyesuaian diri terhadap tuntutan eksternal dan
internal dan salah satu faktor yang memberikan kontribusi bagaimana orang bisa
beradaptasi dengan kesulitan (Vandenbos, 2006). Istilah lain yang mendekati
adalah Adversity Quotient. Menurut Stoltz (2000) Adversity Quotient
didefinisikan sebagai satu kecerdasan berupa kegigihan untuk mengatasi segala
rintangan demi mendaki tangga kesempurnaan yang diinginkan. Penulis dalam hal
ini lebih condong memakai istilah kesabaran dibanding Resilience dan Adversity
Quotient dengan asumsi, penulis menganggap cakupan pengertian kesabaran
lebih luas. Selain itu penulis tertarik untuk mencoba menggali lebih dalam lagi
khazanah ilmu dalam Islam

Menurut penulis dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan definisi


mengenai sabar, yaitu kemampuan untuk menahan dan mencegah diri dari
kemarahan dan kesedihan yang berlebihan dengan mengikuti ketentuan Allah
SWT.

2.2.3. Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Al-Quran

Dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang berbicara mengenai kesabaran. Jika
ditelusuri secara keseluruhan, terdapat 103 kali disebut dalam al-Quran, kata-kata
yang menggunakan kata dasar sabar; baik berbentuk isim maupun fiilnya. Hal ini
menunjukkan betapa kesabaran menjadi perhatian Allah SWT, yang Allah
tekankan kepada hamba-hamba-Nya. Dari ayat-ayat yang ada, para ulama
mengklasifikasikan sabar dalam al-Quran menjadi beberapa macam:

1. Sabar merupakan perintah Allah SWT. Hal ini sebagaimana yang terdapat
dalam QS. 2:153 "Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada
Allah dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang
sabar."

Ayat-ayat lainnya yang serupa mengenai perintah untuk bersabar sangat banyak
terdapat dalam Al-Quran. Diantaranya adalah dalam QS.3: 200, 16: 127, 8: 46,
10:109, 11: 115 dsb.

2. Larangan istijal (tergesa-gesa/ tidak sabar), sebagaimana yang Allah


firmankan (QS. Al-Ahqaf/ 46: 35): "Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang
yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul dan janganlah kamu meminta
disegerakan (azab) bagi mereka"

3. Pujian Allah bagi orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam
QS. 2: 177: "dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka
itulah orang-orang yang bertaqwa."

4. Allah SWT akan mencintai orang-orang yang sabar. Dalam surat Ali Imran (3:
146) Allah SWT berfirman : "Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar."

5. Kebersamaan Allah dengan orang-orang yang sabar. Artinya Allah SWT


senantiasa akan menyertai hamba-hamba-Nya yang sabar. Allah berfirman (QS. 8:
46) ; "Dan bersabarlah kamu, karena sesungguhnya Allah itu beserta orang-orang
yang sabar."

2.2.4. Sabar Sebagaimana Digambarkan Dalam Hadits.


Sebagaimana dalam al-Quran, dalam hadits juga banyak sekali sabda-sabda
Rasulullah SAW yang menggambarkan mengenai kesabaran. Dalam kitab
Riyadhus Shalihin, Imam Nawawi mencantumkan 29 hadits yang bertemakan
sabar. Secara garis besar, hadits-hadits tersebut menggambarkan kesabaran
sebagai berikut;

1. Kesabaran merupakan "dhiya " (cahaya yang amat terang). Karena dengan
kesabaran inilah, seseorang akan mampu menyingkap kegelapan. Rasulullah SAW
mengungkapkan, "dan kesabaran merupakan cahaya yang terang" (HR.
Muslim)

2. Kesabaran merupakan sesuatu yang perlu diusahakan dan dilatih secara


optimal. Rasulullah SAW pernah menggambarkan: "barang siapa yang
mensabar-sabarkan diri (berusaha untuk sabar), maka Allah akan menjadikannya
seorang yang sabar" (HR. Bukhari)

3. Kesabaran merupakan anugrah Allah yang paling baik. Rasulullah SAW


mengatakan, "dan tidaklah seseorang itu diberi sesuatu yang lebih baik dan
lebih lapang daripada kesabaran." (Muttafaqun Alaih)

4. Kesabaran merupakan salah satu sifat sekaligus ciri orang mumin,


sebagaimana hadits yang terdapat pada muqadimah; "Sungguh menakjubkan
perkara orang yang beriman, karena segala perkaranya adalah baik. Jika ia
mendapatkan kenikmatan, ia bersyukur karena (ia mengatahui) bahwa hal tersebut
adalah memang baik baginya. Dan jika ia tertimpa musibah atau kesulitan, ia
bersabar karena (ia mengetahui) bahwa hal tersebut adalah baik baginya." (HR.
Muslim)

5. Seseorang yang sabar akan mendapatkan pahala surga. Dalam sebuah hadits
digambarkan; Dari Anas bin Malik ra berkata, bahwa aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda, Sesungguhnya Allah berfirman, "Apabila Aku menguji hamba-Ku
dengan kedua matanya, kemudian diabersabar, maka aku gantikan surga baginya."
(HR. Bukhari)

2.2.5. Bentuk-Bentuk Kesabaran


Para ulama membagi kesabaran menjadi tiga hal; sabar dalam ketaatan kepada
Allah, sabar untuk meninggalkan kemaksiatan dan sabar menghadapi ujian dari
Allah:

1. Sabar dalam ketaatan kepada Allah. Merealisasikan ketaatan kepada Allah,


membutuhkan kesabaran, karena secara tabiatnya, jiwa manusia enggan untuk
beribadah dan berbuat ketaatan. Ditinjau dari penyebabnya, terdapat tiga hal yang
menyebabkan insan sulit untuk sabar. Pertama karena malas, seperti dalam
melakukan ibadah shalat. Kedua karena bakhil (kikir), seperti menunaikan zakat
dan infaq. Ketiga karena keduanya, (malas dan kikir), seperti haji dan jihad.

Kemudian untuk dapat merealisasikan kesabaran dalam ketaatan kepada Allah


diperlukan beberapa hal,

(1) Dalam kondisi sebelum melakukan ibadah berupa memperbaiki niat, yaitu
kikhlasan. Ikhlas merupakan kesabaran menghadapi duri-duri riya.

(2) Kondisi ketika melaksanakan ibadah, agar jangan sampai melupakan Allah di
tengah melaksanakan ibadah tersebut, tidak malas dalam merealisasikan adab dan
sunah-sunahnya.

(3) Kondisi ketika telah selesai melaksanakan ibadah, yaitu untuk tidak
membicarakan ibadah yang telah dilakukannya supaya diketahui atau dipuji orang
lain.

2. Sabar dalam meninggalkan kemaksiatan. Meninggalkan kemaksiatan juga


membutuhkan kesabaran yang besar, terutama pada kemaksiatan yang sangat
mudah untuk dilakukan, seperti ghibah (baca; ngerumpi), dusta, memandang
sesuatu yang haram dsb. Karena kecendrungan jiwa insan, suka pada hal-hal yang
buruk dan "menyenangkan". Dan perbuatan maksiat identik dengan hal-hal yang
"menyenangkan".

3. Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan dari Allah, seperti mendapatkan
musibah, baik yang bersifat materi ataupun inmateri; misalnya kehilangan harta,
kehilangan orang yang dicintai dsb.
2.2.6. Aspek-Aspek Sabar

Jauziyah (2006), menyebutkan aspek-aspek sabar adalah :

a. Mampu menahan nafsu birahi.

Jika hawa nafsu menguasai jasmani dan ruhani, maka yang timbul adalah sifat-
sifat hewan (Ilham dalam Yafie, 2002). Nafsu birahi merupakan fitrah manusia
yang tidak bisa dihilangkan. Manusia hanya bisa mengendalikannya, sehingga
bagi orang yang bersabar akan selalu mampu untuk menahan nafsu birahinya, ia
akan bersabar untuk mengendalikannya.

b. Mampu untuk menahan nafsu amarah.

Nafsu merupakan fitrah manusia. Nafsu tidak selamanya negatif. Sebagaimana


dinyatakan oleh Ilham (Yafie dkk, 2002) asalkan nafsu amarah bisa diolah secara
proporsional untuk mengikuti iman, maka nafsu bisa menjadi rahmat, yaitu pada
waktu nafsu dipergunakan untuk mengejar dunia serta akhirat sekaligus.

c. Mampu mengekang rasa malas.

Orang dengan memiliki sifat sabar akan selalu giat dan memiliki semangat dalam
melaksanakan segala kegiatan yang baik. Semangat dalam bekerja, giat mencari
ilmu, serta rajin beribadah. Syaikul Islam Ibnu Taimiyah (Munajjid, 2006) telah
mengingatkan bahwa sebagiamana Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa
Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak disukai dan sebaliknya Neraka
dikelilingi oleh hal-hal yang disukai. Upaya untuk mencapai Surga harus melalui
rintangan-rintangan yang berat, sehingga disini akan sikap sabar. Untuk
mendapatkan surga tidak bisa dengan malas-malasan, tetapi hari berjuang dengan
tekun serta rajin.

d Mampu membendung segala dorongan hawa nafsu untuk lari serta kabur dari
masalah. Masalah pasti akan selalu datang kepada setiap manusia selama
hidupnya, sehingga tidak ada jalan untuk menghindarinya. Individu yang sabar
akan selalu berani dalam menghadapi permasalahan serta tidak lari darinya, orang
yang seperti ini dinamakan syaja ah (orang yang berani). Sebutan orang yang
berani ini sangat wajar, karena ternyata tidak semua orang mau dan mampu dalam
menghadapi permasalahan yang menimpannya.
e Memiliki kemampuan untuk tidak tergesa-gesa dalam pengambilan keputusan.
Ketika memutuskan suatu hal, orang sabar tidak akan tergesa-gesa dalam
mengambil keputusan, ia akan mempertimbangkan berbagai aspek baik dan
buruknya, maslahat dan madharatnya. Ketergesa-gesaan dalam pengambilan
keputusan akan menyebabkan tidak optimalnya keputusan yang dilakukan.
Individu yang sabar akan bersikap tenang (waqar) dalam mengambil keputusan,
sehingga bisa berfikir serta bertindak dengan benar.

f Mau berbagi dengan orang lain.

Orang sabar akan selalu memiliki jiwa sosial, mau berbagi dengan orang lain
terutama yang membutuhkan. Ilmunya akan diberikan cuma-cuma, karena
mengajarkan ilmu kepada orang lain, akan membuat ilmu yang dimilikinya itu
bermanfaat. Rasul pernah bersabda, ada tujuh golongan yang akan mendapatkan
naungan Allah di hari kiamat nanti diantaranya adalah orang yang bersedekah
kemudian ia menyembunyikan sedekahnya, hingga tangan kirinya tidak tahu apa
yang diberikan tangan kanannya. Menurut Khalid (2003), sabar yang
dilakukannya adalah berusaha keras menyembunyikan sedekahnya.

g. Mampu menahan diri untuk tidak melemparkan hal-hal yang tidak disukai
orang lain.

Individu yang sabar akan mampu menahan dirinya untuk tidak melemparkan hal-
hal yang tidak disukainya kepada orang lain, orang seperti ini dinamakan muruah
(menjaga citra diri). Pada kenyataannya sering kali seseorang dihadapkan pada
suatu hal-hal yang tidak disukainya, untuk menyiasatinya sering kali hal-hal
tersebut dilemparkan pada orang lain. Perbuatan tersebut jelas merupakan
perbuatan yang jelek. Individu yang sabar akan selalu menghadapinya sekalipun
hal itu tidak disukainnya.

2.2.7. Kiat-kiat Untuk Meningkatkan Kesabaran

Ketidaksabaran (baca; istijal) merupakan salah satu penyakit hati, yang


seyogyanya diantisipasi dan diterapi sejak dini. Karena hal ini memilki dampak
negatif dari amalan yang dilakukan seorang insan. Seperti hasil yang tidak
maksimal, terjerumus kedalam kemaksiatan, enggan untuk melaksanakan ibadah
kepada Allah dsb. Oleh karena itulah, diperlukan beberapa kiat, guna
meningkatkan kesabaran. Diantara kiat-kiat tersebut adalah :

1. Mengkikhlaskan niat kepada Allah SWT, bahwa ia semata-mata berbuat hanya


untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti ini, akan sangat menunjang munculnya
kesabaran kepada Allah SWT.

2. Memperbanyak tilawah (baca; membaca) al-Quran, baik pada pagi, siang, sore
ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai
perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena al-
Quran merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dzikir
kepada Allah.

3. Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat


mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya.
Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih
kesabaran.

4. Mujahadatun Nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan insan untuk berusaha
secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang
cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir, dsb.

5. Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan memacu
insan untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (istijal),
memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak
optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat
"amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. (Lihat
QS. 9 : 105)

6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika


sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah dari pada
menyaksikan televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan
sebagian rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.

7. Membaca-baca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabiin maupun tokoh-


tokoh Islam lainnya. Karena hal ini juga akan menanamkan keteladanan yang
patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

BAB III
KESIMPULAN

Kontrol diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing,


mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang kan membawa kea rah positif
bagi individu tersebut. Control dapat dikembangkan dan digunakan oleh individu
dalam proses kehidupan sehari hari. Control diri merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh individu untuk peka terhadap situasi dan lingkungan sekitarnya.
Control diri digunakan oleh individu untuk mengelola factor factor perilaku
yang sesuai dengan lingkungan sekitarnya, digunakan dalam mengendalikan
perilaku serta mengubah perilaku yang esuai dengan kondisi dari situasi di
lingkungan sekitarnya.

Sabar berasal dari kata sobaro-yasbiru yang artinya menahan. Dan menurut
istilah, sabar adalah menahan diri dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah
dan akal, menjaga lisan dari celaan, dan menahan anggota badan dari berbuat dosa
dan sebagainya. Itulah pengertian sabar yang harus kita tanamkan dalam diri kita.
Dan sabar ini tidak identik dengan cobaan saja. Karena menahan diri untuk tidak
bersikap berlebihan, atau menahan diri dari pemborosan harta bagi yang mampu
juga merupakan bagian dari sabar. Sabar harus kita terapkan dalam setiap aspek
kehidupan kita. Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan, tapi ketika dalam
kemudahaan dan kesenangan juga kita harus tetap menjadikan sabar sebagai aspek
kehidupan kita.

Dilihat dari dari salah satu aspek, yakni aspek tujuan. Dapat diperoleh adanya
persamaan dan perbedaan antara kontrol diri dan sabar. Tujuan dari kontrol diri
adalah Untuk menahan diri dan tindakan luapan emosi, untuk mengendalikan
perilaku, kecenderungan menarik perhatian, keinginan mengubah perilaku agar
sesuai untuk orang lain, menyenangkan orang lain, selalu conform dengan orang
lain, dan menutupi perasaannya. Dan tujuan dari sabar adalah Untuk mencapai
kemenangan di dunia dan kebahagaiaan di akhirat. Yang mana perbedaannya,
kontrol diri diarahkan pada urusan keduniawian, sedangkan sabar selain
keduniawian juga untuk kehidupan akhirat individu. Sedangkan persamaannya,
Sama-sama mengarah pada hal-hal yang bersifat positif, seperti ketentraman
ataupun kebahagiaan hidup.

DAFTAR PUSTAKA

http://grace92.blog.esaunggul.ac.id/2012/06/29/hubungan-antara-pola-asuh-
dengan-kontrol-diri-remaja-pada-modernisasi/ (diunduh pada
March30, 2013, 6:07:57 AM)
http://apptis.or.id/index.php/kontrol-diri (diunduh pada March 30, 2013,6:07:57
AM)

http://id.shvoong.com/social-sciences/counseling/2205556-pengertian-kontrol-
diri/#ixzz3qHcQhKiy (diunduh pada March 30, 2013, 6:07:57 AM)

Anda mungkin juga menyukai