Trauma Kapitis B3
Trauma Kapitis B3
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma kapitis merupakan kejadian yang sering dijumpai. Lebih dari 50 % penderita
adalah penderita trauma kapitis, bila multi trauma (cedera lebih dari satu bagian tubuh) maka
50 % penderita adalah masalah penderita trauma kapitis
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, oleh karena itu setiap perawat yang
pertama kali melihat pendeita tersebut, diharapkan mempunyai pengetahuan praktis untuk
melakukan pertolongan pertama penderita, sebelum dokter tiba ataupun sebelum melakuka
nrujukan kepada rumah sakit yang mempunyai fasilitas bedah saraf. Tindakan p[emberian
oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak
dan menghindarkan terjadinya cedera kepala sekunder, merupakan pokok-pokok tindakan
yang sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita
Sistem TRIASE bagi penderita cedera kepala tergantung pada beratnya cedera dan
tersedianya fasilitas yang ada ditempat pertolongan pertama. Ahli bedah saraf harus
dilibatkan se awal mungkin, terutama bila penderita mengalami koma atau dicurigai
menderita lesi intra cranial.
Terlambatnya rujukan penderita dapat menyebabkan keadaan penderita memburuk dan
berkurangnya kemungkinan pemulihan fungsi.
B. Tujuan
Melalui makalah ini tujuan yang ingin dicapai adalah
Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran umum tentang kasus trauma kapitis dan penanganan yang cepat.
Tujuan Khusus :
Melakukan pengkajian keperawatan
Menegakan diagnosa keperawatan
Menetapkan tindakan yang dilakukan
Mengevaluasi tindakan yang dilakukan
III.Triase
Menilai pasien berdasarkan tingkat kebutuhan pasien dan sumber daya yang tersedia
Tindakan berdasarkan pada ABC dengan tetap menjaga cervical spine control serta
perdarahan
Hal ini berlaku baik dilapangan maupun rumah sakit
Sebelum pengiriman dilakukan scoring
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
a) Jumlah pasien dan beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas
Yang dilayani : gawat darurat dan multi trauma
b) Jumlah pasien dan beratnya perlukaan melampaui kemampuan petugas
Yang dilayani : Pasien dengan kemungkinan survival yang terbesar dan
membutuhkan waktu serta tenaga paling sedikit
IV. Survei Primer
Penilaian keadaan pasien & prioritas keadaan berdasarkan jenis :
Perlukaan
Tanda-tanda Vital
Mekanisme ruda paksa
Pasien luka parah, prioritas tindakan diberikan berurutan :
a. Airway control servikal
b. Breathing dan ventilasi
c. Circulation dengan control perdarahan
d. Disability Sistem Neurologis
e. Exposure Cegah kedinginan
V. RESUSITASI
1. Air Way
- Pertahankan air way: jaw trust / chin lift
- Pasien sadar dapat dipakai nasopharyngeal
Pemeriksaan Diagnostik
- CT Scan : mengidentifikasi adanya SOL, haemoragik, menentuka ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
- MRI : sama dengan CT Scan / tanpa menggunakan kontras
- Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma
I. Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD (tidak tamat)
Alamat : Jl. Dangko
Tgl Masuk ; 18 Oktober 2004
Tgl Pengkajian : 18 Oktober 2004
Suku : Bugis
Status Perkawinan : kawin
Pekerjaan :-
Diagnosa Medik : Vulnus Laceratum bagian kepala (parietal) berbentuk U 5 x 1 cm
dan tampak tidak beraturan.
II. Data
A. Keluhan Utama
Terjadi perdarahan pada kepala
B. Riwayat Kesehatan
Circulation
Kesadaran compos mentis, warna kulit tidak pucar, CRT 2 detik, Tekanan Darah =
120/80 mmHg, Nadi = 92x/I, Pernafasan = 20x/I, Suhu = 36 C. Perdarahan 50 cc.
BAB IV
Pembahasan
A. Pengkajian
Pengakjian secara teori adalah perdivisi sedangkan pada kasus yang diangkat pengkajian
yang diangkat tidak memungkinkan ( Gawat Darurat )
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teori diagnosa yang muncul adalah :
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran
darah oleh SOL, haemoragik (hematoma) edema serebral, penurunan tekanan darah
sistemik/hipoksia
Kelompok B3 Gawat Darurat
Risti pola napas tidak efektif b/d kerusakan neurovaskuler (cedera pada
pusat pernapasan otak), obstruksi trachea bronchial
Kerusakan mobilitas fisik b/d kekuatan/tahanan, terapi pembatasan
Resti infeksi b/d trauma jaringan kulit rusak, prosedur invasive
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang pemajanan, tidak mengenal informasi, sumber-sumber, kurang
mengingat, keterbatasan kognitif
Sedangkan pada klien ditemukan diagnosa keperawatan antara lain:
Kerusakan integritas kulit b/d cedera jaringan kulit dan otot kepala
Resti infeksi b/d prosedur invasive yang tidak steril
Pada diagnosa keperawatan risti infeksi yang didapat sesuai dengan teori sedangkan
diagnosa kerusakan integritas kulit tidak terdapat dalam teori dimana data yang
diperoleh/data yang tampak pada klien seperti data obyektif tampak luka robek berbentuk U
dengan ukuran 5x1x1 tidak beraturan disertai perdarahan 50 cc
C. Tindakan
Pada prinsipnya semua tindakan dan prosedur telah dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan standar penanganan trauma kapitis di BPRSUD labuang Baji Makassar
BAB V
Penutup
A. Kesimpulan
Trauma kapitis merupakan kejadian yang sangat sering terjadi sehingga diperlukan pengelolaan
yang tepat untuk menghindari terjadinya komplikasi yang lebih lanjut daimana pada setiap
cedera kepala harus diwaspadai fraktur cervical
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro. Prof,dr. Kedaruratan non Bedah Dan Bedah. FK-UI. Jakarta. 2002
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR