Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma kapitis merupakan kejadian yang sering dijumpai. Lebih dari 50 % penderita
adalah penderita trauma kapitis, bila multi trauma (cedera lebih dari satu bagian tubuh) maka
50 % penderita adalah masalah penderita trauma kapitis
Cedera kepala merupakan keadaan yang serius, oleh karena itu setiap perawat yang
pertama kali melihat pendeita tersebut, diharapkan mempunyai pengetahuan praktis untuk
melakukan pertolongan pertama penderita, sebelum dokter tiba ataupun sebelum melakuka
nrujukan kepada rumah sakit yang mempunyai fasilitas bedah saraf. Tindakan p[emberian
oksigen yang adekuat dan mempertahankan tekanan darah yang cukup untuk perfusi otak
dan menghindarkan terjadinya cedera kepala sekunder, merupakan pokok-pokok tindakan
yang sangat penting untuk keberhasilan kesembuhan penderita
Sistem TRIASE bagi penderita cedera kepala tergantung pada beratnya cedera dan
tersedianya fasilitas yang ada ditempat pertolongan pertama. Ahli bedah saraf harus
dilibatkan se awal mungkin, terutama bila penderita mengalami koma atau dicurigai
menderita lesi intra cranial.
Terlambatnya rujukan penderita dapat menyebabkan keadaan penderita memburuk dan
berkurangnya kemungkinan pemulihan fungsi.

B. Tujuan
Melalui makalah ini tujuan yang ingin dicapai adalah
Tujuan Umum :
Mengetahui gambaran umum tentang kasus trauma kapitis dan penanganan yang cepat.
Tujuan Khusus :
Melakukan pengkajian keperawatan
Menegakan diagnosa keperawatan
Menetapkan tindakan yang dilakukan
Mengevaluasi tindakan yang dilakukan

Kelompok B3 Gawat Darurat


C. Manfaat
1. Dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi institusi rumah sakit khususnya tuang IGD
dalam memberikan perawatan pada kasus trauma kapitis
2. pelaksanaan kasus seminar dapat menjadi masukan dan bahan informasi serta koreksi
kepada mahasiswa dan institusi pendidikan untuk peningkatan skill dan ilmu pada
peserta didik

Kelompok B3 Gawat Darurat


BAB II
TNJAUAN PUSTAKA
II. Konsep Medis
A. Konsep Dasar
Tengkorak kepala sebagai pelindung jaringan otak mempunyai daya elastisitas untuk
mengatasi trauma bila dipukul atau terbentur benda tumpul. Namun pada tempat benturan
beberapa milidetik akan terjadi depresi maksimal atau diikuti osilasi. Trauma pada kepala
dapat menyebabkan fraktur pada tengkorak dan trauma jaringan lunak/otak atau kulit seperti
kontusio/memar otak, edema otak, perdarahan atau laserasi dengan derajat yang bervariasi
tergantung pada luasnya daerah trauma.
B. Etiologi
Trauma kapitis paling sering dijumpai pada kecelakaan lalulintas (60%). Disamping
itu dapat pula dijumpai pada kecelakaan yang terjadi sewaktu berolahraga, jatuh dari pohon,
kejatuhan kelapa dll. Setiap trauma kapitis dapat menimbulkan kerusakan pada otak (brain
damage), disamping itu dapat pula dijumpai luka pada kepala atau mungkin suatu factor
kranii atau hanya luka memar saja.
Suatu fraktor kranii membuktikan bahwa trauma kapitis tersebut adalah trauma yang
cukup berat, dan trauma yang bdemikian berat biasanya menimbulkan pula kerusakan pada
otak, namun demikian tidak jarang kita lihat adanya kerusakan pada otak tanpa tanda-tanda
adanya fraktur kranii pada foto rotgen.. Bila kepala itu terbentur pada jalan aspal misalnya
maka gaya akselerasi deselerasi yang mencakup seluruh otak akan dapat menimbulkan
kerusakan sel-sel neuron, perdarahan, laserasi serebri dan kontusio serebri pada otak.
Setiap trauma kapitis yang telah menimbulkan kesadaran menurun/koma, walaupun
sangat singkat selalu/telah memberikan suatu kerusakan struktural pada otak. Kerusakan
dapat beruipa kelainan yang reversible tetapi dapat pula menjadi kerusakan yang permanen
misalnya sel-sel ganglion dalam nucleus vestibularis tampak berkurang.
Disamping kesadaran yang menurun, suatu trauma kapitis dapat pula menimbulkan
amnesia yang terbagi dalam :
1. Amnesia Retrograd ; yaitu amnesia tentang hal-hal yang terjadi beberapa saat sampai
beberapa hari terjadi trauma kapitis.

Kelompok B3 Gawat Darurat


2. Amnesia pasca traumatic (PTA = Post Traumatik Amnesia) yaitu amnesia tentang hal-hal
yang terjadi sesudah trauma kpitis.
Dari panjangnya PTA ini secara retrospektif kita dapat mengetahui tentang berat ringannya
trauma kapitis tersebut. Walaupun penderita telah dapat bicara spontan namun ia tidak ingat
bahwa waktu itu telah dilakukan pemeriksaan rotgen, Eeg dll. Selain dari pada itu penderita
tidak ingat lagi siapa yang bertamu danb menengoknya pada waktu itu. Suatu trauma kapitis
dapat menimbulkan kesadaran menurun tetapi apa yang menimbulkan kesadaran itu
menurun sampai kini masih belum jelas.
Bila terjadi trauma kapitis maka dapat dibedakan atas :
1. Trauma Kapitis tertutup
a. Komusio cerebri
Adalah dimana sipenderita koma setelah mendapat trauma kapitis, mengalami
kesadaran menurn sejenak ( dari 10 menit), kemudian dengan cepat siuman kembali
tanpa mengalami suatu defisit neurologis.
b. Kontusio cerebri
Terdapat perdarahan jaringan otak, timbul karena adanya ruptur di kapiler subtansia
grisea dan subtansia alba. Kesadaran menurun (dapat sampai koma yang dalam), dapat
berlangsung beberapa jam sampai berhari-hari, bahkan sewaktu-waktu dapat
berlangsung dalam beberapa minggu.
c. Edema cerebri
Bila hal ini terjadi, maka :
Penderita bertambah gawat.
Kesadaran terus menurun, misalnya semula hanya samnolen menjadi koma misalnya
semula skor 10 menjadi skor 4.
Funduskopi terlihat papil bendung, keadaan ini mengkhawatirkan karena akan dapat
menimbulkan inkaserasio inkus kedalam insisura tentorii atau tonsil serebelli
kedalam foramen magnum.
Bila penderita memperlihatkan kesadaran menurun terus, hendaknya
mempertimbangkan kemungkinan-kemungkinan :
Hipoksia hiperkapnoe
Telah diberikan injeksi luminal, largati atau vitamin.
Setelah tindakan pem,bedahan abdominal, tulang atau operasi lainnya.
d. Hematoma Epidural

Kelompok B3 Gawat Darurat


Adalah suatu haematom yang terjadi diantara duramater tulang, timbul karena telah
terjadi sobekan pada arteri meningen media atau pada salah satu cabangnya dari
artericarotis ekterna yang masuk dalam rongga tengkotak melalui foramen spinosum.
Sobekan dapat terjadi bila ada garis fraktur yang jalannya melintang dengan jalannya
arteri meningen media.
e. Haematoma Subdural
Timbul oleh karena adanya sobekan pad Biridgins Veins, dapat akau atau kronis.
Diagnosis yang kronis tidak gampang dan gejalanya sangat menyerupai gejala tumor
serebri serta terletak diantara duramater dan arachnoid yang dapat menyerap cairan
sekitarnya, oleh karena itu simptomatologi sangat menyerupai gejala tumor serebri.
Trauma kapitis ringan sehingga penderita tidak ingat kapan dan dimana kepalanya
terbentur, tidak menimbulkan kesadaran menurun. Diantaranya trauma kapitis danm
timbulnya haematoma subdural terdapat jarak yang cukup panjang.
f. Haematoma Intraserebral
g. Fraktur Kranii
Untuk mengetahui ada tidaknya fraktur kranii,sebaiknya dilakukan foto ronogen
kepala dan palpasi.
Fraktur Impresi ( fraktur depresi )
Bagian yang patah menonjol kedalam rongga tengkorak, nampak pada foto kepala
utamanya proyeksi tangensial pada tempat fraktur , tidak jarang ditemukan juga
fraktur bentuk bintang (stellate fracture ). Dikemudian hari dapat menimbulkan
epilepsy, apalagi bila menekan girus prensentralis, perlu reposisi ( oper ratif atau
disedot vakum ) agr tulang kembali kedudukannya semula.
Bila ada perlukaan kepala, sewaktu pembersihan luka sebaiknya diraba dasar luka
ditutup.
Fraktur Basis Cranii :
- Fraktur fossa kranii media, tampak :
Perdarahan liang telingan
Lesi N. VII, VIII dan VI (atau N.IV III dan V)
Mungkin otoroe(keluar liquor dari liang telinga)
- Frakltur fossa kranii anterior, tampak :
Anosmi
Lesi N Optikus dekstra/sinistra atau keduanya

Kelompok B3 Gawat Darurat


Mungkin Rinorhea (keluar liquor dari hidung)

2. Trauma Kapitis Terbuka


Trauma Spirai :
Lesi spiral terutama servikal memerlukan tindakan penanganan ekstra karena transportasi
dan pembuatan foto leher dapoat mencelakakan penderita, terutama lesi servikal atau
misalnya akibat fraktur atau spordilostesis C1 C2 C3. Sebaiknya leher segera
difiksasi sejak dijalan raya. Pembuatan foto sangat hati-hati atau ditunda dahulu dan
dipasang kawat likasi atau traksi leher secepatrnya, jangan dilakukan funksi lumbal atau
pemeriksaan kaku kuduk dan valsava. Umumnya tidak diperlukan obat khusus tetapi anti
oedema dapat menolong. Lesi spiral lain yang sering adalah ovulsi radialis terutama dari
regio fleksus brachialis yang sangat nyeri, secara dermatomal jelas dan dapat
mengakibatkan paresis anggota badan terkait. Diagnosis ovulsi diperkuat oleh EEG,
evaked potensial, mielografi dan MRI
C. Patofisiologi
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel saraf hampir seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak punya cadangan oksigen. Jadi kekurangan aliran darah keotak tidak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%, karena
akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan glukosa
tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70% akan terjadi gejala-gejala
permulaan disfungsi serebral.
Pada saraf otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolic anaerob, yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada
kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimbunan as. Laktat akibat
metabolisme anaerob. Hal ini menyebabkan timbulnya metabolic asidiosis.
Dalam keadaan normal aliran darah serebral (CBF) adalah 50 60 ml/ menit /100gr
jaringan otak yang merupakan 15% dari curah jantung (CO).
D. Penatalaksanaan
Obat-Obatan :
1. Dexamethason/kalmethason sebagai pengobatan anti edema cerbral, dosis sesuai debgan
berat ringannya trauma.

Kelompok B3 Gawat Darurat


2. Therapi hiperventilasi (trauma kapitis berat) untuk mengurangi vasodilatasi.
3. Pemberian analgetik.
4. Pengobatan anti edema dengan larutan hipertonis yaitu manitol 20% atau glukosa 40 % atau
gliserol 10%.
5. Antibiotik yang mengandung barier darah otak (penicillin) atau untuk infeksi anaerob
diberikan metronidazole.
6. Makanan atau cairan. Pada trauma ringan bila muntah-muntah tidak dapat diberikan apa-apa
hany cairan infus dextrose 5%. Aminophusin, aminophel (18 jam pertama dari terjadinya
kecelakaan), 2 3 hari kemudian diberikan makanan lunak.
7. Pada trauma berat. Karena pada hari-hari pertama didapat penderita mengalami penurunan
kesadaran dan cendrung terjadi retensi Na dan elektrolit maka hari-hari pertama (2 3 hari),
tidak terlalu banyak cairan. Dextrose 5% 8 jam ke tiga. Pada hari selanjutnya bila kesadaran
rendah, makanan diberikan melalui NGT (2500 3000 TKTP). Pemberian protein
tergantung nilai urea N.
Penilaian Dan Pengelolaan Awal Penderita Trauma
I. Pendahuluan
Kematian karena trauma akibat keterlambatan pertolongan
Ketidakmampuan tenaga kesehatan menilai dengan baik serta memberi pertolongan
awal
Tindakan yang tidak tepat dan cepat
Penilaian Awal :
1. Persiapan
2. Triase
3. Survei primer
4. Resusitasi
5. Pemantauan dan re-evaluasi lanjut
6. Penanganan menetap

II. Tahap Pengelolaan Penderita


a. Tahap Pra Rumah Sakit
Koordinasi antara petugas lapangan rumah sakit
Informasi kerumah sakit sudah disampaikan sebelum mengirim/membawa pasien :

Kelompok B3 Gawat Darurat


Jaga airway, breathing, kontrol perdarahan dan syok
Immobilitas pasien
Kirim pasien ke rumah sakit terdekat (pusat trauma)
Sertakan pasien keterangan yang dibutuhkan di rumah sakit yang meliputi : waktu
kejadian, sebab kejadian, riwayat pasien & mekanisme kejadian serta jenis
perlakuan

III.Triase
Menilai pasien berdasarkan tingkat kebutuhan pasien dan sumber daya yang tersedia
Tindakan berdasarkan pada ABC dengan tetap menjaga cervical spine control serta
perdarahan
Hal ini berlaku baik dilapangan maupun rumah sakit
Sebelum pengiriman dilakukan scoring
Dua jenis keadaan triase dapat terjadi :
a) Jumlah pasien dan beratnya perlukaan tidak melampaui kemampuan petugas
Yang dilayani : gawat darurat dan multi trauma
b) Jumlah pasien dan beratnya perlukaan melampaui kemampuan petugas
Yang dilayani : Pasien dengan kemungkinan survival yang terbesar dan
membutuhkan waktu serta tenaga paling sedikit
IV. Survei Primer
Penilaian keadaan pasien & prioritas keadaan berdasarkan jenis :
Perlukaan
Tanda-tanda Vital
Mekanisme ruda paksa
Pasien luka parah, prioritas tindakan diberikan berurutan :
a. Airway control servikal
b. Breathing dan ventilasi
c. Circulation dengan control perdarahan
d. Disability Sistem Neurologis
e. Exposure Cegah kedinginan

Kelompok B3 Gawat Darurat


PENTING Fase pra rumah sakit ABC, lakukan resusitasi bila diperlukan kemudian
fiksasi pasien Transportasi

A. Airway control servikal


Penilaian : Kelancaran Airway
- Periksa adanya observasi jalan napas (benda asing, fraktur tulang wajah, mandibula dan
maksila, fr. laring dan trakea
- Tetap menjaga vertebra servikal risiko fraktur servikal > lakukan Chin Lift (Jaw Thrust)
- Jangan lakukan ekstensi, fleksi atau rotasi leher
Kemungkinan patahnya tulang servikal bila ada :
1. Trauma kesadaran
2. Adanya luka Trauma tumpul diatas clavikula
3. Setiap multi trauma (2 regio atau lebih)
4. Juga harus waspada terhadap kemungkinan patah tulang belakan (Bio Mecanic Trauma )
Sebaiknya pasang kolar
Bila ada gangguan jalan napas BHD (cari sendiri artinya)

B. Breathing dan ventilasi


Jalan napas baik tidak mutlak ventilasi baik
Ventilasi yang baik fungsi paru, dinding dada dan difragma
Perlukaan Bahaya misalnya Tension Pneumothorax

C. Circulation dengan Kontrol Perdarahan


1) Volume darah (Cardiac Output)
- Perdarahan penyebab kematian yang cepat
- Penilaian status hemodinamik :
Perubahan kesadaran

Kelompok B3 Gawat Darurat


Warna kulit
Nadi
Tekanan darah
2) Kontrol Perdarahan
Perdarahan dapat :
- Eksternal
- Internal :
Rongga thorax
Rongga abdomen
Fraktur Pelvis
Fraktur tulang panjang
Perdarahan eksternal Balut Tekan

D. Disability Sistem Neurologis


Dinilai tingkat :
- Kesadaran, ukuran dan reaksi pupil
- GCS (Glasgow Coma Scale)
Perubahan kesadaran O2 diotak perubahan perfusi jaringan di otak

Pemeriksaan meliputi ventilasi, perfusi dan oksigenasi

E. Exposure Cegah kedinginan


Ini dilakukan untuk memeriksa fisik . thoraks
Cegah kedinginan : Pakai selimut hangat, ruangan cukup hangat, cairan yang sudah
dihangatkan

V. RESUSITASI
1. Air Way
- Pertahankan air way: jaw trust / chin lift
- Pasien sadar dapat dipakai nasopharyngeal

Kelompok B3 Gawat Darurat


III. Konsep Keperawatan
A. Dasar Data Pengkajian Pasien
Data tergantung pada tipe, lokasi, dan keparahan cedera dan mungkin dipersulit oleh cedera
tambahan pada organ-organ vital.
Aktivitas dan Istiharat
- gejala : merasa lemah, lelah, kaku, hilang keseimbangan,
- tanda : perubahan kesadaran/letargi, hemiparese, quadraplegi, ataksia, cara berjalan
tak tegap, masalah dalam kesimbangan, cedera (trauma ) orthopedic, kehilangan
tonus otot spastic.
Sirkulasi
- gejala : perubahan TD atau normal (hipertensi), perubahan frekuensi jantung,
bradikardi, takikardi, diselingi dengan bradikardi, disritmia
Integritas Ego
- Gejala : perubahan tingkah laku atau kepribadian, tenang atau dramatis
- Tanda : cemas, meudah tersinggung, delirium, agitasi, bingung, depresi dan
impulsif
Eliminasi
- Gejala : inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami gangguan fungsi
Makanan dan Cairan
- Gejala : mual muntah dan mengalami perubahan selera
- Tanda : muntah (mungkin proyektil), gangguan menelan (batuk, air liur keluar,
disfagia)
Neurosensori
- Gejala : kehilangan kesadaran sementara, amnesia seputar kejadian, vertigo,
sinkop, tinnitus, kehilangan pendengaran, baal pada ekstremitas, perubahan pada

Kelompok B3 Gawat Darurat


penglihatan seperti ketajaman, diplopia, kehilangan sebagian lapang pandang,
fotophobia.
- Tanda : perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status mental (orientasi,
kewaspadaan, perhatian, konsentrasi, pemecahan masalah, pengaruh emosi/tingkah
laku dan memori, perubahan pupil(respon terhadap cahaya), deviasi pada mata,
genggaman lemah, tidak seimbang.
Nyeri / Kenyamanan
- gejala : sakit kepala dengan intensitas dan lokasi yang berbeda dan biasanya lama
- tanda : wajah menyeringai, respon menarik pada rangfsangan nyeri yang hebat,
gelisah tidak bisa beristirahat, merintih
Pernafasan
- tanda : perubahan pola napas (apnea yang dselingi oleh hiperventilasi). Napas
berbunyi, stridor, tersedak, ronkhi, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).
Keamanan
- Gejala : trauma baru/trauma karena kecelakaan
- Tanda : Fraktur/dislokasi, gangguan penglihatan
Kulit : laserasi, abrasi, perubahan warna kulit. Adanya aliran cairan
(drainage) dari telinga/hidung
Gangguan kognitif
Gangguan rentang gerak, tonus otot hilang, kekuatan secara umum
mengalami paralisis
Interaksi social
- Tanda : afasia motorik atau sensorik, bicara tanpa arti
Penyuluhan/Pembelajaran
Penggunaan alkohol

Pemeriksaan Diagnostik
- CT Scan : mengidentifikasi adanya SOL, haemoragik, menentuka ukuran
ventrikuler, pergeseran jaringan otak.
- MRI : sama dengan CT Scan / tanpa menggunakan kontras
- Angiografi serebral : menunjukan kelainan sirkulasi serebral seperti pergeseran
jaringan otak akibat edema, perdarahan, trauma

Kelompok B3 Gawat Darurat


- EEG : untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang
patologis
- Sinar X : mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (fraktur) pergesaran
struktur dari garis tengah, karena perdarahan edema, adanya fragmen tulang
- Lumbal Punksi CSS: dapat menduga kemungkinan perdarahan subarakhnoid
- GDA : Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan
meningkatkan TIK
- Kimia elektrolit darah : mengetahui ketidak seimbangan yang berperan dalam
meningkatkan TIK perubahan mental
Prioritas Keperawatan
1. Memaksimalkan perfusi atau fungsi serebral
2. Mencegah / meminimalkan komplikasi
3. Mengoptimalkan fungsi otak/mengembalikan pada keadaan sebelum trauma
4. Memberikan informasi tentang proses prognosis penyakit rencana tindakan
Tujuan Pemulangan
1. Fungsi serebral meningkat, deficit neurology dapat ditingkatkan atau distabilkan(tidak
berkembang lagi)
2. Komplikasi tidak terjadi
3. AKS dapat terpenuhi sendiri atau dibantu orang lain
4. Proses prognosis penyakit dan penanganan (tindakan dapat dipahami)
B. Diagnosa Keperawatan
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran
darah oleh SOL, haemoragik (hematoma) edema serebral, penurunan tekanan darah
sistemik/hipoksia
Tujuan :
Mempertahankan tingkat kesadaran biasa/perbaikan, kognisi dan fungsi motorik sensorik
Risti pola napas tidak efektif b/d kerusakan neurovaskuler (cedera pada
pusat pernapasan otak), obstruksi trachea bronchial
Tujuan :
Mempertahankan pola napas normal, efektif, bebas sianosis dengan GDA dalam batas
normal pasien
Kerusakan mobilitas fisik b/d kekuatan/tahanan, terapi pembatasan

Kelompok B3 Gawat Darurat


Tujuan :
Melakukan kembali/mempertahankan posisi fungsi optimal dibuktikan oleh tidak adanya
kontraktur
Mempertahankan meningkatkan kekutan dan fungsi bagian tubuh yang sakit
Resti infeksi b/d trauma jaringan kulit rusak, prosedur invasive
Tujuan :
Mempertahan normothermia, bebas tanda-tanda infeksi
Mencapai penyembuhan luka tepat pada waktunya

Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan


pengobatan b/d kurang pemajanan, tidak mengenal informasi, sumber-sumber, kurang
mengingat, keterbatasan kognitif
Tujuan :
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi atau aturan pengobatan

Kelompok B3 Gawat Darurat


BAB III
TINJAUAN KASUS

I. Identitas Klien
Nama : Tn. N
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : islam
Pendidikan : SD (tidak tamat)
Alamat : Jl. Dangko
Tgl Masuk ; 18 Oktober 2004
Tgl Pengkajian : 18 Oktober 2004
Suku : Bugis
Status Perkawinan : kawin
Pekerjaan :-
Diagnosa Medik : Vulnus Laceratum bagian kepala (parietal) berbentuk U 5 x 1 cm
dan tampak tidak beraturan.
II. Data
A. Keluhan Utama
Terjadi perdarahan pada kepala

B. Riwayat Kesehatan

Kelompok B3 Gawat Darurat


Klien masuk rumah sakit dengan keluhan perdarahan pada kepala akibat ditabrak mobil,
15 menit yanglalu pada saat klien sedang berjalan kaki, kemudian klien terjatuh dengan
bagian parietal kepala lebih dahulu mengenai aspal, mengakibatkan luka robek berbentuk U
dengan ukuran 5 x 1x 1 cm tidak beraturan. Kondisi klien dalam keadaan sadar, dapat
berorientasi terhadap tempat, waktu dan orang (GCS = 15)
C. Pengkajian Primer
AirWay & C Spine
Dispnu tidak ada, sumbatan jalan napas tidak ada, fraktur servikal tidak ada.
Breathing & Ventilation
Tidak ada distress pernafasan, pergerakan dan pengembangan dada maksimal, tidak ada
retraksi dan penggunaan otot Bantu pernapasan.

Circulation
Kesadaran compos mentis, warna kulit tidak pucar, CRT 2 detik, Tekanan Darah =
120/80 mmHg, Nadi = 92x/I, Pernafasan = 20x/I, Suhu = 36 C. Perdarahan 50 cc.

III. Diagnosa Keperawatan


1. Kerusakan integritas jaringan b/d cedera fisik; trauma jaringan kulit dan otot kepala.
2. Risti infeksi b/d prosedur tindakan yang tidak steril.
IV. Tindakan Keperawatan Yang Dilakukan
Membersihkan dan menjahit luka
V. Prinsip-prinsip Tindakan Dan Rasional
a. Persiapan alat terbagi atas
Steril :
1. pinset anatomis 2 buah
2. pinset sirurgis 2 buah
3. klem arteri, lurus kecil, Bengkok masing-masing2 buah
4. koher kecil 2 buah
5. handscoen 2 pasang
6. gunting ujung lancip 1 buah
7. gunting lurus 1 buah
8. jarum otot dan kulit masing-masing 1 buah

Kelompok B3 Gawat Darurat


9. Naald voelder dan benang Zyde
10. Spoit 2,5 cc 1 buah
11. Doek1 buah
12. Gaas Steril secukupnya
13. Doek klem
14. Nier beken 1 buah, mangkok kecik 1 buah
Nonsteril :
1. gunting balutan 1 buah
2. plaster rol
3. anti septic dalam tempat (H2O2), bethadine
4. Lidokain 1 amp
5. Tempat sampah 1 buah
6. Nierbeken 1 buah
b. Penatalaksanaan
1. jelaskan prosedur pada klien gembarkan sensasi
yang akan dirasakan
R/ ansietas klien akan dikurangi melalui kesadaran tentang apa yang akan terjadai
selama prosedur
2. susun alat disamping tempat tidur
R/ mencegah rusaknya prosedur pelaksanaan tindakan
3. posisikan klien sehingga larutan irigasi akan
mengalir dari bagian atas tepi luka kedalam nierbeken yang diletakan dibawah luka
R/ aliran cairan dipengaruhi grafitasi dari area yang kurang terkontaminasi kearean
yang paling terkontaminasi
4. cuci tangan
R/ mengurangi transmisi mikroorganisme
5. kenakan handscoen
R/ mengurangi transmisi mikroorganisme pada jaringan yang terpajan
6. irigasi luka dengan perlahan dan tekanan yang
cukup untuk mendorong drainagge tepat diatas luka dengan larutan H2O2
R/ irigasi secara mekanik mengangkat drainage dan debris H2O2 membersihkan dan
mematikan kuman pathogen pada luka

Kelompok B3 Gawat Darurat


7. lanjurkan membersih luka dengan gaas
bethadine dengan cara memutar seperti lingkaran obat nyamuk hingga menjauhi luka
R/ mencegah masuknya mikroorganisme dari daerah terkontaminasi kedaerah luka
8. inspeksi luka dan sumber perdarahan
R/ menentukan tindakan yang diperlukan
9. berikan anestesi infiltrasi dengan lidokain 1
ampul
R/ menghilangkan sensasi nyeri pada reseptor sehingga memberikan kenyamanan
pada klien selama tindakan
10. jahit luka dengan zyde, jarak jahitan 1 cm
R/ menutup luka mempercepat proses penyembuhan dan pembentukan jaringan baru
11. luka jahitan ditutup dengan kasa steril yang
ditetesi larutan bethadine
R/ melindungi luka dari masuknya mirkroganisme yang dapat menyebabkan infeksi
12. gunakan plaster pada balutan atau pengikat
R/ memberi dukungan pada luka dan menjamin penutupan lengkap dengan
pemajanan minimal pada mikroorganisme
13. lepaskan handscoen, buang pada tempat yang
disediakan
R/ mengurangi transmisi mikroorganisme
14. buang bahan kotor, bersihkan alat dan Bantu
klien pada posisi yang nyaman
R/ mengurangi transmisi mikroorganisme pada orang lain dan meningkatkan
kenyamanan klien
15. cuci tangan secara menyeluruh dengan anti
septic
R/ mengurangi dan mengontrol transmisi mikroorganisme
VI. Bahaya-bahaya Yang Mungkin Terjadi Akibat Tindakan Tersebut Dan Cara Mencegahnya
a. dapat terjadi infeksi jika ada alat yang digunakan tidak steril dan prosedur antiseptic
tidak diindahkan
pencegahan :
terdapat alat steril lengkap siap pakai setiap saat

Kelompok B3 Gawat Darurat


b. jaringan yang tidak tampak pada luka dapat rusak akibat irigasi
pencegahan ;
lakukan irigasi dengan perlahan tetapi kontunyu dengan tekanan yang cukup. Hindari
menyemburkan atau menyemprotkan larutan
VII. Tujuan Tindakan
a. meningkatkan penyembuhan luka
b. menyerap sekresi dari luka
c. melindungi daerah luka dari bakteri dan trauma
VIII. Hasil dan Makna Yang Didapat
Hasil :
Luka dapat tertutup dengan baik dengan 12 jahitan, perdarahan dapat dihentikan
Maknanya :
Perdarahan dapat dihentikan karena beberapa mekanisme yaitu :
- adanya kemampuan pembuluh darah yang terpotong untuk menarik diri kedalam otot,
sehingga terjadi konstriksi vaskuler
- penekanan pada pembuluh darah

IX. Identifikasi tindakan-tindakan keperawatan yang dapat dilakukan


Observasi keadaan luka :
Luka tampak tidak beraturan berbentuk U yang ditutup oleh kasa
betadine setelah dlakukan penjahitan
Kaji tanda-tanda infeksi lebih lanjut : (tanda-tanda infeksi tidak
terjadi)
Kaji tanda-tanda vital : (TD; 120/80. N: 72 x/menit. RR : 20 x/menit.
Suhu : 36,5oC
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk pemberian therapi oral
yaitu amoxicillin 3x1 gram, asam mefenamat 3x1 gram, tetanus toksoid 1 cc
X. Evaluasi
Perawat :

Kelompok B3 Gawat Darurat


Pada prinsipnya semua tindakan dan prosedur kerja telah dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan standar prosedur keperawatan
Pasien :
Keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, perdarahan sudah tidak ada, luka tertutup
dengan gaas steril, dank lien diperbolehkan pulang
Anjuran pada klien :
Apabila terjadi perdarahan segera kontrol dan anjurkan klien agar menjaga luka tetap kering.
Beri tahu klien agar kembali dalam waktu 3 hari kemudian untuk mengganti verban

BAB IV
Pembahasan
A. Pengkajian
Pengakjian secara teori adalah perdivisi sedangkan pada kasus yang diangkat pengkajian
yang diangkat tidak memungkinkan ( Gawat Darurat )
B. Diagnosa Keperawatan
Secara teori diagnosa yang muncul adalah :
Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan penghentian aliran
darah oleh SOL, haemoragik (hematoma) edema serebral, penurunan tekanan darah
sistemik/hipoksia
Kelompok B3 Gawat Darurat
Risti pola napas tidak efektif b/d kerusakan neurovaskuler (cedera pada
pusat pernapasan otak), obstruksi trachea bronchial
Kerusakan mobilitas fisik b/d kekuatan/tahanan, terapi pembatasan
Resti infeksi b/d trauma jaringan kulit rusak, prosedur invasive
Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan kebutuhan
pengobatan b/d kurang pemajanan, tidak mengenal informasi, sumber-sumber, kurang
mengingat, keterbatasan kognitif
Sedangkan pada klien ditemukan diagnosa keperawatan antara lain:
Kerusakan integritas kulit b/d cedera jaringan kulit dan otot kepala
Resti infeksi b/d prosedur invasive yang tidak steril
Pada diagnosa keperawatan risti infeksi yang didapat sesuai dengan teori sedangkan
diagnosa kerusakan integritas kulit tidak terdapat dalam teori dimana data yang
diperoleh/data yang tampak pada klien seperti data obyektif tampak luka robek berbentuk U
dengan ukuran 5x1x1 tidak beraturan disertai perdarahan 50 cc
C. Tindakan
Pada prinsipnya semua tindakan dan prosedur telah dilakukan dengan baik dan sesuai
dengan standar penanganan trauma kapitis di BPRSUD labuang Baji Makassar

BAB V
Penutup

A. Kesimpulan
Trauma kapitis merupakan kejadian yang sangat sering terjadi sehingga diperlukan pengelolaan
yang tepat untuk menghindari terjadinya komplikasi yang lebih lanjut daimana pada setiap
cedera kepala harus diwaspadai fraktur cervical

Kelompok B3 Gawat Darurat


Trauma kapitis paling sering dijumpai pada kecelakaan lalulintas (60%). Disamping itu dapat
pula dijumpai pada kecelakaan yang terjadi sewaktu berolahraga, jatuh dari pohon, kejatuhan
kelapa.
Disamping kesadaran yang menurun, suatu trauma kapitis dapat pula menimbulkan amnesia
yang terbagi dalam :
Amnesia Retrograd ; yaitu amnesia tentang hal-hal yang terjadi beberapa saat sampai
beberapa hari terjadi trauma kapitis.
Amnesia pasca traumatic (PTA = Post Traumatik Amnesia) yaitu amnesia tentang hal-hal
yang terjadi sesudah trauma kpitis.
Trauma Kapitis tertutup
Komusio cerebri, Kontusio cerebri, Edema cerebri, Hematoma Epidural, Haematoma Subdural,
Haematoma Intraserebral, raktur Kranii
B. Saran
Dalam upaya meningkatkan profesionalisme dan legalitas perawat dalam aplikasi asuhan
keperawatan sangat dituntut tanggung jawab yang besar dan pendokumentasian yang
lengkap, untuk itu diharapkan hendaknya rekan sejawat terutama yang berada di level
pelayanan kiranya mampu menerapkan asuhan keperawatan demi peningkatan mutu
pelayanan keperawatan, selain skill yang perlu dipertahankan

DAFTAR PUSTAKA

Arjatmo Tjokronegoro. Prof,dr. Kedaruratan non Bedah Dan Bedah. FK-UI. Jakarta. 2002

Kelompok B3 Gawat Darurat


Ambulan Gawat Darurat 118. Sistem Penanggulangan Penderita gawat Darurat Secara Terpadu.
Jakarta. 1998

IKABI. Advanced Trauma Life Support. Jakarta. 1997

Marlynn E. Dongoes. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan Dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC. Jakarta. 1999

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Kelompok B3 Gawat Darurat

Anda mungkin juga menyukai