SKENARIO 1
Seorang perempuan 19 tahun sejak 3 bulan yang lalu tidak mendapatkan haid dan
sudah dilakukan pemeriksaan tes kehamilan dan hasilnya positif. Sejak tiga hari
mengeluarkan darah dari vagina sedikit-sedikit. Sebelumnya haid teratur setiap
bulan dan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi. Penderita merasa payudara
tegang, mual, dan muntah-muntah terutama pagi hari. Setiap kali makan atau
minum selalu muntah lagi, dan penderita sudah minum obat anti muntah, tetapi
muntah tidak berkurang. Badannya lemah sampai tidak dapat beraktivitas. Sudah 3
tahun ini penderita mengkonsumsi alcohol dan rokok.
TINJAUAN PUSTAKA
Amenore
Amenorea adalah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-
turut. Amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul
kemudian dalam kehidupan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme,
tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain (Wiknjosastro et.al, 1999).
Apabila pemeriksaan klinik tidak memberi gambaran yang jelas mengenai sebab
amenorea, maka dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan sebagai berikut
(Wiknjosastro et.al, 1999):
1. Pemeriksaan foto rontgen dari thorax terhadap tuberculosis pulmonum, dan
dari sella tursika untuk mengetahui apakah ada perubahan pada sella
tersebut.
Tes Kehamilan
Evaluasi laboratorium
Beberapa hormone dapat digunakan, paling umum digunakan adalah subunit beta
dari hCG. Selain itu digunakan juga progesterone dan faktor kehamilan awal
(Shields, 2009).
hCG adalah glikoprotein yang secara structural sama dengan FSH dan LH, terdiri
dari subunit alfa dan beta (Shields, 2009). Pemeriksaan subunit beta hCG, yang
paling sering digunakan untuk mendiagnosis kehamilan, diakui mempunyai angka
kegagalan (kira-kira 1%). Selain itu, hasil pemeriksaan dapat positi pada
koriokarsinoma ovarium non gestasional atau pada tumor saluran cerna atau testis
yang jarang. Namun demikian pemeriksaan sub-unit beta hCG yang positif dapat
dianggap sebagai bukti kehamilan yang beralasan. Hasil pemeriksaan kehamilan
positif sejati diikuti negative sejati dapat menunjukkan adanya abortus. Metode-
metode utama untuk menentukan sub-unit hCG adalah sebagai berikut (Benson &
Pernoll, 2008):
1. Tes imunologis
Didasarkan pada potensi antigenic hCG (aglutinasi langsung atau tidak
langsung sel darah merah yang sudah disensitisasi atau partikel lateks).
Memerlukan gelas objek untuk reagen, dengan waktu beberapa menit hingga
lebih dari satu jam. Sensitivitas tes ini berbeda-beda secara luas (250-1400
mIU/ml).
2. Radioimmunoassay (RIA)
Pemeriksaan tabung lateks atau pemeriksaan slide spesifik beta terkini yang
didasarkan pada aglutinasi dan aglutinasi-inhibisi masih memadai untuk
mendiagnosis kehamilan normal >1-2 bulan. Namun demikian pemeriksaan
ELISA biasanya dapat mendeteksi kehamilan lebih awal dan lebih akurat,
meskipun setelah kehamilan, pemeriksaan ELISA memerlukan waktu
beberapa minggu untuk menjadi negative. Karena itu, RIA akan terus
menjadi metode yang digunakan untuk penelitian kuantitatif serial
kehamilan-kehamilan bermasalah, terutama penyakit trofoblastik.
Ultrasonografi (USG)
Dengan USG, kehamilan dapat didiagnosis mulai minggu keempat dan untuk anak
kembar mulai minggu keenam. Real-time USG dengan resolusi tinggi dapat
menentukan usia kehamilan dengan tepat, terutama selama paruh pertama usia
kehamilan. Selama waktu ini, keakuratan USG menentukan usia kehamilan adalah
dalam rentang 1 minggu pada 95% kasus. Berbagai parameter, misalnya panjang
kepala-bokong, diukur tergantung usia hasil pembuahan (Benson & Pernoll, 2008).
Perdarahan yang didahului haid yang terlambat biasanya disebabkan oleh abortus,
kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Walaupun demikian, kemungkinan
perdarahan karena polypus servisis uteri, erosio porsionis uteri, dan karsinoma
servisis uteri tidak dapat disingkirkan begitu saja tanpa pemeriksaan yang teliti
(Wiknjosastro et.al, 1999).
1. PUD anovulatoris
2. PUD ovulatoris
1. abortus
2. mola hidatidosa
- varises
- perlukaan
- carcinoma
- erosi
- polip
Payudara Tegang
Pada waktu haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa wanita
timbul rasa nyeri (mastodenia); perubahan ini kiranya ada hubungan dengan
perubahan vascular dan limfogen (Wiknjosastro et.al, 1999).
Hiperemesis gravidarum adalah Mual muntah yang berlebihan pada wanita hamil
sampai menggangu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,
dan dapat terjadi dehidrasi (Moechtar, 1998).
Nausea dan vomiting pada kehamilan merupakan hal yang sangat umum.
Penelitian yang ada memperkirakan nausea dan vomiting terjadi pada 50-90%
kehamilan. Nausea dan vomiting yang berkaitan dengan kehamilan biasanya
dimulai pada usia kehamilan 9-10 minggu, memuncak pada minggu 11-13, dan
pulih pada hampir semua kasus pada minggu 12-14. Pada 1-10% kehamilan, gejala
dapat berlanjut hingga 20-22 minggu (Ogunyemi, 2009).
1. Perubahan hormonal
Terdapat korelasi positif antara kenaikan level hCG dan level T4, dan derajat
keparahan nausea tergantung dari derajat stimulasi thyroid. hCG secara tidak
langsung terlibat dalam etiolgi hiperemesis gravidarum karena mampu
menstimulasi thyroid.
2. Disfungsi gastrointestinal
3. Disfungsi hepatic
Penyakit hati, biasanya ditunjukkan dengan adanya sedikit peningkatan
kadar transaminase serum. Dihipotesiskan bahwa ketidakseimbangan
oksidasi asam lemak pada mitokondira menyebabkan penyakit hati pada ibu
hamil.
4. Perubahan lipid
5. Infeksi
7. Penelitian biokimia
8. Isu psikologi
Respon psikologi dapat berinteraksi dan memperparah fisiologi nausea dan
vomiting sepanjang kehamilan. Sebagai contoh yang tidak umum, kasus
hiperemesis gravidarum dapat merepresentasikan gangguan psikiatri,
termasuk perubahan atau somatisasi depresi mayor.
Mual (nausea) dan muntah (emesis Gravidarum) adalah gejala yang wajar dan
sering kedapatan pada kehamilan trimester I, mual biasanya terjadi pada pagi hari,
tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih
terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang
lebih 10 minggu. mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60%
multigravida 1 diantara 1000 kehamilan, gejala-gejala ini menjadi lebih berat.
Perasaan mual ini disebabkan oleh karena meningkatnya kadar hormon estrogen
dan HCG dalam serum. Pengaruh fisiologi kehamilan hormon ini belum jelas,
mungkin karena sistem saraf pusat atau pengosongan lambung yang berkurang.
Pada umunya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini, meskipun demikian
gejala mual dan muntah dapat berlangsung sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari
menjadi terganggu dan keadaan umum menjadi buruk. Keadaan inilah yang disebut
hiperemesis gravidarum, keluhan gejala dan perubahan fisiologis menentukan berat
ringannya penyakit (Prawirodihardjo, 1999).
Diagnosis Kehamilan
Dewasa ini diagnosis kehamilan biasanya dilakukan dengan pemeriksaan dini hCG
subunit beta atau pencitraan USG karena diagnosis klinis pasti kehamilan sebelum
tidak terjadinya mestruasi selama 2 bulan hanya mungkin terjadi pada sekitar dua
per tiga pasien. Biasanya kriteria klinis diagnosis kehamilan dikelompokkan
kedalam dugaan, kemungkinan, dan kepastian positif (Benson & Pernoll, 2008).
Gejala yang mengarah pada dugaan atau kemungkinan kehamilan (Benson &
Pernoll, 2008):
1. Amenore
2. Mual, muntah
1. Leukore
4. Pembesaran perut
6. Bising pelvis
Temuan-temuan pada panggul pada kehamilan dini meliputi hal berikut ini
(Benson & Pernoll, 2008):
4. Pelunakan tidak teratur dan sedikit pembesaran fundus pada tempat atau
disamping implantasi (tanda Von Fernwald) muncul pada kira-kira minggu
ke-5. Demikian juga impantasi terjadi di daerah kornu uteris, dapat terjadi
pelunakan yang lebih menonjol dan mengarah ke pembesaran seperti tumor
(tanda Piskacek).
5. Pembesaran menyeluruh dan pelunakan difus korpus uteri biasanya terjadi
pada kehamilan 8 minggu atau lebih.
Temuan-temuan pada abdomen pada kehamilan dini (Benson & Pernoll, 2008):
3. Setelah minggu ke 24, bagian besar janin dapat diraba pada sebagian besar
wanita hamil.
Namun demikian, tidak ada bukti subjektif kehamilan yang merupakan dasar
diagnosis secara keseluruhan, dan diagnosis laboratorium juga penting (Benson &
Pernoll, 2008).
Alat kontrasepsi
1. Dapat dipercaya.
6. Mudah pelaksanaannya.
Pil-pil hormonal terdiri atas komponen estrogen dan progestagen, atau salah satu
dari komponen itu. Hormone steroid sintetik dalam metabolismenya sangat
berbeda dengan hormone steroid yang dikeluarkan oleh ovarium (Wiknjosastro
et.al, 1999).
Komponen estrogen dalam pil dengan jalan menekan sekresi FSH menghalangi
maturasi folikel dan ovarium. Karena pengaruh estrogen dari ovarium tidak ada,
tidak terdapat pengeluaran LH. Di tengah-tengah daur haid kurang terdapat FSH
dan tidak ada peningkatan kadar LH menyebabkan ovulasi terganggu. Pengaruh
komponen progestagen dalam pil kombinasi memperkuat khasiat estrogen untuk
mencegah ovulasi, sehingga dalam 95-98% tidak terjadi ovulasi. Selanjutnya,
estrogen dalam dosis tinggi dapat pula mempercepat perjalanan ovum dan
menyulitkan terjadinya implantasi dalam endometrium dari ovum yang sudah
dibuahi (Wiknjosastro et.al, 1999).
Efek yang sering terdapat adalah rasa mual, retensi cairan, sakit kepala, nyeri pada
mamma, fluor albus. Rasa mual kadang disertai muntah, diarea, dan rasa perut
kembung. Retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium,
dan dapat meningkatkan bertambahnya berat badan. Sakit kepala sebagian juga
disebabkan oleh retensi cairan. Kepada penderita pemberian garam perlu
dikurangi, dan dapat diberikan obat diuretic. Rendahnya dosis estrogen dalam pil
dapat mengakibatkan spotting dan breakthrough bleeding dalam masa
intermenstruum (Wiknjosastro et.al, 1999).
Efek karena kelebihan progestagen
Abortus
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi secara prematur dari uterusembrio, atau
fetus yang belum dapat hidup. (Dorland, 2002).
Ada dua macam aborsi, yaitu aborsi spontan dimana aborsi terjadi secara alami,
tanpa intervensi tindakan medis (aborsi spontanea), dan aborsi yang direncanakan
melalui tindakan medis dengan obat-obatan, tindakan bedah, atau tindakan lain
yang menyebabkan pendarahan lewat vagina (aborsi provokatus) (Fauzi, et.al.,
2002).
3. Abortus inkomplit, adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum
uteri. Biasanya ari-ari masih tertinggal dalam kavum uteri. Perdarahan hebat
sering menyebabkan syok, disertai gumpalan darah dan jaringan konsepsi.
Serviks terbuka.
4. Abortus komplit, adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
pada kehamilan kurang dari 20 minggu. Perdarahan dan nyeri minimal.
Ukuran uterus dalam batas normal. Serviks tertutup.
5. Missed abortion, merupakan abortus dimana embrio atau fetus telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu, akan tetapi
hasil konsepsi seluruhnya masih tertahan dalam kandungan selama 6 minggu
atau lebih. Perdarahan minimal, sering didahului tanda abortus imminens
yang kemudian menghilang spontan. Tanda dan gejala hamil menghilang.
Pada USG, hasil konsepsi masih dalam uterus namun tidak ada tanda
kelangsungan hidupnya.
PEMBAHASAN
Pasien mengalami gejala amenore karena pasien hamil. Hal ini ditandai dengan
siklus menstruasi pasien yang teratur, serta pasien juga tidak pernah menggunakan
alat kontrasepsi. Perdarahan per vaginam mungkin dapat berarti fisiologis karena
proses nidasi blastosit ke dinding endometrium yang mengakibatkan perlukaan,
namun juga dapat berarti patologis, akibat adanya abortus imminens. Pada tahap
ini, masih dapat dilakukan tindakan penyelamatan terhadap fetus.
Mual dan muntah yang terjadi merupakan efek dari peningkatan hormone estrogen
dan progesterone yang merupakan proses fisiologis yang terjadi pada seorang
wanita hamil. Karena etiologinya akibat peningkatan hormone tidak diatasi, maka
penggunaan obat anti muntah tidak dapat menghilangkan gejala mual dan muntah
tersebut.
Alcohol dan rokok menjadi faktor risiko terjadinya abortus. Hal ini terjadi karena
adanya defek vaskularisasi fetus, sehingga terjadi iskemia, kemudian berlanjut
menjadi abortus.
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W.A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Edisi 29. Jakarta : EGC.
Fauzi, Ahmad. Lucianawaty, Mercy. Hanifah, Laily. Bernadette, Nur. 2002. Aborsi
di Indonesia. Akses tanggal 15Oktober
2008 di http://situs.kesrepro.info/gendervaw/jun/2002/utama03.htm
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Abortus. 1 st Ed. Jakarta: EGC.
Sibuea. 1992. Penanganan Kasus Perdarahan Hamil Muda dalam Cermin Dunia
Kedokteran.