Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan sebagai sebuah proses pengembangan sumberdaya manusia
agar memperoleh kemampuan sosial dan perkembangan individu yang optimal
memberikan relasi yang kuat antara individu dengan masyarakat dan lingkungan
budaya sekitarnya. Lebih dari itu pendidikan merupakan proses memanusiakan
manusia dimana manusia diharapkan mampu memahami dirinya, orang lain,
alam dan lingkungan budayanya. Atas dasar inilah pendidikan tidak terlepas dari
budaya yang melingkupinya sebagai konsekwensi dari tujuan pendidikan yaitu
mengasah rasa, karsa dan karya. Pencapaian tujuan pendidikan tersebut menuai
tantangan sepanjang masa karena salah satunya adalah perbedaan budaya.
kebutuhan terhadap pendidikan yang mampu mengakomodasi dan
memberikan pembelajaran untuk mampu menciptakan budaya baru dan bersikap
toleran terhadap budaya lain sangatlah penting atau dengan kata lain pendidikan
yang memiliki basis multikultural akan menjadi salah satu solusi dalam
pengembangan sumberdaya manusia yang mempunyai karakter yang kuat dan
toleran terhadap budaya lain.
Setiap manusia bertanggungjawab atas dirinya sendiri untuk semakin
sempurna dalam kemanusiaanya. Setiap manusia harus terus berproses menuju
kesempurnaan hidupnya sendiri dan itulah sesungguhnya makna dari prinsip long
life education. Pendidikan merupakan suatu kegiatan universal dalam kehidupan
manusia, karena dimanapun dan kapanpun didunia terdapat pendidikan.
Pendidkan pada hakikatnya merupakan usaha manusia untuk memanusiakan
manusia itu sendiri, yaitu untuk membudayakan manusia.
Belajar merupakan kegiatan khas manusia. Selain manusia, makhluk lain
manakah yang melakukan kegiatan belajar? Sesuai dengan kemampuan belajarnya
itu Sang Maha Pencipta bahkan menugasi manusia sebagai khalifah di muka
bumi, dengan lima peran utamanya, yaitu sebagai penguasa, pengatur, pengguna,
pemelihara, dan pengembang untuk kemaslahatan dan kebahagiaan hidup manusia
itu sendiri. Tugas sebagai khalifah dimuka bumi itu tidak mungkin dapat
ditunaikan manusia apabila ia(manusia) tidak memiliki kemampuan yang

1
2

memadai, sesuai dengan tantangan yang dihadapi dalam kehidupannya.oleh


karena itu manusia mau tida mau harus belajar.
Apabila pancadaya adalah energi belajar yang mendasari perkembangan
anak manusia sepanjang tahap perkembangannya, apa pengertian belajar itu
sendiri? Dalam berbagai teks tentang human learning dikemukakan berbagai
definisi tentang belajar. Definisi itu pada umumnya sepakat bahwa belajar
merupakan proses perubahan tingkahlaku individu yang diperoleh dari
pengalaman; melaluli proses stimulus-respon; melalui pembiasaan; melalui
peniruan; melalui pemahaman dan penghayatan; melalui aktivitas individu meraih
sesuatu yang dikehendakinya. Benar bahwa belajar perubahan tingkah laku.
Istilah perubahan tingkah laku sebagai proses (dan hasil) belajar agaknya
kurang memberikan penjelasan. Secara lebih operasional dapat dikemukakan
bahwa: belajar adalah upaya untuk mengusai sesuatu yang baru. Konsep ini
mengandung dual hal pokok, yaitu(a) usaha untuk menguasai, dan (b) sesuatu
yang baru. Usaha menguasai merupakan aktivitas belajar yang sesungguhnya dan
sesuatu yang baru merupakan hasil yang dipeoleh dari aktivitas belajar itu
(Prayitno, 203: 2009).
Hakikat manusia harus dilihat secara komprehensif sehingga menjangkau seluruh
aspek perkembangan dan kehidupannya,yaitu aspek jasmani-rohani, pribadi-
sosial, material spritual, dunia-akhirat, hubungan manusia dengan alam dan
penciptanya. Hakikat manusia seperti itu dilandasi oleh kondisi manusia sebagai
makhluk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, paling indah dan
sempurna, paling tinggi derajatnya, khalifah dimuka bumi, dan pemilik hak-hak
asasi manusia.
Keseluruhan kemanusiaan manusia membentuk harkat dan martabat
manusia (HMM) yang di dalamnya terkandung, (a) komponen hakikat manusia
(b) komponen dimensi kemanusiaan, yaitu dimensi kefitrahan, keindividualan,
kesosialan, kesusilaan, dan keberagaman, yang dilengkapi dengan komponen yang
menjadi penggerak pengembangan komponen hakikat dan dimensi manusia, yang
disebut (c) komponen pancadaya. Meliputi daya takwa, cipta, karsa dan karya.
Pendidikan tidak lain adalah upaya memuliakan kemanusiaan manusia untuk
mengisi dimensi kemanusiaan dengan orientasi hakikat kemanusiaan melalui
3

pengembangan pancadaya secara optimal dalam rangka mewujudkan jati diri


sepenuhnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka penyusun akan membahas secara
lengkap tentang landasan Sosiologi dan Antropologi dalam pendidikan di masa
yang terdahulu sampai saat ini. Tujuannya agar pendidikan di Indonesia tetap
memahami keanekaragaman budaya setempat dan tidak menghilangkan nilai
luhur, norma, serta etika dalam mencapai tujuan pendidikan nasional.

1.2 Topik Bahasan


Berdasarkan latar belakang tersebut, maka ada beberapa topik bahasan
yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.2.1 Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan
1.2.2 Implikasi Landasan Sosiologis dan Antropologis dalam Pendidikan
1.2.3 Kontribusi Landasan Sosiologis dan Antropologis dalam Proses
pembelajaran
1.2.4 Hubungan Sosiologis dan Antropologi Pendidikan
1.2.5 Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Kejuruan
1.2.6 Landasan Sosiologis dan antrpologis sebagai Prinsip, Orientasi, dan
Modus Transaksi Pembelajaran dalam Pengembangan Panca Daya
Manusia yang Bermartabat untuk Menyiapkan SDM Unggul dan
Berkarakter.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.3.1 Untuk mengetahui Landasan Sosiologis dan Antropologis Pendidikan
1.3.2 Untuk mengetahui Implikasi Landasan Sosiologis dan Antropologis dalam
Pendidikan
1.3.3 Untuk mengetahui Kontribusi Landasan Sosiologis dan Antropologis
dalam Proses pembelajaran
1.3.4 Untuk mengetahui Hubungan Sosiologis dan Antropologi Pendidikan
1.3.5 Untuk mengetahui Sosiologi dan Antropologi Pendidikan Kejuruan
1.3.6 Untuk mengetahui Landasan Sosiologis dan Antrpologis sebagai Prinsip,
Orientasi, dan Modus Transaksi Pembelajaran dalam Pengembangan Panca
Daya Manusia yang Bermartabat untuk Menyiapkan SDM Unggul dan
Berkarakter.

Anda mungkin juga menyukai