Anda di halaman 1dari 6

Pengkajian Keperawatan

Riwayat atau adanya faktor risiko. Meskipun LES bukan herediter, insiden
kadang-kadang lebih tinggi diantara individu dengan riwayat keluarga positif.

Pemeriksaan fisik berdasarkan pada survei umum dapat menunjukkan


keterlibatan multisystem, karena SLE adalah penyakit inflamasi dari jaringan
penyambung yang mempengaruhi kulit, sendi membran pleural dan pericardial,
ginjal, sumsum tulang, dan sistem saraf pusat. Asosiasi Reumatisme Amerika
telah mengidentifikasi karakteristik fisik yang berbeda dan temuan labolatorium
dari SLE. Diagnosis dari SLE dibuat dengan empat temuan berikut secara
bersama-sama (Whitney, 1989):

a. Ruam malar berbentuk kupu-kupu melintang di hidung dan pipi, mungkin


unilateral atau bilateral

b. Pleuritis atau perikarditis

c. Paliartritis sendi nyeri terinnflamasi yang migrasi dan jarang


mengakibatkan deformitas sendi

d. Fotosensitif terjadi ruam bila terpajan pada sinar matahari secara terus
menerus

e. Ruam discoid bercak, merah, ruam kering pada area yang terpajan pada
matahari

f. Perubahan sistem saraf pusat seperti kejang atau psikosis

g. Ulserasi membran mukosa (mulut, hidung, dan vagina)

h. Abnormalitas hematologis (anemia, trombositopenia, leukopenia)

i. Peningkatan antibodi antinuklear (ANA)

j. Proteinuria, serpihan seluler, atau pus tanpa bakteriuria ditunjukkan oleh


urinalis

Gejala tambahan meliputi:

a. Pembesaran limpa dan hepar

b. Penurunan berat badan, demam, kelelahan

c. Fenomena Raynauds (perubahan warna pucat, sianosis, kemerahan pada


jari disertai dengan nyeri dan parestesia)
Kaji terhadap faktor yang mencetuskan eksaserbasi:

a. Kelelahan berlebihan

b. Pemajanan lama pada sinar ultraviolet (sinar matahari langsung)

c. Pembedahan

d. Obat tertentu seperti penisilin, sulfonamid, dan kontrasepsi oral

Dan selanjutnya kaji perasaan pasien tentang kondisi dan dampak gaya hidup
(Barbara Engram, 1998).

3.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan bagi penderita LES adalah sebagai berikut:

a. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan

b. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit


dan lesi

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap SLE

3.3 Intervensi Keperawatan dan Rasional Tindakan

Intervensi keperawatan dan rasional tindakan yang dapat dilakukan adalah


sebagai berikut:

a. Nyeri kronik berhubungan dengan inflamasi atau kerusakan jaringan

Tujuan:

Meringankan nyeri, dapat beristirahat dan mendapat pola tidur yang adekuat

NO INTERVENSI RASIONAL
1 Tutup luka sesegera mungkin
1. suhu berubah dan
kecuali perawatan luka bakar gerakan udara dapat
metode pemajanan pada udara menyebabkan nyeri hebat
terbuka. pada pemajanan ujung
saraf. pengaturan suhu
dapat hilang karena luka
bakar mayor.
2 Pertahankan suhu lingkungan Sumber panas eksternal
nyaman, berikan lampu perlu untuk mencegah
penghangat, penutup tubuh menggigil.
hangat.
3 Kaji keluhan nyeri. Perhatikan nyeri hampir selalu ada
lokasi/karakter dan intensitas pada beberapa derajat
(skala 0-10). beratnya keterlibatan
jaringan/kerusakan tetapi
biasanya paling berat
selama penggantian
balutan dan debridemen.
4 . Lakukan penggantian balutan menurunkan terjadinya
dan debridemen setelah pasien distress fisik dan emosi
di beri obat dan/atau pada sehubungan dengan
hidroterapi penggantian balutan dan
debridemen.
5 D Dorong ekspresi perasaan . pernyataan
tentang nyeri. memungkinkan
pengungkapan emosi dan
dapat meningkatkan
mekanisme koping.
6 Dorong penggunaan teknik memfokuskan kembali
manajemen stress, contoh perhatian, meningkatkan
relaksasi progresif, napas relaksasi dan
dalam, bimbingan imajinasi dan meningkatkan rasa
visualisasi. control, yang dapat
menurunkan
ketergantungan
farmakologis.
7 Berikan aktivitas terapeutik membantu mengurangi
tepat untuk usia/kondisi konsentrasi nyeri yang di
alami dan memfokuskan
kembali perhatian.

(Gusti Pandi Liputo, 2012).

a. Gangguan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan proses penyakit


dan lesi

Tujuan:

dapat menunjukkan perilaku/teknik untuk meningkatkan penyembuhan dan


mencegah komplikasi

N
INTERVENSI RASIONAL
O
1 Kaji kulit setiap hari. Catat warna, Menentukan garis
turgor, sirkulasi dan sensasi. dasar menentukan
Gambarkan lesi dan amati perubahan dimana perubahan
pada status dapat
dibandingkan dan
melakukan intervensi
yang tepat.
2 Pertahankan/intruksikan dalam Mempertahankan
hygien, misalnya, membasuh dan kebersihan karena
kemudian mengeringkannya dengan kulit yang kering
berhati-hati dan melakukan masase dapat menjadi barier
dengan menggunakan lotion atau infeksi.
krim.
3 Gunting kuku secara teratur Kuku yang panjang
dan kasar
meningkatkan risiko
kerusakan dermal.
4 Tutupi luka tekan yang terbuka Dapat mengurangi
dengan pembalut yang steril atau kontaminasi bakteri,
barrier protektif, misalny, duoderm, meningkatkan proses
sesuai petunjuk. penyembuhan

(Gusti Pandi Liputo, 2012).

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan komplikasi sekunder terhadap LES

Tujuan:

Peningkatan toleransi terhadap aktivitas

N INTERVENSI RASIONAL
O
1 Evaluasi rutinitas harian pasien. Istirahat membantu
Bantu perencanaan jadwal menyeimbangkan energi
setiap hari untuk aktivitas yang tubuh. Keseimbangan
meliputi periode istirahat sering aktivitas fisik pada istirahat
membantu mengontrol
kelelahan dan peningkatan
ketahanan.
2 Anjurkan pasien untuk Memungkinkan periode
menggunakan obat yang tambahan istirahat
diresepkan untuk anemia dan tanpagangguan
dan menyimpan
3 Tingkatkan aktivitas sesuai Tirah baring lama dapat
toleransi, bantu melakukan menurunkan kemampuan.
rentang rentang gerak sendi Ini dapat terjadi karena
aktif/pasif keterbatasan aktivitas yang
mengganggu periode
istirahat
4 Dorong penggunaan teknik Meningkatkan relaksasi dan
menejemen stres, contoh penghematan enrgi,
relaksasi progresif, visualisasi, memusatkan kembali
bimbingan imajinasi. Berikan perhatian, dan dapat
aktivitas hiburan yang tepat meningkatkan koping.
contoh menonton TV, radio, dan
membaca.

(Gusti Pandi Lupito, 2012).

Anda mungkin juga menyukai