Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melihat pendidikan di Indonesia saat ini, ternyata masih belum
mendapat hasil yang sebenarnya di inginkan. Buktinya dapat dilihat pada
pola pikir anak yang lebih mengedepankan menghafal dari pada
memahami suatu materi pelajaran. Tak jarang pelajar lebih mementingkan
nilai dari pada ilmu pengetahuannya. Selain itu, Indonesia juga sedang
menghadapi masalah berat yang harus dilalui, yaitu terjadinya krisis
multidimensi yang berkepanjangan. Masalah ini sebenarnya mengakar
pada menurunnya kualitas moral bangsa yang dicirikan oleh
membudayanya praktek KKN, konflik, meningkatnya kriminalitas,
menurunnya etos kerja, dan lain sebagainya. Budaya-budaya tersebut
adalah penyebab utama negara sulit untuk bangkit dari krisis ini.
Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi mari kita lihat
beberapa data dan fakta yang dikumpulkan tim litbang Kompas berikut ini:
1) 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
2) 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-
2011
3) 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap
pemilihan DGS BI
4) Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY,
KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Fakta diatas menunjukan prilaku para pejabat Negara, ini sunggu
tidak mencerminkan karakter yang baik dari seorang pemimpin Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di
sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini
peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi
juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Dalam membentuk karakter yang berkualitas perlu dibina sejak
usia dini. Potensi karakter yang baik sebenarnya telah dimiliki tiap
manusia sebelum dilahirkan, tetapi potensi tersebut harus terus-menerus
dibina melalui sosialisasi dan pendidikan sejak usia dini. Usia dini
merupakan masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Banyak
2

pakar mengatakan bahwa kegagalan penanaman karakter sejak usia dini,


akan membentuk pribadi yang bermasalah dimasa dewasanya kelak. Selain
itu, menanamkan moral kepada generasi muda adalah usaha yang strategis.
Oleh karena itu penanaman moral melalui pendidikan karakter sedini
mungkin kepada anak-anak adalah kunci utama untuk membangun bangsa.
Pendidikan merupakan salah satu wadah dalam menunjang
pembentukan karakter tiap individu. Pendidikan karakter merupakan
gerakan nasional untuk menciptakan sekolah yang membina generasi
muda yang beretika, bertanggung jawab, dan perduli melalui pemodelan
dan mengajarkan karakter baik dengan penekanan pada nilai universal
yang disepakati bersama. Ini adalah suatu usaha yang disengaja dan
proaktif baik dari sekolah, daerah, dan juga negara untuk menanamkan
siswanya pada nilai etika utama.
Bahkan bapak pendiri bangsa Indonesia dari sendari dulu telah
menekan betapa pentingnya pendidikan karakter ini. Bangsa ini harus
dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (character
building) karena character building inilah yang akan membuat Indonesia
menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Kalau
character building ini tidak dilakukan, maka bangsa Indonesia akan
menjadi bangsa kuli (Bung Karno, Presiden RI Pertama)
Sebagaimana tersirat dalam UU RI No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional; merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan
Nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan
di Indonesia pasal 3 UU Sikdiknas menyebutkan Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan dan membantu watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Bertujuan untuk
berkembangnya potensi, peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
3

Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka rumusan masalahnya adalah sebagai
berikut:
1. Apa itu pendidikan berkarakter?
2. Bagaimana penerapan Pendidikan berkarakter di sekolah?
3. Apa mamfaat pendidikan karakter di sekolah?
B. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui:
1. Pendidikan karakter disekolah
2. Penerapan pendidikan karakter di sekolah
3. Manfaat yang didapat ketika melaksanakan pendidikan karakter

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan
Menyongsong era globalisasi saat ini dibutuhkan sumber daya
manusia yang memiliki kwalitas kecerdasan yang tinggi serta mampu
menghadapi persaingan dunia. Untuk mencapai hal itu maka pendidikan
memberi pengaruh yang cukup penting sehingga harus dipahami makna dari
pendidikan. Ki Hajar Dewantara (dalam www.wawan_junaidi.com 2010)
menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan umumnya
berarti daya upaya untuk memajukan budi pekerti (karakter, kekuatan
bathin), pikiran (intellect) dan jasmani anak-anak selaras dengan alam dan
masyarakatnya. Lembaga pendidikan seharusnya melaksanakan aktivitas-
aktivitas untuk mendukung pengembangan pengetahuan peserta didiknya.
Pendidikan memiliki tujuan umum yakni untuk memanusiakan manusia
sehingga dalam pendidikan yang diolah bukan hanya kecerdasan otak (head)
tetapi juga kecerdasan hati (heart), dan ketrampilan untuk menciptakan
(hand). Pendidikan dikatakan berhasil bila ketiga aspek tersebut berpadu
(balanced) dalam diri peserta didik.
2. Pengertian Karakter
Pendidikan membutuhkan orang-orang yang mampu mewujudkan
tujuan pelaksanaan pendidikan seperti yang dikutip dari
www.pondokibu.com (2011) bahwa Intelligence plus characterthat is the
goal of true education yang memiliki makna Kecerdasan plus karakter
itu adalah tujuan akhir dari pendidikan sebenarnya. Banyak yang
4

berpendapat bahwa karakter itu sama dengan kepribadian namun ternyata


keduanya memiliki makna yang berbeda. Sudrajat (dalam www.akhmad-
sudrajat.wordpress.com2009) menyebutkan bahwa Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha
Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, budaya, tata krama, dan adat
istiadat. Wibowo (dalam www.timothy-wibowo.com 2011) berpendapat
bahwa Perkembangan seorang anak adalah mengembangkan pemahaman
yang benar tentang bagaimana dunia ini bekerja, mempelajari aturan main
segala aspek yang ada di dunia ini. Anak-anak akan tumbuh menjadi pribadi
yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter.
Karakter seseorang merupakan suatu kebiasaan yang diperoleh dari
keteladan atau contoh dari lingkungan sekitarnya yang akan menjadi sebuah
ciri khas dari perilaku seseorang. Siswa tentu akan memperhatikan tingkah
laku orang-orang yang berada disekitarnya sehingga untuk membentuk
karakter anak, orang tua dan guru yang merupakan orang-orang yang dekat
dengan siswa harus memberikan contoh perilaku karakter kepada siswa.
Pada intinya jika kita ingin mengembang-kan karakter anak maka didiklah
anak dengan sikap yang berkarakter pula
3. Pengertian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan gabungan dari dua kata, yaitu
pendidikan dan karakter. Pendidikan karakter adalah usaha sadar dan
terencana dalam menanamkan nilai-nilai sehingga terinternalisasi dalam diri
peserta didik yang mendorong dan mewujud dalam perilaku dan sikap yang
baik. Lickona T (2009) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu
usaha yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia dapat
memahami, memperhatikan, dan melakukan nilai-nilai etika yang inti.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan,
kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen
(pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen
pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan
penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan
sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan
sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga
sekolah/lingkungan. Di samping itu, pendidikan karakter dimaknai sebagai
suatu perilaku warga sekolah yang dalam menyelenggarakan pendidikan
harus berkarakter.
5

Pendidikan karakter didasarkan pada enam nilai-nilai etis bahwa


setiap orang dapat menyetujui nilai-nilai yang tidak mengandung politis,
religius, atau bias budaya. Beberapa hal di bawah ini yang dapat kita
jelaskan untuk membantu siswa memahami Enam Pilar Pendidikan
Berkarakter, yaitu sebagai berikut :
1. Trustworthiness (Kepercayaan)
Jujur, jangan menipu, menjiplak atau mencuri, jadilah handal
melakukan apa yang anda katakan anda akan melakukannya, minta
keberanian untuk melakukan hal yang benar, bangun reputasi yang baik,
patuh berdiri dengan keluarga, teman dan negara.
2. Recpect (Respek)
Bersikap toleran terhadap perbedaan, gunakan sopan santun,
bukan bahasa yang buruk, pertimbangkan perasaan orang lain, jangan
mengancam, memukul atau menyakiti orang lain, damailah dengan
kemarahan, hinaan dan perselisihan.
3. Responsibility (Tanggungjawab)
Selalu lakukan yang terbaik, gunakan kontrol diri, disiplin,
berpikirlah sebelum bertindak mempertimbangkan konsekuensi,
bertanggung jawab atas pilihan anda.
4. Fairness (Keadilan)
Bermain sesuai aturan, ambil seperlunya dan berbagi, berpikiran
terbuka; mendengarkan orang lain, jangan mengambil keuntungan dari
orang lain, jangan menyalahkan orang lain sembarangan.
5. Caring (Peduli)
Bersikaplah penuh kasih sayang dan menunjukkan anda peduli,
ungkapkan rasa syukur, maafkan orang lain, membantu orang yang
membutuhkan.
6. Citizenship (Kewarganegaraan)
Menjadikan sekolah dan masyarakat menjadi lebih baik, bekerja
sama, melibatkan diri dalam urusan masyarakat, menjadi tetangga yang
baik, mentaati hukum dan aturan, menghormati otoritas, melindungi
lingkungan hidup.
Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter perlu dikembangkan di sekolah.
nilai ini berlaku universal, karena dapat digunakan oleh seluruh siswa di
Indonesia tanpa adanya diskriminasi terhadap pihak-pihak tertentu. Nilai-
nilai ini bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan
nasional.
1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari
6

pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan


kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas
dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang
berasal dari agama.
2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan Kebangsaan dan kenegaraan yang disebut
Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD
1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter
bangsa bertujuan mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan,
dan menerapkan nilai nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai
warga negara (Puskur, 2010 : 8).
B. Pendidikan Karakter Disekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan selain keluarga dan
lingkungan yang menjamin Kita untuk mampu melewati tahapan
perkembangan Kita dengan lancar dan optimal. Kita akan terus menerus
didukung apabila Kita memiliki kekurangan dan akan didorong untuk
berkembang bila Kita memiliki potensi. Sekolah merupakan lembaga yang
memperlakukan semua manusia yang berkekurangan maupun berkelebihan
sebagai manusia yang sederajat. Ini yang menjadikan sekolah sebagai
lembaga sosial yang tepat untuk mendampingi anak di setiap tahapan
perkembangannya. Sekolah juga memberikan pembagian jenjang yang
sesuai dengan tahapan perkembangan dan tujuan tahapan perkembangan. Ini
menjadikan meskipun sekolah memberikan perlakuan yang setara, namun
antara individu yang berbeda usia dan kebutuhan belajar akan dibedakan
dengan adil. Perlakuan yang setara dan adil ini tidak akan ditemui di
lembaga pendidikan lain seperti keluarga dan lingkungan.
Apapun bentuk dari pendidikan yang diambil oleh individu, selalu ada
keyakinan bahwa untuk mendapatkan pendidikan yang terstandarisasi
dengan baik harus melalui sekolah. Pendidikan ini sendiri bermakna usaha
secara terencana dan sadar dalam mengembangkan potensi yang dimiliki
7

peserta didik dalam suatu proses pembelajaran yang secara aktif dan
interaktif antara pendidik dan peserta didik. Lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan secara kolektif dan memiliki jenjang serta
panduan pengajaran disebut dengan nama sekolah. Berikut beberapa elemen
yang terdapat dalam sekolah :
a. Peserta Didik
Indivdidu yang dibimbing untuk mengembangkan potensi diri melalui
proses pembelajaran yang terbagi menjadi jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan tempat Ia belajar.
b. Tenaga Kependidikan
Individu yang mengabdikan diri dan memiliki kewajiban untuk
menunjang dan mendukung penyelenggaraan pembelajaran.
c. Pendidik
Tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan secara spesifik
sebagai guru, dosen, koneslor, pamong belajar, tutor, instruktur,
widyaiswara, dan berbagai sebutan lain yang secara spesifik menggunakan
keahlian yang dimilikinya sebagai tenaga ahli dalam menunjang
pembelajaran.
d. Jalur Pendidikan
Suatu lingkungan yang dimasuki oleh peserta didik yang berbentuk
wahan pendidikan yang digunakan untuk menguatkan potensi diri peserta
didik dalam suatu proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan
pendidikan.
e. Jenjang Pendidikan
Tahapan pembelajaran yang ditetapkan berdasarkan tahapan
perkembangan peerta didik, tujuan perkembangan serta potensi yang ingin
dikembangkan.
f. Jenis Pendidikan
Merupakan spesifikasi dari wahana pendidikan yang disesuaikan
dengna tujuan pembelajaran secara spesifik berdasar jenis potensi yang
ingin dikembangkan dalam lembaga pendidikan.
8

g. Satuan Pendidikan
sponsored links Kelompok-kelompok pembelajaran yang dengan jenis
pelaksanaan formal, nonformal, dan informal pada setiap tahapan dan jenis
pembelajaran.
h. Kurikulum
Tujuan, isi serta bahan yang digunakan dalam pembelajaran yang
tertuang dalam seperangkat rencana dan pengaturan. Kurikulum ini tidak
hanya berisi seperangkat pengaturan saja tapi juga pedoman pelaksanaan
pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu yang ingin dicapai sesuai
dengan tugas perkembangan dari peserta didik di setiap tahapan
perkembangan peserta didik.
Secara teknis keterkaitan dan hubungan yang bersifat timbal balik
antara elemen-elemen di atas inilah yang membentuk sekolah sebagai
lembaga pendidikan yang ideal bagi pelaksanaan pendidikan secara kolektif.
Seperti Kita fahami bersama pendidikan di keluarga maupun di lingkungan
meskipun memiliki wawasan yang lebih kaya pada beberapa aspek
dibandingkan pendidikan di sekolah, namun pendidikan di sekolah memiliki
sistem yang di dalamnya saling mendukung dan terkait satu sama lain.

Ancaman pada perkembangan moral anak senantiasa muncul dalam


berbagai bentuk ancaman di masyarakat. Bahaya globalisasi dan modernisasi yang
tidak disaring dengan nilai-nilai pancasila akan mengancam upaya menjaga
keutuhan NKRI. Dibutuhkan penguatan moral generasi penerus untuk mengatasi
tantangan-tantangan di era globalisasi melalui lembaga yang kompeten dan
mampu secara kolektif mencetak individu yang berkarakter. Sekolah dengan
seluruh sistem yang mendukung pembelajaran di dalamnya sambil terus menerus
menerapkan sistem yang memiliki kemampuan evaluasi diri dan perbaikan dalam
interaksi antar elemen-elemennya. Kemudian yang paling penting dari
pelaksanaan sistem ini ialah pelaksanaan sistem ini juga harus menjiwai nilai-nilai
pendidikan karakter dan memiliki integrasi dengan kuat antar kegiatan
pembelajarannya dengan pendidikan karakter.
9

a. Kegiatan rutin sekolah


Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang dilakukan siswa secara
terjadwal dan berkelanjutan seperti mengucapkan salam,
assalamualaikum dan memberi hormat bila bertemu dengan orang yang
lebih tua, teman sebaya, kakak kelas di setiap waktu semisal awal
pelaksanaan KBM, ketika murid memasuki gerbang utama di pagi hari,
maupun di sore hari. Kegiatan rutin ini terbagi menjadi kegiatan di kelas,
kegiatan sekolah dan kegiatan luar sekolah. Beberapa contoh implementasi
dari kegiatan rutin ini ialah sebagai berikut.
i) Kegiatan di kelas : Memberi salam sebelum memulai pelajaran, berdoa
setelah mengakhiri pelajaran, dan bertutur kata sopan dengan bahasa
indonesia yang baik dan benar di kelas
ii) Kegiatan sekolah : Pelaksanaan shalat idul adha berjamaah di sekolah,
Perayaan ramadhan dengan diadakannya pondok ramadhan,
penghormatan hari libur bagi agama-agama dan hari libur nasional.
iii) Kegiatan luar sekolah : Pelaksanaan dharma wisata ke tempat
bersejarah untuk mengenang jasa pahlawan dan tempat-tempat wisat
budaya untuk memperkenalkan budaya bangsa indonesia dan kearifan
lokalnya.
b. Kegiatan insidental
Merupakan kegiatan yang dilakukan tanpa direncanakan pada saat
menjumpai suatu keadaan yang khusus. Kegiatan insidental ini semisal
menghormati dengan berdoa bersama bila terjadi salah satu wali murid
yang meninggal, memberikan penghargaan pada siswa yang memiliki
prestasi akademik dan non akademik.
c. Keteladanan
Belajar tidak hanya bisa dimotivasi dengan pemberian nilai tambah
pada yang melakukan tindakan terpuji dan dikendalikan dengan pemberian
hukuman bagi yang melakukan tindakan tercela. Pembelajaran atas nilai-
nilai moral yang baik bisa dilakukan dengan cara yang lebih efektif yakni
pemberian role model berupa keteladanan dan perilaku yang terpuji oleh
pendidik ataupun oleh teman sebaya. Semisal berpakaian dengan rapi dan
10

bersih, dan membuang sampah pada tempatnya dengan tidak sekedar


mengajarkan hal tersebut tapi juga memberikan contoh.
d. Pengkondisian
Bila ingin mendukung tindakan moral yang baik dan sesuai ahklak
terpuji, maka keadaan sekolah itu sendiri harus mencerminkan hal tersebut
pada aspek lingkungan fisik dan sosial nya. Ini bisa dilakukan dengan
senantiasa menjaga kebersihan toilet, ketersediaan bak sampah,
memperhatikan keadaan kelas, dan menjaga ketenangan kondusifnya
KBM dengan meminimalisir adanya kegaduhan di kelas ataupun ruang
kelas yang kotor.
e. Pengintegrasian dalam mata pelajaran
Butir-butir nilai pendidikan karakter sudah seharusnya terdapat di
setiap standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ada di setiap bahan
ajar yang diberikan. Pengintegrasian ini dimulai dari pencantuman nilai-
nilai karakter di dalam silabus dan secara aktif mengajarkan nilai tersebut
dalam proses pembelajaran. Ini dilakukan sambil secara interaktif
berkomunikasi dengan siswa yang kesulitan merealisasikan butir-butir
nilai pendidikan karakter yang diajarkan kepadanya.
C. Manfaat Pendidikan Karakter
Pendidikan yang diterapkan di sekolah-sekolah juga menuntut
untuk memaksimalkan kecakapan dan kemampuan kognitif. Dengan
pemahaman seperti itu, sebenarnya ada hal lain dari anak yang tak kalah
penting yang tanpa kita sadari telah terabaikan.Yaitu memberikan
pendidikan karakterb pada anak didik. Pendidikan karakter penting artinya
sebagai penyeimbang kecakapan kognitif. Beberapa kenyataan yang sering
kita jumpai bersama, seorang pengusaha kaya raya justru tidak dermawan,
seorang politikus malah tidak peduli pada tetangganya yang kelaparan,
atau seorang guru justru tidak prihatin melihat anak-anak jalanan yang
tidak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Itu adalah bukti tidak
adanya keseimbangan antara pendidikan kognitif dan pendidikan karakter.
Pendidikan karakter dewasa ini sangat diperlukan dikarenakan saat
ini bangsa Indonesia sedang mengalami krisis karakter dalam diri anak
11

bangsa. Karakter dalam hal ini adalah watak, tabiat, akhlak, atau
kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara
pandang, bepikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan tersebut berupa
sejumlah nilai moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, hormat pada orang lain, disiplin, mandiri, kerja keras, dan
kreatif.
Pendidikan karakter di nilai sangat penting untuk di mulai pada
anak usia dini karena pendidikan karakter adalah proses pendidikan yang
ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku yang
memancarkan akhlak mulia atau budi pekerti luhur. Sejatinya pendidikan
karakter ini memang sangat penting dimulai sejak dini. Sebab falsafah
menanam sekarang menuai hari esok adalah sebuah proses yang harus
dilakukan dalam rangka membentuk karakter anak bangsa. Pada usia
kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas
(golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam
mengembangkan potensinya. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan
karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan
pertama bagi pertumbuhan karakter anak. Setelah keluarga, di dunia
pendidikan karakter ini sudah harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah
dasar.
Anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di
kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan
sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak
akan terbentuk dengan baik, jika dalam proses tumbuh kembang mereka
mendapatkan cukup ruang untuk mengekspresikan diri secara leluasa.
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan
dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian
pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu,
dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan. Melalui pendidikan
karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
12

mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud


dalam perilaku sehari-hari. Selain itu pendidikan karakter mengarah pada
pembentukan budaya sekolah, yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku,
tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh
semua warga sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah. Budaya sekolah
merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di
mata masyarakat luas.
Pendidikan karakter berkewajiban mempersiapkan generasi
penerus yang berkarakter, serta sanggup menghadapi tantangan zaman
yang akan datang sesuai dengan moral dan norma yang berlaku. Melalui
program ini diharapkan lulusannya memiliki keimanan dan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkarakter mulia,
kompetensi akademik yang utuh dan terpadu, sekaligus memiliki
kepribadian yang baik sesuai norma-norma dan budaya Indonesia. Pada
tataran yang lebih luas, pendidikan karakter nantinya diharapkan menjadi
budaya sekolah.
Berikut ini beberapa manfaat utama dari pendidikan karakter :
a. Membentuk karakter individu
Yang namanya pendidikan karakter, tentu saja tujuan dan juga
manfaat utamanya adalah untuk membentuk karakter dari diri individu.
karakter merupakan segala sesuatu yang melekat pada diri individu,
dan cenderung menetap. Sehingga dengan adanya pendidikan karakter,
maka kecenderungan individu untuk memilki karakter yang baik dan
juga berguna bagi sesamanya akan terbentuk. Maka dari itu, beberapa
pendidikan karakter sangat baik dulakukan kepada para remaja remaja.
b. Membuat individu menjadi lebih menghargai sesama
Seseorang yang berkarakter kuat akan lebih dapat untuk
menghargai sesamanya. Kalaupun memang seseorang kurang dapat
menghargai sesamanya, dengan adanya pendidikan karakter yang
intensif. Tentu saja kemampuan seseorang atau individu untuk
menghargai sesamanya manusia akan menjadi lebih meningkat.
13

c. Menciptakan generasi penerus bangsa yang berintegritas dan juga lebih


baik
Karakter yang kuat akan membuat seseorang menjadi teguh
dan kokoh dalam hidupnya. Hal ini akan sangat penting bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara, karena dengan adanya keteguhan
ini, akan diikuti dengan integritas tinggi dari individu. Integritas inilah
yang penting untuk dibentuk dalam pendidikan karakter, sehingga
dengan adanya integritas yang tinggi. Maka seseorang akan mampu
untuk menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan menjunjung
tinggi nilai integritas bagi bangsa dan juga negaranya.
d. Melatih mental dan juga moral dari peserta didik
Manfaat pendidikan karakter sejak dini, selain mampu untuk
menciptakan dan menguatkan karakter seseorang, juga bermanfaat
untuk meningkatkan serta melatih mental dan juga moral dari para
peserta pendidikan karakter. Hal ini akan mencegah terjadinya kondisi
mental individu yang bermental tempe dan juga mental malas serta
moral yang buruk. Dengan meningkatnya kondisi mental dan juga
moral individu, maka hal ini akan menciptakan suasana yang kondusif
dan dapat mencegah terjadinya perpecahan.
e. Menyalurkan hal-hal yang penting sesuai dengan karakter yang
dimilkinya
Pendidikan karakter memiliki banyak manfaat. Selain dapat
meningkatkan kemampuan mental dan juga moral dari individu,
manfaat pendidikan karakter bagi generasi muda juga dapat membantu
untuk menyalurkan minat. Hal ini dapat menggunakan karakter yang
sudah mereka miliki dan mereka sadari untuk hal yang penting dan
bermanfaat. Tidak hanya bagi dirinya sendiri, namun juga bagi orang
lain.
f. Menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan
Seiring dengan meningkatnya moral dan kemampuan berpikir
dari individu melalui pendidikan karakter, maka hal tersebut akan
14

mempengaruhi kemampuan berpikir individu. terutama dalam


mengambil keputusan, dengan menempuh pendidikan karakter. Maka
seseorang akan menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan,
sehingga tidak merugikan diri sendiri dan juga merugikan orang lain

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan karakter sangat penting diterapkan demi
mengembalikan karakter bangsa Indonesia yang sudah mulai luntur. Dengan
dilaksanakannya pendidikan karakter di sekolah, diharapkan dapat menjadi
solusi atas masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat. Pelaksanaan
pendidikan karakter di sekolah dapat dilaksanakan pada ranah pembelajaran
(kegiatan pembelajaran), pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan
belajar, kegiatan ko-kurikuler dan atau kegiatan ekstrakurikuler, dan
kegiatan keseharian di rumah dan di masyarakat.
Lembaga pendidikan sebagai wadah resmi pembinaan generasi
muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan
kepribadian peserta.
Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter
kepada Warga sekolah dimana Pendidikan karakter dapat diintegrasikan
dalam semua mata pelajaran serta kegiatan kegiatan didalam maupun diluar
sekolah.
B. Saran
Saran yang dapat diberikan penulis adalah pendidikan karakter sebagai
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter bagi peserta didik perlu terus
dilakukan dengan lebih intensif dan berkesinambungan dalam semua mata
pelajaran dan diharapkan peran aktif orang tua dalam membantu
pelaksanaan pendidikan karakter ini.
15

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003, Undang-undang No. 20 tahun 2003, Sistem Pendidikan
Nasional, http://www.depdiknas.go.id
Tim Penyusun. 2011. Pedoman Pelaksanaan pendidikan Karakter :berdasarkan
pengalaman di satuan pendidikan rintisan. Jakarta : Puskurbuk Badan Penelitian
Dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional.
UUD RI 1945 Amandemen keempat
UU No.20 Tahun 2003 Tentang SIKDIKNAS

Anda mungkin juga menyukai