BAB 1
PENDAHULUAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi1
2.3. Patogenesis6
3
Jumlah reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot skelet
berkurang, tetapi hal ini terjadi karena efek sekunder dari hiperinsulinemia dan
bukan merupakan gangguan primer. Kerusakan pada insulin-regulated
phosphorylation/dephosphorylation berperan dalam resistensi insulin. Sebagai
contoh, kerusakan pada PI-3-kinase signaling dapat mengurangi translokasi
GLUT-4 ke membran plasma. Abnormalitas lainnya termasuk akumulasi lipid
4
2.4. Diagnosis7
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka
dapat digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi
glukosa terganggu (TGT), glukosa darah puasa terganggu (GDPT). 1. Glukosa
darah puasa terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa
antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam
2.5. Tatalaksana7,8,9
b Pemeriksaan Fisik
- Pengukuran tinggi dan berat badan.
- Pengukuran tekanan darah, nadi, rongga mulut, kelenjar tiroid, paru
dan jantung
- Pemeriksaan kaki secara komprehensif
c Evaluasi Laboratorium
- HbA1c diperiksa paling sedikit 2 kali dalam 1 tahun pada
pasien yang mencapai sasaran terapi dan yang memiliki
kendali glikemik stabil. dan 4 kali dalam 1 tahun pada pasien
dengan perubahan terapi atau yang tidak mencapai sasaran
terapi.
- Glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan.
d Penapisan Komplikasi
10
3. Protein
5. Serat
a. Seperti halnya masyarakat umum penyandang diabetes
dianjurkan mengonsumsi cukup serat dari kacang-kacangan,
buah dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat,
karena mengandung vitamin, mineral, serat dan bahan lain
yang baik untuk kesehatan.
b. Anjuran konsumsi serat adalah 25 g/1000 kkal/hari.
6. Pemanis alternative
c. Latihan jasmani
Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur (3-5
hari seminggu selama sekitar 30-45 menit , dengan total 150 menit
perminggu, dengan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal)
seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut
jantung maksimal dihitung dengan cara = 220-usia pasien.
d. Intervensi farmakologis
Intervensi farmakologis ditambahkan jika sasaran glukosa darah belum
tercapai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani.
1. Obat Antihiperglikemia oral
Berdasarkan cara kerjanya dibagi menjadi 5 golongan:
a. Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonilurea dan
glinid
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi
insulin oleh sel beta pankreas, dan merupakan pilihan utama
untuk pasien dengan berat badan normal dan kurang, namun masih
boleh diberikan kepada pasien dengan berat badan lebih. Untuk
menghindari hipoglikemia berkepanjangan pada berbagai
keadaaan seperti orang tua, gangguan faal ginjal dan hati, kurang
nutrisi serta penyakit kardiovaskular, tidak dianjurkan penggunaan
sulfonilurea kerja panjang.
Glinid
Merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea,
dengan penekanan pada meningkatkan sekresi insulin fase pertama.
Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu: Repaglinid (derivat
asam benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini
14
Awitan Lama
Jenis Insulin Puncak Efek Kemasan
(onset) Kerja
Kerja Cepat (Rapid-Acting) (Insulin Analog)
Insulin Lispro
(Humalog) Insulin Pen/cartridge
Aspart (Novorapid) 5-15 menit 1-2 jam 4-6 jam Pen, vial
Insulin Glulisin (Apidra) Pen
75/25 Humalogmix
(75% protamin lispro, 12-30 menit 1-4 jam
25% lispro)
70/30 Novomix (70%
protamine aspart, 30%
aspart)
3. Terapi Kombinasi
Terapi dengan obat antihiperglikemia oral kombinasi baik secara
terpisah ataupun fixed dose combination dalam bentuk tablet tunggal,
harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang
berbeda. Pada keadaan tertentu dapat terjadi sasaran kadar glukosa
darah yang belum tercapai, sehingga perlu diberikan kombinasi tiga
obat antihiperglikemia oral dari kelompok yang berbeda atau kombinasi
obat antihiperglikemia oral dengan insulin. Pada pasien yang disertai
dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk
dipakai, terapi dengan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral dapat
menjadi pilihan.
Kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi obat antihiperglikemia oral dan insulin
basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang), yang
20
2.6. Komplikasi8,10,11,12
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang akan diderita
seumur hidup, sehingga progresifitas penyakit ini akan terus berjalan dan
pada suatu saat akan menimbulkan komplikasi. Penyakit DM biasanya
berjalan lambat dengan gejala-gejala yang ringan sampai berat, bahkan dapat
menyebabkan kematian akibat komplikasi akut maupun kronis.
a. Komplikasi Akut
Ada tiga komplikasi akut DM yang penting dan berhubungan dengan
gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga
komplikasi tersebut adalah:
1. Hipoglikemia
Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah
<60 mg/dL. Bila terdapat penurunan kesadaran pada pasien diabetes
harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia.
Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh penggunaan sulfonilurea
dan insulin. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik
(berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-
glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma).
2. Ketoasidosis diabetik
Pada DM yang tidak terkendali dengan kadar glukosa darah yang
terlalu tinggi dan kadar insulin yang rendah, maka tubuh tidak dapat
menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Sebagai gantinya tubuh
akan memecah lemak sebagai sumber energi alternatif. Pemecahan
lemak tersebut kemudian menghasilkan badan-badan keton dalam darah
atau disebut dengan ketosis. Ketosis inilah yang menyebakan derajat
keasaman darah menurun atau disebut dengan istilah asidosis. Kedua
hal ini lantas disebut dengan istilah ketoasidosis. Adapun gejala dan
tanda-tanda yang dapat ditemukan pada pasien ketoasidosis diabetik
adalah kadar gula darah > 240 mg/dl, terdapat keton pada urin,
dehidrasi karena terlalu sering berkemih, mual, muntah, sakit perut,
sesak napas, napas berbau aseton, dan kesadaran menurun hingga koma.
3. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik (HHNK)
Sindrom HHNK merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia serta diikuti oleh perubahan tingkat
23
4. Menghentikan merokok
Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan
kardiovaskular. Meski merokok tidak berkaitan langsung dengan
timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat
komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat
timbulnya komplikasi pada pasien yang telah menderita DM. Syarat untuk
mencegah komplikasi adalah kadar gula darah harus selalu terkendali
mendekati angka normal sepanjang hari sepanjang tahun. Di samping itu,
tekanan darah dan kadar lipid juga harus normal. Dan supaya tidak ada
resistensi insulin, dalam upaya pengendalian kadar glukosa darah dan lipid
itu harus diutamakan cara-cara nonfarmakologis dulu, misalnya diet,
olahraga, tidak merokok, dan lain-lain. Bila tidak berhasil baru
menggunakan obat baik oral maupun insulin.
26
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok pasien diabetes yang
telah mengalami komplikasi dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan
lebih lanjut. Upaya ini terdiri dari 3 tahap, yaitu: mencegah komplikasi
diabetes (pencegahan sekunder), mencegah berlanjutnya (progresi)
komplikasi untuk tidak menjurus kepada penyakit organ, mencegah
terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ atau
jaringan. Dalam upaya ini, peran penyuluhan sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan motivasi pasien untuk mengendalikan diabetesnya.
d. Edukasi
Tujuan dari edukasi pada pasiean diabetes adalah mendukung usaha
pasien diabetes untuk memahami perjalanan penyakitnya, pentingnya
pengendalian penyakit, komplikasi yang timbul dan resikonya, ketaatan
perilaku pemantauan dan pengelolaan penyakit secara mandiri, dan
perubahan perilaku/kebiasaan kesehatan yang diperlukan.
Edukasi pada pasien diabetes meliputi pemantauan glukosa mandiri,
perawatan kaki, ketaatan pengunaan obat-obatan, berhenti merokok,
meningkatkan aktifitas fisik, dan mengurangi asupan kalori dan diet tinggi
lemak.
2.8. Prognosis14
27
BAB 3
STATUS ORANG SAKIT
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Jumikam
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Sudah Menikah
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Dusun IX Padang Mahondang
ANAMNESA PENYAKIT
Keluhan Utama : Luka borok dikaki kanan
Telaah : Hal ini telah dialami os 1 minggu SMRS. Diawali
dengan rasa panas dan kulit menjadi merah pada betis depan
kaki kanan sampai telapak kaki. Kemudian muncul luka
bernanah dan lama-kelamaan berubah menjadi kehitaman.
28
ANAMNESA ORGAN
Anamnesis Organ
Jantung Sesak napas (-) Edema (-)
Angina pektoris (-) Palpitasi (-)
Lain-lain (-)
Saluran Pernapasan Batuk-batuk (-) Asma, bronkitis (-)
29
Anamnesis Famili : Kakak dan adik os mempunyai riwayat diabetes melitus dan
sudah meninggal.
KEPALA
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat (+/+), ikterus (-/-), pupil
isokor ki=ka, diameter 3mm, reflex cahaya direk (+/+) / indirek
(+/+). Kesan: anemis
Lain lain : -
Telinga : Dalam batas normal
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Lidah : Dalam batas normal
Gigi geligi : Dalam batas normal
Tonsil/faring : Dalam batas normal
LEHER
Struma tidak membesar, tingkat: (-)
Pembesaran kelenjar limfa (-), lokasi (-), jumlah (-), konsistensi (-),mobilitas (-),
nyeri tekan (-)
Posisi trakea : medial, TVJ: R-2 cm H2O
Kaku kuduk (-), lain-lain (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Bentuk : Simetris fusiformis
Pergerakan : Simetris, Tidak ada ketinggalan bernafas
Palpasi
Nyeri tekan : tidak dijumpai
Fremitus suara : stem fremitus kanan = kiri
31
Perkusi
Paru
Batas Paru Hati R/A : relatif ICS V / absolut ICS VI
Peranjakan : 1 cm
Jantung
Batas atas jantung : Intercostal Space II Linea Midclavicularis
Sinistra
Batas kiri jantung : 1 cm medial Linea Midclavicularis Sinistra pada
Intercostal Space V
Batas kanan jantung : Linea Parasternal Dextra pada Intercostal Space V
Auskultasi
Paru
Suara pernafasan : vesikuler pada kedua lapangan paru
Suara tambahan : tidak ada
Jantung
M1>M2, P2>P1, T1>T2, A2>A1, desah sistolis (-), desah diastolis (-),
lain-lain (-), Heart Rate:78x/menit, regular, intensitas : cukup
THORAX BELAKANG
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus pada seluruh lapangan paru kanan = kiri
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
Auskultasi : SP: vesikuler
ST : (-)
ABDOMEN
32
Inspeksi
Bentuk : Simetris
Gerakan Lambung/usus : (-)
Vena kolateral : (-)
Caput medusa : (-)
Palpasi
Dinding Abdomen : Soepel, H/L/R tidak teraba.
HATI
Pembesaran : (-)
Permukaan : (-)
Pinggir : (-)
Nyeri Tekan : (-)
LIMFA
Pembesaran : (-), Schuffner (-), Haecket (-)
GINJAL
Ballotement : (-), Kiri / Kanan, lain-lain: (-)
UTERUS/OVARIUM : (-)
TUMOR : (-)
Perkusi
Pekak hati : (-)
Pekak beralih : (-)
Undulasi : (-)
Auskultasi
Peristaltik usus : Normoperistaltik
Lain-lain : (-)
33
RESUME
ANAMNESA Keluhan Utama : Gangren o/t pedis dextra
Telaah : Hal ini telah dialami os 1 minggu
SMRS diawalai rasa panas dan kulit
menjadi merah dari tibialis anterior
sampai plantaris pendis, lalu muncul
nanah dan menjadi kehitaman.
Pus(+), Bau(+), Nyeri(+). Febris(+).
Melena(+).
RPT :Penyakit Ginjal, Diabetes Melitus, Hipertensi
RPO :Glucophage, Captopril, Voltadex, HD reguler
STATUS PRESENS Keadaan Umum : Sedang
35
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
4 Luka pada kaki Vital sign Gangrene Tirah baring
Agustus Sensorium : compos diet DM via
kanan disertai diabetikum regio
2016 mentis sonde NGT
nanah, pedis dextra
TD : 180/90 mmHg IVFD NaCl
PSMBA ec
bengkak, dan HR : 82x/i
RR : 24x/i gastritis ulseratif 0,9% 8gtt/i
nyeri (+)
T : 37,6 0C makro
Nyeri ulu hati dd ulcer bleeding
KGD adr : 428
(+) Mata : konj. anemis CKD stg V ec DN Inj. Ceftriaxone
Mual (+) (+/+), sclera ikterik dengan HD 1gr/12 jam
Muntah (+)
(-/-) reguler Anemia Inj
BAK sedikit (+)
Leher : TVJ R-2 ec. penyakit Metronidazole
cmH2O, trakea kronis 500mg/8jam
medial, pembesaran DM tipe2 Inj Omeprazole
KGB (-) Hipertensi stage II 80mg bolus
Thorax : Anemia ec
SP : Vesikuler (+/+) selanjutnya
ST : - perdarahan dd 40mg/12 jam
Abdomen : soepel, penyakit kronis selama 3 hari
H/L/R ttb Dispepsia
Ekstremitas : oedem Trombositosis Inj Transamin
Hepatitis C 500mg/8jam
(-/-), akral hangat (+/
Hiponatremia
+) Inj vit K 1
Status
amp/24jam
Hasil Laboratorium hipokoagulasi
Hematologi Rencana
Hb : 7,5 g/dL transfuse waktu
Eritrosit : 2,50 juta/L
HD
Leukosit : 52.700/ L
Inj.
Trombosit :
Metoklopramide
606.000 /L
Ht : 22 % 1 amp/ 8 jam
Inj. Ranitidin
Hitung jenis : 1 amp/12 jam
Neutrofil : 91,20 % Valsartan 1 x 80
Limfosit : 5,20 %
38
Monosit : 3,60 % mg
Eosinofil : 0.00 %
Basofil : 0.00 % Amlodipin
1x5mg
Kimia Klinik
Faal Hemostasis Novorapid 12-
Waktu Protrombin 12-12 U
Pasien : 31.4 detik
Kontrol :14.70 detik Paracetamol
INR : 1.34 3x500mg
APTT : 1.35
Perawatan luka
Pasien : 47.3 detik
Kontrol : 35.0 detik HD regular
Waktu Trombin : 1.5
Pasien : 26.3 detik
Kontrol : 17.5 detik
Ginjal
BUN : 83 mg/dL
Ureum : 178 mg/dL
Kreatinin : 5.09 mg/dL
Elektrolit
Na : 121 mEq/L
K : 5.4 mEq/L
39
Cl : 94 mEq/L
Imunoserologi
Anti HCV : Reaktif
1 amp/ 8 jam
Inj. Ranitidin
1 amp/12 jam
Valsartan 1 x 80
mg
Amlodipin
1x5mg
Novorapid 12-
12-12 U
Paracetamol
3x500mg
Perawatan luka
HD regular
41
Hitung jenis :
Novorapid 14-
Neutrofil : 89,90 %
Limfosit : 6,40 % 14-14 U
Monosit : 3,60 %
Eosinofil : 0.00 % Paracetamol
Basofil : 0.10 % 3x500mg
Ginjal
BUN : 115 mg/dL
Ureum : 246 mg/dL
Kreatinin : 8 mg/dL
Elektrolit
Na : 123 mEq/L
K : 4.9 mEq/L
Cl : 96 mEq/L
Imunoserologi
Procakcitonin : 6.34
ng/mL
Novorapid 14-
14-14 U
Paracetamol
3x500mg
Perawatan luka
HD regular
45
BAB 4
DISKUSI
Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu
kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua duanya.
c. Latihan jasmani
d. Intervensi farmakologis
1. Obat antihiperglikemia oral
a. Pemicu sekresi insulin
(insulin secretagogue):
sulfonilurea dan glinid
b. Penambah sensitivitas
terhadap insulin: metformin,
tiazolidindion
c. Penghambat Absorpsi Glukosa:
Penghambat Glukosidase Alfa.
d. Penghambat DPP-IV
(Dipeptidyl Peptidase-IV)
e. Penghambat SGLT-2 (Sodium
Glucose Co-transporter 2)
2. Obat antihiperglikemia suntik
a. insulin
b. Agonis GLP-1/Incretin Mimetic
3. Terapi Kombinasi
Kombinasi obat antihiperglikemia
oral dan insulin yang banyak
dipergunakan adalah kombinasi
obat antihiperglikemia oral dan
insulin basal (insulin kerja
menengah atau insulin kerja
panjang), yang diberikan pada
malam hari menjelang tidur.
Komplikasi Saat ini os telah menderita CKD st V dan
Komplikasi menjalani HD secara reguler selama 8
a. Komplikasi Akut bulan ini. Os juga memiliki ulkus
1. Hipoglikemia
diabetikum pada kaki sebelah kanannya
Hipoglikemia ditandai dengan
menurunnya kadar glukosa darah <60
mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari
gejala adrenergik (berdebar, banyak
48
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR ISI
SIMPOSIUM-6.1-DM-UPDATE-DAN-Hb1C-OLEH-DR.-Dr.-Fatimah-
Eliana-SpPD-KEMD.pdf
10. PERKENI. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2
di Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar Perkumpulan Endokrinologi Indonesia;
2006.
11. Nabyl. Mengenal Diabetes. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama; 2009: 96-101.
12. Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC;
2001: 165-170.
13. Wayan. Empat Pilar Penatalaksanaan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2.
Majority. 2015. 4(9): 8-12.
14. Khardori, Romesh. Type 2 Diabetes Mellitus. 2016 [Accessed 5 Agustus
2016]. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/117853-
overview#a6