Anda di halaman 1dari 8

1. Berikan pendapat sdr.

tentang gerakan
mahasiswa 1998 dari persepktif mazhap dan
teori perubahan pada modul?

Jawab :

Social Movement adalah gerakan yang dilakukan oleh masyarakat dalam


jumlah besar untuk melakukan suatu perubahan ataupun menentang
perubahan. Di Indonesia, banyak terjadi sosial movement terutama pada
masa orde baru yang mana mahasiswa menjadi pemeran utamanya. Pada
masa Orde Baru, mahasiswa merupakan komponen masyarakat yang
intelektual, jeli politik dan sinisme terhadap pemerintahan rezim Presiden
Soeharto. Tahun 1998 menjadi satu catatan tersendiri dalam sejarah
perubahan di Indonesia. Dilatarbelakangi krisis ekonomi yang
berkepanjangan dan berlanjut menjadi krisis multi-dimensi, sebuah usaha
perubahan sosial yang dimotori oleh gerakan mahasiswa yang didukung oleh
kesadaran bersama dari para mahasiswaa. Momen ini kemudian berkembang
menjadi suatu gerakan bersama yang menuntut perubahan dibeberapa
bidang, khususnya sistem pemerintahan.

Perspektif Individu

Psikolog Behavioris
Perilaku adalah hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya,
semua perilaku dipelajari. Salah satu prinsip dasar Behavorius adalah
bahwa tindakan manusia dikondisikan oleh konsekuensi yang
diharapkan. Perilaku yang mendapat imbalan cenderung akan diulang.
Dengan demikian untuk mengubah perilaku diperlukan kondisi-kondisi
yang menyebabkannya (konsekuensi).
Psikolog Behavioris memandang Gerakan Mahasiswa pada Mei
1998 itu merupakan konsistensi perilaku yang sengaja diulang
untuk merubah perilaku pemerintah saat itu. Pemerintah saat
itu dipandang telah gagal dalam memenuhi kesejahteraan
masyarakat dan banyaknya praktek KKN. Perilaku mahasiswa
ini diubah untuk mendapatkan sebuah konsekuensi yaitu
berupa reformasi disemua sector terutama sistem
pemerintahan.

Gestald-Field
Perilaku seseorang adalah merupakan produk lingkungan dan
penalaran. Dalam menjelaskan perilaku seseorang, kelompok ini tidak
hanya mempertimbangkan tindakan seseorang dan respon yang
dimunculkan, tapi juga interpretasi yang dibuat seseorang. Maka
menurut pandangan ini perilaku tidak sekedar produk stimuli eksternal,
namun bisa lebih dijelaskan dari cara individu memakai penalarannya
untuk menginterpretasikan stimuli.
Gestald-Field memandang Gerakan Mahasiswa pada Mei 1998
adalah buntut panjang dari estafet tindakan gerakan-gerakan
lain yang dilakukan jauh sebelumnya yang merupakan respon
yang dimunculkan atas rasa tidak puas dan rasa tidak percaya
terhadap pemerintahan pada masa itu. Penderitaan
masyarakat, banyaknya praktek kolusi, korupsi dan nepotisme
dianggap sebagai stimuli eksternal yang memicu respon
perilaku Gerakan Mahasiswa pada Mei 1998. Gerakan
Mahasiswa menginterprestasikan sistem pemerintahan harus
dirubah dan rezim yang berkuasa harus diberhentikan.

Persepktif Dinamika Kelompok

Untuk mendorong perubahan, kita tidak hanya berfokus pada pengubahan


perilaku individu. Individu secara sendiri-sendiri mendapat tekanan dari
kelompok ( melalui norma, nilai-nilai kelompok dan peranan ) yang
menyebabkann individu harus beradaptasi. Maka fokus perubahan harus
pada tataran kelompok dan selayaknya berkonsentrasi untuk mempengaruhi
dan mengubah norma, peran, dan nilai kelompok. Mazhab kelompok ini
tebukti cukup berpengaruh dalam mengembangkan toeri dan praktek
menejem perubahan. Hal ini tercermin dari kelaziman organisasi untuk
melihat organisai sebagai satuan yang terdiri dari kelompok dan tim dan
bukan sekedar sekumpulan individu.

Dalam dinamika kelompok Gerakan Mahasiswa pada Mei 1998


merupakan gabungan kelompok-kelompok mahasiswa yang
memusatkan aksi berupa perilaku-perilaku individu mahasiswa yang
menuntut perubahan atas rezim pemerintah yang berkuasa terkait
isu-isu dan konflik yang terjadi pada masa itu. Krisis Moneter,
banyaknya perilaku KKN, ketimpangan sosial yang tinggi, sistem
pemerintahan yang dinilai mencederai demokrasi secara langsung
menekan kelompok dan mempengaruhi individu mahasisw untuk
beradaptasi dan membentuk perilaku gerakan-gerakan untuk
menentang rezim pengusa orde baru saat itu. Gerakan Mahaasiswa
pada Mei 1998 juga merupakan kesatuan aksi dan gerakan yang
mempunyai tujuan yang sama dalam artian telah terbentuk
organisasi yang mempraktekkan manajemen perubahan.

Perspektif Sistem terbuka


Organisasi terdiri dari pelbagai subsistem yang saling berkaitan , dimana
perubahan pada salah satu sub bagian akan membawa perubahan pada sub
bagian yang lain yang akhirnya akan membawa perubahan pada kinerja
organisasi secara keseluruhan. Tujuan sistem terbuka adalah untuk menata
fungsi sedemikian rupa sehingga melalui koordinasi dan saling
ketergantungan antara para lini yang saling terkait, tujuan secara
keseluruhan akan dapat dicapai. Penekanannya adalah pada pencapaian
sinergi secara keseluruhan, dan bukan pada optimalisasi kinerja pada satu
bagian tertentu.

Sistem Terbuka memandang Gerakan Mahasiswa pada Mei 1998


merupakan organisasi tidak langsung dengan sistem terbuka yang
terdiri atas pelbagai subsistem yang saling berkaitan yaitu berbagai
kelompok masyarakat dan mahasiswa yang saling mempengaruhi.
Pendudukan gedung Nusantara dan gedung MPR-RI secara simbolis
adalah merupakan pencapaian puncak organisasi yang menjadi
akibat dari berbagai lini gerakan mahasiswa yang bersinergi
membentuk kinerja yang secara keseluruhan mengoptimalisasi
tuntutan masyarakat yang dialakukan oleh mahasiwa melalui
Gerakan Mahasiswa pad Mei 1998.

Teori Perubahan Sosial

Sejak tahun pasca tahun 1966-dimana gerakan mahasiswa berhasil


menjatuhkan rejim Orde Lama-, dapat dikatakan mengalami masa stagnansi
dari gerakan mahasiswa. Mahasiswa dipandang telah kehilangan kepekaaan
sosial yang terjadi pada saat itu. Kondisi ini tidak lepas dari kebijakan
pemerintah yang begitu represif sehingga kondisi perpolitikan nasional
menjadi alat yang efektif untuk mematikan aspirasi dan gerakan mahasiswa.
Pengekangan tersebut telah membuat mahasiswa-kebanyakan-menjadi
kehilangan daya kritisnya terhadap kondisi sosial yang berkembang.

Menyadari bahwa perguruan tinggi dan lembaga pemerintah tidak dapat


diharapkan, sebagian mahasiswa coba menciptakan ruang-ruang
berkembangnya sendiri. Mereka kemudian memilih untuk melakukan aktifitas
mereka diluar kampus. Selain membentuk kelompok-kelompok diskusi,
mahasiswa juga membentuk Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang
menangani berbagai isu-isu sosial. Aksi protes mahasiswa masih berlanjut
akan tetapi masih sangat sporadis dan dampaknya belum meluas, baik itu
dikalangan mahasiswa maupun masyarakat umumnya dan semakin lemah
sampai akhirnya menghilang akhir 1970-an.

Gairah pergerakan di kelompok mahasiwa kemudian mulai kembali pada


tahun 90-an saat akumulasi berbagai permasalahan sosial makin tajam.
Mereka lebih cenderung mengangkat masalah-masalah yang aktual pada
saat itu, misalnya masalah kelaparan atau bencana di satu daerah dan
permasalahan keseharian yang dihadapi oleh masyarakat. Akan tetapi, pola
yang digunakan tidak berubah; masih sporadis dan dilakukan dalam kampus.
Pada awalnya tidak semuanya mahasiswa tersebut tergerak untuk
menanggapi masalah sosial yang muncul.

Teori Siklus

Bahwa sejarah peradaban manusia tidak berawal dan tidak berakhir


melainkan suatu periode yang di dalamnya mengandung kemunduran
dan kemajuan, keteraturan dan kekacauan. Artinya proses peralihan
masyarakat bukanlah berakhir pada tahap terakhir yang sempurna
melainkan berputar kembali pada tahap awal untuk menuju tahap
peralihan berikutnya.

Gerakan Mahasiswa pada Mei 1998 dipandang sebagai bagian


dari suatu periode yaitu peralihan dari era orde baru ke era
reformasi, adapun setiap gerakan yang muncul lebih dimaknai
sebagai proses perlawanan dan respon masyarkat terhadap
kondisi yang merugikan mereka. (Arnold Toynbee). Hal ini juga
menjadi bagian dari siklus meliputi kelahiran, pertumbuhan
kemandegan dan disintregasi karena pertempuran perebutan
kekuasaan oleh kelompok-kelompok.

Teori Evolusioner

Perubahan sosial yang terjadi merupakan suatu proses yang linear,


artinya semua masyarakat berkembang melalui urutan perkembangan
yang sama dan bermula dari tahap perkembangan awal sampai tahap
akhir. Tatkala tahap akhir telah tercapai maka pada saat itu perubahan
secara evolusioner telah berakhir.

Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 dipandang sebagai sebuah


proses perubahan evolusi. Gerakan tersebut sebagai dinamika
perkembangan masyarakat yang berevolusi akibat dari kondisi
yang dirasakan tidak ideal dengan perkembangan yang
diharapkan. Evolusi ini dianggap berakhir apabila hal-hal yang
dituntutkan dalam gerakan dipenuhi dan menerapkan sistem
baru yang diharapkan dapat menjamin perwujudan
kesejateraan yang dirasakan tidak terwujud oleh pemerintahan
yang ada sebelumnya.

Teori Non Evolusioner


Masyarakat bergerak dari tahap evolusi tetapi proses tersebut dilihat
secara multilinear artinya bahwa perubahan dipengaruhi oleh berbagai
faktor.

Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 dipandang sebagai respon


yang muncul akibat faktor elemen kemajuan yaitu
keberlanjutan dari system pemerintahan orde baru yang
dipandang tidak dapat lagi mewujudkan kesejahteraan sosial,
inovasi yang dilakukan masyarakat muncul sebagai bentuk ide-
ide gerakan untuk memprotes keberadaan mereka yang
dianggap tidak diperhatikan dengan baik oleh pemerintah
selaku penyelenggara Negara.

Teori Fungsional

Bahwa masyarakat seperti layaknya organ tubuh manusia, di mana


seperti tubuh yang terdiri dari berbagai organ yang saling
berhubungan satu sama lain maka masyarakat pun mempunyai
lembaga-lembaga atau bagian-bagian yang saling berhubungan dan
tergantung satu sama lain.

Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 dipandang sebagai


gabungan dari lembaga-lembaga yang dibentuk oleh
kelompok-kelompok masyarakat dan mahasiswa seagai bentuk
repson terhadap kondisi masyarakat lain yang mengalami
kerugian dan kondisi yang tidak baik yang disebabkan oleh
pemerintah sebagai penyelenggara Negara yang harusnya
menjamin hal itu tidak terjadi. Kelompok-kelompok tersebut
akhirnya saling terhubung untuk mewujudkan cita-cita
bersama dalam Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998.

Teori Konflik

Konflik akan muncul ketika masyarakat terbelah menjadi dua kelompok


besar yaitu yang berkuasa (bourjuis) dan yang dikuasai (proletar).

Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 dipandang sebagai


kelompok yang dikuasai (proletar) oleh rezim pemerintahan
orde baru sebagai kelompok berkuasa (borjuis). Gerakan
Mahasiswa merupakan produk perkembangan masyarakat, kreativitas
dan inovasi muncul terutama dari konflik antar kelompok dalam hal ini
kelompok berkuasa dan rakyat yang menuntut legitimasi kekuasaannya
dicabut atas nama dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Konflik ini
timbul akibat hak dan kewajiban pemerintah sebagai penyelenggara negara
tidak dapat dipertanggungjawabkan dihadapan rakyat yang menuntut
negara yang lalai melakukan tugasnya.

2. Jelaskan gerakan mahasiswa tsb dari perspektif


teori pertukaran sosial dan teori perbandingan
dalam komunikasi kelompok?

Jawab :

Perspektif Teori Pertukaran Sosial

(Social Exchange Theory) bahwa orang menghitung nilai keseluruhan dari


sebuah hubungan dengan mengurangkan pengorbanannya dari penghargaan
yang diterima. (Monge dan Contractor, 2003).

Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 berdasarkan ssumsi-asumsi dasar teori ini
berasal dari sifat dasar manusia dan sifat dasar hubungan. Asumsi-asumsi
yang dibuat oleh teori pertukaran sosial mengenai sifat dasar manusia adalah
sebagai berikut :

1. Manusia mencapai penghargaan dan menghindari hukuman.


Pemikiran bahwa manusia mencari penghargaan dan menghindari
hukuman sesuai dengan konseptualisasi dari pengurangan dorongan
(Roloff, 1981). Pendekatan ini berpendapatan bahwa perilaku orang
dimotivasi oleh suatu mekanisme dorongan internal. Gerakan
Mahasiwa pada Mei 1998 sebagai bentuk respon dari pemikiran
manusia terhadap kondisi sosial, gerakan ini dimotivasi oleh
mekanisme dorongan internal dalam hal ini adalah kelompok
mahasiswa-masyarakat yang tergabung dalam Gerakan Mahasiwa
pada Mei 1998. Individu yang tergabung dalam kelompok gerakan
berusaha mencapai penghargaan berupa terciptanya system
pemerintahan yang baik dan bersih serta menghindari hukuman yaitu
berupa kesengsaraan dan kerugian akibat kondisi masyarkat yang
sangat memprihatinkan terkait peran pemerintah orde baru terhadap
kesejahteraan rakyatnya.

2. Manusia adalah makhluk rasional.


Bahwa manusia adalah makhluk rasional merupakan asumsi yang
penting bagi teori pertukaran sosial. Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998
sebagai produk dari pemikiran-pemikiran masyarakat yang rasional.
Dengan asumsi kesejateraan yang tidak merata, pemerintahan yang
korup, praktek kolusi dan nepotisme merajalela dilingkaran rezim orde
baru menjadi alasan untuk Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998
melengserkan rezim orde baru.

3. Standar yang digunakan manusia untuk mengevaluasi pengorbanan


dan penghargaan bervariasi seiring berjalannya waktu dan dari satu
orang ke orang lainnya.
Asumsi ketiga, menunjukkan bahwa teori ini harus mempertimbangkan
adanya keanekaragaman. Tak ada satu standar yang dapat digunakan
pada semua orang untuk menentukan apa pengorbanan dan
penghargaan itu. Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 sebagai respon
terhadap pemerintah yang tidak menghargai demokrasi sebagai
system yang menghargai dan mengakomodasi setiap perbedaan
sebagai keanekaragaman. Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 sebagai
standar tindakan yang harus dilakukan sebagai bentuk pengorbanan
untuk tujuan yang akan dicapai.

Perspektif Teori Perbandingan Sosial

Social Comparison Theory. Tindak komunikasi dalam kelompok


berlangsung karena adanya kebutuhan-kebutuhan dari individu untuk
membandingkan sikap, pendapat, dan kemampuannya dengan individu-
individu lainnya. Namun dalam kasus Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 ini
perbadingannya adalah masa kekuasaan rezim orde baru dengan
kesejahteraan dan sistem pemerintahan yang dirasa tidak lagi baik dimata
rakyat.

Dalam teori perbandingan sosial ini, Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998
merupakan bentuk respon dari tekanan kelompok mahasiswa untuk
berkomunikasi dengan kelompok mahasiwa, dengan agenda untuk reformasi
pemerintahan dari rezim orde baru menjadikan meningkatkan pentingnya
peristiwa tersebut dan hubungan dalam kelompok (group cohesiveness) juga
menunjukkan peningkatan. Selain itu, setelah keputusan kelompok
mahasiwa dibuat dengan pertimbangan asumsi rasional maka para
kelompok akan saling berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang
mendukung atau membuat individu-individu dalam kelompok-kelompok lain
lebih merasa senang dengan keputusan yang dibuat tersebut. Asumsi
perbandingan sosial yang mendukung adalah bahwa lebih dari tiga dekade
rezim orde baru berkuasa, kesejahteraan dirasa tidak dapat dirasakan
merata, pemerintah tidak bersih dan mencederai semangat demokrasi yang
tidak terwujud karena parlemen dikuasai oleh partai pendukung
pemerintahan.
Adanya perbedaan tujuan disebuah pemerintahan dengan ini biasanya sering
terjadi konflik atau masalah, anggota MPR-RI yang tidak menjalankan
fungsinya sebagaimana seharusnya karena disetir oleh rezim orde baru dan
adanya perlakuan khusus terhadap orang-orang pendukung rezim orde baru
yang dipandang bermuatan KKN dapat menjadi suatu konflik perbandingan
sosial dan dimana ada juga Negara-negara dengan kelas yang sama namun
mengalami kejadian yang berbeda terkait persoalan penyebab konflik yang
mirip. Hal-hal tersebut menjadi contoh perbandingan sosial yang
memunculkan Gerakan Mahasiwa pada Mei 1998 sebagai respon atas konflik
tersebut.

Anda mungkin juga menyukai