Kasus yang menimpa Prita Mulyasari merupakan salah satu kasus akibat dari
ketidaktepatan proses Public Relation. Prita yang merupakan pengguna jasa Rumah Sakit
Omni menuliskan curhatnya dalam milistnya tentang pelayanan rumah sakit tersebut
yang dirasakan mengecewakan. Namun ternyata email tersebut sampai ke pihak rumah
sakit, dan disebarkan ke publik oleh pihak rumah sakit. Berbagai tanggapan publik
bermunculan, hingga pada puncaknya pihak Rumah Sakit yang merasakan citranya telah
dicemarkan mengambil tindakan hukum bagi Ibu Prita Mulyasari.
Kondisi seperti itu mengundang opini publik, baik yang membaca langsung
emailnya ataupun yang mendengarkan lewat media. Suara yang dilontarkan mulai dari
pelanggaran hak berekspresi, UU ITE (Informasi dan Transaksi Elektronik), hingga
refleksi dunia kesehatan kita yang buram. Mengenai ini semua, tentu sah-sah saja jika
setiap orang untuk beranalisis terkait kebenaran kasus tersebut. Namun disini akan coba
dijelaskan dari aspek public relationnya.
Terkait kasus Ibu Prita, kondisi seperti ini sebenarnya juga sering jumpai (atau
bahkan alami), yaitu tentang komplain. Mungkin kita sering melayangkan komplain, tapi
bagaimana apabila kita yang menerima komplain? Masalahnya jadi lain.
Dari sisi Public Relation, tindakan yang dilakukan RS Omni Tangerang sungguh
tidak cerdas dalam merespon email yang beredar dan bersumber dari Bu Prita.
Penyebaran email yang sifatnya mouth to mouth dan menjalar melalui komunitas maya
ditanggapi di dua harian nasional melalui sebuah iklan klarifikasi.
Komplain yang melayang ke RS Omni Intl tentu membuat tidak nyaman pihak
rumah sakit, namun jika pihak rumah sakit membalasnya dengan pendekatan public
relation yang tepat serta perbaikan yang nyata, maka komplain yang sudah menjadi isu
itu akan berbalik menjadi sebuah loyalitas dan publisitas yang menguntungkan bagi RS
Omni Intl. Tetapi alih-alih merespon dengan pendekatan komunikasi/PR yang efektif, RS
Omni Intl malah membalasnya dengan tindakan hukum. Pihak RS Omni tidak menyadari
bahwa komunitas internet sekarang ini sebaiknya jangan sekali-kali ditantang. Walaupun
tak terlihat kerumunannya, namun suaranya begitu nyaring.
Pendapat saya mengatakan, bahwa langkah yang dilakukan oleh RS Omni dari
awal adalah sebuah kefatalan dalam merespon komplain, yang berefek pada rusaknya
citra yang angker (yang notabene seharusnya tidak demikian sebuah RS). Hubungan
masyarakat yang dibangun
1. Dengarkan dengan sikap empati. Karena yang dibutuhkan dalam menghadapi sebuah
complain yang emosional adalah sebuah kesabaran.
2. Merespon dengan efisien, yaitu merespon yang hanya terkait dengan masalah (tidak
melebar, meskipun yang memberikan komplain cenderung melebar ke mana-mana).
3. Kumpulkan data, riwayat, dan catatan untuk menjawab. Apabila dalam posisi yang benar,
maka akan sangat ampuh untuk menyadarkan pengkomplain yang sedang emosi.
4. Tidak mengalah, tetapi tidak juga berniat mengalahkan. Beberapa dari kita, biasanya
karena terlalu service oriented rela mengalah secara telak demi memuaskan si
pengkomplain. Sehingga kadang-kadang kita mau merugi dengan menawarkan solusi
yangg mahal.
5. Jika salah maka jangan ragu untuk meminta maaf dengan diikuti penjelasan dan
penawaran solusi bersama. Yakinkan, tidak mungkin kesalahan sengaja dibuat, dan
karena itu kita mau memperbaiki dan tidak mengulanginya di masa mendatang.
6. Tidak bertele-tele, respon dengan cepat dan cekatan (tidak terkesan lama), karena
pelanggan butuh kepastian.
Public relation memiliki peranan yang penting dalam suatu perusahaan atau
organisasi yang bertujuan untuk melakukan hubungan komunikasi tentang segala
informasi terkait dengan masyarakat. Dalam menjalankan perannya, keberadaan public
relation dapat dibedakan menjadi public relation yang efektif dan public relation yang
tidak efektif atas penyampaian informasi ke masyarakat. keefektifan suatu public relation
dapat dilihat dari kesamaan penerimaan pendengar terhadap tujuan penyampaian
informasi yang disampaikan, sebaliknya public relation yang tidak efektif menyebabkan
pandangan yang salah dari pendengar terhadap informasi yang berasal dari perusahaan.
Ketidakefektifan public relation Rumah Sakit Omni Internasional dalam kasus
Prita Mulyasari telah memberikan dampak yang negatif baik terhadap perusahaan
maupun Prita sendiri. Segala sesuatu hal memang penting untuk dibenarkan, namun tidak
selamanya cara yang dilakukan dapat dipandang baik oleh masyarakat umum.
Penyampaian masalah yang salah oleh pihak RS Omni telah membangun opini publik
untuk mempersalahkan pihak rumah sakit, walaupun dalam kenyataannya mereka tidak
sepenuhnya salah. Public relation yang efektif juga harus memiliki hubungan koordinasi
yang baik dengan semua pihak manajemen dalam organisasi sehingga segala sesuatu
yang di sampaikan ke masyarakat umum sudah diketahui dan dapat
dipertanggungjawabkan bersama.