Anda di halaman 1dari 6

Nama : Mardiana Meisie Safitri

NIM : 07031282025060
MK : Etika Komunikasi
Tanggal Pengumpulan : 10 Oktober 2022
TTD :

Benarkah Etika Komunikasi Seorang Humas Mencerminkan Citra Perusahaan?


Etika komunikasi adalah keyakinan moral yang mempengaruhi cara orang berkomunikasi.
Perilaku manusia diatur oleh prinsip etika. Sementara komunikasi mengacu pada interaksi antara
menerima dan mengirimkan pesan. Etika komunikasi dalam pengertian ini adalah filosofi yang
mengatur bagaimana manusia terlibat satu sama lain. Etika komunikasi secara umum berkaitan
dengan kebaikan moral yang ada dalam semua jenis komunikasi manusia. Hal ini mencakup komunikasi
interpersonal, komunikasi media massa, dan komunikasi digital. Etika komunikasi mencakup kejujuran
dalam berkomunikasi, menjaga kerahasiaan informasi, dan tidak membicarakan urusan pribadi atau
orang lain di depan umum atau di depan pihak ketiga.
Etika komunikasi sangat erat hubungannya dengan citra perusahaan. Menurut Bill Canton dalam
(S.Soemirat & Adrianto. E 2007) pengertian citra adalah kesan, perasaan, gambaran diri publik
terhadap perusahaan kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu objek, orang atau organisasi.
Dengan terbentuknya citra yang baik dimata pelanggan, hal ini akan meningkatkan kepuasan dan
loyalitas pelanggan terhadap perushaan tersebut. Sedangkan citra perusahaan adalah persepsi dari
suatu organisasi yang direkam di memori konsumen dan berkerja sebagai filter yang mempengaruhi
persepsi terhadap perusahaan.
Pengusaha yang menjalankan bisnis, pemerintahan, ekonomi, dan politik membutuhkan
keahlian etika komunikasi dalam organisasi atau perusahaannya. Terutama bagi mereka yang bekerja
sebagai Public Relations atau hubungan masyarakat untuk suatu perusahaan atau instansi. Kita semua
tahu bahwa seorang humas harus mampu menciptakan citra positif di mata publik untuk membentuk
opini publik. Membangun citra positif suatu instansi atau perusahaan dan kemampuan untuk
membedakan antara yang benar dan yang salah adalah keahlian yang harus dimiliki seorang humas.
Hal ini berarti etika komunikasi memang membuktikan hubungannya yang erat dengan citra
perusahaan.
Dalam praktiknya, kita sering melihat humas seringkali menggunakan cara-cara yang tidak etis
untuk membangun citra organisasi atau perusahaan yang menaungi mereka. Dengan menghalalkan
berbagai cara agar citra organisasi atau perusahaan tidak memburuk dan dapat dipandang positif
dimata publik, yang tentunya bukan hal yang boleh dilakukan oleh humas professional. Banyak cara
yang dapat dilakukan oleh seorang public relations dalam menjalankan tugasnya tanpa harus
menggunakan cara yang justru mampu merugikan organisasi atau perusahaan itu sendiri.
Public Relations saat ini sedang mengalami pergeseran revolusioner dalam teknologi komunikasi
dan informasi. Sebelum hadirnya media sosial, praktik komunikasi kehumasan cenderung satu arah,
namun kini komunikasi harus bersifat interaktif. Hal ini berdampak pada bagaimana humas
berkomunikasi dengan publik. Namun, tidak semua profesional hubungan masyarakat menyadari
implikasi dari perubahan ini. Masih ada profesional PR yang susah untuk menerima perubahan ini.
Pada 9 Juni 2021, sebuah akun twitter dari perusahaan besar Indonesia, PT KAI menjadi ramai
diperbincangkan oleh publik. Hal ini lantaran jawaban dari admin yang menanggapi laporan kasus
pelecehan seksual yang dialami seorang penumpang dinilai tidak beretika dan bertentangan dengan
etika komunikasi seorang humas. Kasus ini bermula ketika seorang perempuan mengaku menjadi
korban pelecehan seksual di KRL Commuter Line tujuan Cikarang. Namun, karena minimnya barang
bukti, terduga pelaku pelecehan seksual tersebut tak diproses secara hukum.
”BTW kejadian nya di alami sama temen Mba kan.?? Bukan sama mba nya ?? kenapa gak
langsung lapor Polisi aja Mbanya.? dan kalo lapor polisi si mba nya pun harus ada bukti,” tulis akun
@CommuterLine
Dari jawaban diatas dapat dilihat bahwa admin dari akun twitter Commuter Line milik PT KAI
telah melanggar kode etik Public Relations, etika komunikasi dan membuat citra positif dari PT KAI
menjadi negatif hanya dengan beberapa kalimat. Padahal, seharusnya sebagai seorang humas, admin
dari PT KAI tersebut harus menindaklanjuti laporan tersebut dengan penuh perhatian tanpa menyakiti
hati sang pelapor. Kurangnya etika admin ini dalam berkomunikasi melalui media sosial menjadi salah
satu bukti bahwa pergeseran zaman belum bisa diterima dengan baik oleh beberapa praktisi humas.
Menurut Effendy dalam (Ruslan, 2013) peran utama Public Relation sebagai (1) communicator
atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya, (2) membina
relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak
publiknya, (3) peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi manajemen
organisasi atau perusahaan, (4) membentuk corporate image, artinya peran public relation berupaya
menciptakan citra bagi organisasi atau perusahaan. Namun dalam kasus admin dari twitter Commuter
Line milik PT KAI tersebut empat peran utama dari humas tidak terlaksana sebagaimana harusnya
karena jawaban admin sendiri malah membawa persepsi buruk bagi perusahaan.
Kasus tersebut memberikan bukti bahwa pentingnya untuk mengikuti kode etik dan etika-etika
yang berlaku untuk melaksanakan profesi dengan baik. Karena sebuah citra perusahaan akan
memengaruhi berjalannya sebuah perusahaan tersebut untuk kedepannya. Kode Etik Public Relation
diartikan sebagai kegiatan yang merupakan profesi secara praktis memiliki seni keterampilan atau
pelayanan tertentu yang berlandaskan latihan, kemampuan, dan pengetahuan serta diakui sesuai
dengan standar etikanya. Baker dan Martinson (Lieber, 2005) menawarkan beberapa poin sebagai
pertimbangan etis untuk praktisi PR sekarang ini, yang terdiri dari : trustfulness; authenticity; respect;
equity; dan social responsibility.
Hal tersebut berarti bahwa seorang public relations atau humas harus menerapkan poin
pertimbangan etis untuk menjalankan praktiknya sebagai humas dalam kehidupan berorganisasi dan
menanggapi komplain dari pelanggan. Komunikasi yang baik akan membawa hubungan yang baik dan
berjangka panjang, dan tentunya hal tersebut akan membawa keuntungan bagi perusahaan sendiri.
Praktik hubungan masyarakat terkait erat dengan media, yang kemungkinan tidak akan berubah
dalam waktu dekat, dan sebaiknya mengambil tindakan yang meningkatkan etika hubungan media
demi kepentingan perusahaan dan masyarakat. Kebanyakan orang yang berurusan dengan media
menyadari bahwa media percaya bahwa mereka memiliki hak tertentu yang tidak dapat dicabut atas
informasi. Lebih jauh, perilaku beberapa jurnalis dapat berkontribusi pada ketidakpercayaan dalam
hubungan antara PR dan media.
Menjaga hubungan perusahaan dengan media memerlukan pengutamaan kejujuran (honesty)
dan ketepatan (accuracy) dalam menentukan informasi mana yang akan diungkapkan sepenuhnya dan
mana yang tidak memerlukan pengetahuan media (Parsons, 2016). Informasi yang disampaikan juga
harus jelas dan akurat agar masyarakat tidak tertipu. Informasi yang mengandung unsur-unsur
tersebut dianggap tidak jujur dengan informasi tersebut dan dapat berdampak pada reputasi
perusahaan.
Terlebih lagi jika pemberitaan di media menjadi bermacam-macam dan menggiring opini yang
berbeda-beda dari masyarakat, tentunya hal itu akan menjadi boomerang bagi perusahaan. Padahal,
dari kasus yang kita baca diatas, praktisi humas dari PT KAI sendirilah yang membuat perspektif buruk
dari media sosial milik PT KAI.
Menanggapi hal tersebut, PT KAI rupanya telah menindaklanjuti kasus ini. Perusahaan menurut
the situational crisis communication theory yang diajukan oleh Timothy W. Coombs dan Holladay,
harus berusaha melindungi publik dan pemangku kepentingan dari kerugian dan kerusakan daripada
reputasi organisasi. Ketika menghadapi situasi krisis, bisnis harus memprioritaskan keselamatan dan
keamanan pemangku kepentingan dan publik. Ketika situasi krisis terjadi, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah mengatasi akibat dari krisis yang menimpa para korban. Kemudian menerima
tanggung jawab atas kekurangan kompensasi dan memberikan informasi yang jelas kepada korban
tentang waktu pengiriman dan sifat masalahnya.
PT KAI selanjutnya memberikan tanggapan dengan mengunggah cuitan di twitter milik
Commuter Line KAI di hari yang sama, Rabu, 9 Juni 2021 dengan melaporkan bahwa pihak korban telah
bertemu dan meminta maaf secara langsung kepada korban atas ketidaknyamanan yang dilakukan
oleh pihak PT KAI pada tanggal 4 Juni 2021. Kemudian, KAI Commuter Line melakukan pertemuan
lanjutan dengan korban yang berlangsung di Stasiun Jatinegara pada 5 Juni 2021. KAI Commuter
Line telah menyampaikan sejumlah dukungan data yang diperlukan korban untuk meneruskan laporan
ke polisi. Serta berjanji untuk selalu mendampingi proses laporan ke polisi dan selalu menjalin kontak
dengan korban.
Hal tersebut menjadi pembuktian bahwa seorang humas lah yang menjadi tameng dari citra
sebuah perusahaan. Etika komunikasi yang dilakukan harus baik dan memperhatikan norma-norma
yang ada, tidak melenceng dan menyakiti hati pihak kustomer. Gerakan aktif dan solusi yang sesuai
dengan keadaan akan membuktikan bahwa seorang humas telah menjalankan tugasnya dengan baik.
Juru bicara (spokesperson) sebagai seseorang yang paham komunikasi dan sebagai pihak yang
melakukan praktik penyampaian informasi kepada publik, pesan-pesan sebelum sampai ke publik
sebaiknya dikemas dan dirancang dengan baik sehingga pesan yang ingin disampaikan komunikator
dapat diterima komunikan sesuai dengan maksud serta tujuannya.
Etika komunikasi berhubugan erat dengan etik public relations dan citra perusahaan. Dengan
begitu, dalam menyampaikan pesan harus menggunakan bahasa yang baik dan dapat dipercaya tanpa
menambahkan maupun mengurangi fakta yang ada agar timbul kepercayaan dan rasa nyaman dari
para pelanggan sebagaimana tugas seorang humas yang seharusnya dilakukan. Citra perusahaan akan
baik pula jika dipertahankan dengan etika-etika yang sesuai dengan kehidupan masyarakat yang baik
dan menghargai satu sama lain.
Daftar Pustaka
Fauzi, Alifa Aulia. (2021). Kasus Twitter KAI Commuter, Bukti Pentingnya Etika PR.
https://komik.uai.ac.id/kasus-twitter-kai-commuter-bukti-pentingnya-etika-pr/. Diakses pada
tanggal 9 Oktober 2022.
Wikipedia. Citra Perusahaan. https://id.wikipedia.org/wiki/Citra_perusahaan. Diakses pada tanggal 9
Oktober 2022 melalui website Wikipedia.
Mulyono, Dheandra Audya. (2021). Etika Berkomunikasi sebagai Seorang Public Relations.
https://kaltimtoday.co/etika-berkomunikasi-sebagai-seorang-public-relations/. Diakses pada
tanggal 9 Oktober 2022.
Nandiwardhana, Brahmastra. (2020). Etika Komunikasi Public Relations Dalam Menjaga Citra
Perusahaan. JCommSci. 3(3). 228-240.
Bukti Berita di Media Massa

Anda mungkin juga menyukai