Sakit
“Peran Humas Pada Rumah Sakit”
Dalam pelayanan Rumah Sakit 24 jam setiap hari non stop untuk semua pelayan darurat dan
non darurat dan instansi rawat jalan memberikan pelayanan spesialistik yang baik untuik
diperuntukkan baik pasien baru maupun pasien lama, baik umum peserta askes maupun
pasien terdapat jaminan pada perusahaan namun salah satu masalah yang sering timbul di
rumah sakit adalah akibat komunikasi yang kurang efektif baik antara dokter dan pasien.
Terkadang mengalami ketidak pengertian dalam menjelaskan atau menagani seorang pasien,
Sehingga terjadi kesalah fahaman. Pada saat seperti inilah peran humas pada rumah sakit
sangat penting untuk menciptakan peluang strategis dalam upaya mensosialisasikan hak dan
kewajiban pasien serta hak dan kewajiban dokter-dokter dalam penyelenggaraan praktik
kedokteran yang baik sesuai amanah. Karena Public Relations memainkan peran utama
dalam membantu mengomunikasikan uang, waktu dan sumber daya lainya.
Jasa pelayanan kesehatan rumah sakit dewasa ini sudah mengalami perubahan yang mendasar
dan merupakan sebuah badan usaha yang mempunyai banyak unit bisnis strategis. Kegiatan
utama pelayanan rumah sakit adalah penyelenggaraan jasa pelayanan medik, yang mencakup
proses medik sampai menghasilkan income. Hal inilah yang nantinya akan dinilai oleh pasien
sebagai citra dari rumah sakit tersebut. Misalnya, Instalasi rawat inap, Instalansi
laboratorium, Instalasi gawat darurat, Rehabilitas medik, Radiologi, Gizi, dan Pemulasaran
jenazah. Peran rumah sakit sebagai industri jasa merupakan bentuk upaya pelayana kesehatan
yang bersifat sosio ekonomi yaitu suatu usaha yang bersifat sosial namun diusahakan agar
bisa memperoleh surplus dengan cara pengelolahan yang secara benar dan profesional dalam
bekerja.
Peran humas pada rumah sakit diharapkan ikut mensosialisasikan, hal itu bertujuan
1. Agar dapat mengetahui hak dan kewajiban pasien serta hak lainya
2. Agar dapat mengetahui hak dan kewajiban Suster dan dokter-dokter lainya
3. Dapat mengaplikasikan kewajibannya dan memperhatikan hak pasien dalam pelaksanaan
praktik rumah sakit.
4. Untuk menciptakan peluang strategis dalam upaya mensosialisasikan program-program
yang di buat
Dengan demikian tidak terjadi masalah yang bisa menurunkan citra rumah sakit. Secara
umum jika membahas citra rumah sakit kadang membuat perbedaan mengenai hal itu citra
rumah sakit itu sendiri di mata masyarakat menemui banyak komentar. Beberapa Riset
membuktikan 78 responden itu menunjukkan, secara umum rumah sakit di Indonesia
dirasakan bersifat komersial dan tidak layak. Di sisi lain, Suasana, Kebersihan dan
Kenyamanan kurang diperhatikan, Ada dokter yang tidak memberi penjelasan yang cukup
kepada pasien berakibat pada pasien yang kurang puas dalam menagani, Ada juga dokter
yang terlalu banyak pasien sehingga dalam memeriksa pasien dengan cepat dan tidak akurat,
Perawat tidak memberikan layanan yang baik dengan memperlihatkan muka (judes, acuh,
cuek, sombong, tidak sopan), Antara dokter dinilai saling melindungi antara teman sepekerja
pada kasus yang dinilai merugikan pasien.
Beberapa contoh kasus lainya :
1. RS Siloam Gleaneagles (Tanggerang) dilaporkan ke polisi oleh Ade Irma Effendy (37),
Dr.Antonius, dokter ahli kandungan Rumah sakit, di laporkan terkait dengan dugaan mal
praktek yang dilakukan rumah sakit itu. Karena Pasien (Ade) mengalami keguguran setelah
ditangani dan diberi obat oleh pihak rumah sakit. Ade menduga, RS Siloam melakukan mal
praktek.
2. Kasus prita yang sama juga terkait tentang ada dugaan mal praktek namun pihak dari
Manajemen Humas RS OMNI, Jika dari awal Kasus ini tidak Diblow Up Maka Citra OMNI
Tidak Akan Terpuruk Seperti Ini dari Segi Bisnis Sangat Tidak Menguntungkan OMNI justru
balik melaporkan bukan memberikan klarifikasi yang benar.
Dalam hal ini Peran humas rumah sakit kurang baik dan tidak mendukung dalam layanan
masyarakat di anggap tidak peduli antar sesama. Sebaliknya, justru Citra rumah sakit di luar
negeri lebih baik. Seperti dalam memeberikan diagnosa dokter lebih akurat, suasana rumah
sakit nyaman, modern, bersih, indah, penataan ruang rapi dan tidak berkesan rumah sakit. Hal
ini Dokter dinilai lebih komunikatif, sedangkan perawat ramah dan sopan dalam melayani
pasien. Untuk itu dalam menangani perbaikan dan meningkatkan citra rumah sakit lebih
bagus lagi, peran humas disarankan melakukan fungsi strategi yang lebih mengedepankan
pelayanan dari fungsi rumah sakit yang sebenarnya, yaitu menilai sikap dan persepsi dari
setiap kelompok masyarakat terhadap rumah sakit untuk memahami aspirasi dan harapan
mereka selama mendapatkan pelayanan. Selanjutnya humas merencanakan dan melaksanakan
suatu program-program dan aksi komunikasi untuk mendapatkan pengertian, penerimaan,
minat dan dukungan dari seluruh kelompok masyarakat.
Kita harus tahu sebelumnya Humas adalah penghubung antara manajemen dan konsumennya.
Saling membutuhkan ketrampilan Humas untuk membina hubungan di antara keduanya.
Salah satunya adalah membuka jalan komunikasi. Adapun tugas seorang public relations
adalah dalam menciptakan hubungan yang baik dengan komunitas tentu saja dilakukan
dengan konsep komunikasi melalui berbagai jalur-jalur tertentu yang dinilai paling efektif.
Konsep komunikasi tersebut tentu saja memberikan titik tolak pada kegiatan-kegiatan (action
oriented) yaitu kegiatan yang dilakukan oleh lembaga, dalam hal ini tentu praktisi humas,
sebagai pelaksanaanya yang bersifat partisipatif. Dengan partisipasi itu, maka keuntungan
yang di peroleh bukan hanya pada organisasi atau lembaga saja tetapi juga pada lingkungan
sekitarnya yang ikut berdampak baik dalam khalayak umum.
Menghadapi khlayak umum terkadang juga gampang-gampang sulit masyarakat ketika terjadi
kasus-kasus sosial yang timbul akibat kurang lancarnya jalur komunikasi sehingga saling
memberi pengertian antara pihak yang terkait dan tidak memahami. Hal ini membutuhkan
dukungan kreatifitas dan kemampuan manajemen komunikasi yang baik namun seorang
public relations juga harus bisa mengatasi masalah dan mengerti setidaknya apa yang menjadi
khalayak umum inginkan ketika kerumah sakit menghadapi keluhan. Kalau kita sudah bisa
mengerti dan memberi sedikit perhatian terhadap pasien kita.
Dengan sendiri pasien itu akan datang lagi karena sudah percaya dengan pelayanan yang di
sediakan di rumah sakit sangat baik itu sebabnya. Humas rumah sakit harus mampu membuat
hubungan harmonis antara rumah sakit dengan pasien serta mencegah timbulnya rintangan
psikologis yang mungkin terjadi di antara keduanya. Petugas humas harus mampu mengubah
hal-hal yang berpotensi menjadi rintangan psikologis menjadi pengetahuan dan pengertian,
penerimaan dan ketertarikan. harus mampu menjalin komunikasi kepada semua pegawai di
instansinya agar tercapai iklim organisasi yang mendukung peningkatan kompetensi
organisasi.
Maka kesimpulan yaitu peran humas rumah sakit yang terpenting di mata pasien adalah
dalam upaya menyelesaikan dan menangani keluhan pasien. Dalam menindak lanjuti
kekecewaan yang di buat rumah sakit dan ketidak puasan atau keluhan pasien, sebaiknya
tidak dengan cara defensif, melainkan menunjukkan upaya dan berusaha memperbaiki
pelayanan. Kepuasan pasien terhadap respons yang diberikan rumah sakit akan sangat
menentukan persepsi pasien terhadap rumah sakit serta citra rumah sakit di mata masyarakat
akan menjadi baik. Semoga dengan adanya beberapa kasus di rumah sakit tidak menjadikan
momok menekutkan pada setiap orang untuk sekedar analisa kesehatan karena harapan untuk
masa depan adalah kesehatan yang lebih panjang patutlah kita juga harus berhati-hati dan
mawas diri.
Referensi :
http://www.jobcareervacancy.info/view/kasus-humas-rs
Public Relations profesi dan praktikum, penerbit salemba humanika
http://rosda.co.id/index.php?info=resensi&resensi=36&page1=3&perpage1=10
HUMAS, MEMBANGUN CITRA DENGAN KOMUNIKASI, FRAZIER MOORE, H.,
PHD.
http://ugm.academia.edu/AchmedSukendro/Books/134207/Basic Hospital Public Relations
Dasar-dasa Humas RumahSakit
Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, Oleh A.W. Widjaja, penerbit bumi aksara
Sumber : https://ezmyamy.wordpress.com/2011/06/09/peran-humas-pada-rumah-sakit/
0
Shares
Acara ini diselenggarakan berkat kerja sama Persi (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh
Indonesia) dengan LSPR dan MIX Marcomm-SWA Media Group. Kemal E. Gani, CEO
SWA Media Group, mengatakan kompetisi antar rumah sakit kini semakin ketat, bukan saja
antar pemain lokal tapi juga kini makin banyak rumah sakit dari luar negeri yang sudah mulai
serius masuk Indonesia. "Kompetisi ketat ini diperlukan tenaga PR rumah sakit sebagai garda
terdepan. PR sekarang perannya tidak konvensional seperti dulu, harus punya gebrakan,
karena membawa nama dan brand RS, tidak bisa hanya duduk di pojokan," tegasnya.
Andre Ikhsano, Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi LSPR, mengamini pendapat yang
disampaikan CEO SWA Media Group itu. Kini, dengan tantangan yang dihadapi rumah sakit
sekarang, sangat penting mendorong PR agar dalam komunikasi posisi dokter dan pasien
berada satu level.
"Beberapa kajian terbaru menunjukan komunikasi yang bagus antara dokter dengan pasien
membantu percepatan kesembuhan pasien," tegasnya. Menurutnya, PR harus bisa membuat
keyakinan pasien pada rumah sakit bukan hanya sembuh, tapi meningkat ke level loyal. Dan
di era digital saat ini, PR rumah sakit juga harus menyadari kekuatan media ini.
"Memang tidak umum untuk rumah sakit, tapi eranya sudah berubah ke sana. Kita tinggal
perkuat human touch-nya agar benar-benar terasa karena layanan rumah sakit sangat
personal," imbuh Andre. Ia menekankan PR harus menjadi menjadi garda terdepan, menjadi
sentral dan motor komunikasi dengan stakeholder. Hal itu bisa dicapai jika didukung awak
PR yang memiliki kompetensi dan hal ini bisa diketahui jika mereka lulus uji kompetensi
kehumasan melalui sertifikasi profesi yang dikeluarkan oleh BNSP (Badan Nasional
Sertifikasi Profesi).
Untuk itulah pada acara ini juga diadakan kick off Sertifikasi Humas Rumah Sakit dengan
MoU antara Persi dan LSP LSPR yang difasilitasi oleh SWA Media Group.
Ini mendorong perubahan paradigma PR terutama pada rumah sakit-rumah sakit di Indonesia.
Anjari Umarjianto dari PERSI, memandang PR di masa lalu sering menjadi tempat
"buangan" di karier rumah sakit. Ini terjadi pada 10 tahun lalu. Padahal, ketika terjadi krisis
PR perannya sangat penting menjaga nama rumah sakit. Sayangnya, rumah sakit justru
memajukan pihak legal untuk menghadapi ini, padahal masalah brand rumah sakit merupakan
isu strategis yang harus ditangani tenaga kompeten yang kuat mengelola komunikasi saat
krisis.
"Mayoritas PR di rumah sakit lebih banyak di bawah bagian marketing. Padahal, PR harus
ada di kepala setiap direksi hingga tukang parkir dan security di rumah sakit," kata Anjari. PR
yang kompeten dan masuk dalam tataran strategis menurutnya harus punya tools dan aktivitas
yang terukur untuk meningkatkan merek rumah sakit.
Drg. Nailufar, MARS dari VP Marketing Grup Rumah Sakit Ramsay Sime Darby Indonesia,
mengakui di rumah sakit di mana dia bekerja tidak ada bagian humas. "Tugas marketing di
dalamnya juga apa yang dilakukan PR atau humas. Kami juga yang membuat rilis ke media
dan mengadakan media gathering dan berbagai kegiatan aktivasi rumah sakit, hingga
menghadapi komunikasi dengan pihak luar dan media jika terjadi kriris," ungkapnya.
Ia menuturkan, jika terjadi krisis yang lebih serius biasanya pihaknya akan menunjuk
konsultan public relation untuk membantu rumah sakit mengelola komunikasi kririsnya.
"Tapi kalau sekadar komplain pasien biasanya yang meng-handle bagian customer service
yang ada di bawah departemen marketing juga," tuturnya. Pihaknya mempunyai target "zero
media" jika terjadi krisis serius, maksudnya departemennya harus bisa menjaga agar
komplain jangan sampai membesar hingga ter-blow up di berbagai media massa.
Maria Dewantini Dwianto, Head of Corporate Communications PT Unilever Indonesia Tbk,
yang menjadi salah satu pembicara salam talkshow ini mengungkapkan, 17 tahun lalu PR di
Unilever Indonesia juga tidak dianggap penting, dengan menempatkan PR ada di bawah
Human Resources Department.
Mia menjelaskan, peran Motivate sangat penting untuk perusahaan dengan 6.500 karyawan di
seluruh Indonesia. "Masing-masing karyawan adalah ambassador perusahaan. Orang lebih
percaya pada peers atau teman sekitarnya terutama yang dari dalam. Maka itu bagi kami
engage internal penting," imbuh wanita yang akrab disapa Mia ini.
Lalu peran Advocate, adalah tanggung jawab PR membangun reputasi dan konunimasi ke
luar baik itu masyarakat, pemerintah, konsumen, media dan LSM. Bisa melalui berbagai
upaya dan kegiatan, mulai dari konferensi pers hungga kampanye digital.
Peran Protect atau melindungi perusahaan dilakukan PR terutama saat krisis menempa.
"Kami membangun crisis management team jika ada krisis besar, yang dipimpin oleh selevel
direktur," tuturnya.
Dalam krisis, PR tidak bisa menghandle sendiri, pihak-pihak terkait dalam krisis harus masuk
dalam tim. Jika ada tuntutan hukum, barulah tim legal dimasukan dalam tim. Mia
menegaskan PR tidak bisa kerja sendiri saat krisis harus kerja bersama, tugas PR
mengomunikasikannya informasi sebenarnya. "Kami provide kontennya untuk
dikomunikasikan keluar, yang semua isi kontennya kami dapat dari pihak-pihak terkait yang
mendukung," katanya.
Sumber : https://swa.co.id/swa/trends/pr-rumah-sakit-jangan-hanya-duduk-di-pojokan
tugas dan tanggung jawab public relations rumah sakit terhadap masyarakat internal
dan eksternal
TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PUBLIC RELATIONS RUMAH SAKIT TERHADAP
MASYARAKAT INTERNAL DAN EKSTERNAL
GALIH PERMANA – 13305115
4. Tanggung jawab sosial, dimana Public Relations merupakan instrument untuk
bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung
jawab tersebut.
4. Seorang public relations menyiapkan pers rilis dan menghubungi orang-orang di
media, yang sekiranya dapat menerbitkan atau menyiarkan material mereka.
Banyak laporan khusus radio atau televise, berita di koran dan artikel di
majalah, bermula dari meja seorang public relations.
5. Public relations yang berurusan dengan publisitas individual, atau mereka yang
menangani public relations untuk organisasi kecil,kemungkinan akan berurusan
dengan semua aspek pekerjaan. Mereka akan menghubungi orang-orang,
merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan material untuk
distribusi. Mereka juga mengurusi pekerjaan advertising atau sales promotion
untuk mendukung kegiatan marketing.
1. Bertanggung jawab atas komunikasi dengan pihak dan instansi terkait.
6. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal
atau masyarakat dan konsumen. Salah satu tujuan dari public relations adalah
untuk membentuk dan meningkatkan citra positif terhadap masyarakat luas,
konsumen serta pihak-pihak lain yang bekerjasama dengan perusahaan tersebut
seperti investor, vendor, shareholder.
8. Menanggapi permintaan informasi dari media lain atau menunjuk juru bicara
yang tepat atau sumber informasi.
12. Melakukan pemantauan atas media massa atau informasi dan pemberitaan
perusahaan yang ada serta melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan untuk
memberikan informasi yang benar serta perbaikan citra perusahaan.
13. Melakukan koordinasi dengan manajer unit kerja lain, serta dengan biro iklan
untuk mengatur program kampanye promosi produk / jasa perusahaan.
14. Menyiapkan materi dan menyampaikan pidato yang bertujuan untuk public
relations.
Sumber : http://nadiailahi.blogspot.com/2015/02/tugas-dan-tanggung-jawab-public.html
Tugas-Tugas Inti Seorang PR Rumah Sakit
Posted by Ari Catur Priyambodo,Syarif Darussalam Yusuf,Ryan Chaidalana at 8:08 AM
Bagi sebagian orang, Public Relations Officer, Public Relations Specialist–yang biasa dikenal dengan
nama PR, cenderung disamakan dengan profesi Hubungan Masyarakat (Humas). Well, anggapan ini
memang tidak sepenuhnya keliru, walaupun tidak juga tepat sekali. Hal ini tergantung dari sudut
pandang dan opini publik yang sudah terlanjur menancap di masyarakat, bahwa humas pada
dasarnya “hanya” bertindak sebagai “tukang siar”, yang jalinan kerjanya biasanya erat berkaitan
dengan media massa. PR, pada kenyataannya, lingkup kerjanya tidak hanya terbatas pada menjalin
hubungan dengan media massa.
Berikut kami sajikan deskripsi kerja seorang PR, mudah-mudahan dapat memperbaiki anggapan-
anggapan kurang tepat mengenai profesi yang sebenarnya sangat kompleks ini.
“Public Relations itu sangat luas artinya,” ujar sumber CyberJob, Siska Widyawati, yang pernah
mengecap pengalaman 5 tahun sebagai seorang PR di sebuah agensi periklanan besar di Jakarta
Pusat. Di sana (Amerika-Red), hampir di setiap perusahaan memiliki seorang PR, karena mereka
sudah mengerti betul seluk beluk tugas seorang PR. Tapi di Indonesia, PR biasanya hanya dimaknai
sebagai tenaga marketing, atau sebagai juru siar.
“Public relations bukan hanya seorang juru siar,” ujar Siska. Berikut Siska memaparkan beberapa job
description PR yang disebutnya sebagai “nature of work“.
1. Reputasi, keberuntungan, bahkan eksistensi lanjutan dari sebuah perusahaan, dapat bergantung
dari keberhasilan PR menafsirkan target publik untuk mendukung tujuan dan kebijakan dari
perusahaan yang bersangkutan. Seorang PR specialiast menyajikan hal tersebut sebagaimana halnya
seorang penasihat dalam bidang bisnis, asosiasi non-profit, universitas, rumah sakit dan organisasi
lain. Selain itu, mereka juga membangun dan memelihara hubungan positif dengan publik.
3. Seorang PR menyampaikan informasi pada publik, interest group, pemegang saham, mengenai
kebijakan, aktivitas dan prestasi dari sebuah organisasi. Tugas tersebut juga berhubungan dengan
mengupayakan pihak manajemen untuk supaya tetap sadar terhadap tingkah laku publik dan
menaruh perhatian terhadap grup-grup dan organisasi, dengan siapa mereka biasa berhubungan.
4. Seorang PR menyiapkan pers rilis dan menghubungi orang-orang di media, yang sekiranya dapat
menerbitkan atau menyiarkan material mereka. Banyak laporan khusus di radio atau televisi, berita
di koran dan artikel di majalah, bermula dari meja seorang PR.
6. Dalam pemerintahan, seorang PR–yang kemungkinan akan disebut sebagai “sekretaris pers”,
“information officer”, “public affair specialist” atau “communications specialist”, bertugas
menginformasikan pada publik mengenai aktivitas yang dilakukan agen-agen pemerintah dan
pegawai-pegawai resminya.
7. PR yang berurusan dengan publisitas untuk individual, atau mereka yang menangani public
relations untuk organisasi kecil, kemungkinan akan berurusan dengan semua aspek pekerjaan.
Mereka akan menghubungi orang-orang, merencanakan dan melakukan penelitian dan menyiapkan
material untuk distribusi. Mereka juga mengurusi pekerjaan advertising atau sales promotion untuk
mendukung kegiatan marketing.
Sumber : http://nighthospital.blogspot.com/2011/04/tugas-tugas-inti-seorang-pr-rumah-sakit.html
DEFINISI PUBLIC RELATIONS Salahsatu penentuan untuk definisi public relations secara
umum dibebankan ke Foundation for Public Relations Research and Education, tahun 1975.
Sebanayk 65 ahli public relations berpartisipasi dalam studi tersebut,menganalisis 472
definisi yang berbeda, dan menyimpulkan definisi public relations dengan 88 kata-kata
berikut, “Public relations is a distinctive management function which helps establish and
maintain mutual lines of communications, understanding, acceptance, and cooperation
between an organization and its publics; involve the management of problems or issues; helps
management to keep informed on and responsive to public opinion; defines and emphasizes
the responbility of management to serve the public interest; helps management to abreast of
and effectively utilize change, serving as an early warning system to help anticipate trends;
and uses research and sound and ethical communication techniques as it principal tools”.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa public relations merupakan salah satu
fungsi manajemen yang menjadi jembatan antara perusahaan atau organisasi dengan
publiknya. Public relations membantu sebuah perusahaan, oganisasi, badan atau institusi agar
publik mau bekerja sama dengan baik. Dari berbagai literatur public relations yang ada, biro
konsultan pertama dibentuk oleh Ivy Ledbetter Lee.
Ia merintis perumusan prinsip-prinsip dasar untuk menciptakan suatu hubungan yang baik
dengan lembaga pers. Kumpulan prinsip pokok itu dimuat dalam pernyataannya yang
termasyhur pada 1906. Saat itu ia berjanji akan “menyediakan berbagai macam informasi
yang cepat serta akurat, khususnya mengenai segala sesuatu yang bernilai tinggi dan
menyangkut kepentingan umum sehingga memang perlu diketahui oleh segenap lapisan
masyarakat”. Pernyataan inilah yang kemudian menjadi salahsatu pedoman utama mengenai
fungsi public relations dan menobatkannya menjadi bapak public relations modern.
Aktifitas public relations adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two ways
traffic communications) antara lembaga dengan publik yang bertujuan untuk menciptakan
saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan
produksi, demi kemajuan lembaga atau citra positif lembaga bersangkutan. Kegiatan public
relations sangat erat kaitannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari
masyarakat.
Jika menghadapi situasi yang genting (crutial) seperti timbul masalah, konflik, pertikaian
hingga terjadi suatu krisis, maka public relations wajib menjelaskan secara jujur dan terbuka
(open communication). Dikarenakan di satu pihal public relations bertindak sebagai perantara
(mediator) dan di lain pihak memiliki tanggung jawab sosial (social responbility) yang harus
memegang teguh baik etika maupun kejujuran.
Dalam penelitian yang diadakan oleh Internationa Public Relations Association (IPRA) pada
tahun 1981 diumumumkan fungsi public relations, yaitu:
Membuat analisa trend masa depan dan ramalan akan akibat-akibatnya bagi institusi.
Melakukan riset pendapat, sikap dan harapan masyarakat terhadap institusi dan memberi
saran saran serta tindakan-tindakan yang diperlukan institusi untuk mengatasinya.
Menciptakan dan membina komunikasi dua arah berlandaskan kebenaran dan informasi yang
utuh.
Menarik tenaga kerja yang baik agar menjadi anggota dan mengurangi keinginan anggota
untuk keluar dari institusi.
Tujuan utama kegiatan public relations adalah membangun kredibilitas dan membangkitkan
motivasi bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) perusahaan guna meminimalkan
biaya pengeluaran proses transfer komunikasi.
Perfomance Objective
Dari sekian banyak tugas yang diemban oleh seorang public relations, tujuan yang ingin
dicapai ialah komunikasi internal dan komunikasi eksternal.
Suatu kekeliruan yang sangat besar, jika seorang Public Relations menduga bahwa persuasi
yang dilakukan melalui komunikasinya itu akan diterima oleh khalayak sasaran atau publik
secara tepat (sesuai) seperti yang diharapkan. Apa yang kadang kita katakan tidak selalu sama
dengan penerimaan mereka yang mendengarkannya. Demikia pula dengan hal yang kita
tuliskan, kadang-kadang sulit dipahami oleh pembacanya. Kata-kata, ide, isyarat, tanda-
tanda, dam lambang-lambang lainnya, yang kita nyatakan dengan tulisan, lisan, dan tulisan,
atau cara-cara lain, tidaklah selalu berarti sama bagi oranglain seperti halnya bagi kita.
Hal yang paling sukar dalam usaha persuasi melalui komunikasi itu adalah usaha agar
oranglain dapat menerima atau menanggapinya seperti cara kita berpikir. Persuasi yang
diartikan adalah kegiatan psikologis dalam usaha mempengaruhi sikap, sifat, pendapat, dan
tingkah laku.
Sugesti: penerimaan pesan atau isi komunikasi, apapun bentuknya, secara sugestif dapat
berhasil jika komunikan daya berpikirnya terhambat (inhibisi), kepastian batin lumpuh,
kepercayaan akan mitos, pengaruh otoritas akan mistos, pengaruh otoritas juga prestise,
pembawaan azali yang sudah adalm diri seseorang, dan mayoritas pendapat.
Penyampaian pesan yang menurut Wilbur Schramm dalam bukunya berjudul How
Communication Works (Onong, 1979: 19) menyatakan bahwa komunikasi akan memperoleh
hasil yang efektif apabila pesan itu disampaiakan dengan memenuhi 4 syarat: pesan harus
diatur sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian, pesan harus menggunakan
lambang-lambang yang sesuai dengan luas lingkup pengalaman (field of experience) serta
bingkai referensi (frame of reference) si penerimanya (khalayak sasaran), pesan harus mampu
memunculkan kebutuhan pribadi dan menyampaikan saran-saran bagaimana memenuhi
kebutuhan itu, dan pesan harus memberi jalan untuk mengatasi kebutuhan tersebut, yang
sesuai dengan situasi dan kondisi kelompok dimana si penerimanya berada.
Pengaruh pribadi
Kontak pribadi
Kredibilitas sumber
Opinion-leader
Faktor semantik adalah hambatan berupa pemakaian kata atau istilah yang menimbulkan
salah paham atau pengertian yang kemungkinan bisa mengakibatkan kesalahan-kesalahan
dan kegagalan fatal.
Interes (kepentingan) akan membuat seseorang atau orang banyak selektif dalam hal
penghayatan atau tanggapannya. Kepentingan bukan hanya mempengaruhi perhatian kita
saja, melainkan juga daya tangkap, perasaan, pikiran, dan tingkah laku kita, yang pada
dasarnya reaktif atas segala rangsangan yang tidak sesuai atau bertentangan dengan
kepentingan kita.
Motivasi akan mendorong seseorang berbuat sesuatu yang sesuai benar dengan keinginan,
kebutuhan, dan kekurangannya yang setiap individu berbeda-beda. Public Relations kadang
tertipu oleh tanggapan komunikasi atau publiknya yang kelihatannya memperhatikan
(attentive), meskipun isi komunikasi tidak sesuai dengan motivasi mereka. Tanggapan semu
demikian tentunya dilakukan karena ada motivasi terpendam pada diri komunikan (khalayak
sasaran atau publik), misalnya ABS (asal bapak senang) atau lainnya.
sumber :
Dasar-Dasar Public Relations. Penulis: Drs. SOLEH SOEMIRAT, M.S. DRS. ELVINARO
ARDIANTO, M.Si penerbit: PT REMAJA ROSDAKARYA. Tahun: 2007.
Sumber : https://www.kompasiana.com/anatasia/57f7a5f45fafbdef14d65536/public-relations-
definisi-fungsi-tugas-dan-tujuan?page=all