Anda di halaman 1dari 13

Prosedur Pelayanan Administrasi Rumah Sakit

Menurut  Sondang P. Siagian (2004) administrasi adalah keseluruhan proses


kerjasama antara 2 orang atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk
mencapai tujuan tertentu.
Menurut Azrul Azwar dalam bukunya “Pengantar Ilmu Administrasi Kesehatan”
fungsi administrasi dibedakan atas 4 macam, yakni :
1.    Perencanaan termasuk perencanaan pembiayaan.
2.    Pengorganisasian, yang di dalamnya termasuk penyusunan staff.
3.    Pelaksanaan, yang di dalamnya termasuk pengerahan dan pengkoordinasian.
4.    Penilaian, yakni dalam rangka melihat apakah rencana yang telah disusun
dapatdicapai atau tidak.
 Dalam pencapaian tujuan tersebut, administrasi kesehatan melibatkan banyak
pihak, diantaranya pemerintah, asuransi, apotik, dan rumah sakit. Namun dalam
administrasi kesehatan ini tidak hanya pelayanan pengobatan tetapi juga bersifat
preventif (pencegahan).
Menurut Azrul Azwar dalam bukunya, mengatakan karena keadaan sehat yang
ingin diapai adalah untuk seluruh masyarakat, dan untuk itu setiap orgn seyogyanya
menerapkan prinsip kesehatan masyarakat, maka dalam membicarakan administrasi
kesehatan tidak boleh pula melepaskan diri dari konsep ilmu kesehatan masyarakat.

A.   Prosedur Pelayanan Rawat Jalan


Pelayanan rawat jalan (ambulatory) adalah satu bentuk dari pelayanan
kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah
pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap
(hospitalization).
Prosedur pelayanan rawat jalan adalah sbb :
1.    Pasien datang di bagian admisi dan diterima oleh petugas admisi;
2.    Petugas menanyakan apakah pasien tersebut merupakan pasien baru (pasien yang
baru pertama kali berkunjung, tidak membawa kartu berobat dan kehilangan kartu)
atau pasien lama,
3.    Jika pasien tersebut adalah pasien baru, maka petugas pendaftaran mendaftar
pasien sbb:
         Petugas pendaftaran melengkapi formulir rekam medis penerimaan pasien baru
dengan mewawancarai pasien tersebut
         Petugas pendaftaran mencetak KIB (Kartu Identitas Berobat) dan IUP (Index Utama
Pasien);
         Petugas pendaftaran menyerahkan KIB kepada pasien;
         Petugas pendaftaran membawa formulir rekam medis pasien kepoli / unit pelayanan
yang dituju;
         Di Unit Pelayanan / Poliklinik:
         Petugas di unit pelayanan memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien;
         Apakah pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain?
         Jika Ya petugas, maka petugas membawa formulir rujukan ke unit yang dituju;
         Jika tidak, maka pasien / keluarganya dipersilahkan mengambil obat di bagian
farmasi;
         Kemudian petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi
pembayaran di kasir.
4.    Untuk pasien lama, maka petugas pendaftaran mendaftar pasien sebagai berikut:
         Petugas menerima dan meneliti kartu identitas berobat pasien;
         Petugas pendaftaran mendaftar pasien sesuai dengan pelayanan yang akan dituju
dengan mewawancarai pasien tersebut;
         Petugas membuat tracer berdasarkan KIB pasien;
         Petugas mengambil berkas rekam medis pasien ke Filing sesuai dengan tracer
tersebut;
5.    Apabila berkas rekam medis pasien sudah terkumpul?
         Jika berkas belum terkumpul, maka petugas menunggu sampai berkas terkumpul
banyak di bagian admisi
         Jika berkas sudah terkumpul, maka petugas mendistribusikan semua berkas rekam
medis pasien ke poliklinik yang dituju;
         Di Unit Pelayanan / Poliklinik:
         Petugas di unit pelayanan memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien
         Apakah pasien perlu dirujuk ke unit pelayanan penunjang yang lain?
         Jika Ya, maka petugas membawa formulir ke unit yang dituju;
         Jika tidak maka pasien dipersilahkan mengambil obat di bagian farmasi;
         Petugas mempersilahkan pasien menyelesaikan administrasi pembayaran di kasir;
         Petugas mempersilahkan pasien pulang;
B.   Prosedur Pelayanan Rawat Inap
Rawat inap (opname) adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien
oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, di mana pasien
diinapkan di suatu ruangan di rumah sakit. Perawatan rawat inap adalah perawatan
pasien yang kondisinya memerlukan rawat inap. Kemajuan dalam pengobatan
modern dan munculnya klinik rawat komprehensif memastikan bahwa pasien hanya
dirawat di rumah sakit ketika mereka betul-betul sakit, telah mengalami kecelakaan,
pasien yang perlu perawatan intensif atau observasi ketat karena penyakitnya.
Prosedur:
1.    Dokter menganjurkan pasien untuk rawat inap.
2.    Atas persetujuan pasien/keluarga/penanggungjawab pasien, perawat IGD/POLI
memberitahu receptionist bahwa pasien akan dirawat inap.
3.    Perawat mengarahkan keluarga / penanggungjawab pasien untuk mendaftarkan
pasien rawat inap ke receptionist.
4.    Untuk pasien yang masuk melalui IGD, receptionist menanyakan Kartu Berobat
pasien (untuk pasien lama) atau mencatat data / identitas pasien dengan lengkap
(untuk pasien baru).

Untuk Pasien Umum:


1.    Receptionist menawarkan tarif jasa Rawat Inap secara jelas kepada pasien.
2.    Apabila sudah ada kesepakatan dari keluarga / penanggungjawab pasien, maka
receptionist memberikan form “Surat Pernyataan Pembayaran” kepada keluarga /
penanggung-jawab pasien untuk diisi dan ditanda tangani
3.    Receptionist meminta jaminan rawat inap kepada keluarga / penanggungjawab
pasien berupa KTP/SIM atau tanda pengenal lainnya
4.    Setelah form “Surat Pernyataan Pembayaran“ diisi dan ditanda tangani oleh pasien,
berikan form tersebut ke bagian Rekam Medis untuk dicarikan berkas Status Pasien
Rawat Inap sesuai dengan Nomor Rekam Medik dan selanjutnya Status Pasien
Rawat Inap diantarkan oleh petugas Rekam Medis ke IGD/POLI yang dituju.

Untuk Pasien Asuransi:


1.    Menanyakan kepemilikan asuransi kesehatan yang dimiliki pasien
2.    Bila pasien masuk pada jam kerja, minta pasien untuk mengambil jaminan yang
dikeluarkan oleh Perusahaan / Asuransi terkait. Bila pasien masuk diluar jam kerja,
jaminan diambil keesokan harinya, pada saat jam kerja.
3.    Meminta lembar jaminan, photo copy kartu asuransi, dan surat rujukan dari
Puskesmas (kecuali kasus emergency) sebagai pelengkap tagihan.
4.    Meminta pasien melengkapi persyaratan lainnya yang berhubungan dengan tagihan
asuransi yang dimiliki.
5.    Bila syarat adiminstrasi belum lengkap, keluarga / penanggung-jawab pasien diberi
waktu maksimal 2×24 jam untuk memenuhi persyaratannya (selama pasien rawat
inap). Jika tidak dipenuhi, pasien dianggap UMUM.
6.    Tentukan dan beritahu keluarga / penanggung-jawab pasien tentang kamar yang
akan ditempati oleh pasien sesuai dengan jatah yang telah ditentukan asuransi yang
terkait, dengan mengelompokan Dewasa ( Pria / Wanita ) dan atau Anak.
7.    Bila pasien meminta untuk naik kelas perawatan (kecuali JAMKESMAS dan
JAMKESDA), berikan “Surat Pernyataan Kesediaan Pembayaran Selisih Biaya”
untuk diisi dan ditandatangani oleh pasien/keluarga pasien.
8.    Receptionist meminta jaminan rawat inap kepada keluarga / penanggungjawab
pasien (khusus kepada pasien yang minta naik kelas perawatan) berupa KTP/SIM
atau tanda pengenal lainnya.
9.    Setelah form “Surat Pernyataan kesediaan Pembayaran Selisih Biaya“ diisi dan
ditanda tangani oleh keluarga / penanggungjawab pasien (khusus pasien yang minta
naik kelas perawatan), berikan form tersebut ke bagian Rekam Medis.
10.  Seluruh berkas administrasi rawat inap yang telah rampung diberikan ke bagian
rekam medik untuk dicarikan berkas Status Pasien Rawat Inap sesuai dengan
Nomor Rekam Medik dan selanjutnya Status Pasien Rawat Inap diantarkan oleh
petugas Rekam Medis ke IGD/POLI yang dituju.
11.  Petugas Rekam Medik mencatat di buku kunjungan pasien dan memberi tanda
Rawat Inap.
12.  Receptionist menginformasikan ke bagian rawat inap mengenai kamar yang akan
dipergunakan pasien guna mempersiapkan segala kelengkapan dan fasilitasnya.
13.  Perawat mempersiapkan ruangan pasien baru.
14.  Setelah ruang rawat inap siap, perawat memberitahu receptionist bahwa ruangan
telah siap untuk ditempati.
15.  Receptionist memberitahu perawat POLI/IGD ruangan yang telah dipersiapkan.
16.  Perawat POLI/IGD mengantar pasien ke ruangan rawat inap.

C.   Prosedur Pelayanan Gawat Darurat


Pengertian Gawat Darurat  Menurut Azrul (1997) yang dimaksud gawat
darurat (emergency care) adalah  bagian dari pelayanan kedokteran yang
dibutuhkan oleh penderita dalam waktu  segera untuk menyelamatkan kehidupannya
(life saving) Instalasi gawat darurat adalah salah satu sumber utama pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Ada beberapa hal yang membuat situasi di IGD menjadi
khas, diantaranya adalah pasien yang perlu penanganan cepat walaupun riwayat 
kesehatannya belum jelas.
Untuk perawatan di UGD ( Unit Gawat Darurat), Pasien bisa dirawat dengan
rawat inap ataupun tidak, halini ditentukan seberapa parah sakit yang diderita
pasien. Ketika pasien datang, pasien langsung dibawa keruang UGD untuk
diperiksa, dalam pemeriksaan iniditentukan apakah pasien harus rawat inap atau
tidak.
1.    Pasien Tidak Rawat Inap
         Setelah pemeriksaan terhadap pasien selesai, jika tidak ada pendamping pasien,
pihak rumah sakit akan menelpon keluarga pasien untuk datang
         Proses selanjutnya pasien harus segera mendaftar direceptionist (khusus UGD),
kemudian diberi slip pembayaran untuk membayar biaya pemeriksaan dan biaya
obat.
         Membayar di loket pembayaran
         Kembali ke receptionist untuk menebus resep dengan menunjukkan slip
pembayaran yg sudah di sahkan di loket pembayaran sebagai bukti lunas
pembayaran
         Mengambil obat di apotek dengan memberikan  resep terlebih dahulu
         Setelah mendapat obat, jemput pasien di UGD dan pasien bisa pulang.
2.    Pasien Rawat Inap
         Setelah pemeriksaan terhadap pasien selesai dan pasien harus rawat inap,
pendamping pasien mendaftar di administrasi khusus rawat inap.
         Setelah mendaftar dan mendapat ruangan, pasien segera dibawa ke ruangan rawat
inap.
         Setelah pasien sembuh dan diberi izin pulang oleh dokter, pendamping harus
menyelesaikan administrasi dengan mengambil slip pembayaran biaya rawat inap
(sudah termasuk obat yang diberi selama rawat inap).
         Pembayaran dilakukan di loket bank yang disediakan.
         Setelah proses administrasi selesai, pendamping beserta pasien akan diberikan
resume dan penjelasan mengenai kondisi kesehatan pasien oleh dokter yang
menangani
         Setelah itu pasien bisa pulang (pasien tidak perlu menebus resep obat, karena obat
sudah diberikan ketika masa rawat inap).

Daftar Pustaka:
C.S.Hutasoit. Pelayanan Publik Teori dan Aplikasi, Jakarta: Magnascript Publishing,
Cetakan Pertama, Maret, 2011.
Fandy Tjiptono. Service Managemen Mewujudkan Layanan Prima Edisi 2,
Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2008.
Aditama, Tjandra Yoga. 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : UI-
Press
Azwar. Azrul. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta : PT Bina Rupa Aksara

Sumber : http://nofiantifaozan.blogspot.com/2015/12/prosedur-pelayanan-administrasi-
rumah_23.html

Admission dan Discharge di Rumah Sakit


3 November 2015Yenni Susanti

Tata cara dan pengaturan pasien rawat inap (admissions) dan prosedur pasien pulang (discharge
sangat penting dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan pasien pada semua sektor pelayanan
di rumah sakit. Kerjasama sangat dibutuhkan untuk memastikan pelayanan kesehatan yang
diberikan itu telah direncanakan, diatur dan diberikan sesuai dengan pendekatan berbasis pasien
(patient centered) yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan memberikan rasa berkeadilan.

Perubahan pola pelayanan kesehatan yang berbasis pasien ini menuntut rumah sakit untuk
bersungguh-sungguh memperhatikan pasien bahkan sebelum pasien tersebut dirawat. Saat
ini, keputusan perawatan pasien itu bukan diatur oleh pemerintah dan perusahaan asuransi,
tetapi oleh pasien dan dokter mereka sendiri.

Berdasarkan buku tentang Admissions and Discharge Guidelines Health Strategy


Implementation Project tahun 2003. Pelayanan terhadap pasien yang akan dirawat hingga
pasien pulang, pelayanan yang diberikan itu harus bersifat sebagai berikut:

 Berbasis kepada pasien yang mengutamakan keselamatan pasien, kualitas dan standar
pelayanan klinik
 Pasien harus turut serta dalam pengambilan keputusan dalam masa perawatan.
 Pelayanan kedokteran dan perawatan harus berdasarkan evidence base dan update ilmu
terbaru.
 Pelayanan harus berdasarkan sistem yang baik mulai dari direktur, staf, tim audit dan tim
medis.
 Pelayanan rumah sakit dibagi menjadi tiga bagian yang independen. Rawat jalan, gawat
darurat dan pemeriksaan medis rutin (medical check up).

1. ADMISI (ADMISSIONS)

Proses admisi di rumah sakit itu bisa bersifat elektif dan gawat darurat tergantung dari kasus
yang ditemukan oleh dokter. Admisi yang bersifat elektif biasanya pada pasien yang tidak
mengalami sakit yang mendadak dan tidak mengancam nyawa, sedangkan admisi yang
bersifat gawat darurat itu bersifat mendadak, mengalami trauma berat, penyakit dalam grade
lanjutan dan penyakit yang mengancam nyawa pasien.

Dokter adalah orang yang menentukan apakah pasien perlu dirawat atau tidak. Proses admisi
ini sangat penting karena ditakutkan akan terjadi tumpang tindih dan perebutan jenis
pelayanan tertentu antara pasien yang berasal dari unit elektif (rawat jalan) dan unit gawat
darurat.

Untuk mempermudah proses admisi ini, maka rumah sakit di luar negeri telah membuat suatu
unit atau departemen sendiri yang disebut departemen admisi yang tugasnya mengatur alur
pasien, mengatur tujuan pengiriman pasien ke ruang bangsal dan menentukan posisi pasien
dalam daftar tunggu (waiting list) untuk mendapatkan pelayanan-pelayanan penunjang.

Jika tidak bisa membentuk satu unit atau departemen sendiri maka rumah sakit bisa
menunjuk satu orang yang bertugas mengawasi proses admisi ini (Admission Manager) yang
memiliki kebijakan dan kewenangan dalam mengatur alur pasien.

a. Sebelum dirawat di rumah sakit (pre admission)

Harus diketahui bersama bahwa proses admisi bukan hanya proses saat pasien tersebut telah
tiba di rumah sakit, namun sebelum pasien tersebut datang ke rumah sakit yang biasanya
bersifat elektif.
Garis besar penting yang harus diperhatikan dalam proses pre-admission ini adalah:

 Harus jelas terlebih dahulu apakah pasien itu akan masuk melalui pintu rawat jalan atau
gawat darurat. Penjelasan tersebut harus berdasarkan rujukan dan keputusan dari dokter
keluarga/ dokter pelayanan primer.
 Pasien yang baru akan dirawat (pre-admission) masih belum dianggap sebagai pasien rawat
inap (outpatient) jika masih ada tatalaksana yang seharusnya masih dilakukan oleh dokter
keluarga/ dokter layanan primer yang masih belum dilakukan oleh pasien (misalnya
pemeriksaan penunjang radiologi dan laboratorium).
 Pasien harus diberikan penjelasan mengenai kondisi kesehatannya, rencana terapi dan
prosedur yang akan dijalaninya.

b. Admisi Elektif (electif admissions)

Inti dari pelayanan admisi elektif ini adalah perencanaan. Setiap pasien yang masuk secara
elektif (rawat jalan) harus sudah melalui proses pre-admission terlebih dahulu. Proses pre-
admission ini harus menjadi prosedur standar untuk semua admisi elektif dalam pelaksanaan
pengobatan pasien.

Selain itu pada admisi yang bersifat elektif ini harus ada penjadwalan yang baik, waiting list
yang tersentralisasi sehingga memudahkan pasien untuk mengetahui posisi mereka pada saat
ini. Bahkan pada proses admisi ini harus sudah bisa merencanakan waktu pasien pulang
(discharge) pasien sejak dari hari pertama pasien itu datang ke rumah sakit.

Pasien yang bisa melakukan admisi elektif adalah yang tidak mengalami kegawatdaruratan,
misalnya:

 pasien rujukan dari dokter keluarga/ dokter pelayanan primer


 pasien yang datang dengan rencana operasi
 pasien yang masuk berdasarkan hasil konsultasi dan pemeriksaan di poliklinik

c. Admisi Gawat Darurat (emergency admissions)

Admisi Gawat Darurat didefinisikan sebagai proses masuknya pasien yang tidak
direncanakan dikarenakan trauma (cedera) atau penyakit akut yang tidak bisa ditangani
sebagai pasien rawat jalan. Prinsip pelayanan melalui ke bagian gawat darurat adalah
hanyalah pasien yang mengalami kegawatdaruratan.

Faktor yang penting dalam memasukkan pasien melalui gawat darurat adalah sebagai berikut:

 adanya proses triase, penilaian kondisi klinis pasien, pemeriksaan radiologi dan patologi
klinik yang cepat.
 dari hasil tersebut dapat dilakukan pendiagnosisan penyakit yang cepat
 adanya keputusan dari dokter senior saat pengambilan keputusan perawatan.
 adanya kerjasama antar multidisiplin ilmu.

Menurut Texas Department of Aging and Disability Services tahun 2013 ada tiga tipe admisi
rumah sakit.

a. Tipe Expedited Admission:


Ketika individu itu dicurigai mempunyai Penyakit Mental, Disabilitas fisik dan Disabilitas
intelektual dan ditemukannya kriteria seperti dalam kondisi stadium terminal, penyakit dalam
kondisi berat, delirium, dan koma

b. Tipe Exempted Hospital Discharge:

Ketika dokter telah bisa menentukan individu yang Penyakit Mental, Disabilitas fisik dan
Disabilitas intelektual itu mempunyai waktu perawatan kurang dari 30 hari sejak individu itu
dirawat

c. Pre-admission:

Yaitu ketika seseorang itu dicurigai mempunyai Penyakit Mental, Disabilitas fisik dan
Disabilitas intelektual tapi tidak termasuk ke dalam dua tipe di atas.

2. OBSERVASI (OBSERVATION)

Saat pasien masuk rumah sakit, tidak serta merta pasien tersebut pasti dirawat, karena tidak
semua pasien yang masuk ke rumah sakit baik itu melalui poliklinik maupun gawat darurat
itu dirawat. Rumah sakit mengenal istilah observasi. Observasi adalah salah satu cara rumah
sakit untuk mengurangi angka pasien yang tidak perlu dirawat (inpatient) namun memerlukan
perhatian khusus. Observasi adalah saat ketika dokter masih belum bisa memutuskan apakah
pasien tersebut perlu rawat inap atau tidak, karena itu dokter akan mengevaluasi kondisi
pasien di ruang observasi.

Menurut Departement Of Health And Human Services Amerika Serikat pada tahun 2013, ada
beberapa penyakit yang paling banyak diobservasi di rumah sakit, penyakit itu diantaranya:

 Nyeri dada
 Gangguan saluran pencernaan
 Pingsan
 Gangguan gizi
 Denyut jantung tidak teratur
 Gangguan peredaran darah
 Gangguan pernafasan

78% pasien yang diobservasi ini adalah pasien yang berasal dari unit gawat darurat,sementara
9%-nya berasal dari pasien yang baru selesai operasi. Sisanya adalah pasien dengan tindakan
ringan, diagnostik maupun terapi; CT-Scan kontras, BNO-IVP, pemeriksaan darah dan bedah
minor.

Di Amerika Serikat, adanya ruang observasi ini menjadi isu penting karena biaya pasien yang berada
di ruang observasi itu jauh lebih besar dibandingkan biaya pasien di rawat inap biasa. Selain itu,
beberapa perusahaan asuransi yang menjamin perawatan pasien, tidak memasukkan perawatan di
ruang observasi sebagai salah satu klausul pasien yang dirawat inap (inpatient). Pasien yang berada
di ruang observasi masih dianggap outpatient sehingga asuransi tidak akan membayar biaya
pengobatan dan perawatan pasien yang masih berstatus outpatient.
Karena itulah, maka diperlukan suatu cara agar tidak terjadi kesalahpahaman apakah pasien
tersebut cukup diobservasi atau perlu dirawat inap dikembangkan instrumen yang disebut
Appropriateness Evaluation Protocol (AEP). AEP dikembangkan pada tahun 1981 oleh
Gertman dan Restuccia disusun berdasarkan tiga kriteria tertentu yang jika salah satunya
terpenuhi maka pasien perlu dirawat inap. Kriteria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
pelayanan medis, pelayanan keperawatan dan bantuan hidup, serta faktor kondisi pasien.
(Vijay Aruldas, 1999)

3. DISCHARGE PLANNING

Selesainya pasien dari proses perawatan bukanlah suatu proses biasa. Proses ini memerlukan
pengaturan dan pelajaran sendiri. Rumah sakit harus mempunyai kebijakan operasional
tersendiri dan dalam hal memulangkan pasien (discharge) dan di dalam standar prosedurnya
harus bisa menjaga segi kepuasan dan kualitas perawatan pasien.

Kunci utama dalam proses discharge ini adalah:

 Adanya transfer ilmu dari perawat ke keluarga atau orang yang akan merawat pasien di
rumah.
 Adanya keterlibatan dan partisipasi aktif dari anggota keluarga yang merawat selama proses
perawatan pasien di rumah sakit.
 Menjadikan anggota keluarga sebagai mitra dan ikut bekerjasama di dalam tim perawatan
dalam proses discharge.
 Perencanaan pasien pulang (discharge planning) itu sudah dimulai bahkan sebelum pasien
tersebut dirawat inap.
 Jika selama perawatan ditemui penyakit yang lebih kompleks dan dibutuhkan perawatan
tambahan, maka dokter harus memberikan perkiraan waktu pulang kepada pasien dan
mendiskusikan hal tersebut kepada pasien dan keluarga pasien.
 Rumah Sakit harus waspada untuk setiap variasi keluhan pasien yang dapat memperpanjang
LOS.
 Edukasi mengenai obat-obatan pulang, interaksi yang mungkin terjadi dan efek samping
obat yang paling sering muncul setelah pasien pulang.

KONDISI NYATA DI RUMAH SAKIT

Pola pelayanan kesehatan yang diberikan berbasis rumah sakit dan belum berbasis pasien dan
masih berjalan secara konvensional. Keputusan untuk merawat pasien ditentukan sepenuhnya
oleh dokter. Pasien tidak terlibat dalam pengambilan keputusan. Pelayanan yang diberikan
hanya terdiri dari dua jenis saja yaitu rawat jalan dan gawat darurat.

1. ADMISI (ADMISSIONS)

Proses admisi rumah sakit hanya dianggap proses biasa, tidak ada departemen adsmisi
ataupun dokter penanggung jawab yang berfungsi sebagai Manager Admisi. Belum ada
prosedur khusus mengenai proses preadmisi. Bahkan pasien yang akan dirawat dan
seharusnya masuk ke dalam rawat inap elektif malah masuk melalui pintu gawat darurat.

Pasien yang akan dirawat langsung dianggap sebagai pasien rawat inap walaupun
pemeriksaan penunjang dan rujukan dari dokter keluarga/ dokter layanan primer belum
lengkap. Belum jelasnya rantai rujukan tersebut membuat hubungan antara rumah sakit dan
dokter layanan primer terputus. Pada saat preadmisi ini juga pasien juga tidak mendapatkan
penjelasan apapun mengenai kondisi kesehatannya rencana terapi dan prosedur yang akan
dijalaninya.

Pada pasien yang masuk melalui unit gawat darurat biasanya akan dilakukan pemeriksaan
singkat mengenai kondisi pasien. Keputusan untuk merawat atau tidak merawat pasien berada
pada dokter unit gawat darurat. Dokter akan menilai kondisi klinis pasien dan melakukan
pemeriksaan radiologi dan patologi klinik jika diperlukan.

Dasar penilaian perlu tidaknya dirawat berdasarkan dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
dan penunjang. Belum ada protokol khusus atau checklist yang mengatur apakah pasien ini
perlu dirawat inap atau cukup diobservasi. Keputusan yang diambil dokter ini berdasarkan
data-data dasar anamnesis yang meliputi:

· Sumber Informasi

· Keluhan Utama

· Riwayat Penyakit Sekarang

· Riwayat Penyakit Dahulu

· Riwayat Pekerjaan dan Lingkungan

· Informasi Biografis

· Riwayat Keluarga

· Riwayat Psikososial

2. OBSERVASI (OBSERVATION)

Seperti halnya dalam memutuskan untuk merawat pasien, saat ini rumah sakit belum punya
protokol khusus yang menentukan bahwa pasien perlu dimasukkan ke dalam ruang observasi.
Dalam hal ini dokter UGD akan meminta pendapat dokter spesialis apakah pasien bisa
dirawat inap atau perlu diobservasi terlebih dahulu.

3. DISCHARGE PLANNING

Selesainya pasien dari proses perawatan dianggap proses biasa dengan alur sebagai berikut:

 Dokter menyatakan bahwa pasien pulang.


 Perawat membuat resume medis pasien pulang, verifikasi seluruh biaya, dan menyiapkan
obat pulang.
 Perawat memberitahukan jumlah biaya kepada keluarga pasien.
 Perawat menceritakan resume diagnosis dan perawatan, rencana tindak lanjut, dan
memberikan kertas kontrol ulang kepada pasien.
 Perawat melakukan edukasi obat-obatan kepada pasien dan keluarga pasien, memberi obat
pulang .
 Perawat mengantar pasien hingga ke pintu depan untuk memastikan pasien tetap aman
sampai keluar dari rumah sakit.

Pada saat ini, rumah sakit dan perawat hanya melakukan transfer ilmu keperawatan secara
terbatas, dalam artian tidak menyediakan waktu khusus dalam rangka melakukan edukasi
pasien yang akan pulang. Selain itu, rumah sakit belum melibatkan anggota keluarga sebagai
mitra dalam merawat pasien.

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

1. Pembuatan Kebijakan

 Kebijakan yang diambil dalam strategi pengembangan rumah sakit adalah utnuk
menciptakan alur (pathway) perawatan pasien yang yang aman dan dilaksanakan secara
konsisten.
 Objektif dari kebijakan yang akan dibuat adalah untuk membuat standar klinis yang
bertujuan untuk meningkatkan pelayanan admisi dan discharge pasien.
 Kebijakan yang dibuat harus melibatkan semua lini pelayanan dari rumah sakit mulai dari
direktur utama, direktur umum, kepala bagian hingga para staf pelaksana.
 Kebijakan yang diambil harus bisa memastikan bahwa semua kebutuhan pasien terpenuhi
secara adil dan merata.

2. Tujuan

 mencegah admisi yang tidak penting


 mengurangi angka timbulnya re-admisi
 meminimalkan adanya kejadian delayed discharge
 meyakinkan pasien bahwa ia dilayani tepat waktu dan tepat terapi dan sesuai dengan
kebutuhan
 mendukung pengelolaan tempat tidur rumah sakit, hari rawat dan interval penggunaan
tempat tidur secara optimal.
 memastikan pasien dan anggota keluarga lainnya bahwa mereka menerima informasi yang
sama dan jelas serta terlibat langsung mulai dari proses admisi sampai proses discharge.

3. Pembuatan Pedoman Pelayanan yang terdiri dari:

 Ruang lingkup tugas unit pelayanan


 Tugas tiap unit pelayanan
 Tanggung jawab tiap unit pelayan
 Penentuan jenis admisi dan observasi
 Penetapan kriteria admisi, elektif dan gawat darurat
 Penetapan kriteria ekslusi admisi

4. Pembuatan standar prosedur operasional yang terdiri dari

 Prosedur alur proses admisi


 Prosedur alur pasien yang diobservasi
 Prosedur alur proses discharge
 Pembuatan alur tanggung jawab berjenjang
 Pembuatan alur kerjasama dan koordinasi antar unit yang terkait.
SUMBER REFERENSI

 Hospital Forum, NHS Confederation, May 2013. The non-executive directors’ guide to
hospital data. Part two: Elective hospital admissions, waiting times and patient experience.
 The Health Board Executive, 2003. Admissions and Discharge Guidelines. Health Strategy
Implementation Project.
 National Audit Office NHS Executive, 2000. Inpatient Admissions and Bed Management in
NHS acute hospitals.
 Vijay Aruldas, 1999. Appropriateness Evaluation Protocol: An Application in a Multi-speciality
Hospital
 Department of Health and Human Service, 2013. Memorandum Report. Hospitals Use of
observation Stays and Short Inpatient Stays for Medicare Beneficiaries.

Sumber : https://yennisusanti.wordpress.com/2015/11/03/87/

Anda mungkin juga menyukai