Anda di halaman 1dari 7

1.

Jelaskan dokumen atau form apa saja yang perlu disiapkan di Pendaftaran Pasien Rawat Jalan
baik untuk pasien Lama maupun pasien baru dan jelaskan fungsi atau kegunaan dari masing-
masing dokumen atau form tersebut?

2. Jelaskan dokumen atau form apa saja yang perlu disiapkan di Pendaftaran Pasien Rawat Inap
baik untuk pasien Lama maupun pasien baru dan jelaskan fungsi atau kegunaan dari masing-
masing dokumen atau form tersebut?

3. Jelaskan dokumen atau form apa saja yang perlu disiapkan di pelayanan Instalasi Gawat
Darurat (IGD) dan jelaskan fungsi atau kegunaan dari masing-masing dokumen atau form
tersebut?

4. Jelaskan dokumen atau form apa saja yang perlu disiapkan di Pelayanan Rawat Jalan
(Poliklinik) dan jelaskan fungsi atau kegunaan dari masing-masing dokumen atau form tersebut?

5. Jelaskan dokumen atau form informed consent dan jelaskan fungsi atau kegunaan dokumen
atau form tersebut?

6. Jelaskan dokumen atau form Visum Et Repertum (VET) dan jelaskan fungsi atau kegunaan
dokumen atau form tersebut?

Jawaban:

1. Alur Pendaftaran Rekam Medis

 Pasien mendaftar ke tempat pendaftaran rawat jalan.


 Apabila pasien baru, pasien mengisi formulir pendaftaran pasien baru yang telah
disediakan. Kemudian petugas pendaftaran mendata identitas sosial pasien,
membuat kartu berobat untuk diberikan kepada pasien baru yang harus dibawa
apabila pasien tersebut berobat ulang dan menyiapkan berkas rekam jejak medis
pasien baru.
 Apabila pasien lama (pasien yang pernah berobat sebelumnya), pasien hanya
menyerahkan kartu pasien (kartu berobat) kepada petugas di tempat pendaftaran
rawat jalan, kemudian petugas mendata antara Iain nama pasien, nomor,
poliklinik yang dituju, dan keluhan yang di alami. Selanjutnya, petugas akan
menyiapkan berkas medis pasien lama tersebut.
 Berkas medis pasien dikirimkan ke poliklinik oleh petugas yang telah diberi
kewenangan untuk membawa berkas tersebut.
 Petugas poliklinik mencatat pada buku register pasien rawat jalan poliklinik
antara Iain, tanggal kunjungan, nama pasien, nomor, jenis kunjungan, tindakan
atau pelayanan yang diberikan, dsb.
 Dokter pemeriksa mencatat riwayat penyakit, hasil pemeriksaan, diagnosis, terapi
yang ada relevansinya dengan penyakitnya pada berkas medis tersebut.
 Petugas di poliklinik (perawat atau bidan) membuat laporan harian pasien rawat
jalan.
 Setelah pemberian pelayanan kesehatan di poliklinik selesai dilaksanakan,
petugas poliklinik mengirimkan seluruh medis pasien rawat jalan berikut
rekapitulasi harian pasien rawat jalan, ke bagian Instalasi paling Iambat satu jam
sebelum berakhir jam kerja.
 Petugas instalasi tersebut memeriksa kelengkapan pengisian berkas medis dan
untuk yang belum lengkap segera diupayakan kelengkapannya.
 Petugas instalasi mengolah berkas medis yang sudah Iengkap.
 Petugas instalasi membuat rekapitulasi setiap akhir bulan, untuk membuat Iaporan
dan statistik rumah sakit.
 Berkas medis pasien disimpan berdasarkan nomor rekam medisnya (apabila
menganut sistem desantralisasi) berkas medis pasien rawat jalan disimpan secara
terpisah pada tempat penerimaan pasien rawat jalan.
2. Adapun tahapan yang harus dilakukan ialah
 Mendaftar di Loket Penerimaan & Pendaftaran Pasien Rawat Inap dengan
dokumen-dokumen berikut
 Kartu identitas / paspor Anda.
 Akta kelahiran anak Anda / MyKid jika usia anak di bawah 12 tahun. (Jika anak
Anda diterima rawat inap)
 Kartu identitas / paspor Penjamin. Penjamin harus berusia 21 tahun ke atas.
 Pemberitahuan penerimaan pasien rawat inap dari dokter Anda.
 Isi Formulir Konseling Penerimaan Pasien Rawat Inap.
3. Tata cara pendaftaran ialah
 Pendaftaran pasien yang datang ke IGD dilakukan oleh pasien / keluarga dibagian
admission ( SPO – IGD – 002 )
 Bila keluarga tidak ada petugas IGD bekerja sama dengan securiti untuk mencari
identitas pasien
 Sebagai bukti pasien sudah mendaftar di bagian admission akan memberikan
status untuk diisi oleh dokter IGD yang bertugas.
 Bila pasien dalam keadaan gawat darurat, maka akan langsung diberikan
pertolongan di IGD, sementara keluarga / penanggung jawab melakukan
pendaftaran di bagian admission
4. Alur ataupun tahapan yang dilakukan ialah
 Pasien menuju petugas untuk mendapatkan nomor antrian. Pasien yang datang
bisa disebabkan oleh kemauan sendiri, rujukan rumah sakit, rujukan dokter
praktek, rujukan puskesmas atau instansi kesehatan lain.
 Pasien menuju mesin antrian dan mengambil antrian pendaftaran.
 Pasien melaksanakan pendaftaran dengan identifikasi petugas mengenai data
pasien, apakah pasien tersebut pasien baru atau pasien lama. Bagi pasien baru,
petugas akan meminta pasien atau keluarga untuk mengisi formulir pendaftaran
 Formulir pasien baru akan dicek petugas dengan identitas lain
(KTP/SIM/PASPOR/Lainnya).
 Selanjutnya petugas melakukan pengecekan pada dokumen lainnya jika pasien
menggunakan asuransi kesehatan kemudian registrasi sesuai klinik yang dituju
 Pasien baru akan mendapatkan nomor rekam medis dankartu berobat
 Pasien menuju klinik yang sesuai dengan pendaftaran dan menunggu panggilan
Antrian sesuai nomor antrian klinik (gambar 1.6 Nomor Antrian Klinik).
 Dokter melakukan pemeriksaan dan berkonsultasi dengan pasien. Setelah pasien
diperiksa dan berkonsultasi oleh dokter, lanjutan pelayanan dapat berupa :
 Sembuh, pasien menyelesaikan pembayarandi kasir dan mengambil obat di
apotik.

 Jika pasien mendapat pengantar untuk pemeriksaan penunjang, pasien menuju ke


instalasi pemeriksaan penunjang dengan membawa surat pengantar dari dokter.
 Jika pasien dirujuk ke luar, dokter akan membuat surat pengantar rujukan.
 Jika pasien dikonsulkan ke spesialis lain, dokter akan membuat surat konsultasi. Untuk
pendaftaran di klinik spesialis lainnya bisa dilakukan dihari tersebut atau sesuai jadwal
dokter spesialis tersebut.
 Jika pasien dirawat, maka mengikuti alur pasien masuk rawat
5. Dengan adanya informed consent yang jelas dan baik, pasien akan memahami segala
manfaat dan risiko serta tujuan pengobatan yang akan diberikan dokter, termasuk tingkat
keberhasilan tindakan atau terapi. Hal ini penting untuk mencegah terjadinya
kesalahpahaman pasien yang sering kali menganggap suatu tindakan sebagai malpraktik
jika hasilnya tidak sesuai harapan. Di klinik, puskesmas, atau rumah sakit, informed
consent biasanya akan diminta dalam suatu formulir atau lembar surat tertulis yang
mencakup:
 Identitas pasien dan dokter
 Nama penyakit atau informasi mengenai diagnosis atau kondisi medis pasien
 Jenis prosedur pemeriksaan atau pengobatan yang direkomendasikan atau akan
dilakukan oleh dokter
 Risiko dan manfaat dari tindakan medis yang akan dilakukan
 Risiko dan manfaat alternatif tindakan, termasuk jika tidak memilih prosedur tersebut
 Perkiraan biaya tindakan medis dan pengobatan
 Harapan kesembuhan atau tingkat keberhasilan tindakan atau terapi

Setelah pasien membaca dan menyetujui informed consent, artinya pasien tersebut:

 Menerima semua informasi tentang pilihan prosedur dan pengobatan yang akan
diberikan oleh dokter
 Memahami informasi yang diberikan dan memiliki kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan
 Memutuskan apakah akan menjalani langkah penanganan yang direkomendasikan
atau menolak tindakan tersebut

Jika pasien setuju untuk menjalani tindakan medis dari dokter, baik untuk tujuan
pemeriksaan atau pengobatan, dokter atau perawat akan meminta pasien untuk
menandatangani surat informed consent yang menyatakan persetujuan tersebut. Namun,
apabila pasien menolak, dokter atau perawat juga dapat meminta pasien untuk
menandatangani surat informed consent yang menyatakan bahwa pasien tidak setuju
untuk menjalani tindakan medis dan memahami konsekuensi atas pilihannya tersebut.
Idealnya, informed consent diberikan sebelum tindakan medis dilakukan, terutama
tindakan yang berisiko tinggi. Beberapa tindakan medis yang umumnya
memerlukan informed consent dari pasien adalah:

 Pemberian obat bius atau anestesi

 Transfusi darah dan donor darah

 Terapi radiasi atau radioterapi dan kemoterapi

 Penjahitan luka

 Imunisasi

 Pemeriksaan medis kejiwaan

 Pemeriksaan penunjang tertentu, misalnya biopsi, aspirasi sumsum tulang, pungsi lumbal,


dan tes HIV atau VCT

 Prosedur donor dan penerimaan organ

Namun, dalam kondisi darurat, informed consent dapat diberikan setelah tindakan medis


dilakukan, misalnya pada kasus emergensi di IGD rumah sakit. Hal ini guna mencegah
keterlambatan penanganan pasien yang dapat menimbulkan kecacatan atau bahkan
kematian. Di luar tujuan diagnosis atau pengobatan, informed consent juga diminta
ketika pasien hendak mengikuti penelitian klinis tentang efektivitas obat-obatan atau
vaksin.
6. Setiap Visum et Repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum sebagai berikut:

 Diketik di atas kertas berkepala surat instansi pemeriksa

 Bernomor dan bertanggal

 Mencantumkan kata ”Pro Justitia” di bagian atas kiri (kiri atau tengah)

 Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

 Tidak menggunakan singkatan, terutama pada waktu mendeskripsikan temuan


pemeriksaan

 Tidak menggunakan istilah asing

 Ditandatangani dan diberi nama jelas

 Berstempel instansi pemeriksa tersebut

 Diperlakukan sebagai surat yang harus dirahasiakan

 Hanya diberikan kepada penyidik yang meminta Visum et Repertum. Apabila ada lebih
dari satu instansi peminta, misalnya penyidik POLRI dan penyidik Pengawas Obat dan
Makanan (POM), dan keduanya berwenang untuk itu, maka kedua instansi tersebut dapat
diberi Visum et Repertum masing-masing yang asli

 Salinannya diarsipkan dengan mengikuti ketentuan arsip pada umumnya, dan disimpan
sebaiknya hingga 20 tahun. Penulisan VeR harus memenuhi suatu desain dan format
tertentu karena dokumen tersebut akan digunakan sebagai alat bukti dalam proses
peradilan

Setelah proses pemeriksaan selesai, maka segera dilakukan pembuatan Visum et Repertum
lengkap yang memuat segala keterangan dan analisis hasil pemeriksaan. Struktur pembuatan
Visum et Repertum ini terdiri dari lima bagian, yaitu:

 Pro Justitia : kata tersebut harus dicantumkan di kiri atas sehingga VeR tidak perlu
menggunakan materai
 Pendahuluan : bagian pendahuluan memuat identitas pemohon Visum et Repertum,
tanggal dan pukul diterimanya permohonan visum et repertum, identitas dokter yang
melakukan pemeriksaan, identitas obyek yang diperiksa: nama, jenis kelamin, umur,
bangsa, alamat, pekerjaan, kapan dilakukan pemeriksaan, di mana dilakukan
pemeriksaan
 Pemberitaan (Hasil Pemeriksaan) : memuat hasil pemeriksaan yang objektif sesuai
dengan apa yang diamati terutama dilihat dan ditemukan pada korban atau benda
yang diperiksa
 Kesimpulan : memuat hasil interpretasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah dari fakta yang ditemukan sendiri oleh dokter pembuat visum et repertum,
dikaitkan dengan maksud dan tujuan dimintakannya visum at repertum tersebut
 Penutup : bagian ini tidak berjudul, melainkan memuat pernyataan bahwa keterangan
tertulis dokter tersebut dibuat dengan mengingat sumpah atau janji ketika menerima
jabatan dan berisikan kalimat baku “Demikianlah visum et repertum ini saya buat
dengan sesungguhnya berdasarkan keilmuan saya dan dengan mengingat sumpah
sesuai dengan Kitab Undang-Undang hukum acara pidan

Anda mungkin juga menyukai