Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menggigil sering terjadi pada pasien yang dilakukan anestesi. Pada

anestesi umum, menggigil terjadi pascaoperasi pada sekitar 4060% pasien,

sedangkan pada anestesi regional terjadi pada sekitar 56,7% pasien selama

operasi. Menggigil terjadi pada 40% pasien yang tidak dihangatkan yang sedang

dalam pemulihan dari anestesi umum dan pada 50% pasien dengan suhu tubuh inti

35,5oC dan pada 90% pasien dengan suhu tubuh inti 34,5 oC. Menggigil adalah

aktivitas otot yang involunter dan berulang yang dapat meningkatkan produksi

panas metabolik sampai 500600% dari nilai basal. Kejadian ini merupakan salah

satu komplikasi dari hipotermia yang terjadi perioperatif.13

Pasien yang mengalami menggigil merasa sangat tidak nyaman dan pada

beberapa pasien bahkan sensasi dingin yang terjadi dirasakan lebih berat daripada

nyeri operasi. Menggigil sendiri dapat memperberat nyeri pascaoperasi

dikarenakan regangan pada insisi operasi. Dalam keadaan menggigil, konsumsi

oksigen dan produksi karbon dioksida dapat meningkat sebanyak dua sampai tiga

kali lipat, dan dapat terjadi asidosis laktat. Dengan demikian, hal ini akan menjadi

masalah pada pasien dengan cadangan kardiopulmonal yang terbatas. Proses

monitoring elektrokardiogram, tekanan darah, dan saturasi oksigen selama operasi

berlangsung juga menjadi terganggu akibat menggigil.14

1
2

Menggigil pada operasi TURP terjadi karena hipotermia akibat cairan

irigasi atau karena efek anestesi spinal yang merupakan teknik anestesi terpilih

untuk operasi ini. Mekanisme terjadinya menggigil pada anestesi spinal belum

diketahui secara pasti. Diperkirakan anestesi regional merubah fungsi sistem saraf

otonom yang memegang peranan penting dalam termoregulasi dan mempengaruhi

vasokonstriksi perifer dibawah level blokade simpatis. Selama anestesi spinal

terjadi redistribusi suhu tubuh inti, yang terbatas pada tungkai bawah sehingga

suhu tubuh inti berkurang sekitar setengahnya dibandingkan selama anestesi

umum. Vasokonstriksi dan menggigil dihambat dibawah level anestesi spinal

melalui blokade saraf simpatis dan somatis. Sebaliknya, vasokonstriksi dan

menggigil terbatas pada tubuh bagian atas selama anestesi spinal.2,4

Menggigil dapat dicegah dengan cara nonfarmakologis ataupun dengan

farmakologis. Langkah awal pencegahan menggigil selama operasi dengan

anestesi spinal adalah dengan pemantauan suhu tubuh intraoperatif, suhu kamar

operasi yang optimal, deteksi dini dan tindakan untuk mencegah kondisi

hipotermia. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi hipotermia

misalnya menutupi tubuh pasien dan penggunaan selimut penghangat, lampu

inframerah, lampu penghangat, penggunaan cairan intravena (IV) dan produk

darah yang telah dihangatkan serta pemberian obat-obatan tertentu untuk

pencegahan menggigil.1,3

Secara farmakologis beberapa obat telah dikenal cukup efektif untuk

mencegah dan mengatasi menggigil, antara lain pethidin, ondansetron, tramadol,

klonidin, fisostigmin, ketamin, dan magnesium sulfat (MgSO 4). Pethidin sampai
3

saat ini masih merupakan obat pilihan untuk mengatasi menggigil dan sering

digunakan sebagai standar pembanding dengan obat lain. Pethidin merupakan

obat yang paling sering direkomendasikan, walaupun mekanisme kerjanya belum

jelas dan diduga efek anti menggigil terjadi melalui reseptor .2,4,5

Suatu penelitian dengan menggunakan nalokson mengindikasikan bahwa

pethidin bekerja melalui reseptor daripada reseptor opioid. Mekanisme anti

menggigil pethidin dihambat oleh nalokson dosis tinggi, yang memblokade

reseptor dan , tetapi tidak dihambat oleh nalokson dosis rendah, yang hanya

memblokade reseptor . Pethidin juga memiliki aktivitas antagonis terhadap

reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA). Pethidin bekerja melalui antagonis

reseptor NMDA dalam memodulasi pengaturan suhu pada beberapa tingkatan

seperti di area preoptik hipotalamus anterior, daerah subcoeruleus, nucleus raphe

magnus dan tanduk dorsal medula spinalis. Pethidin juga memodulasi neuron-

neuron noradrenergik dan serotoninergik di daerah subcoeruleus, nucleus raphe

magnus dan tanduk dorsalis di saraf spinal. Reseptor NMDA di daerah tanduk

dorsal saraf spinal juga memodulasi transmisi nyeri dari reseptor nyeri di kulit,

dimana diketahui bahwa transmisi nyeri dan jalur aferen dari reseptor suhu

melalui jalur yang sama di saraf spinal. Oleh karena itu secara otomatis pethidin

juga menghambat impuls suhu dari reseptor suhu perifer.2,3,5

Efek samping yang timbul dari pemberian pethidin adalah mual-muntah

dan depresi napas. Kerugian pemberian pethidin adalah interaksinya dengan obat-

obatan opioid ataupun anestesi yang digunakan sebelumnya yang akan makin

meningkatkan kemungkinan terjadinya depresi napas.5


4

Suatu penelitian yang menggunakan pethidin dengan dosis 20 mg sebagai

obat pencegahan untuk menggigil menunjukkan tidak adanya kejadian menggigil

pascaanestesi umum. Penelitian lainnya melaporkan bahwa dosis minimum

pethidin sebesar 0,35 mg/kgBB IV sudah efektif dalam mengatasi menggigil

pascaanestesi. Meskipun pethidin mampu mencegah kejadian menggigil tetapi

masih terasa kurang memuaskan karena efek samping pethidin yang merugikan.

Oleh karena itu diperlukan obat alternatif lain yang mempunyai efektivitas lebih

besar dari pethidin dalam mencegah kejadian menggigil.2,5,6

Magnesium sulfat, suatu antagonis nonkompetitif dari reseptor NMDA dan

suatu antagonis kanal kalsium, diketahui efektif dalam mencegah kejadian

menggigil. Mekanisme kerjanya sebagai anti menggigil belum diketahui secara

pasti. Diperkirakan karena kerjanya memblokade reseptor NMDA sehingga

mengurangi norepinefrin dan 5-hydroxytryptamine (5-HT), dimana keduanya

memiliki peranan dalam kontrol termoregulasi. Suatu antagonis reseptor NMDA

akan memodulasi termoregulasi pada area preoptik hipotalamus anterior dan locus

coeruleus. Mekanisme lainnya adalah dengan modulasi reseptor NMDA pada

tanduk dorsal medula spinalis yang mempengaruhi transmisi nosiseptif

asenden.1,2,4

Secara fisiologis, dalam keadaan dingin, konsentrasi magnesium plasma

meningkat dan dalam keadaan panas akan menurun. Dengan demikian magnesium

efektif dalam menurunkan ambang menggigil. Obat ini tidak hanya memiliki efek

sentral tetapi juga memiliki efek relaksasi otot ringan sehingga secara simultan

akan mengurangi beratnya menggigil.1,4


5

Pemberian MgSO4 berhubungan dengan efek samping minor berupa

perasaan hangat dan kemerahan, mual-muntah, kelemahan otot, pusing, dan iritasi

pada tempat penyuntikan. Efek samping mayor yang dapat terjadi adalah depresi

napas, hilangnya refleks tendon dalam, dan blokade jantung.4

Pada suatu penelitian mengenai efek bolus MgSO4 50 mg/kgBB IV

dilanjutkan dosis rumatan 15 mg/kgBB/jam IV terhadap kebutuhan analgesia

pascaoperasi, tidak terjadi menggigil pascaanestesi pada kelompok pasien yang

mendapatkan MgSO4. Penelitian lain dengan dosis MgSO4 yang sama

menunjukkan kejadian menggigil pascaanestesi yang lebih rendah pada kelompok

MgSO4, yaitu 4% dibandingkan 36% pada kelompok plasebo. Dosis bolus yang

digunakan dalam penelitian ini berhubungan dengan 75% dosis MgSO4 yang biasa

digunakan untuk terapi pasien preeklampsi sedangkan dosis rumatan yang

digunakan berhubungan dengan 25% dosis rumatan MgSO4 pada pasien yang

sama. Pada dosis ini, kemungkinan untuk terjadinya toksisitas magnesium dapat

diabaikan.7,8

Penelitian lainnya mengenai pemberian bolus MgSO 4 80 mg/kgBB IV

dilanjutkan dosis rumatan 2 g/jam untuk mencegah menggigil pada pasien yang

menjalani TURP dengan anestesi spinal menunjukkan bahwa kejadian menggigil

selama operasi lebih sedikit, yaitu pada 6,7% pasien, dibandingkan dengan

kelompok kontrol, yaitu pada 66,7% pasien. Penelitian lain yang membandingkan

pemberian bolus MgSO4 50 mg/kgBB IV dilanjutkan dosis rumatan 0,5

mg/kgBB/menit IV dengan bolus pethidin 0,5 mg/kgBB IV pada pasien yang

menjalani knee arthroscopy dalam anestesi spinal menunjukkan angka kejadian


6

menggigil selama operasi yang lebih sedikit, yaitu 28% pada kelompok MgSO 4

dibandingkan dengan 68% pada kelompok pethidin.2,4

Berdasarkan pengamatan hasil penelitian-penelitian di atas, dapat dibuat

suatu tema sentral masalah sebagai berikut:

Menggigil selama operasi pada anestesi spinal dapat menimbulkan efek

yang merugikan bagi pasien, oleh karena itu upaya pencegahan yang tepat dan

efektif sangat diperlukan tanpa menimbulkan efek samping yang dapat

memperberat keadaan pasien. Telah diketahui bahwa pethidin dan MgSO 4 efektif

mencegah kejadian menggigil pada anestesi. Sejauh ini belum ada penelitian

mengenai perbandingan efek pemberian bolus MgSO4 50 mg/kgBB IV dilanjutkan

dosis rumatan 15 mg/kgBB/jam IV dengan bolus pethidin 0,35 mg/kgBB IV

dalam mencegah kejadian menggigil selama operasi dengan anestesi spinal.

Dengan demikian penulis tertarik untuk melakukan penelitian tersebut di

RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah efek pencegahan bolus MgSO4 50 mg/kgBB IV dilanjutkan dosis rumatan

15 mg/kgBB/jam IV lebih baik daripada bolus pethidin 0,35 mg/kgBB IV

terhadap kejadian menggigil selama operasi TURP dengan anestesi spinal?


7

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

Menilai efek pencegahan kejadian menggigil selama operasi TURP dalam anestesi

spinal dengan menggunakan bolus MgSO4 50 mg/kgBB IV dilanjutkan dosis

rumatan 15 mg/kgBB/jam IV dibandingkan dengan bolus pethidin 0,35 mg/kgBB

IV.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah

mengenai pemberian bolus MgSO4 50 mg/kgBB IV dilanjutkan dosis rumatan 15

mg/kgBB/jam IV dibandingkan bolus pethidin 0,35 mg/kgBB IV dalam rangka

mencegah kejadian menggigil selama operasi dengan anestesi spinal serta dapat

menjadi informasi dasar untuk penelitian selanjutnya.

1.4.2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis untuk

mengetahui kegunaan lain dari MgSO4 dengan dosis bolus 50 mg/kgBB IV

dilanjutkan dosis rumatan 15 mg/kgBB/jam IV untuk mencegah kejadian

menggigil selama operasi dengan anestesi spinal selain sebagai adjuvant untuk

analgesi dan sedasi.

Anda mungkin juga menyukai